• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI INKUIRI TERHADAP KONSEP KESADARAN DIRI SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP N 2 SUNGAI TARAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI INKUIRI TERHADAP KONSEP KESADARAN DIRI SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP N 2 SUNGAI TARAB"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI INKUIRI TERHADAP KONSEP KESADARAN DIRI SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP N 2 SUNGAI TARAB

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh :

NURRACHMI CHYNTIA ROESLI NIM : 13 101 104

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Inkuiri Terhadap Konsep Kesadaran Diri Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran PAI di SMP N 2 Sungai Tarab”. Selanjutnya sholawat beserta salam penulis mohonkan kepada Allah semoga selalu tercurah pada junjungan umat pelita dikala malam dan pelipur lara dikala duka, yaitu Nabi Muhammad SAW Allahumma Shalli „Ala Muhammad, Wa‟ala Ali Muhammad.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan rintangan, namun berkat doa dan kerja keras serta dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, di antaranya adalah:

Bapak Dr. H. Kasmuri. MA, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Ibuk Susi Herawati, S.Ag., M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Bapak Dr. Ridwal Trisoni, M.Pd., selaku pembimbing I dan Ibunda Dr.

Hj.Demina. M.Pd selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan arahan dan bimbingan serta memotivasi penulis sehingga penulisan skripsi ini selesai.

Bapak Ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan penulis ilmu selama di bangku kuliah sampai penulis bisa menulis skripsi ini.Bapak Kepala Perpustakaan beserta Staf Perpustakaan IAIN Batusangkar, yang telah menyediakan fasilitas berupa buku-buku dan internet yang penulis butuhkan.

(6)

ii

Kemudian kepada pihak sekolah SMP 2 Sungai Tarab beserta guru PAI yaitu Ispendrita,S.Pd.I yang telah mengizinkan dan memprasaranai penulis dalam melakukan penelitian ini.

Batusangkar, Juni 2019

Penulis

Nurrachmi Chyntia Roesli 13 101 104

(7)

iii ABSTRAK

NURRACHMI CHYNTIA ROESLI, NIM: 13 101 104 Judul Skripsi

“PENERAPAN STRATEGI INKUIRI TERHADAP KONSEP

KESADARAN DIRI SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP N 2 SUNGAI TARAB”. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar 2019.

Masalah pokok dalam penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya siswa yang memiliki kesadaran diri siswa yang rendah dalam pembelajaran. Salah satu penyebab kurangnya kesadaran diri siswa dalam belajar disebabkan juga karena metode yang digunakan guru masih konvensional, oleh karena itu siswa menjadi jenuh saat mengikuti proses pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan strategi belajar dan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat meningkatkan kesadaran diri dalam belajar. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran Inkuiri. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kesadaran diri siswa dengan menggunakan strategi Inkuiri menjadi lebih baik dari pada strategi konvensional

Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen dengan rancangan penelitian berupa one group pretest postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP 2 Sungai Tarab yang terdaftar pada tahun ajaran 2018/2019.

Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIa yang memiliki kesadaran diri kurang baik. Kelompok eksperimen ditentukan melalui teknik Disproportionate Stratified Random Sampling. Hipotesis penelitian ini adalah “terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan strategi inkuiri terhadap konsep kesadaran diri siswa.

Hasil dari penelitian yang dilaksanakan diperoleh bahwa penerapan starategi inkuiri berpengaruh signifikan terhadap konsep kesadaran diri siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik bahwa t0 lebih besar dari tt. Ini dilihat pada tabel nilai t, taraf 1% diperoleh harga titik t sebesar 2,49. Jadi 9,6 > 2,49, dengan demikian dapat diartikan bahwa strategi inkuiri efektif diterapkan untuk meningkatkat konsep kesadaran diri siswa di SMP 2 Sungai Tarab.

Kata kunci: Strategi Inkuiri dan Kesadaran Diri

(8)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10

1. Strategi Inkuiri ... 10

2. Konsep Kesadaran Diri ... 13

3. Hubungan Strategi Inkuiri Dengan Kesadaran Diri ... 29

3. Pendidikan Agama Islam ... 30

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berfikir ... 36

D. Hipotesa ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Desain Penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

(9)

v

G Teknik Analisis Data ... 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 53 B. Analisis Data ... 55 C. Pembahasan ... 59 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia dimanapun berada. Karena pendidikan merupakan proses transformasi baik dalam hal keilmuan ataupun nilai-nilai, yang nantinya diharapkan adanya sebuah perubahan dalam diri setiap orang yang berproses didalamnya. Sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, pasal 3 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Berdasarkan UU Sisdiknas tersebut maka salah satu ciri manusia berkualitas adalah mereka yang tangguh iman dan taqwanya serta memiliki akhlak mulia. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan suatu usaha sadar dan terus menerus dari setiap individu. Hal tersebut dapat diperoleh melalui sebuah pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan sebuah sistem yang tersusun atas beberapa komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Menurut.

Moh. Roqib dan Nur Fuadi (2009:3) Jika seluruh komponen yang mempengaruhi pendidikan dan pengajaran tersebut dipersiapkan dan didesain dengan baik, maka mutu pendidikan dengan sendirinya akan meningkat.

Bagian dari pendidikan secara umum adalah pendidikan agama. Dalam ajaran Islam sebenarnya mendidik anak merupakan kewajiban orangtua, namun seiring berkembangnya zaman, kewajiban tersebut berkembang dengan adanya suatu lembaga pendidikan yang muncul sebagai akibat dari

(11)

2

keterbatasan yang dimiliki orang tua. Memiliki lembaga pendidikan diharapkan dapat menghasilkan produk pendidikan yang optimal sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani Pendidikan Agama Islam adalah :

“Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran Agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun di akhirat kelak”. (2004, p. 130).

Jadi yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup. Tujuan pendidikan Islam pada dasarnya ialah mempersiapkan perkembangan anak agar mampu berperan serta secara berkesinambungan terus mampu beramal kebijakan selama dalam upaya mencari kebahagiaan hidup didunia maupun di akhirat.

Jika berbicara tentang pendidikan bahwa secara umum istilah pendidikan dikenal dengan guru. Guru merupakan komponen penting yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh karenanya guru harus selalu memaksimalkan proses belajar agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal pula. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam memaksimalkan proses belajar adalah dengan memanfaatkan berbagai Metode pembelajaran.

Metode pembelajaran adalah komponen yang juga mempunyai fungsi yang sangat menentukan. Keberhasilan mencapai tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini, bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui Metode yang tepat,

(12)

maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan (Wina Sanjaya, 2008,p. 60).

Menurut Abudin Nata Proses belajar mengajar secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan interaksi dan saling mempengaruhi antara pendidik dan peserta didik, dengan fungsi utama pendidik memberikan materi pelajaran atau sesuatu mempengaruhi peserta didik, sedangkan peserta didik menerima pelajaran, pengaruh atau sesuatu yang diberikan oleh pendidik (2010: 139).

Dalam proses pembelajaran siswa akan mampu mengetahui bagaimana kemampuannya dalam mengembangkan pembelajaran apabila kesadaran diri telah dimilikinya. Goleman (2001:513) mengatakan bahwa kesadaran diri yaitu “mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat”.

Orang yang memiliki kemampuan ini berarti dapat mengenali emosi dirinya. Orang ini mampu mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri.

Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya akan menyebabkan seseorang berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupannya karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan yang sesungguhnya. Indikator dari kesadaran diri tersebut yaitu mengetahui apa yang kita rasakan, mampu mengambil keputusan sendiri, tolak ukur realistis, dan kepercayaan diri yang kuat.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru PAI di SMP 2 Sungai Tarab pada tanggal 12 Februari 2018 dapat ditemukan permasalahan dalam pembelajaran PAI yaitu ada beberapa siswa yang menunjukkan perilaku mengerjakan tugas tidak bersungguh-sungguh,

(13)

4

tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, mengobrol di kelas saat guru mengajar, tidak mau tahu tentang nilai ulangan maupun nilai tugas yang rendah, ribut pada saat tidak ada jam belajar, serta tidak menggunakan waktu luang untuk belajar.

Fenomena ini menunjukkan tidak adanya kesadaran diri dalam belajar yang dimiliki oleh siswa. Dari pengamatan yang penulis lakukan langsung pada saat proses pembelajaran berlangsung, memang banyak siswa yang memiliki kesadaran diri yang kurang.

Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan beberapa orang siswa yang mengataka bahwa dari permasalahan yang terjadi di atas, adapun faktor-faktor penyebabnya adalah Perilaku mengerjakan tugas tidak sungguh-sungguh dan tidak mengumpulkan tugas tidak tepat waktu disebabkan karena orang tua kurang memperhatikan anaknya saat belajar dirumah, orang tua siswa terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan juga guru kurang tegas dalam meminta siswa dalam mengumpulkan tugas. Sedangkan mengobrol dikelas saat guru mengajar tersebut disebabkan karena metode yang digunakan guru masih konvensional, oleh karena itu siswa menjadi jenuh saat mengikuti proses pembelajaran.

Adapun tidak mau tahu tentang nilai ulangan maupun nilai tugas yang rendah sebabkan karena contoh soal yang diberikan guru saat latihan jauh berbeda dari soal saat ujian berlangsung. Sementara ribut pada saat tidak ada jam belajar, serta tidak menggunakan waktu luang untuk belajar disebakan karena siswa merasa bebas karena tidak ada guru dan juga kurang pengawasan dari guru piket saat guru berhalangan hadir.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan strategi belajar dan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat meningkatkan kesadaran diri dalam belajar. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran Inkuiri. Strategi Inkuiri ini pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang dialami.

(14)

Menurut A. Tabrani Rusyam dkk dalam buku Fadriati (2014:107) strategi Inkuiri merupakan strategi dimana pendidikan menyajikan bahan tidak dalam bentuk final, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri melalui metode pemecahan masalah.

Selanjutnya Wina Sanjaya (2008: 196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri.

Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Dengan strategi ini, siswa yang selama ini tidak mau terlibat dan memiliki kesadaran diri yang kurang dalam belajar akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Peran guru hanya sebagai fasilitator sementara siswa dituntut untuk lebih aktif sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna.

Berdasarkan hasil observasi di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul “PENERAPAN STRATEGI INKUIRI TERHADAP KONSEP KESADARAN DIRI SISWA KELAS VII PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP 2 SUNGAI TARAB” yang diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di IAIN Batusangkar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalahnya adalah:

(15)

6

1. Ada beberapa siswa yang menunjukkan perilaku mengerjakan tugas tidak bersungguh-sungguh di kelas VII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP 2 Sungai Tarab.

2. Siswa tidak mengumpulkan tugas tepat waktu.

3. Siswa mengobrol di kelas saat guru mengajar.

4. Siswa tidak mau tahu tentang nilai ulangan maupun nilai tugas yang rendah.

5. Siswa ribut pada saat tidak ada jam belajar, serta tidak menggunakan waktu luang untuk belajar

6. Pentingnya penerapan strategi inkuiri terhadap penanganan masalah kesadaran diri siswa kelas VII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP 2 Sungai Tarab.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalahnya adalah pada penerapan strategi Inkuiri terhadap konsep kesadaran diri siswa kelas VII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP 2 Sungai Tarab.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah konsep kesadaran diri siswa dengan penerapan strategi Inkuiri menjadi lebih baik dari pada strategi konvensional ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah konsep kesadaran diri siswa dengan menggunakan strategi Inkuiri menjadi lebih baik dari pada strategi konvensional.

(16)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan kontribusi kepada semua pihak antara lain:

1. Lembaga

Sebagai sumbangan pemikiran dan rujukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Guru

Sebagai informasi penting dan tambahan wawasan bagi para guru PAI tentang strategi untuk mengembangkan pembelajaran PAI. Selain itu bisa juga sebagai bahan masukan dalam mengaplikasikannya dalam pembelajaran.

3. Peneliti

Memberi wawasan dalam bidang penelitian, sebagai masukan untuk menganalisis masalah-masalah yang ada secara teratur dan sistematis berdasarkan teori-teori yang telah diperoleh, dapat dijadikan pedoman sebagai calon sarjana yanag dituntut untuk siap terjun dalam dunia pendidikan, serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian serupa di masa mendatang dan untuk dikembangkan lebih lanjut.

G. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penelitian ini, maka perlu kiranya penulis menjelaskan pengertian yang terkandung dalam judul, yaitu:

1. Strategi Inkuiri

Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang dialami.

Strategi ini sering juga dinamanan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.

Strategi pembelajaran Inkuiri ini menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pembelajaran tidak diberikan secara langsung.

Peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan

(17)

8

sendiri materi pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar (Mulyono, 2011, p. 71).

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2008) mengatakan strategi pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi inkuiri adalah sebuah strategi yang berpusat pada siswa yang menuntut tingkat pemikiran yang tinggi, karena harus dapat memecahkan masalah yang telah dihadapi sehingga dapat menimbulkan suatu penemuan-penemuan baru. Strategi Ikuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan kesadaran diri siswa dalam belajar.

2. Konsep Kesadaran Diri

Goleman (2001:513) mengatakan bahwa kesadaran diri yaitu mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Adapun karakteristik dari kesadaran diri adalah kemampuan mendalami dirinya sendiri, memilik kepercayaan diri yang tinggi, memahami emosi dalam dirinya dengan baik dan kemampuan keras kerhadap cita-cita.

Achmanto Mendatu (dalam Wibowo dkk, 2012:148) mengatakan kesadaran diri itu adalah keadaan dimana kita bisa memahami diri kita sendiri dengan setepat-tepatnya. Disebut memiliki kesadaran diri jika mampu memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai diri sendiri, dan sadar tentang diri sendiri yang nyata. Pendek kata kesadaran diri berarti sadar mengenai pikiran perasaan dan evaluasi diri yang ada dalam diri sendiri.

(18)

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri (self conciousness) adalah suatu kondisi memahami secara menyeluruh tentang diri sendiri dengan setepat-tepatnya tentang apa yang sedang terjadi atau dialami oleh dirinya sendiri.

(19)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Strategi Inkuiri

a. Pengertian Strategi Inkuiri

Strategi inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi Inkuiri menurut Hanafiah (2009:77) merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Menurut A. Tabrani Rusyam dkk dalam buku Fadriati (2014:107) strategi Inkuiri merupakan strategi dimana pendidikan menyajikan bahan tidak dalam bentuk final, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri melalui metode pemecahan masalah.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2008: 196) mengatakan strategi pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi inkuiri adalah sebuah strategi yang berpusat pada siswa yang menuntut tingkat pemikiran yang tinggi, karena harus dapat memecahkan masalah yang telah dihadapi sehingga dapat menimbulkan suatu penemuan-penemuan baru. Strategi Ikuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan

(20)

intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan kesadaran diri siswa dalam belajar.

b. Macam- Macam Strategi Inkuiri

Ada beberapa macam Strategi Inkuiri menurut Hanafiah (2009:77), yaitu:

1) Inkuiri terpimpin

Yaitu pelaksanaan inkuiri dilakukan atas petunjuk guru.

Keduanya dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.

2) Inkuiri bebas

Yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuwan. Antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri.

3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi

Yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah dipahami peserta didik. Tujuannya untuk melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenarannya.

c. Fungsi Strategi Inkuiri

Ada beberapa fungsi strategi inkuiri menurut Hanafiah (2009:78), yaitu sebagai berikut:

1) membangun komitmen di kalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran

(21)

12

2) membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

3) dan membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuannya.

d. Langkah-langkah Strategi Inkuiri

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam metode inkuiri menurut Hanafiah (2009:78) adalah:

1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa

2) Seleksi pendahulu terhadap konsep yang akan dipelajari 3) Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari

4) Menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing peserta didik

5) Mencek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan

6) Mempersiapkan setting kelas

7) Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan

8) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan penemuan

9) Menganalisis sendiri atas data temuan

10) Merangsang terjadinya dialog interaktif antar peserta didik 11) Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam

melakukan penemuan,

12) Dan memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip- prinsip dari generalisasi atas hasil temuannya.

e. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Inkuiri 1) Kelebihan Strategi Inkuiri

Beberapa kelebihan strategi inkuiri menurut Hanafiah (2009:78) adalah sebagai berikut:

(22)

a) membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif

b) peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya

c) dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi

d) memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing

e) dan memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

2) Kekurangan Strategi Inkuiri

Kekurangan dari strategi inkuiri menurut Hanafiah (2009:79) antara lain:

a) siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik

b) keadaan kelas kenyataannya gemuk jumlah siswanya, maka metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan c) guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses

belajar mengajar gaya lama, maka metode inkuiri ini akan mengecewakan

d) dan ada kritik, bahwa proses dalam metode inkuiri terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan ketrampilan bagi siswa.

(23)

14

2. Konsep Kesadaran Diri a. Pengertian Kesadaran Diri

Kesadaran diri merupakan dasar kecerdasan emosional.

Kemampuan untuk memantau emosi dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi akan berusaha menyadari emosinya ketika emosi itu menguasai dirinya. Namun kesadaran diri ini tidak berarti bahwa seseorang itu hanyut terbawa dalam arus emosinya tersebut sehingga suasana hati itu menguasai dirinya sepenuhnya.

Sebaliknya kesadaran diri adalah keadaan ketika seseorang dapat menyadari emosi yang sedang menghinggapi pikirannya akibat permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk selanjutnya ia dapat menguasainya. Orang yang mempunyai keyakinan lebih tentang emosinya diibaratkan pilot yang handal bagi kehidupannya. Karena ia mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan emosi mereka yang sesungguhnya. Orang yang kesadaran dirinya bagus maka ia mampu untuk mengenal dan memilih-milah perasaan, memahami hal yang sedang dirasakan dan mengapa hal itu dirasakan dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut (Daniel Goleman, 1996,p. 58).

Kesadaran diri merupakan pondasi hampir semua unsur kecerdasan emosional, langkah awal yang penting untuk memahami diri sendiri dan untuk berubah. Sudah jelas bahwa seseorang tidak mungkin bisa mengendalikan sesuatu yang tidak ia kenal.

Para ahli mempunyai pendapat yang beragam tentang kesadaran diri. Diantaranya menurut Mayer seorang ahli psikologi dari University of new Hampshire yang menjadi koformulator teori kecerdasan, berpendapat bahwa kesadaran-diri berarti waspada baik terhadap suasana hati maupun pikiran seseorang tentang

(24)

suasana hati. Goleman menjelaskan kesadaran diri yaitu perhatian terus menerus terhadap keadaan batin seseorang. Dalam keadaan refleksi diri ini, pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi (Daniel Goleman,2001 p. 63-64).

May seorang psikiater yang mempelopori pendekatan eksistensial yang dikutip oleh Koesworo menjelaskan bahwa kesadaran-diri adalah sebagai kapasitas yang memungkinkan manusia mampu mengamati dirinya sendiri maupun membedakan dirinya dari dunia (orang lain), serta kapasitas yang memungkinkan manusia mampu menempatkan diri di dalam waktu (masa kini, masa lampau, dan masa depan).

Menurut Chaplin (2002: 450) kesadaran diri adalah kesadaran mengenai proses-proses mental sendiri atau mengenai eksistensi sebagai individu yang unik.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri (self conciousness) adalah suatu kondisi memahami secara menyeluruh tentang diri sendiri secara dengan setepat- tepatnya tentang apa yang sedang terjadi atau dialami oleh dirinya sendiri.

b. Aspek- aspek kesadaran diri

Solso (2008) mengungkapkan aspek- aspek utama dalam kesadaran diri meliputi attention, wakefulness, arctecture, recall of knowledge, dan emotive. Aspek- aspek tersebut merupakan upaya untuk mengurangi variansi dalam pendefinisian pengalaman subjektif yang kita sebut dengan kesadaran. Dari kelima aspek tersebut, ada satu aspek yakni arsitektur yang terlibat dalam proses fisiologis. Aspek- aspek lainnya terlibat dalam proses- proses psikologis, semua aspek- aspek ini saling berhubungan satu sama lain dalam menggambarkan kesadaran diri.

(25)

16

1) Attention (Atensi; Perhatian)

Kesadaran diri individu yang diarahkan dengan memusatkan perhatian terhadap kejadian- kejadian yang terjadi pada dirinya sendiri maupun orang disekitarnya. Individu juga dapat mengalihkan perhatian kedalam diri dan merenungkan pikiran- pikiran pribadi, memori-memori, dan cita- cita visual saat sadar dengan keadaan yang sedang dialaminya. Misalnya, pada saat ini anda bisa saja menghadirkan bayangan seorang tokoh ternama dalam benak nda. Hal ini merupakan kemampuan untuk menghadirkan pikiran- pikiran sadar dan memori- memori dari masa lalu anda, yang merupakansuatu sistem kerja yang bekerja besama- sama dengan proses recall pengetahuan.

2) Wakefulness (Kesiagaan; keterjagaan)

Kesadaran individu yang siaga dengan kejadian- kejadian yang dialaminya dengan terpengaruh oleh perhatiannya kepada suatu kejadian tersebut. Kesiagaan ini merupakan suatu kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang hidupnya dalam tiap hari.

3) Architecture (Arsitektur)

Kesadaran memiliki sejumlah struktur fisiologis (suatu struktur arsitektural) diasumsikan bahwa kesadaran berpusat di otak dan dapat di definisikan melalui penyelidikan terhadap korelasi naural kesadaran di otak dan dapat di identifikasikan melalui penyelidikan terhadap korelasi neural kesadaran.

4) Recall of knowledge (Mengingat Pengetahuan)

Proses pengambilan informasi tentang pribadi yang bersangkutan dan dunia disekelilingnya. kesadaran diri ini memiliki dua komponen antara lain :

(26)

a) Pengetahuan diri (self knowledge)

Pengetahuan diri adalah pemahaman tentang informasi jati diri pribadi seseorang, individu akan sadar dengan dirinya sendiri bahwa individu memiliki kekurangan dan kelebihan, serta dalam kesehariannya individu sadar hal tersebut adalah dirinya.

b) Pengetahuan tentang dunia (world knowledge)

Pengetahuan tentang dunia adalah individu mengingat sejumlah fakta dari memori jangka panjang. Apa yang sudah individu lihat, baca, maupun dengar akan selalu muncul serta spontan saat ia berhadapan dengan situasi yang berhubungan dengan hal- hal yang sudah diketahui sebelumnya. Dan juga kesadaran akan tanggung jawab dapat terbentuk dengan mengingat peristiwa- peristiwa diluar dirinya.

5) Emotive (Emosi)

Suatu kodisi sadar, yang biasa dianggap sebagai suatu bentuk perasaan atau emosi (berbeda dengan pikiran atau presepsi). Emosi ditimbulkan oleh kondisi- kondisi internal saat merespon peristiwa- peristiwa eksternal.

a) Kebaruan (novelty)

Kecenderungan kesadaran untuk mengambil suatu keputusan yang kreatif dan inovatif, dalam mengahadapi kejadian- kejadian dalam hidup tanpa mengurangi pengetahuannya yang sudah ada.

b) Kemunculan (emerency)

Kesadaran yang berkaitan dengan pemikiran- pemikiran pribadi dan internal, proses mengelola informasi yang terdapat dalam diri sendiri dan mampu merefleksikan informasi yang ditangkap. Proses ini menimbulkan

(27)

18

setidaknya impresi fenomenologis bahwa kesadaran muncul dari aktifitas otak.

c) Selektivitas (selectivity) dan Subjektivitas (subjectivity) Kesadaran individu secara konstan akan memilih sangat sedikit pikiran pada setiap waktu, namun pikiran- pikiran itu akan berubah secara cepat.

c. Kecakapan Dalam Kesadaran Diri

Goleman, menyebutkan ada tiga kecakapan utama dalam kesadaran diri, yaitu:

1) Mengenali emosi; mengenali emosi diri dan pengaruhnya.

Orang dengan kecakapan ini akan:

a) Mengetahui emosi makna yang sedang mereka rasakan dan mengapa terjadi.

b) Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan.

c) Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja.

d) Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai- nilai dan sasaran-sasaran mereka.

2) Pengakuan diri yang akurat; mengetahui sumber daya batiniah, kemampuan dan keterbatasan ini. Orang dengan kecakapan ini akan :

a) Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan- kelemahannya.

b) Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman, terbuka bagi umpan balik yang tulus, perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri.

c) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan perspektif yang luas.

(28)

3) Kepercayaan diri; kesadaran yang kuat tentang harga diri dan kemampuan diri sendiri. Orang dengan kemampuan ini akan:

a) Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan

“keberadaannya”.

b) Berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran.

c) Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti (Daniel Goleman, 2001, p. 42).

Kesadaran diri dalam kecerdasan emosi yakni mampu mengenal dan memilah-milah perasaan, menyadari kehadiran eksistensi emosi, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.

Sehingga dengan mengetahui seseorang bisa mendayagunakan, mengekspresikan, mengendalikan dan juga mengkomunikasikan dengan pihak lain.

Dari berbagai ketrampilan kecerdasan emosional yang paling mendasar adalah penyadaran diri. Karena tanpa menyadari apa yang seseorang rasakan, seseorang tidak akan mampu bertindak dan berpikir tepat sesuai dengan situasi yang ada. Penyadaran diri adalah langkah mendasar menuju kematangan emosi. Tanpanya manusia sulit untuk mengembangkan emosi secara dewasa.

Berbicara soal pentingnya penyadaran emosi, sebenarnya tidak terbatas dalam konteks EQ saja. Dalam kehidupan sehari-hari pun kematangan emosi dapat dimulai dengan menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya (Anthony Dio Martin, 2003,p. 190-191).

Kesadaran diri ini juga terkait dengan kemampuan manusia untuk tahan menghadapi cobaan, kemampuan untuk tetap tenang dan berkonsentrasi, tahan menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar menghadapi konflik Istilah pengendalian diri sama juga dengan sabar, jika sabar telah tumbuh dalam diri seseorang muslim, maka ia dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai keridhaan Allah. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 153:

(29)

20

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. al-Baqarah: 153).

Berbicara mengenai pentingnya kesadaran diri. Banyak orang yang sulit merasakan perasaannya sendiri. Dan itulah yang mengakibatkan orang ini menjadi sulit pula merasakan perasaan orang lain. Logikanya jika untuk perasaannya sendiri saja ia sulit untuk merasakan tentunya lebih sulit bagiannya untuk merasakan apa yang terjadi pad diri orang lain (Anthony Dio Martin, 2003,p.

190-191).

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa penyadaran diri termasuk penyadaran diri adalah kemampuan manusia menjadi pengendalian kehidupan yang dijalani. Intinya, jangan sampai seseorang terperangkap dalam aktivitas yang tidak mampu dipahami.

d. Faktor-faktor Pembentuk Kesadaran Diri

Menurut Soemarno Soedarsono (2000: 96-97) adapun faktor- faktor pembentuk kesadaran diri adalah sebagai berikut : 1. Sistem Nilai (value system)

Prinsip awal yang dibangun adalah manusia itu berfokus pada faktor-faktor non-material dan hanya bersifat normatif semata.

Artinya dalam prinsip pertama ini, unsur pembentukan kesadaran diri lebih mengarah kepada unsur kejiwaan (ruhani).

Sistem nilai terdapat 3 komponen yaitu : a. Refleks hati nurani

Dalam psikologi identik dengan intropeksi diri atau evaluasi diri yatu menganalisis dan menilai diri lewat data-

(30)

data dan sumber-sumber yang diperoleh dari dalam diri maupun dari lingkunngan sekitar pribadi, sehingga didapatkan gambaran pribadi. Antonius Atosoi Gera, memaparkan mekanisme refleksi hati nurani (intropeksi diri) melakukan beberapa metode, diantaranya:

1) Merefleksikan diri pada saat-saat tertentu.

2) Mengikuti tafakur, muhasabah, rekoleksi, retret, camping ruhani, semadi, maupun kegiatan lain yang sejenis.

3) Meminta bantuan orang lain untuk memberikan gambaran diri.

4) Belajar dari pengalaman

b. Harga Diri

Mengutip definisi yang disebutkan dalam kamus ilmiah popular, kata harga diri dimaknai sebagai martabat, derajat, pangkat, prestise, gengsi yang dimiliki seorang pribadi dan diakui oleh orang lain (masyarakat) terhadap status dan kedudukan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk penghargaan diri dan penghormatan. Teori kepribadian humanistic, pelopornya Abraham H. Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu tersusun secara hierarki (bertingkat) dan diperinci kedalam lima tingkat kebutuhan

1) Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis.

2) Kebutuhan akan rasa aman.

3) Kebutuhan akan cinta dan memiliki.

4) Kebutuhan rasa harga diri.

5) Kebutuhan akan aktualisasi diri.

(31)

22

c. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan jalan ruhani yang ditempuh manusia untuk mencapai kesadaran terhadap diri. Menurut M. Iqbal, takwa terhadap Tuhan diartikan dengan taat kepada hukum yang dibawah oleh Nabi Muhammad Saw, artinya, pribadi bersifat hidmat (bijaksana dalam bertindak), nikmat (kerja keras), istiqbal (kuat dan terpadu) dan sabar (menjalankan printah-Nya, menjauhib larangan-Nya dalam menghadapi cobaan yang ada.

Dari sistem nilai yang tergabung, pribadi akan menentukan sebuah kepercayaan diri yang kuat dalam berkehendak dan berbuat, sehingga manusia, sebagai kesatuan jiwa-badan, mampu menangkap seluruh realitas, materi dan non-materi, karena didalam sistem nilai terdapat potensi epistemologis berupa serapan pancaindra, kekuatan akal dan intiusi yang akan melahirkan kesadaran diri pada diri manusia.

2. Cara Pandang (attitude)

Attitude menjadi salah satu unsur pembentuk kesadaran diri. Didalamnya terdapat dua komponen pembentuk berupa : kebersamaan dan kecerdasan.

a. Kebersamaan

Sebagai makhluk sosial, unsur kebersamaan dan bermasyarakat harus ada dan tertanam pada setiap individu.

Dalam upaya pembentukan kesadaran diri, unsur kebersamaan dengan membangun relasi yang baik dengan diri sendiri.

Didalam kebersamaan yang dilakukan oleh pribadi, didapatkan dua buah unsur pembentu kesadaran diri berupa

(32)

: penilaian orang lain terhadap diri (kelebihan dan kekurangan diri) dan keteladanan dari orang lain. Unsur intteraksi sosial yang terjalin di masyarakat dan penilaian orang lain terhadap diri sangat mempengaruhi pembentukan kesadaran diri pada manusia.

b. Kecerdasan

Dalam upaya pembentukan pribadi yang berkualitas, terdapat landasan diri yang harus dilalui oleh manusia untuk mencapai esensi ketahanan pribadi atau karakter yangkuat yaitu kecerdasan hidup. Indikasi adanya kecerdasan hidup pada diri manusia itu berupa : rasa percaya diri dalam memegang prinsip hidup yang diiringi dengan kemandirian yang kuat dan mempunyai visi untuk lebih mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

Unsur kebersamaan dan kecerdasan yang terdapat dalam faktor cara pandang (anittude) menumbuhkan sebuah gambaran diri yang baik dalam tatanan sosial (kemasyarakatan). Dari sikap pandang baik yang terdapat dalam diri manusia maka masyarakat akan melihat diri sebagai sosok pribadi yang dapat menjalankan fungsi sebenarnya dari hakikat penciptaan manusia di bumi, yaitu makhluk sosial yang memiliki akal budi, naluri dan intuisi yang khas.

3. Perilaku (behavior)

a. Keramahan yang Tulus dan Santun adalah penghormatan dan penghargaan terhadap orang lain. Artinya, orang lain mendapat tempat di hati kita yang termasuk kategori pribadi yang sadar terhadap diri pribadi adalah jika individu

(33)

24

bersikap baik (ramah) terhadap orang lain. Dengan keramahan yang tulus dan santun, ulet dan tangguh , kreatifitas dan kelincahan dalam bertindak, ditambah dengan kepemilikan jwa yang pantang menyerah.

b. Keramahan yang tulus dan santun adalah penghormatan dan penghargaan terhadap orang lain. Artinya, orang lain mendapat tempat dihati kita dan memasukkannnya dalam pertimbangan baik kita sebelum melakukan tindakan yang memengaruhi mereka. Yang termasuk kategori pribadi yang sadar terhadap diri pribadi adalah jika individu bersikap baik (ramah) terhadap orang lain. Dengan keramahan yang tulus dan santun, individu akan merasakan suatu kedamaian dalam hati, rasa empati dan sikap hormat serta penghargaan dari orang lain dan kedekatan psikologis dengan orang lain.

c. Ulet dan Tangguh Merupakan salah satu unsur pembentuk kesadarandiri berwujud pada suatu sikap diri, yakni ulet dan tangguh. Secara bahasa dimaknai dengan sikap pantang menyerah dalam berusaha, tangkas lincah dan cekatan.

Mengutip pendapat Daniel Goleman memaparkan bahwa untuk dapat mepertahankan derajat kesadaran diri dan daya keberagamaan (Spiritual Quotient) maka manusia (pribadi) harus:

1) Mampu bersikap Fleksibel.

2) Memiliki tingkat kesadaran siri yang tinggi.

3) Mampu menghadapi dan memanfaatkan (mengambil hikmah) dari sebuah penderitaan.

4) Hidup berkualitas yang diilhami oleh visi dan nilai- nilai.

5) Mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal yang berbeda.

(34)

6) Senantiasa mempertanyakan hal-hal mendasar seperti siapakah saya…? Apa makna kehidupan saya…? Dan apa tujuan hidup ini…?

Adanya kaitan yang kuat antara kesadaran diri dengan SQ dan Qolbu Quotient (QQ) memunculkan suatu gambaran seakan- akan diantara mereka ada satu kesatuan utuh yang sulit dipisahkan.

Untuk mendapatkan kesadaran diri, seseorang harus memiliki Qolbu yang tertata, sebaliknya tetkala seseorang ingin mendapatkan QQ yang tinggi, maka ia harus melewati tahapan kesdaran diri terlebih dahulu.

e. Tahapan-Tahapan Kesadaran diri

Kesadaran diri yang dimiliki remaja dapat mempengaruhi perkembangan diri sendiri dan bahkan perkembangan sesamanya.

Sebab manusia tampil diluar diri dan berefleksi atas keberadaannya. Oleh sebab itu kesadaran diri sangat fundamental bagi pertumbuhan remaja. Menurut Sastrowardoyo (1991: 83-84) untuk mencapai kesadaran diri yang kreatif seseorang harus melalui empat tahapan yaitu:

1) Tahap ketidaktahuan

Tahap ini terjadi pada seorang bayi yang belum memiliki kesadaran diri, atau disebut juga dengan tahap kepolosan.

2) Tahap berontak

Tahap ini identik memperlihatkan permusuhan dan pemberontakan untuk memperoleh kebebasan dalam usaha membangun “inner strength”. Pemberontakan ini adalah wajar sebagai masa transisi yang perlu dialami dalam pertumbuhan, menghentikan ikatan-ikatan lama untuk masuk ke situasi yang baru dengan keterikatan yang baru pula.

(35)

26

3) Tahap kesadaran normal akan diri

Dalam tahap ini seseorang dapat melihat kesalahankesalahannya untuk kemudian membuat dan mengambil tindakan yang bertanggung jawab. Belajar dari pengalaman-pengalaman sadar akan diri disini dimaksudkan satu kepercayaan yang positif terhadap kemampuan diri.

Kesadaran diri ini memperluas pengendalian manusia atas hidupnya dan tahu bagaimana harus mengambil keputusan dalam hidupnya.

4) Tahap kesadaran diri yang kreatif.

Dalam tahapan ini seseorang mencapai kesadaran diri yang kreatif mampu melihat kebenaran secara objektif tanpa disimpangkan oleh perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan subjektifnya. Tahapan ini bisa diperoleh antara lain melalui aktivitas religius, ilmiah atau dari kegiatan-kegiatan lain diluar kegiatan-kegiatan yang rutin. Melalui tahapan ini seseorang mampu melihat hidupnya dari perspektif yang lebih luas, bisa memperoleh inspirasi-inspirasi dan membuat peta mental yang menunjukan langkah dan tindakan yang akan diambilnya.

f. Langkah-Langkah Mempertinggi Kesadaran Diri

Kesadaran diri tidak terbentuk secara otomatis, melainkan karena adanya usaha individu. Tahapan kesadaran diri individu, ditentukan oleh beberapa besar atau sejauh mana individu tersebut berusaha mempertinggi kesadaran dirinya.

Menurut Suhardi (1997: 115) Ada beberapa langkah yang perlu diambil oleh remaja dalam rangka meningkatkan atau mempertinggi kesadaran dirinya. Langkah-langkah tersebut dimulai dari :

1. Analisi diri : meminta orang lain untuk menilai diri kita. Analisi diri dilakuka dengan cara refleksi diri (pikiran dan perasaan

(36)

kita). Refleksi itu meliputi : perilaku, pribadi, sikap dan persepsi kita.

2. Perilaku berhubungan erat dengan tindakan-tindakan kita.

Kitalah yang harus mengarahkan tiap tindakan kita.

Refleksi/analisis perilaku mencak 4 komponen, yaitu: motivasi, pola berpikir, pola tindakan dan interaksi kita dalam relasi dengan orang lain.

3. Kepribadian merupakan kondisi karakter/temperamen diri yang relatif stabil sebagai hasil bentukan faktor sosial, budaya dan lingkungan sosial.

4. Sikap merupakan cara respon kita terhadap rangsangan atas stimulus objek luar tertentu menyenangkan atau tidak menyenangkan. Persepsi sebenarnya suatu proses menyerap informasi dengan panca indra kita lalu memberikan pemaknaan atasnya.

5. Persepsi di pengaruhi kuat oleh steorotif,persepsi selektif, proyeksi, harapan dan minat.

g. Manfaat Mempertinggi Kesadaran Diri

Melalui kesadaran, seseorang bisa menjadi sadar atas tanggung jawabnya untuk memilih. “Manusia adalah makhluq yang bisa menyadari dan oleh karenanya, bertanggung jawab atas keberadaannya”. Seperti ungkapan Kierkegard yang dikutip oleh Billington dalam bukunya “Living Philosopy An Introduction To Moral Thought”, Bahwa eksistensi manusia merupakan pribadi yang bebas berkehendak dan mampu menentukan masa depannya sendiri, serta mampu mengarahkan perkembangannya. Tidak lagi membicarakan yang konkrit tetapi sudah menembus inti yang paling dalam dari manusia. Perpindahan pemikiran logis manusia ke bentuk religius ini hanya dijembatani lawan iman religius.

(37)

28

Menurut Susanto (2000: 128) adapun manfaat dari kesadaran diri adalah sebagai berikut:

1. Memahami diri kita dalam berhubungan dengan orang lain 2. Menetapkan pilihan hidup dan karier yang akan dicapai 3. Mengembangkan hubungan kerja dengan orang lain 4. Meningkatkan produktivitas

5. Meningkatkan kemampuan peran dalam organisasi, lingkungan, dan keluarga.

Menurut Kiergaard eksistensi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Eksistensi estetis menyangkut kesenian, keindahan. Di dalam eksistensi ini manusia mempunyai minat besar terhadap hal-hal di luar dirinya (bergelut terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan kenikmatan pengalaman emosi dan nafsu). Eksistensi etis untuk keseimbangan hidup, manusia tidak hanya condong hal-hal yang konkrit saja tetapi lebih dari itu bahkan lebih penting yakni memperhatikan situasi batinnya. Eksistensi religius yaitu tidak lagi membicarakan yang konkrit tetapi sudah menembus inti yang paling dalam dari manusia. Perpindahan pemikiran logis manusia ke bentuk religius ini hanya di jembatani lewat iman religius.

Pada hakekatnya, semakin tinggi kesadaran seseorang, maka sebagaimana dinyatakan oleh kiergaard, “semakin utuh diri seseorang”. Dengan kesadaran diri, seseorang bisa menjadi sadar atas tanggung jawabnya untuk memilih. Menurut Rogers ada lima sifat khas dari seseorang yang berpribadi penuh yaitu; pertama keterbukaan pada pengalaman yang berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel terhadap pengalaman. Kedua kehidupan eksistensial adalah kondisi orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman-pengalaman melainkan dapat menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka pada pengalaman baru. Ketiga Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri yang

(38)

berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar. Keempat Perasaan bebas, artinya semakin seseorang sehat secara psikologis semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak (dimungkinkan terjadinya pilihan). Kelima kreatifitas yaitu kemampuan untuk mencipta yang berarti bahwa seseorang yang kreatif bertindak bebas dan menciptakan ide-ide dan rencana hidup yang konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.

Dengan demikian, kesadaran diri membukakan seseorang pada inti keberadaan manusia diantaranya:

a. Manusia adalah makhluq yang terbatas dan manusia tidak selamanya mampu mengaktualkan potensi.

b. Manusia memiliki potensi mengambil atau tidak mengambil tindakan.

c. Manusia memiliki suatu ukuran pilihan tentang tindakan yang akan diambil oleh karena itu manusia menciptakan sebagian dari nasib manusia sendiri.

d. Manusia pada dasarnya sendirian, tetapi memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, seseorang menyadari bahwa setiap orang akan terpisah, tetapi juga terkait dengan orang lain.

e. Dengan meningkatkan kesadaran atas keharusan memilih, maka Manusia mengalami peningkatan tanggung jawab atas konsekuensikonsekuensi tindakan memilih.

f. Kecemasan timbul dari penerimaan ketidakpastian masa depan.

g. Manusia mampu mengenal kondisi-kondisi kesepian, rasa berdosa dan isolasi.

Kesadaran yang meningkatkan kesadaran dirinya akan mampu memilih dan memilah hal-hal dilakukan dalam menjalani kehidupan, sehingga setiap tindakan yang dilakukan tidak mengandung unsur yang merugikan pada dirinya.

(39)

30

3. Hubungan Strategi Inkuiri Dengan Kesadaran Diri

Menurut A. Tabrani Rusyam dkk dalam buku Fadriati (2014:107) strategi Inkuiri merupakan strategi dimana pendidikan menyajikan bahan tidak dalam bentuk final, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri melalui metode pemecahan masalah.

Selanjutnya Wina Sanjaya (2008: 196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri:

“Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya”.

Sedangkan kesadaran diri menurut Goleman (2001:513) yaitu mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Adapun karakteristik dari kesadaran diri adalah kemampuan mendalami dirinya sendiri, memilik kepercayaan diri yang tinggi, memahami emosi dalam dirinya dengan baik dan kemampuan keras kerhadap cita-cita.

(40)

Dari beberapa kutipan diatas jelas terlihat adanya hungungan antara strategi inkuiri dengan kesadaran diri, dimana strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan dan seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri, sedangkan kesadaran diri menekankan kemampuan mendalami dirinya sendiri, memilik kepercayaan diri yang tinggi, memahami emosi dalam dirinya dengan baik dan kemampuan keras kerhadap cita-cita.

4. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agam Islam

Secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama (Zuhairini, 2004, p. 1).

Dan di dalam Islam, sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta`lim, dan ta`dib. Namun istilah yang sekarang berkembang di dunia Arab adalah tarbiyah.

Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata , raba yarbu ( – ) yang berarti bertambah dan tumbuh, yang kedua rabiya yarba ( – ) yang berarti tumbuh dan berkembang, yang ketiga rabba yarubbu ( - ) yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan pada sesuatu kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.

(41)

32

Jadi pengertian pendidikan secara harfiah berarti membimbing, memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara.

Esensi dari pendidikan adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan agama Islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu: a) Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam b) Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran agama Islam (Muhaimin, 2001, p.75-76).

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bab 1 tentang ketentuan umum ayat (1) disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.

Zuhairini (2001: 75-76) Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat.

Dengan demikian, maka pengertian Pendidikan Agama Islam berdasarkan rumusan-rumusan di atas adalah pembentukan perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran agama Islam. Sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi dalam usaha menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikanajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial

(42)

yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim.

Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya.

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil unsur yang merupakan karakteristik Pendidikan Agama Islam:

1) Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan, latihan, pengajaran, secara sadar yang diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik.

2) Proses pemberian bimbingan dilaksseseorangan secara sistematis, kontinyu dan berjalan setahap demi setahap sesuai dengan perkembangan kematangan peserta didik.

3) Tujuan pemberian agar kelak seseorang berpola hidup yang dijiwai oleh nilainilai Islam.

4) Dalam pelaksanaan pemberian bimbingan tidak terlepas dari pengawasan sebagai proses evaluasi.

b. Dasar Pendidikan Agama Islam

Terdapat dua hal yang menjadi dasar pendidikan agama Islam, yaitu:

1) Dasar Religius

Dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang termaktub dalam Al- Qur`an dan Hadist Nabi. Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya:“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al- Mujadilah: 11)

(43)

34

Al-Qur`an surat Az-Zumar ayat 9 juga menerangkan:

Artinya: “Katakanlah:”adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?

“Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.(QS Az-Zumar : 9)

Al-Qur`an surat Al-Alaq: 1-5 juga menerangkan:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS Al-Alaq:

1-5)

2) Dasar Yuridis

Dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari perundang-undangan, yang berlaku di Negara Indonesia yang secara langsung atau tidak dapat dijadikan pegangan untuk melaksanakan pendidikan agama.

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

(44)

Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai karasteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lainya. Bahkan sangat mungkin berbeda sesuai dengan orientasi dari masing- masing lembaga yang menyelenggarakanya.

Pusat Kurikulum Depdiknas Mengemukakan bahwa pendidikan Agama di Indonesia mempunyai tujuan menumbuh kembangkan dan meningkatkan keimanan, peserta didik melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT. Serta berakhlakul karimah dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pusat Kurikulum Depdiknas, 2004: 4)

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Nyoman Oka Mudana,Ketut Dharsana, dan Kadek Suranata yang berjudul “Penerapan konseling gestalt dengan teknik reframing untuk meningkatkan kesadaran diri dalam belajar siswa kelas VIII a1 SMP negeri 4 singaraja Tahun ajaran 2013/2014”. Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya peningkatan kesadaran diri dalam belajar pada siswa dari skor data awal dengan rata-rata 58,93% (kesadaran diri dalam belajar rendah) menjadi 81,73% (kesadaran diri dalam belajar tinggi) pada siklus I, dan peningkatan dari 81,73% (kesadaran diri dalam belajar tinggi) menjadi 88,33% (kesadaran diri dalam belajar tinggi) pada siklus II. Berdasarkan pada hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling gestalt dengan teknik reframing dapat meningkatkan kesadaran diri dalam belajar siswa kelas VIII A1 SMP Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Selain itu Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih berfokus kepada Penerapan konseling gestalt dengan teknik reframing, sedangkan penulis berfokus terhadap penerapan strategi pembelajaran Inkuiri terhadap

(45)

36

kesadaran diri siswa pada pembelajaran PAI dan lokasi penelitiannya yaitu di SMP 2 Sungai Tarab.

Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti Kartika Dewi yang berjudul

“Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Berbasis Nilai Karakter Lokal Jawa Untuk Meningkatkan Kesadaran Diri (Self Awareness) Siswa”. Hasil dari penelitian tersebut adalah bimbingan kelompok berbasis nilai karakter lokal jawa efektif untuk meningkatkan kesadaran diri (self awareness) siswa. Meningkatnya kesadaran diri siswa ini terlihat dari perolehan skor kesadaran diri pada pree test dan post test yang mengalami peningkatan sebesar16%. Sedangkan berdasarkan Uji keefektifan dengan menggunakan T-Test menunjukkan bahwa hasil 0,000 yang artinya signifikan, sehingga ada perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok berbasis nilai karakter lokal. Dengan demikian model bimbingan kelompok berbasis nilai karakter lokal jawa ini efektif untuk meningkatkan kesadaran diri (self awareness) siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Hastuti Wibowo, Ratu Betta Rudibyani, Tasviri Efkar yang berjudul “Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Efikasi Diri Dan Penguasaan Konsep Siswa”. Hasil dari penelitian tersebut adalah efektivitas model Inkuiri Terbimbing memiliki kriteria “tinggi” dan memiliki ukuran pengaruh yang

“kecil” terhadap efikasi diri dan ukuran pengaruh yang “besar” terhadap penguasaan konsep.Hal ini terlihat dari skor yang diberikan observer rata- rata ketercapaiansebesar 46%.Siswa masih mengalami kendala dalam membuat hipotesis, menganalisis data serta suasana kelas kurang kondusif yang membuat pemahaman materi sedikit terhambat. Pada pertemuan kedua ketercapaian kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mencapai rata-rata 70,57%, terdapat peningkatandari pertemuan sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hendra Sastrawinata, S.E., MM. yang berjudul “ pengaruh kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan

(46)

keterampilan sosial terhadap kinerja auditor pada kap di kota palembang”.

Hasil dari penelitian tersebut adalah Pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja auditor KAP dengan signifikansi variabel independen p > 0.05. 2. Kesadaran diri, Pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja auditor auditor KAP di Palembang, dimana nilai F hitung sebesar 50.258 dan signifikansi 0.000 (p < 0.05) serta R Square sebesar 0.937.

Penelitian yang dilakukan oleh Maria Ulfa yang berjudul “Pengaruh Zikir Asmaul Husna Terhadap Self Awareness Anak Asuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan self awareness sebelum dan Hadlonah Semarang yang ditunjukkan dengan perbedaan self awareness yang signifikan antara hasil tes sebelum sebesar 39.82 dan setelah diberi perlakuan berupa zikir Asmaul Husna sebesar 53.71 pada signifikan 0,003<0,05 dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada perbedaan self awareness pada anak ash sebelum dan sesudah diberi zikir Asmaul Husna pada kelompok eksperimen diterima. Sedangkan pada hipotesis kedua yang berbunyi ada perbedaan self awareness pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diterima terbukti pada hasil signifikansi sebesar 0.011 < 0,05.

sesudah diberi perlakuan zikir Asmaul Husna pada anak asuh Panti Asuhan Darul.

(47)

38

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan di atas maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:

D. Hipotesa

Hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan strategi Inkuiri terhadap kesadaran diri siswa.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan strategi Inkuiri terhadap kesadaran diri siswa.

Strategi Inkuiri

1. Tahap Permulaan 2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Akhir

Kesadaran Diri

1) Attention (Atensi; Perhatian) 2) Wakefulness (Kesiagaan;

keterjagaan)

3) Architecture (Arsitektur) 4) Recall of knowledge

(Mengingat Pengetahuan).

5) Emotive (Emosi)

Gambar

Tabel 4  Uji reabilitas  Reliability Statistics  Cronbach's  Alpha  N of Items  ,716  25

Referensi

Dokumen terkait

8.2 Menjelaskan bahan dan alat dalam membuat gambar interior dan eksterior 8.3 Menginterpretasikan kondisi lokasi. berdasarkan deskripsi yang dinyatakan

MEKANIS STAINLESS CASTING SCS 14 JIS G 5121 ” telah disetujui untuk diajukan kepada dewan penguji Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Dalam Rangka Proses Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan Pokja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa dilingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun

Berdasarkan hal di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk register pada tabloid Soccer edisi Mei-Juni 2011. Dan bagaimana

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Seimbang pada Balita di Posyandu Mayang Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar”

Unjuk kerja Algoritma Komputer secara internal yang diterapkan pada kasus optimasi penempatan kapasitor shunt sebagaimana studi kasus yang dipilih

Berdasarkan kenyataan tersebut penulis tertarik untuk mengambil pada penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Payudara dengan Pelaksanaan Pemeriksaan

Untuk mempermudah pembuatan sistem ini penulis membuat program dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0, sehingga untuk proses pembayaran uang parkir tidak memakan waktu yang