• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP Masyarakat, perkembangan nilai budaya By Arva Rochmawati, SST

Dalam dokumen Konsep Ilmu Sosial Budaya Dasar (Halaman 30-42)

71 A. Pengertian

1. Linton

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup bekerja sama sehingga dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

2. M.J. Herskovits

Masyarakat adalah sekelompok individu yang dikoordinasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.

3. J.L Gillin dan J.P. Gillin

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang tersebar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.

4. Prof. Dr. Koentjoroningrat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat yang berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi dengan adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terkait oleh rasa identitas bersama.

B. Ciri-ciri Masyarakat

1. Adanya interaksi antar anggota.

2. Mempunyai adat istiadat, norma-norma, hukum serta aturan yang mengatur pola tingkah laku anggotanya.

3. Adanya suatu rasa identitas yang kuat dan mengikat semua warganya. 4. Adanya kesinambungan dalam waktu.

C. Kesatuan-kesatuan Social Masyarakat :

1. Kesatuan Genealogis (kesatuan tunggal darah) : anggota disatukan oleh  persamaan keturunan/ darah, misal :

a. Somah/ batih/ keluarga (mrp. Kesatuan sosial terkecil; terdiri atas suami, isteri, dan anak (Poligami maupun poliandri))

 b. Kerabat/ famili (terdiri atas beberapa keluarga/ batih; dari pihak ayah/ ibu; mrp. Sistim bilateral/ parental/ sejalur; pertalian darah masih dapat ditunjukkan)

71 c. Suku/ Stam (kerabat-kerabat bilateral yang luas; pertalian darah sukar/ tidak dapat

ditunjukkan; anggota percaya mempunyai persamaan darah; mpy. nama suku tersendiri bahasa maupun adat (suku Jawa, Bali, Batak))

d. Klan/ Family Parental (Sekelompok/ golongan yg mementingkan keturunan sepihak  dari laki-laki/ perempuan; mrp. Sistim unilateral)

2. Kesatuan Territorial (kesatuan tunggal daerah) a. Bertempat tinggal pada daerah yang sama

 b. Mempunyai : tata tertib sendiri, kesadaran dalam mempertahankan daerah tempat tinggal, tidak harus mempunyai pertalian darah, terdapat 2 tipe (masy. Desa dan masy. lingkungan)

3. Kesatuan sacral (kesatuan religius)

a. Persatuan anggota oleh ikatan gaib/ religius

  b. Dalam aktifitas perkawinan, kekerabatan, ekonomi, pertanian, pertahanan,  peperangan dikuasai oleh ssesuatu yang gaib (religius magis)

c. Manifestasi sacral : upacara adat dan selamatan d. Terdapat dalam kesatuan genealogis dan territorial

e. Kesatuan TOTEMITIS (bila sifat gaibnya sangat dominan dibanding genealogis dan teritorial)

4. Kesatuan Gabungan/ Campuran

-

Penggolongan-penggolongan tidak terdapat batas yang tegas, Misal Desa di Jawa, Uma di Mentawai, Huta dan Kuria di Batak 

-

Masyarakat merupakan campuran antara : genealogis & teritorial atau genealogis, teritorial dan sakral.

5. Kesatuan lainnya

a. Penggolongan atas dasar proses pembentukan dan tujuannya : Paguyuban/ Kesatuan kodrat :

-

Dasar ikatan : genealogis, magis, religius

-

Solidaritas sangat kuat Patembayan :

71

-

Dasar ikatan : kehendak, perhitungan oleh karena persamaan kepentingan tujuan

-

Solidaritas tidak cukup besar 

-

Cepat terbentuk tetapi juga mudah pecah  b. Persatuan atas dasar jenis kelamin :

Golongan kaum lelaki

Golongan Kaum Perempuan

Sering terjadi pada masyarakat primitif 

Berhubungan dengan hak dan kewajiban, seperti :

Warisan, bagian dari hasil buruan, bagian dari hasil pertanian, cara berpakaian (adanya deferensiasi pada masy. primitif)

c. Penggolongan berdasarkan usia :

Pada masy. Primitif, gol. Kanak-kanak, gol. Anak, gol. Anak dewasa (blm kawin), gol. Pemuda (sudah kawin), gol. Orang tua.

D. Unsur-Unsur Masyarakat 1. Kategori sosial

Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya ciri-ciri yang obyektif yang dikenakan pada manusia-manusianya, seperti seks, usia, pendapatan, dll Contoh: masyarakat suatu negara ditentukan melalui hukumnya bahwa ada kategori warga jenis kelamin laki-laki dan kategori warga jenis kelamin wanita, dengan maksud untuk membedakan penyakit-penyakit yang spesifik pada kedua jenis kelamin tersebut. 2. Golongan sosial

Golongan sosial adalah merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu dikenakan kepada pihak mereka dari pihak luar  kalangan mereka sendiri. Walaupun demikian golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas sosial. Hal tersebut tumbuh sebagai akibat reaksi terhadap cara pihak luar  memandang golongan itu, atau mungkin golongan itu memang terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan adat istiadat tertentu.

Contoh: di Indonesia ada konsep golongan pemuda. Golongan sosial ini terdiri dari manusia-manusia yang oleh pihak luar disatukan berdasarkan ciri tertentu yaitu “sifat

71 muda” golongan ini oleh masyarakat umum digambarkan sebagai suatu golongan yang

masih penuh vitalitas dan semangat.

Suatu golongan sosial dapat juga timbul karena pandangan negatif dari orang-orang lain diluar golongannya.

Contoh: golongan gepeng dalam masyrakat kota terjadi karena ciri-ciri yang menyolok  dan membedakan dengan warga kota lainnya yang baik status sosialnya.

3. Komunitas

Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas dan merupakan pangkal dari perasaan patriotisme dan nasionalisme. Komunitas merupakan pengertian dari masyarakat dalam arti sempit karena komunitas   bersifat khusus dengan adanya ciri tambahan yaitu ikatan lokasi (dibatasi wilayah

geografi)

Contoh: kesatuan-kesatuan seperti kota, desa, Rt, Rw atau masyarakat pengrajin,  pedagang, petani.

4. Kelompok dan perhimpunan 1). Kelompok 

Kelompok merupakan sekumpulan manusia yang berinteraksi antar anggotanya, mempunyai adat istiadat tertentu, norma-norma berkesinambungan dan adanya rasa identitas yang sama serta mempunyai organisasi dan sistem pimpinan. Pada kelompok  dasar organisasinya adalah organisasi adat, hubungan berdasarkan kekeluargaan. Sifat kepemimpinan berdasarkan kewibawaan kharisma serta hubungannya berdasarkan atas  perorangan.

Contoh:

-

Kelompok-kelompok yang terikat oleh hubungan keturunan atau kekerabatan suatu marga misalnya masyarakat batak.

-

Kelompok-kelompok yang terdiri dari sekawanan anak remaja atau geng. Misalnya sekelompok tetangga yang sering bergaul

-

Kelompok-kelompok lain termasuk dalam organisasi adat, misalnya kepala adat di  beberapa wilayah Indonesia, misalnya Minangkabau.

71 Himpunan merupakan kesatuan manusia yang berdasarkan sifat tugas atau guna, sifat

hubungannya berdasarkan kontrak, dasar organisasinya, organisasi buatan, pimpinan  berdasarkan wewenang dan hukum.

Contoh:

Himpunan berdasarkan pendidikan yayasan pendidikan, perkumpulan  pemberantasan buta huruf.

Himpunan berdasarkan kelompok ilmu pengetahuan misal; organisasi profesi seperti IBI,IDI dan PPNI

Himpunan untuk kegiatan keagamaan misalnya Muhammadiyah E. Syarat-Syarat terbentuknya Masyarakat

1. Adanya Kesatuan :

-

Dalam penggunaan sarana dan peraturan meskipun tidak tertulis

-

Anggota masyarakat menyesuaikan diri

2. Adanya Tata tertib : bisa berupa peraturan tertulis untuk perbaikan anggota masyarakat 3. Adanya kerja sama : untuk tujuan bersama

E. Unsur-unsur community sentiment adalah sebagai berikut: 1). Seperasaan.

Seseorang berusaha mengidentifikasi dirinya sebanyak mungkin orang di dalam kelompok tersebut, sehingga semua mereka akan menyebut dirinya sebagai kelompok  kami, perasaan kami.

2). Sepenanggungan.

Masing-masing individu menyadari perasaannya di dalam kelompok, dan kelompok  masyarakat itu sendiri memberi kemungkinan dilaksanakannya peranan tersebut.

3). Saling memerlukan.

Di antara individu saling membutuhkan baik kebutuhan psikologis seperti rasa aman maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya.

71 Masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan bekerjasama

yang berhubungan secara erat tahan lama dengan sifat-sifat yang hampir sama, di suatu daerah tertentu dengan bermata pencaharian dari sektor agraris.

Ciri masyarakat pedesaan:

a. Pandangan kebutuhan kehidupan diutamakan pada keperluan utama dari kehidupannya. Contoh; bila memasak dan menghidangkan makanan yang diutamakan adalah pemenuhan kebutuhan biologis tidak diperhatikan soal-soal bahwa orang lain senang atau tidak.

 b. Kehidupan keagamaan, sangat religius hal ini karena cara berfikir secara efektifitas artinya semua hal ada hubungannya dengan rasa kebersamaan dan kehidupan warga desa cenderung kearah keagamaan.

c. Masyarakat desa pada umumnya hidup dalam kebersamaan lebih mementingkan kelompok dan keluarganya.

d. Pada masyarakat pedesaan tidak dikenal adanya pembagian kerja berdasarkan keahlian tetapi biasanya pembagian kerja berdasarkan usia, mengingat fisik masing-masing karena sistem kerja mereka adalah gotong royong.

e. Di desa lapangan pekerjaan umumnya kurang.

f. Jalan fikiran orang-orang desa pada umumnya lebih praktis lebih mementingkan pada kekerabatan.

g. Perubahan-perubahan sosial lambat karena masyarakatnya tertutup terhadap pengaruh dari luar.

Pola kehidupan masyarakat pedesaan dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: a. Pola kebudayaan, norma dan nilai masyarakat pedesaan.

Pola kebudayaan meliputi:

1). Bahasa, merupakan sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis, sebagai alat komunikasi. Penggunaan bahasa daerah (tradisional) di pedesaan umumnya lebih banyak digunakan, sedangkan bahasa asing biasanya agak sulit diterima oleh masyarakat desa.

2). Teknologi, cara-cara memproduksi, memakai dan memelihara peralatan hidup dalam kebudayaan suatu suku bangsa. Pada umumnya teknologi di pedesaan masih bersifat tradisional atau sederhana.

71 3). Sistem religi (keagamaan)

Sistem religi di pedesaan umumnya masih dipertahankan oleh masyarakat. Ulama/Kyai sangat dihormati. Di samping sistem religi ada sekelompok  masyarakat tertentu di pedesaan yang mempunyai kepercayaan dan keyakinan terhadap ilmu ghaib (magic) seperti halnya dengan sistem religi, ilmu ghaib juga mempunyai pemimpin atau pelukunya yaitu dukun, ada saat-saat tertentu mengadakan upacara-upacara pada tempat-tempat tertentu. Tingkat kepercayaan yang ada di masyarakat terhadap dukun sangat tinggi, dapat ditemukan di daerah  pedalaman atau terpencil. Walaupun pada akhirnya religi dan ilmu ghaib sering kelihatan sama dan sulit diberi batasan yang jelas namun pada dasarnya terletak   pada sikap manusia pada saat ia menjalankan agamanya yaitu ia menyerahkan

sepenuhnya kepada Tuhan, Dewa, Ruh, Nenek moyang ataupun kekuatan tinggi lainnya. Sebaliknya pada saat ia menjalankan ilmu ghaib ia berusaha memanipulasi kekuatan-kekuatan tinggi dan ghaib agar kehendaknya dapat dijalankan dan keinginannya tercapai.

4). Kesenian.

Di pedesaan masyarakatnya masih mempertahankan nilai-nilai seni yang terkandung, ada di wilayahnya atau desanya. Ada kewajiban tertentu bagi anak-anaknya dan pemuda untuk mempelajari kesenian daerah.

 Nilai dan norma di masyarakat pedesaan.

Hubungan sosial antara para warga masyarakat desa sangatlah luas, diatur oleh pola-pola ideal, yang umumnya dianggap keharusan dan yang mengandung peraturan-peraturan lebih khusus.

 Norma-norma yang umumnya digunakan oleh masyarakat desa adalah: a. Adat istiadat asli

Adat istiadat asli biasanya digunakan dalam mengatur hubungan antara individu, misalnya dalam hubungan antara orang-orang tua dan muda, upacara perkawinan, meminang, kelahiran bayi, kematian, mendapat haid pada remaja putri, dll.

Golongan orang-orang tua di masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan  penting misalnya, kakek, nenek, orang tua, paman, kepala suku atau marga. Orang akan selalu meminta nasehat-nasehat kepada mereka, apabila ada kesulitan-kesulitan

71 yang dihadapinya. Mereka dianggap sebagai pengambil keputusan terhadap

masalah-masalah yang dihadapi. b. Hukum agama

Sistem norma merupakan norma dan nilai yang diperoleh dari agama yang dianut. Apabila agama yang resmi dianut adalah agama Islam, hukum yang diambil mereka  berasal dari Al Qur’an, Hadist, Qiyas dan pendapat Ulama.

c. Hukum dan peraturan pemerintah

Sistem ini terdiri dari norma-norma yang timbul dari UUD 1945 dan hukum-hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah. Sejumlah peraturan-peraturan ini telah disampaikan.

 b. Pola Interaksi

Hubungan antar warga pedesaan umumnya lebih erat dan lebih mendalam. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan sehingga karena dekat dan merasa satu keluarga masyarakat yang berasal dari wilayah yang sama dianggap sebagai keluarga sendiri.

c. Mata Pencaharian

Penduduk masyarakat pedesaan umumnya hidup dari pertanian. Biasanya mereka   bertani semata-mata untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Mata pencaharian  penduduk desa disesuaikan dengan lokasi tempat tinggalnya.

G. Masyarakat Perkotaan

Ciri masyarakat perkotaan:

1). Pandangan penggunaan kebutuhan hidup sesuai dengan pandangan masyarakat sekitarnya.

2). Kehidupan keagamaan berkurang hal ini karena cara berfikir yang rasional (realita masyarakat). Memang di kota-kota juga beragama tetapi pusat kegiatannya hanya di tempat-tempat peribadatan.

3). Masyarakat kota pada umumnya bersikap individualistik tanpa harus bergantung pada orang lain. Kehidupan keluarga di kota sering sukar untuk disatukan, karena  perbedaan kepentingan, paham politik, agama, dsb.

71 4). Pembagian kerja di antara warga lebih tegas dan mempunyai batas-batas nyata

sehingga gejala demikian dapat menimbulkan kelompok-kelompok kecil yang didasarkan pada pekerjaan yang sama atau keahlian yang sama dalam pergaulan.

5). Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak  diperoleh warga kota karena sistem pembagian kerja yang diatas dan lingkupnya lebih luas.

6). Jalan pikiran orang-orang kota biasanya lebih rasional hal ini menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor-faktor kepentingan  pribadi.

7). Pembagian waktu yang teliti akibat dari jalan kehidupan yang cepat guna dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan individu.

8). Perubahan-perubahan sosial lebih cepat di kota karena lebih terbuka dalam menerima  pengaruh-pengaruh dari luar. Terutama orang muda sehingga sering menimbulkan  pertentangan dengan golongan tua.

Pola kehidupan masyarakat kota dapat kita lihat dari aspek: a. Pola kebudayaan, norma dan nilai masyarakat kota.

Pola kebudayaan meliputi: 1). Bahasa.

Bahasa yang digunakan umumnya adalah bahasa Indonesia, penggunaan bahasa daerah hanya oleh masyarakat atau kelompok tertentu.

2). Teknologi.

Teknologi yang digunakan sudah lebih maju dan modern, karena pengaruh era globalisasi, umumnya informasi tentang perkembangan teknologi mudah didapat melalui: media cetak, televisi, radio dan internet.

3). Sistem religi (keagamaan).

Kehidupan masyarakat perkotaan mulai berkurang, karena pola pikir masyarakat sudah mengarah lebih percaya pada hal-hal yang bersifat pasti dan nyata.

4). Kesenian.

Umumnya bersifat modern dan merupakan kreasi dari seniman-seniman kota dan mengikuti perkembangan teknologi.

71  Nilai dan Norma

 Nilai dan norma di masyarakat kota umumnya sudah mengalami pergeseran. Peraturan- peraturan yang berdasarkan adat istiadat sedikit sekali dipakai sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan hukum agama masih digunakan oleh sekelompok  orang tertentu yang menganut nilai keagamaan yang cukup tinggi. Peraturan pemerintah umumnya lebih sering dipakai dalam mengatur tata kehidupan masyarakat kota.

 b. Pola Interaksi.

Hubungan antara warga masyarakat kota, umumnya sudah bersifat individual, mereka akan berhubungan dengan orang lain karena ada kepentingan dan urusan, persamaan   pekerjaan, umur dan golongan. Mereka merasa dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain dan umumnya menganggap bahwa masalah orang lain adalah urusan orang tersebut.

c. Mata Pencaharian.

Mata pencaharian masyarakat kota umumnya sudah lebih bervariasi. H. Masyarakat Pinggiran

Masyarakat pinggiran kota terbentuk karena adanya perluasan kota. Keadaan di masyarakat pinggiran kota umumnya merupakan perpaduan antara sifat masyarakat kota dan desa, baik dari segi pola kebudayaan, interaksi dan mata pencaharian.

I. Permasalahan masyarakat pedesaan dan perkotaan.

Sehubungan dengan perbedaan antara masyarakat pedesaan dengan perkotaan, menimbulkan terjadinya urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota. Proses urbanisasi dapat terjadi dengan lambat atau cepat tergantung pada keadaan masyarakat yang bersangkutan.

Sebab-sebab pendorong orang desa meninggalkan tempat tinggalnya: a. Di desa lapangan kerja pada umumnya kurang.

  b. Penduduk desa terutama kaum mudanya, merasa tertekan oleh adat istiadat yang mengakibatkan cara hidup yang monoton. Untuk mengembangkan pertumbuhan jiwa,  banyak yang pergi ke kota.

c. Di desa tidak banyak kesempatan untuk menambah pengetahuan.

d. Rekreasi yang merupakan salah satu faktor penting di bidang spiritual kurang sekali dan kalaupun ada perkembangannya sangat lambat.

71 e. Bagi penduduk desa yang mempunyai keahlian lain selain bertani dan menginginkan

 pasaran yang lebih luas untuk hasil produksinya, hal ini tidak mungkin didapatkan di desa.

Faktor-faktor penarik kota adalah:

a. Penduduk desa kebanyakan mempunyai anggapan bahwa di kota banyak pekerjaan serta banyak penghasilan (uang).

 b. Di kota lebih banyak kesempatan mendirikan perusahaan industri sehingga banyak  menyerap tenaga kerja.

c. Kelebihan modal di kota lebih banyak daripada di desa.

d. Pendidikan lebih banyak di kota dan dengan sendirinya lebih mudah di dapat.

e. Kota merupakan suatu tempat yang lebih menguntungkan untuk mengembangkan  jiwa dengan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya.

f. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam orang dan dari segala lapisan.

J. Masyarakat Sehat

Ciri masyarakat sehat:

a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

 b. Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan,  penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak. c. Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang

dikembangkan dan di manfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.

d. Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat.

e. Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit. Beberapa indikator dari masyarakat sehat menurut WHO adalah:

1). Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat a). Indikator komprehensif 

Angka kematian kasar menurun

Umur harapan hidup meningkat

71

Angka kematian ibu dan anak menurun

Angka kematian karena penyakit menular menurun

Angka kelahiran menurun

2). Indikator pelayanan kesehatan

Rasio antar kesehatan dan jumlah penduduk seimbang

Distribusi tenaga kesehatan merata

Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit, fasilitas kesehatan lainnya

Masalah- masalah kesehatan dalam masyarakat Indonesia: 1). Tingginya angka pertumbuhan penduduk 

2). Tingginya angka kematian ibu dan anak 

3). Tingginya angka kesakitan karena penyakit menular  4). Meningkatnya angka kesakitan penyakit tidak menular  5). Masalah kesehatan lingkungan.

Sumber Pustaka :

Hartono H., Aziz A., 2004. Ilmu Sosial Dasar . Jakarta : Bumi Aksara

Syafrudin, 2009. Sosial Budaya Dasar untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : TIM Widyosiwoyo S., 1996. Ilmu Budaya Dasar . Jakarta : Ghalia Indonesia

ASPEK SOSIAL BUDAYA KESEHATAN DALAM PELAYANAN

Dalam dokumen Konsep Ilmu Sosial Budaya Dasar (Halaman 30-42)

Dokumen terkait