71
By Arva Rochmawati, SST
Bidan sebagai salah satu anggota tim kesehatan terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Menurut Departemen Kesehatan RI fungsi bidan di wilayah kerjanya ialah:
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, mengenai persalinan, pelayanan KB pengayoman medis kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat. 3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
4. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan.
5. Membina kerjasama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat. 6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan lainnya.
7. Mendeteksi adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai kemampuannya.
Agar tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat, salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan apabila mendatangi suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat setempat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh bidan supaya dikenal oleh masyarakat ialah ia harus mempromosikan diri dengan menampilkan kepribadian sesuai norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, memahami bahwa nasyarakat merupakan bagian dari dirinya, sehingga bidan memiliki kharima tersendiri bagi masyarakat setempat. Apabila masyarakat sudah menganggap bidan adalah orang yang patut dicontoh maka ia akan melaksanakan hal-hal yang diajarkan dan
dianjurkan oleh bidan.
A. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Anak Angka kematian bayi masih tinggi yaitu 58/1000 kelahiran hidup. Jenis kematian adalah:
Karena penyakit antara lain; tetanus, campak, pertusis.
71 Angka kematian balita masih 10,6/1000.
Angka kelahiran dan angka kesuburan masih cukup tinggi, angka kelahiran kasar berkisar antara 26-32/1000 penduduk.
Angka kematian tersebut berkaitan erat dengan faktor sosial budaya di masyarakat:
• Pandangan sebagian masyarakat, bahwa kelahiran anak adalah merupakan sumber rejeki, anak itu tumpuan dihari tua.
• Kurangnya pemenuhan nutrisi bagi anak dan baik, karena memprioritaskan ayah sebab ayah adalah pencari nafkah.
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dikonsumsi oleh anggota-angoota rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu.
Misalnya: Ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan/dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu, ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih baik dan lebih banyak daripada anggota keluarga yang lain.
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku, berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh pemberian ASI menurut konsep kesehatan modern ataupun medis dianjurkan selama 2 tahun dan pemberian makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun. Namun, pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin memberikan nasi pakpak kepada bayinya agar tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi. Demikian pula halnya
dengan pemberian colostrum. Di beberapa masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tidak baik untuk diberikan kepada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu ada yang menganggap bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara colostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan anak dan tahan hidup anak yaitu: 1. Faktor ibu. (umur, paritas, jarak kelahiran)
2. Faktor pencemaran lingkungan 3. Faktor kekurangan gizi
71 4. Faktor luka
5. Faktor pengendalian penyakit perorangan
B. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Ibu
Sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatan ibu diantaranya adalah: • Kepercayaan.
• Anggapan. • Larangan.
Pengaruh sosial budaya juga berdampak pada tingkat pendidikan kaum wanita yang rendah terutama pada wanita dewasa muda yang masih berkisar 25,7%, kondisi ini menyebabkan ibu-ibu tidak mengetahui perawatan semasa hamil, kelahiran, perawatan bayi dan semasa nifas, juga tidak mengetahui kapan harus datang ke pelayanan kesehatan.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara pemilihan jenis/bahan makanan, cara memasak dan cara penyajian yang serasi sehingga nilai gizinya pun kurang seimbang. Pola makan tersebut berpengaruh terhadap timbulnya penyakit: anemia, pre eklamsi, DM, dll. Dalam sosial budaya
tertentu terdapat budaya pantang terhadap makanan tertentu yang mestinya sangat dibutuhkan. Angka kematian ibu yang tinggi, menurut Sensus Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) angka kematian ibu maternal 450/100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu merupakan salah satu indikator derajat kesehatan dimana jumlah yang banyak adalah ibu masa hamil, partus dan nifas. Proses kehamilan dan persalinan merupakan penyebab kematian tertinggi pada wanita yang berkisar 94,4% disebabkan perdarahan, infeksi, toxemia dan anemia.
Banyak kepercayaan, kebiasaan dan adat istiadat yang mengatur tentang kehidupan wanita, terutama kesehatan ibu seperti waktu hamil, melahirkan dan nifas.
a). Adanya penilaian anak yang berbeda-beda menurut jenis kelamin.
Belum adanya jenis kelamin tertentu dalam keluarga terkadang memaksa ibu untuk hamil lagi yang kemungkinan membahayakan kesehatan mereka sendiri.
b). Pendekatan yang digunakan dalam strategi pelaksanaan program KB.
Bermacam-macam pendekatan dapat digunakan untuk melaksanakan program KB. c). Pemahaman tentang KB.
Pemahaman dan keyakinan dalam masyarakat mengenai program KB identik dengan kontrasepsi yang dipromosikan pemerintah padahal dengan memakai cara kontrasepsi
71 apapun sepanjang tujuannya untuk menjarangkan/menghentikan kelahiran, maka orang
tersebut dapat dikatakan ber-KB. d)Aborsi.
Sebagian besar alasan melakukan aborsi karena masalah ekonomi, jarak kehamilan yang terlalu dekat, kegagalan kontrasepsi, suami kawin lagi atau jumlah anak terlalu banyak.
e). Kehamilan.
Selama kehamilan sebagian besar ibu-ibu tidak memeriksakan diri secara teratur ke puskesmas/tempat pemeriksaan kesehatan lain, dengan alasan tidak memiliki keluhan yang berarti selama hamil. Tetapi banyak juga yang melakukan perawatan khusus selama
kehamilan baik secara tradisional maupun modern. f). Mengidam.
Pada ibu hamil mungkin timbul gejala-gejala mengidam. Perubahan selera makan ibu hamil dipengaruhi oleh hormon dan rasa hatinya.
g). Melahirkan.
Sebagian besar masyarakat sudah mempercayakan proses kelahirannya pada bidan atau dokter karena memiliki pengetahuan dan peralatan modern dan canggih sehingga lebih memberikan perasaan aman, proses kelahiran lebih cepat dan tidak terlalu menyakitkan.
h). Perawatan pasca melahirkan
Mengembalikan energi yang terkuras selama proses melahirkan serta melakukan perawatan pengembalian kondisi fisik. Secara tradisional dengan minum jamu-jamu tertentu agar
kondisi bisa seperti semula, mengeluarkan darah kotor dan mengencangkan rahim.
C. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Pelayanan Kesehatan. Pembangunan kesehatan di Indonesia terhambat oleh berbagai faktor yaitu: 1. Jumlah penduduk yang besar serta distribusi yang tidak merata.
2. Tingkat pendidikan yang belum memadai.
3. Adat istiadat, sikap, tingkah laku dan kebiasaan masyarakat untuk hidup sehat masih belum mampu memperoleh upaya pelayanan kesehatan.
4. Terbatasnya pembiayaan untuk pembangunan kesehatan dari Pemerintah.
Arus perubahan yang cepat seringkali tidak diikuti dengan perubahan sikap dan pola tingkah laku yang sesuai dengan masyarakat, karena perubahan orientasi nilai budaya
71 mereka terhambat sehingga menimbulkan konflik dalam sistem nilai budaya yang dapat
mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.
Ditambah dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masih rendah, dilihat dari frekuensi kunjungan ANC Ibu Hamil yang berkisar 317X sebesar 54%, masyarakat yang memeriksakan diri ke Puskesmas 59,7%, swasta 28,9%, Posyandu 11,2%. Hal ini antara lain disebabkan oleh:
a. Pelayanan posyandu tidak/kurang tersedia ruangan yang tertutup dan memadai untuk menjaga privacy.
b. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan rendah.
Petugas kesehatan umumnya pendatang sehingga ada perbedaan pengakuan dan penerimaan sebagai keluarga, imbalan jasa kepada petugas relatif lebih mahal serta
dibatasi dengan tarif. D. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Wujud pembanguna kesehatan di Indonesia adalah SKN (Sistem Kesehatan Nasional) yang diatur dalam UU No 23 Th 1982 tentang Kesehatan. UU ini merupakan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Pengertian Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
Tujuan Sistem Kesehatan Nasional
Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Nilai-nilai Filosofi Pembangunan Dasar pijakan:
71 a. Kesehatan adalah hak azasi bangsa.
b. Kesehatan sebagai investasi bangsa.
c. Kesehatan menjadi titiksentral pembangunan kesehatan. Landasan idiil: Pancasila
Landasan Konstitusional: UUD 1945
Prinsip dasar pembangunan: Perikemanusiaan.
Penyelenggaraan pembangunan didasarkan pada prinsip kemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan kesehatan di Indonesia dirasionalkan dalam wujud PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).
Tujuan PKMD Tujuan Umum:
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
Tujuan Khusus:
• Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki untuk menolong diri sendiri.
• Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berpartisipasi dalam berswadaya.
• Menghasilkan lebih banyak tenaga masyarakat untuk berperan dalam LKMD. • Meningkatkan kesehatan masyarakat dalam memenuhi beberapa indikator
kesehtan antara lain:
1). Menurunkan angka kematian bayi dan ibu bersalin. 2). Menurunkan angka kesakitan umum.
3). Menurunkan angka kematian bayi dan anak. 4). Menurunkan angka kelahiran.
5). Menurunkan angka kekurangan gizi balita.
ASPEK SOSIAL BUDAYA KESEHATAN YANG BERPENGARUH DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
71
By Arva Rochmawati, SST
I. Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Perkawinan
Sosial budaya sangat berkaitan dengan cara pendekatan dalam melakukan perubahan perilaku masyarakat yang erat kaitannya dengan masalah-masalah
kependudukan karena proses perkawinan dapat mengakibatkan kelahiran dan hal tersebut merupakan resiko yang tinggi bagi ibu-ibu di seluruh dunia.
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang wanita dengan seorang pria sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia serta untuk mendapatkan keturunan sebagai pewaris dan penerus kedua orang tuanya yang kenudian hari akan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.
Terjadinya perkawinan dibawah usia 20 tahun akan menyebabkan depresi dalam hubungan seksual karena kurangnya pengetahuan pendidikan seks bagi kedua pasangan, serta pada usia 35 tahun fungsi-fungsi tubuh mengalami penurunan yaitu kekuatan otot, kecakapan mental dan produksi.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pemberian informasi kepada wanita untuk mengerti tentang alamat reproduksi dan masalah yang ditimbulkan melalui pembinaan dan penyuluhan yang berkesinambungan.
A. Pengertian.
Menurut Pasal 1 UU Perkawinan No.I tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir adalah hubungan
formal yang dapat dilihat sedangkan suami istri adalah fungsi masing-masing pihak sebagai akibat dari adanya ikatan lahir batin.
B. Tujuan Perkawinan.
Tujuan perkawinan menurut UU Perkawinan adalah membentuk keluarga/rumah tangga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tujuan perkawinan dalam Islam:
a. Untuk memenuhi tuntutan manusia yang asasi.
Perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan melalui jenjang perkawinan.
71 71 b.
b. UntUntuk meuk membembententengi angi akhlkhlak yaak yang lung luhurhur.. Islam memandan
Islam memandang g perkawperkawinan inan dan dan pembenpembentukan keluarga tukan keluarga sebagasebagai i saransarana a efektefektif if un
untutuk k memememelilihahara ra pepemumuda da dadan n pepemumudi di dadari ri kekerurusasakakan n dadan n memelilindndunungigi masyarakat dari kekacauan.
masyarakat dari kekacauan. c.
c. MeneMenegakgakkan rkan rumaumah tah tangga ngga yanyang Ig Islaslami.mi. Agar
Agar suasuami mi ististri ri melmelaksaksanaanakan kan syasyari’ri’at at IslIslam am daldalam am rumrumah ah tantanggagganyanya. . MakMakaa setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal.
ideal. d.
d. UntUntuk meuk meninningkagkatkan itkan ibadabadah keph kepada Alada Allahlah..
Rumah tangga adalah satu lahan subur bagi peribadataan dan amal shalih di Rumah tangga adalah satu lahan subur bagi peribadataan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-amal shalih lain, sampai-sampai berhubungan suami samping ibadat dan amal-amal shalih lain, sampai-sampai berhubungan suami istri termasuk ibadah (sedekah).
istri termasuk ibadah (sedekah). e.
e. UntUntuk muk mencaencari kri ketueturunrunan yan yang ang shashalilih.h.
Perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan Perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan mem
membenbentuk tuk genegenerasrasi i yanyang g berberkuakualitlitas, as, yaiyaitu tu menmencarcari i anaanak k yanyang g shashalih lih dandan bertaqwa kepada Allah SWT.
bertaqwa kepada Allah SWT. C.
C. PePernrnikikahaahan Dn Dinini.i.
Munculnya pernikahan dibawah umur yang sering terjadi karena adanya beberapa Munculnya pernikahan dibawah umur yang sering terjadi karena adanya beberapa faktor seperti faktor tradisi, pendidikan dan ekonomi.
faktor seperti faktor tradisi, pendidikan dan ekonomi.
Salah satu contoh dari faktor tradisi adalah pernikahan dibawah umur yang dilakukan Salah satu contoh dari faktor tradisi adalah pernikahan dibawah umur yang dilakukan oleh penduduk di Kec. Jangkar Kab. Situbondo. Pernikahan yang dilakukan di tempat oleh penduduk di Kec. Jangkar Kab. Situbondo. Pernikahan yang dilakukan di tempat ini dikarenakan oleh faktor tradisi, ekonomi dan pendidikan. Karena sebagian besar ini dikarenakan oleh faktor tradisi, ekonomi dan pendidikan. Karena sebagian besar perempuan di masyarakat ini yang menikah di usia dini adalah mereka yang setelah perempuan di masyarakat ini yang menikah di usia dini adalah mereka yang setelah
lulus SD tidak bisa melanjutkan ke jenjang
lulus SD tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.pendidikan selanjutnya.
Karena kuatnya adat di masyarakat ini mengakibatkan anak perempuan juga mau Karena kuatnya adat di masyarakat ini mengakibatkan anak perempuan juga mau tidak mau harus mengikuti tradisi yang ada. Faktor ekonomi yang mendasari para tidak mau harus mengikuti tradisi yang ada. Faktor ekonomi yang mendasari para orang tua untuk menikahkan anaknya di usia muda. Karena sebagian besar para orang orang tua untuk menikahkan anaknya di usia muda. Karena sebagian besar para orang tua memiliki anggapan bahwa setelah mereka menikahkan anak perempuannya, maka tua memiliki anggapan bahwa setelah mereka menikahkan anak perempuannya, maka orang tua sudah tidak berkewajiban lagi untuk membiayai kebutuhan anaknya. Para orang tua sudah tidak berkewajiban lagi untuk membiayai kebutuhan anaknya. Para orang tua tersebut belum paham tentang akibat buruk yang akan timbul pada anak orang tua tersebut belum paham tentang akibat buruk yang akan timbul pada anak
71 71 yang menikah pada usia dini baik dari segi kesehatan maupun dari segi psikologis.
yang menikah pada usia dini baik dari segi kesehatan maupun dari segi psikologis. Karena mereka dipaksakan untuk memikirkan kondisi rumah tangga yang mereka Karena mereka dipaksakan untuk memikirkan kondisi rumah tangga yang mereka b
binina a di di ususia ia didini ni sesehihingngga ga memerereka ka memengangalalami mi tetekakananan n padpada a jijiwawanynya a dadan n ininii mengganggu psikologis seorang anak.
mengganggu psikologis seorang anak.
Pernikahan di usia dini banyak menimbulkan masalah terhadap keselamatan ibu dan Pernikahan di usia dini banyak menimbulkan masalah terhadap keselamatan ibu dan bayi, menimbulkan problem sosial dan problem lainnya. Dari segi fisik dan biologis bayi, menimbulkan problem sosial dan problem lainnya. Dari segi fisik dan biologis
akan berakibat pada: akan berakibat pada:
a). Ibu banyak menderita anemia selagi hamil dan melahirkan. a). Ibu banyak menderita anemia selagi hamil dan melahirkan. b). Salah satu pemyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi. b). Salah satu pemyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi.
c). Mengalami masa reproduksi yang lebih panjang, sehingga memungkinkan banyak c). Mengalami masa reproduksi yang lebih panjang, sehingga memungkinkan banyak
peluang besar untuk melahirkan dan mempunyai anak. peluang besar untuk melahirkan dan mempunyai anak.
d). Pernikahan menghentikan kesempatan mengecap pendidikan yang lebih tinggi, d). Pernikahan menghentikan kesempatan mengecap pendidikan yang lebih tinggi,
beri
berinteraknteraksi si dengan lingkungan sebaya, dengan lingkungan sebaya, maka dia maka dia tidak memperoletidak memperoleh h kesempkesempatanatan pen
pengetgetahuahuan an dan dan wawwawasaasan n yanyang g leblebih ih lualuas, s, sehsehingingga ga berberimimpliplikaskasi i terterhadahadapp kur
kurangnangnya ya infinformormasi asi dan dan semsempitpitnya nya keskesempempataatan n menmendapadapatkatkan n kerkerja, ja, yanyangg otomatis lebih mengenalkan kemiskinan status ekonomi keluarga rendah karena otomatis lebih mengenalkan kemiskinan status ekonomi keluarga rendah karena pendidikan yang minim.
pendidikan yang minim.
e). Bayi lahir dengan berat rendah. e). Bayi lahir dengan berat rendah.
Tradisi, kondisi kultur sosial dan tempat merupakan faktor-faktor yang tidak dapat Tradisi, kondisi kultur sosial dan tempat merupakan faktor-faktor yang tidak dapat dip
dipisaisahkahkan n dardari i masmasyaryarakaakat. t. TraTradisdisi i niknikah ah di di bawbawah ah umuumur r mermerupakupakan an konskonsensensusus masyarakat, walaupun nikah di bawah umur menjadi tradisi di tempat ini, sesuai data masyarakat, walaupun nikah di bawah umur menjadi tradisi di tempat ini, sesuai data yang di dapat angka perceraian sangatlah minim sekali. Selain itu secara psikologis yang di dapat angka perceraian sangatlah minim sekali. Selain itu secara psikologis dan biologis masyarakat setempat sudah mampu melaksanakan pernikahan di bawah dan biologis masyarakat setempat sudah mampu melaksanakan pernikahan di bawah umur dan anak yang dilahirkan selalu sehat, pintar dan hampir tidak ada masalah umur dan anak yang dilahirkan selalu sehat, pintar dan hampir tidak ada masalah dalam segala aspek.
dalam segala aspek.
IIII.. AAssppeek sk soossiiaal bl buuddaayya pa paadda sa seettiiaap tp trriimmeesstteer kr keehhaammiillaann..
Perawatan kehamilan merupakan slah satu faktor yang amat perlu diperhatikan Perawatan kehamilan merupakan slah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, di samping itu untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, di samping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan
kehami
kehamilan (ante lan (ante natal care) adalah penting ntuk natal care) adalah penting ntuk mengetmengetahui dampak ahui dampak kesehakesehatan bayi tan bayi dandan si ibu sendiri. Kenyataan yang ada di kalangan masyarakat Indonesia, masih banyak si ibu sendiri. Kenyataan yang ada di kalangan masyarakat Indonesia, masih banyak
ibu-71 71 ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa
ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan maupun dokter. Masih banyak tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan maupun dokter. Masih banyak ibu-i
ibu-ibu bu yang kurang yang kurang menyamenyadari dari pentipentingnya pemeriksaangnya pemeriksaan n kehamikehamilan lan menyebmenyebabkan abkan tidak tidak terde
terdeteksiteksinya nya faktofaktor-fakr-faktor resiko tor resiko tinggtinggi i yang mungkin yang mungkin dialadialami mi oleh mereka. oleh mereka. ResikResiko o iniini