• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI

B. Konsep Nasionalisme

27

d. Menghormati keputusan orang lain.

e. Menghormati kekurangan dan kelebihan orang lain. 3. Demokratis a. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

b. Pemilihan ketua kelas dan pengurus kelas secara demokrasi.

c. Mendasarkan setiap keputusan pada musyawarah mufakat.

d. Menyelesaikan persoalan secara damai. e. Selalu bersikap adil kepada semua orang.

4. Cinta Damai a. Menciptakan suasana kelas yang tentram dan nyaman. b. Tidak menoleransi segala bentuk tindak kekerasan. c. Selalu rukun dan tidak menciptakan keributan di kelas

dan sekolah.

d. Mendorong terciptanya keharmonisan kelas dan sekolah. 5. Peduli Sosial a. Memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan.

b. Melakukan kegiatan bakti sosial.

c. Memberikan bantuan kepada lingkungan masyarakat yang kurang mampu.

d. Menyediakan kotak amal atau sumbangan.

B. Konsep Nasionalisme

Nasionalisme secara etimologis berasal dari kata natie yang berarti keturunan/dilahirkan, nation yang berarti bangsa, national yang artinya ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain, dan nationalitas yang artinya rasa kebangsaan, atau nationalist yang artinya orang yang cinta persatuan/bangsa. Nasionalisme mempunyai dua pengertian. Pertama, nasionalisme dalam pengertian lama merupakan paham kebangsaan berdasarkan kejayaan masa lampau. Hal ini berlaku bagi negara-negara merdeka seperti negara-negara Eropa yang merasa sebagai bangsa superior yang melahirkan kesombongan yang akhirnya menimbulkan penjajahan atau imperialisme.22

22 Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi: Disesuaikan dengan

Kepdirjen Dikti No. 43 tahun 2006 tentang Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadiandan UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2017), 43.

28

Kedua, nasionalisme dalam pengertian modern merupakan paham kebangsaan yang menolak penjajahan untuk membentuk negara yang bersatu, demokrasi dan berdaulat. Hal ini berlaku bagi negara-negara yang pernah mengalami penjajahan. Nasionalisme dalam hal ini merupakan reaksi terhadap imperialisme.23 Nasionalisme dalam pengertian umum merupakan bentuk kesadaran suatu komunitas sebagai suatu bangsa yang konsekuensinya adalah adanya keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri, baik dalam hal batas kelautan, teritorial, agama dan bahasa yang menunjukkan identitas spesifik suatu bangsa.24

Dimulai dari tumbuhnya kesadaran untuk menentukan nasib bangsa Indonesia sendiri yang tertindas dari para penjajahan, maka muncullah semangat untuk bebas dan mandiri dalam rangka menentukan masa depannya sendiri. Dalam situasi perjuangan merebut kemerdekaan, maka diperlukannya suatu konsep sebagai dasar pembenaran menentukan nasib kemerdekaan sendiri dengan mengikutsertakan semua orang atas nama sebuah bangsa yang pada akhirnya mengkristal dalam sebuah konsep ideologi kebangsaan yang biasa disebut dengan nasionalisme.25

Menurut KH. Yasri Marzuki, secara historis, nasionalisme berasal dari realitas sejarah zaman nabi di kota Madinah. Madinah pada saat nabi berhijrah adalah sebuah kota yang didiami oleh banyak golongan, yakni kaum Yahudi,

23 Ibid., 43.

24 Ali Mahdi, dkk, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila: Sebagai Pemandu Reformasi (Surabaya: UIN Sunan AMpel Press, 2013), 47.

25 Trianto, dkk, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), 102 – 103.

29

kaum Nasrani, kaum penyembah berhala, kaum majusi dan juga umat Islam (kaum Muhajirin dan Anshar). Semua kelompok tersebut disatukan oleh nabi Muhammad bukan atas dasar sentimen agama, akan tetapi nabi Muhammad mempersatukan mereka dengan sentimen kepemilikan bersama atas kota yang mereka tempati dan bagaimana cara mempertahankan Madinah dari segala macam ancaman yang datang dari luar.26

Bagi umat Islam di Indonesia, nasionalisme Indonesia berpijak dari semangat juang para kiai sejak zaman Belanda. Fatwa Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada bulan Oktober tahun 1945 merupakan wujud nyata dari nasionalisme bangsa Indonesia.27 KH Hasyim Asy’ari adalah kyai kharismatik yang mengobarkan semangat juang nasionalisme dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia serta mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui pondok pesantren yang dipimpin beliau hingga akhir hayatnya.28

Nasionalisme merupakan suatu situasi kejiwaan di mana seseorang memberikan kesetiaan secara total untuk mengabdi langsung kepada negara dan bangsa atas nama sebuah bangsa. Munculnya nasionalisme ini terbukti sangat efektif sebagai alat untuk perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari penjajahan negara lain.29 Menurut K.H. Asy’ari, nasionalisme merupakan bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan. Agama dan nasionalisme adalah

26 Ali Maschan Moesa, Nasionalisme KIAI: Konstruksi Sosial Berbasis Agama (Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang, 2011), 174.

27 Ibid., 175.

28 Abdul Choliq Murod, “Nasionalisme Dalam Perspektif Islam”……, 258. 29 Ibid., 103.

30

dua kutub yang tidak berseberangan.30 Oleh karenanya banyak kalangan kyai yang memperjuangkan nasionalisme untuk menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia ini.

Nasionalisme merupakan sebuah paham yang direalisasikan dalam sebuah gerakan yang menginginkan kepentingan bersama, yaitu kepentingan bangsa (nation), walaupun mereka terdiri dari masyarakat yang majemuk. Bangsa memiliki arti totalitas yang tidak membedakan ras, suku, agama dan golongan. Kata kunci dalam nasionalisme adalah kesetiaan terhadap kelompok bangsa. Kesetiaan itu muncul karena adanya kesadaran akan identitas kolektif yang berbeda dengan yang lain.31

Sartono Kartodirdjo menjelaskan bahwa terdapat empat prinsip dalam nasionalisme, dimana yang satu dengan yang lainnya saling terkait untuk membentuk wawasan nasionalisme. Empat prinsip tersebut adalah kesatuan, kemerdekaan (termasuk kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat), persamaan bagi setiap warga untuk mengembangkan kemampuannya masing-masing dan kepribadian yang terbentuk oleh pengalaman budaya dan sejarah bangsa.32

Terdapat dua faktor pembentuk nasionalisme yaitu faktor subjektif dan faktor objektif. Faktor subjektif dari nasionalisme meliputi semangat, cita-cita dan keinginan dalam arti timbulnya rasa kesadaran nasional bangsa sesuai dengan tujuan utamanya untuk terwujudnya negara nasional. Sedangkan faktor

30Husein Muhammad, Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus (Jakarta: PT Mizan Publika, 2015), 52. 31 Ali Maschan Moesa, Nasionalisme KIAI: Konstruksi Sosial Berbasis Agama…..., 28 – 29. 32 Ibid., 31.

31

objektifnya adalah warna kulit, bahasa, kebudayaan, agama, adat, wilayah, kewarganegaraan dan ras. Karena adanya paham nasionalisme ini, maka lahirlah konsep nation state atau negara bangsa, yaitu negara dalam makna modern.33

Di Indonesia, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya nasionalisme. Bila dikelompokkan maka terdapat dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar negeri. Faktor dari dalam antara lain sebagai berikut: a. Seluruh Nusantara telah menjadi kesatuan politik, pemerintah, hukum dan berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Akibat yang ditimbulkannya adalah eksploitasi Barat mampu menyatukan rakyat karena perasaan senasib dan sependeritaan.

b. Munculnya kelompok intelektual sebagai dampak sistem pendidikan Barat. Kelompok inilah yang mampu mempelajari beragam konsep Barat untuk dijadikan ideologi dan dasar gerakan dalam melawan kolonialisme Barat. c. Beberapa tokoh pergerakan mampu memanfaatkan kenangan kejayaan masa

lalu (kejayaan kerajaan Majapahit, Sriwijaya dan Mataram) untuk dijadikan motivasi dalam bergerak dan juga meningkatkan rasa percaya diri rakyat dalam berjuang melawan penjajah.34

Sedangkan faktor yang berasal dari luar negeri antara lain yaitu kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905 yang bisa mengangkat rasa percaya diri, bahwa bangsa Asia (kulit berwarna hitam) mampu mengalahkan bangsa Eropa (kulit putih) yang selama ini sangat dominan dalam

33 Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.., 44. 34 Ibid., 44-45.

32

politik dunia. Hal inilah yang kemudian menginspirasi pemuda Indonesia untuk bersatu dan berjuang mengangkat senjata mengusir bangsa penjajah dari Indonesia.35

Nasionalisme merupakan suatu situasi kejiwaan di mana seseorang memberikan kesetiaan secara total untuk diabdikan langsung kepada negara dan bangsa atas nama sebuah bangsa.36 Nilai-nilai nasionalisme yang berhubungan dengan pendidikan karakter diantaranya yaitu semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini sangat penting ditanamkan pada karakter peserta didik sejak dini.

Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.37 Berikut ini indikator dari nilai-nilai nasionalisme:

Tabel 2.2

Indikator Nilai-Nilai Nasionalisme

No Karakter Indikator38

1. Semangat Kebangsaan

a. Memperingati hari-hari besar nasional. b. Meneladani para pahlawan nasional. c. Berkunjung ke tempat-tempat bersejarah.

d. Melaksanakan upacara rutin sekolah dan menyanyikan lagu kebangsaan.

e. Mengikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan kebangsaan. f. Memajang gambar tokoh-tokoh bangsa.

35 Ibid,., 45-46.

36 Trianto, dkk, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan.., 102.

37 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidika.., 76.

33

2. Cinta Tanah Air

a. Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. c. Memajang bendera Indonesia, pancasila, gambar

presiden serta simbol-simbol negara lainnya. d. Bangga dengan karya bangsa.

e. Melestarikan seni dan budaya bangsa.