• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI

C. Pendidikan Karakter

4. Tahap-Tahap Pendidikan Karakter

44

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang sudah terjadi.

a. Menjaga lingkungan kelas dan sekolah.

b. Memelihara tumbuhan dengan baik.

c. Mendukung program go green di sekolah.

d. Tersedianya tempat sampah organik dan non organik. e. Menyediakan kamar mandi, air

bersih dan tempat cuci tangan. 17. Peduli

Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain

dan masyarakat yang membutuhkan.

a. Sekolah memberikan bantuan kepada siswa yang kurang mampu.

b. Melakukan kegiatan bakti sosial. c. Memberikan bantuan kepada

lingkungan masyarakat yang kurang mampu.

d. Menyediakan kotak amal atau sumbangan.

18. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dilakukan

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan,

negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

a. Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik.

b. Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan.

c. Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. d. Mengerjakan tugas kelompok

secara bersama-sama.

4. Tahap-Tahap Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter membutuhkan proses atau tahapan secara sistematis sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Karakter dikembangkan melalui tiga tahapan, yakni pengetahuan, pelaksanaan dan kebiasaan. Hal ini dikarenakan karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan mengenai kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan yang diketahuinya bila tidak terlatih untuk melakukan kegiatan baik tersebut.

45

Penerapan pendidikan karakter dikembangkan melalui tiga langkah, yakni:

a. Moral Knowing (Pengetahuan tentang moral)

Pengetahuan tentang moral ini untuk mengisi ranah kognitif peserta didik yang menyangkut tentang kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai moral, penentuan sudut pandang, pengenalan diri, logika moral dan keberanian dalam mengambil sikap.

b. Moral Feeling (Penguatan emosi atau perasaan)

Moral feeling ini merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter yang berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik. Sikap-sikap tersebut antara lain yaitu: kesadaran terhadap jati diri, kepekaan terhadap penderitaan orang lain, percaya diri, pengendalian diri, kerendahan hati dan cinta terhadap kebenaran.

c. Moral Action (Perbuatan Bermoral)

Moral action merupakan tindakan atau perbuatan moral yang merupakan hasil dari moral knowing dan moral feeling. Untuk memahami sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan baik, maka harus dilihat dari tiga aspek lain dari karakter, yakni kompetensi, keinginan dan kebiasaan. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang untuk secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter. Hal ini dikarenakan perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan terhadap nilai karakter

46

tersebut. Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter juga diperlukan aspek perasaan, yakni perasaan atau keinginan untuk berbuat baik.

Tahap-tahap pendidikan karakter harus dilakukan secara sistematis dan tidak boleh meloncat karena berpengaruh terhadap hasil akhirnya. Dibutuhkan kesabaran, keuletan dan ketelatenan dalam berproses. Berdasarkan hadits Rasulullah, M. Furqon Hidayatullah seperti yang dilansir oleh Jamal Ma’mur Asmani dalam bukunya yang berjudul Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah menjelaskan mengenai klasifikasi pendidikan karakter dalam beberapa tahap berikut ini:

a. Umur 5-6 Tahun (Tahap Penanaman Adab)

Adab bisa dilihat dari tata cara seseorang dalam bersikap, bertutur kata, bersosialisasi dan berinteraksi. Pada umur 5-6 tahun karakter yang penting untuk ditanamkan adalah tauhid (pendidikan keimanan), kejujuran dan saling menghormati. Pada tahap ini juga penting untuk ditanamkan pentingnya berproses baik dalam belajar maupun dalam mendapatkan sesuatu, sehingga tumbuh menjadi anak yang mandiri tidak manja. Pendidikan agama pada fase ini sangat penting untuk ditanamkan, karena menjadi parameter dalam merespon segala hal yang baru datang dan menjadi pijakan dalam menentukan pilihan serta membangun peradaban. b. Umur 7-8 Tahun (Tahap Penanaman Tanggung Jawab)

Pada umur 7-8 tahun penting bagi anak untuk ditanamkan karakter tanggung jawab dalam dirinya. Tanggung jawab adalah perwujudan dari niat dan tekad untuk melakukan tugas yang diamanahkan kepadanya.

47

Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan mengeluarkan segala kemampuan terbaiknya dalam memenuhi tanggung jawab tersebut. Oleh karenanya, tanggungjawab merupakan kata kunci dalam meraih kesuksesan.

c. Umur 9-10 Tahun (Tahap Penanaman Kepedulian)

Pada umur ini anak diajari agar mempunyai karakter kepedulian. Kepedulian merupakan empati kepada orang lain yang diwujudkan dalam bentuk memberikan pertolongan kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya. Karakter kepedulian ini sangat penting ditanamkan kepada peserta didik untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan, persaudaraan, serta menjauhkan diri dari sikap sombong, individual dan egois.

Kepedulian akan menumbuhkan rasa kebersamaan, kesetiakawanan dan kemanusiaan yang membangun kesalehan sosial. Empati merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam memahami, mengembangkan orang lain, melayani serta mengatasi keragaman dan kesadaran politis. Pada tahap ini juga penting untuk ditanamkan nilai Islam moderat dan nasionalisme pada diri peserta didik. Hal ini dikarenakan nilai Islam moderat dan nasionalisme merupakan hasil dari penanaman sikap peduli terhadap orang lain dan juga kepedulian terhadap tanah air Indonesia.

48

d. Umur 11-12 Tahun (Tahap Penanaman Kemandirian)

Pada tahap ini diajari tentang kemandirian. Sikap mandiri adalah sikap dan pola pikir yang lahir dari semangat yang tinggi dalam memandang diri sendiri. Berikut ini beberapa nilai kemandirian yaitu percaya pada kemampuan diri sendiri, tidak menggantungkan pada orang lain, berusaha mencukupi kebutuhan sendiri dengan semangat kerja dan mengembangkan diri serta tidak merepotkan dan merugikan orang lain. Dalam kemandirian inilah terdapat nilai-nilai agung yang menjadi pangkal kesuksesan seseorang, diantaranya yaitu: semangat tinggi, kegigihan dalam berproses, pantang menyerah, inovatif, kreatif, produktif, optimis, berani menghadapi tantangan dan mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.

e. Umur 13 Tahun ke Atas (Tahap Penanaman Pentingnya Bermasyarakat) Pada umur 13 tahun ke atas, seorang anak ditanamkan karakter bermasyarakat. Bermasyarakat berarti meluangkan sebagian waktu untuk kepentingan orang lain. Bermasyarakat identik dengan bergaul, bergotong royong dan bercengkrama. Salah satu cara penanamannya adalah mengajari peserta didik untuk bergaul dengan teman yang berkarakter baik, seperti disiplin, menghargai waktu, moralis dan mencintai pengetahuan. Namun juga memberikan pengertian kepada peserta didik

49

untuk tidak membuat garis demarkis antara seorang anak dengan teman yang kurang mempunyai karakter baik yang seperti disebutkan di atas.56