• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Nyeri .1 Definisi .1 Definisi

Nyeri adalah fenomena kompleks yang paling sulit dipahami neonatus (Merestein & Gardner, 2002). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Melzack dan Wall (1965, dalam Kenner & McGrath, 2004) bahwa nyeri merupakan fenomena multidimensi yang tergantung pada persepsi sensorik dan emosional individu. Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali ketika nosiceptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimuli oleh berbagai stimulus. Impuls nyeri diteruskan melalui aferen utama menuju medula spinalis melalui dorsal horn. Hal ini didukung oleh Merestein dan Gardner (2002) yang menyatakan bahwa neurotransmiter dan reseptornya memperkuat signal di dorsal horn sebelum mengirim sinyal tersebut ke otak. Di bagian talamus dan korteks serebri individu dapat mempersepsikan, menggambarkan, melokalisasi, menginterpretasikan dan mulai berespon terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).

Nyeri akut merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul akibat kerusakan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam kondisi akibat kerusakan (Asosiasi Internasional Bagi Peneliti Nyeri) yang tiba-tiba atau lambat dengan berbagai tingkatan baik sedang hingga tinggi dengan diantisipasi atau diprediksi serta waktunya kurang dari 6 bulan (NANDA, 2007).

20   

Universitas Indonesia

2.2.2 Manajemen Nyeri

Anak memiliki pengalaman nyeri yang ditimbulkan oleh cedera akibat penyakit ataupun prosedur yang menyakitkan, pembedahan, tekanan, peregangan berlebihan atau berkurangnya suplai oksigen ke jaringan (Potts & Mandleco, 2007). Nyeri yang terus-menerus dalam jangka panjang akan berpotensial memiliki konsekuensi terhadap fisiologis, psikososial, dan perilaku (Goldschneider, 1998 dalam Hockenberry & Wilson, 2009). Oleh sebab itu, manajemen nyeri harus menjadi prioritas bagi perawat klinik. Ada dua macam manajemen nyeri yaitu farmakologi dan nonfarmakologi: a) Manajemen Farmakologi

Ada beberapa analgesik yang digunakan dalam manajemen farmakologi. Nonopioid mencakup asetaminofen (tylenol. Paracetamol) dan obat nonsteroid antiinflamatory (NSAIDs), sesuai untuk nyeri ringan sampai sedang. Opiod diperlukan untuk nyeri sedang sampai berat. Kombinasi dari aksi kedua analgesik ini pada sistem nyeri berada di dua tingkat: aksi utama nonopioid pada sistem perifer dan aksi utama opioid pada sistem saraf pusat. Pendekatan ini meningkatkan efek analgesik tanpa meningkatkan efek samping.

b) Manajemen Nonfarmakologi

Nyeri sering dihubungkan dengan ketakutan, kecemasan, dan stres. Sejumlah teknik nonfarmakologi, seperti distraksi, relaksasi, imajinasi terpimpin, dan stimulasi kulit, memberikan strategi koping yang membantu menurunkan persepsi nyeri, membuat nyeri lebih ditoleransi, menurunkan kecemasan, dan meningkatkan efektivitas analgesik atau menurunkan dosis yang dibutuhkan. Meskipun masih kurang penelitian mengenai efektivitas beberapa intervensi ini, namun strategi ini aman, noninvasif, tidak mahal, dan merupakan tindakan keperawatan mandiri (Hockenberry & Wilson, 2009).

Menurut Wong (2008), ada beberapa instrument yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengkaji intensitas nyeri pada anak, yaitu :

1) Visual Analog Scale (VAS)

VAS biasanya berbentuk horizontal, tetapi mungkin saja ditampilkan secara vertikal, dengan mengukur besarnya nyeri pada garis sepanjang 10 cm. Garis ini digerakkan oleh gambaran intensitas nyeri, misalnya “tidak nyeri” sampai “sangat nyeri”. VAS yang vertikal lebih sensitif menghasilkan skor yang lebih besar dan lebih mudah digunakan dibandingkan dengan skala horizontal. VAS ini dapat digunakan pada anak yang mampu memahami perbedaan dan mengindikasikan derajat nyeri yang sedang dialaminya (Wong, 2008).

Tidak Sedikit Cukup Nyerinya Sangat

nyeri nyeri nyeri lebih banyak nyeri

Gambar 2.2 Visual Analog Scale

2) Numerical Rating Scale (NRS)

NRS hampi sama dengan VAS, namun NRS memiliki angka angka di sepanjang garisnya. Angka 0-10 atau 0-100 dan anak diminta menunjukkan rasa nyeri yang dirasakannya. Skala numeric ini dapat digunakan pada anak yang lebih muda seperti 3-4 tahun atau lebih.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Sangat

nyeri nyeri

Gambar 2.3 Numerical Rating Scale

Dari skala di atas, tingkatan nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

22   

Universitas Indonesia

(b) Skala 2-4 : nyeri ringan, dimana klien belum mengeluh nyeri, atau masih dapat ditolerir karena masih di bawah ambang rangsang (c) Skala 5-6 : nyeri sedang, dimana klien mulai merintih dan

mengeluh, ada yang sambil menekan pada bagian yang nyeri (d) Skala 7-9 : termasuk nyeri berat, klien mungkin mengeluh sakit

sekali dan klien tidak mampu melakukan kegiatan biasa

(e) Skala 10 : termasuk nyeri yang sangat berat, pada tingkat ini klien tak dapat lagi mengenal dirinya

3) Faces Pain Rating Scale dari Wong Baker

Instrumen ini terdiri dari 6 gambar skala wajah yang bertingkat dari wajah tersenyum untuk “tidak nyeri” hingga wajah yang berlinang air mata untuk “sangat nyeri”. Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri yang baru dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan skala wajah ini baik digunakan pada anak usia prasekolah.

Skala Wajah

0 1 2 3 4 5 Gambar 2.4 Faces Pain Rating Scale

Penjelasan Faces Pain Rating Scale yaitu : (a) Skala 0 : nyeri tidak dirasakan oleh anak (b) Skala 1 : nyeri dirasakan sedikit saja (c) Skala 2 : nyeri agak dirasakan oleh anak

(d) Skala 3 : nyeri yang dirasakan oleh anak lebih banyak (e) Skala 4 : nyeri yang dirasakan anak secara keseluruhan (f) Skala 5 : sangat nyeri dan anak menjadi menangis

Penilaian nyeri pada anak usia prasekolah yang berusia 3-5 tahun memiliki kemampuan kognitif terbatas untuk menentukan kualitas dan kuantitas nyerinya. Skala analog linear atau berbentuk tangga menggunakan foto ekspresi wajah, gambaran wajah secara seri, atau skema warna mungkin dapat memvalidasi ketidaknyamanan anak prasekolah.

2.2.4 Definisi Relaksasi Pernafasan dan Teknik Distraksi

Teknik relaksasi merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri dengan cara merelaksasikan suatu bagian tubuh. Namun, menurut Smeltzer dan Bare (2002), relaksasi merupakan suatu kebebasan mental dan fisik akibat stress dan ketegangan yang mampu memberikan individu suatu pengontrolan ketika rasa nyaman atau nyeri fisik muncul. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dnegan frekuensi lambat dan berirama (Potter & Perry, 2005).

Teknik distraksi merupakan salah satu cara yang dapat membantu klien mengalihkan perhatian mereka dari sumber nyeri atau ketidaknyamanan dengan hal-hal yang lebih menyenangkan (Morton, Fontaine, Hudak & Gallo, 2011). Menurut Schneider (2000) dalam Hayati (2009) menyebutkan bahwa intervensi distraksi efektif karena individu akan berkonsentrasi pada stimulus yang menarik atau menyenangkan dibandingkan berfokus pada gejala yang tidak menyenangkan. Terdapat beberapa tipe teknik distraksi, antara lain: distraksi visual, distraksi auditori, distraksi taktil, dan distraksi intelektual. Contoh kegiatan distraksi visual yaitu membaca atau menonton TV, menonton pertandingan sepak bola, dan imajinasi terbimbing. Distraksi auditori seperti, humor dan mendengarkan musik. Berbeda pula dengan kegiatan distraksi taktil, yaitu bernapas perlahan dan berirama, masase, dan memegang atau menggerakkan mainan atau binatang kesukaan. Distraksi intelektual yaitu bermain teka-teki silang, permainan kartu, dan melakukan hobi (Berman, Snyder, Kozier & Erb, 2009).

Dokumen terkait