• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan bisa dimaknai sebagai proses penumbuhan kekuasaan dan kemampuan diri dari kelompok masyarakat yang miskin lemah, terpinggirkan dan tertindas. Melalui proses pemberdayaan diasumsikan bahwa kelompok sosial masyarakat terbawah sekalipun bisa saja terangkat dan muncul menjadi bagian masyarakat menengah dan atas. Hal ini bisa terjadi kalau saja mereka diberi kesempatan dan mendapat bantuan dan difasilitasi pihak lain yang punya komitmen untuk itu. Kelompok miskin di suatu pedesaan misalnya, tidak akan mampu melakukan proses pemberdayaan sendiri tanpa bantuan atau difasilitasi pihak lain.

Pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga diartikan sebagai proses yang berkelanjutan yaitu usaha yang dilakukan untuk mengontrol kehidupan dan mengusahakan masa depan yang lebih baik.

Pemberdayaan merupakan proses dari, oleh dan untuk masyarakat, dimana masyarakat diberikan stimulus untuk bisa

12

mandiri sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. Dalam konsep ini masyarakat di tempatkan sebagai subyek pemberdayaan yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya. Pemberdayaan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pendidikan.

Pemberdayaan adalah setiap usaha pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran atau pengertian dan kepekaan pada warga masyarakat terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan atau politik sehingga pada akhirnya warga masyarakat memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat, atau menjadi masyarakat yang berdaya (Kusnadi 2007: 78).

Pemberdayaan yang dilakukan oleh kelompok ternak sapi dimaksudkan untuk memberikan pendidikan kepada anggota dan masyarakat agar nantinya mereka mampu memberdayakan diri mereka. Selain itu dengan adanya pemberdayaan tersebut, masyarakat nantinya mampu meningkatkan kedudukan sosialnya dalam lingkungan masyarakat. Hasil pemberdayaan tersebut dapat dilihat dengan cara peneliti melakukan observasi langsung serta melakukan wawancara terhadap anggota dan masyarkat yang diberdayakan dengan adanya kelompok ternak sapi.

“UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional membagi jalur pendidikan di Indonesia menjadi tiga jalur yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.” Ketiga jalur tersebut mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat adalah

13

pendidikan non formal. Pendidikan non formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang di luar pendidikan formal atau sekolah memang melayani orang-orang yang belum berdaya untuk bisa berdaya.

Pemberdayaan masyarakat sama dengan pendidikan yaitu sebagai proses yang terus menerus dan berkesenimbungan. Pemberdayaan masyarakat harus tetap ada selama masyarakat ingin terus berkembang dan memperbaiki keadaan hidupnya. Hal ini di perkuat oleh pendapat Isbandi Rukminto Adi (2008: 84) yang mengartikan “pemberdayaan masyarakat sebagai proses adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan (on going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja.”

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan diatas maka dapat disimpulkan pengertian pemberdayaan masyarakat sebagai proses yang berkesenimbungan untuk membangun kemampuan masyarakat dengan mendorong dan memotivasinya serta membangkitkan kesadaran akan potensinya sehingga dapat mandiri dan meningkat taraf hidupnya. Hal ini bisa dilihat dengan mengobservasi apa yang ada ditempat penelitian yang akan diteliti oleh peneliti.

14

b. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Ada empat karakteristik pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan non formal yang menekankan pada proses pemberdayaan antara lain yang dikemukakan oleh Kindervetter (Kusnadi, 2007: 222) terdiri atas:

1) Community organization, yaitu karakteristik yang

mengarah pada tujuan untuk mengaktifkan masyarakat dalam usaha meningkatkan dan mengubah keadaan sosial ekonomi mereka. Hal yang perlu diperhatikan antara lain (a). peranan partisipan ikut terlibat dalam kepengurusan atau tugas kelompok; (b). peranan tutor hanya sebagai perantara, pembimbing dan motivator serta fasilitator; (c). metode dan proses mengutamakan metode pemecahan masalah, mengorganisasi masyarakat sebagai kekuatan dasar.

2) Participatory approaches, yaitu pendekatan yang

menekankan pada keterlibatan setiap anggota dalam seluruh kegiatan, perlunya melibatkan para pemimpin, tokoh masyarakat serta tenaga-tenaga ahli setempat.

3) Self management and collaboration, yaitu pendekatan

yang mengutamakan pengelolaan (manajemen) secara mandiri dan adanya kolaborasi (kerjasama), diantara mereka dalam setiap kegiatan. Hal yang perlu di perhatikan dalam self-management and collaboration adalah pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas, adanya tim atau kepanitiaan dan koordinasi dalam setiap kegiatan kelompok sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

4) Education for justice, yaitu pendekatan yang menekankan pada terciptanya situasi yang memungkinkan warga masyarakat tumbuh dan berkembang analisanya serta memiliki motivasi untuk ikut berperan serta.

Dalam pemberdayaan masyarakat terdiri dari berbagai macam pendekatan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Salah satu yang sering dilakukan sebagai pendekatan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat adalah kemitraan.

15

Pendekatan ini menekankan pada sinergitas tiga aktor pembangunan yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.

Kemitraan dapat dimaknai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas disuatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu sehingga memperoleh hasil yang lebih baik. Kemitraan sebagai pendakatan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperkuat program pemberdayaan masyarakat sehingga diperoleh hasil yang lebih baik dan bermanfaat bagi pihak yang bermitra.

c. Ciri-ciri Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat

Kindervetter (Mustofa Kamil, 2012: 57) menyarankan ciri mendasar yang dapat di identifikasi dalam proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan non formal meliputi:

1) Small group structure, yaitu pembentukan kelompok

kecil yang dapat dilakukan berdasarkan umur yang sama, minat yang sama dan sukarela. Empowering menekankan pada kebersamaan langkah yang memungkinkan kelompok dapat berkembang.

2) Transfer of responsibility, yaitu pemberian tanggung

jawab kepada warga belajar ini sudah dilibatkan dalam kegiatan perencanaan, penyusunan program sampai dengan evaluasi program yang sudah dilaksanakan.

3) Participant leadhership, yaitu kepemimpinan kelompok

dipegang warga belajar. Semua kegiatan diatur oleh kelompok, sehingga semua warga belajar memiliki tanggung jawab dalam setiap kegiatan.

4) Agent as facilitator, yaitu agen, guru, tutor sebagai

16

5) Democratic and non-hierenchical relationship and

processes, yaitu dalam proses pengambilan keputusan untuk setiap kegiatan harus berdasarkan musyawarah bersama atau hasil pemungutan suara.

6) Integration of reflection and action, yaitu adanya

kesamaan pandang dan langkah di dalam mencapai tujuan tertentu, yang dapat ditumbuhkan dari masalah-masalah aktual. Analisis masalah-masalah dalam proses pemberdayaan masyarakat hal yang sangat penting, dalam pelaksanaannya diperlukan fasilitator yang cakap dan jeli dalam mengungkap masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh warga belajar.

7) Methods which encourage self-reliance, yaitu metode

yang digunakan harus dipilih dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri bagi warga belajar seperti: dialog, dan kelompok kegiatan bebas, antara lain; kelompok belajar

dan workshop yang dilengkapi dengan peralatan yang

dapat digunakan warga belajar dan berbagai latihan mandiri.

8) Improvement of social, economic, and or political

standing, yaitu bahan diarahkan pada kebutuhan atau

kenyataan hidup sehari-hari warga belajar. Kegiatan belajar ini pada akhirnya harus bertujuan untuk memperbaiki kehidupan sosial, ekonomi atau kedudukan dalam bidang politik.

d. Strategi Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero (2008: 147) ada tiga macam strategi dalam pemberdayaan masyarakat yang mampu digunakan sebagai strategi untuk memperlancar proses terjadinya pemberdayaan masyarakat yaitu sebagai berikut:

1) Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan.

Pemberdayaan yang dilaksanakan dengan membangun struktur dan lembaga yang bisa memberikan akses yang sama terhadap sumber daya, pelayanan, dan kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.

2) Pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik.

Pemberdayaan ini menekankan pentingnya perjuangan dan perubahan politik dalam meningkatkan kekuasaan yang efektif. Bagaimana ini diterapkan bergantung pada pemahaman kita tentang kekuasaan dalam proses politik.

17

Tetapi ia menekankan pendekatan aktivis dan berupaya untuk memungkinkan masyarakat meningkatkan kekuasanya melalui sebentuk aksi langsung atau dengan memperlengkapi mereka agar lebih efektif diarena politik. 3) Pemberdayaan melalui pendidikan..

Pendekatan ini menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Ini memasukan gagasan-gagasan peningkatan kesadaran membantu masyarakat memahami masyarakat dan struktur operasi, memberikan masyarakat kosa kata dan keterampilan untuk bekerja menuju perubahan yang efektif dan seterusnya. e. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan dasar pemberdayaan adalah keadilan sosial. Keadilan sosial menjadi tujuan dasar pemberdayaan karena munculnya pemberdayaan berawal dari ketidakadilan sosial yang menyebabkan kesenjangan sehingga beberapa masyarakat di kategorikan tidak berdaya. Keadilan sosial yang menyebabkan kesenjangan sehingga beberapa masyarakat di kategorikan tidak berdaya. Keadilan sosial menjadi ukuran universal untuk menilai adanya pemberdayaan. Bila keadilan sosial sudah terwujud maka akan memberikan ketentraman bagi masyarakat.

Menurut Payne (Alfitri, 2011: 23) tujuan dasar pemberdayaan adalah keadilan sosial dengan memberikan ketentraman kepada masyarakat yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial melalui upaya saling membantu dan belajar melalui pengembangan langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial melalui upaya saling membantu dan belajar melalui pengembangan langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar.

Pemberdayaan masyarakat hakekatnya adalah mengubah perilaku masyarakat. Mengubah perilaku ini dimulai dari mengubah

18

cara berfikir dari pengetahuan dan pemahamannya, selanjutnya diharapkan memiliki sikap yang positif untuk berubah, selanjutnya diwujudkan dalam perilaku nyata sebagai bentuk usaha mengubah perilaku ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku kearah yang lebih baik adalah tujuan dari pemberdayaan. Perilaku masyarakat dapat dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan tujuan pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya mengubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik sehingga dapat terciptanya keadilan sosial. Tujuan pemberdayaan yang dilakukan melalui kelompok ternak sapi bisa dilihat dari hasil observasi serta hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan penelitian.

f. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat

Azis (Alfitri, 2011: 9) tahapan yang seharusnya dilalui pemberdayaan.

Pertama membantu masyarakat dalam menemukan masalah. Kedua, melakukan analisis terhadap permasalahan secara mandiri. Ketiga, menentukan skala prioritas dalam menemukan masalah dalam arti memilih dan memilih tiap masalah yang paling mendesak untuk diselsaikan. Keempat, mencari penyelsaian masalah yang sedang dihadapi antara lain dengan pendekatan psikokultural yang ada dalam masyarakat. Kelima, melaksanakan tindakan nyata untuk menyelsaikan masalah yang dihadapi. Keenam, mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalanya.

19

Hogan (Isbandi, 2008: 85) menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu:

1) Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall deoowering or empowering exprriences).

2) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penindak berdayaan (discuss reasons for depowerment or empowerment).

3) Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project).

4) Mengidentifikasi basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan (identify useful power bases).

5) Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimpletasikannya (develop and implement action plans).

Tahap-tahap yang dilakukan dalam melaksanakan pemberdayaan harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dilapangan. Untuk keberhasilan sebuah pemberdayaan, tahapan yang sistematis sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Dilihat dari metodelogi yang digunakan peneliti, tahapan dalam pemberdayaan melalui kelompok ternak sapi dapat dilihat dengan melakukan observasi langsung serta dokumentasi yang realistis. Hal ini agar nantinya peneliti bisa memberikan informasi terhadap masyarakat lain mengenai bagaimana cara menentukan tahap-tahap pemberdayaan yang mampu menghasilkan pemberdayaan yang berhasil dan berdaya.

20

g. Langkah-langkah Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Mustofa Kamil (2012: 58) berhasilnya sebuah proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan non formal perlu dilakukan melalui langkah berikut:

1) Setiap warga belajar dilatih untuk mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi.

2) Warga belajar dilatih atau diberikan berbagai keterampilan sebagai jawaban atas kebutuhan dan masalah yang dihadapinya.

3) Warga belajar dibina untuk selalu suka bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah.

Selain adanya tahapan dalam pemberdayaan masyarakat, ada juga langkah-langkah dalam melaksanakan program pemberdayaan tersebut.

h. Indikator Keberhasilan Program

Keberhasilan program berarti ketuntasan dalam pelaksanaan program dan ketuntasan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan sebuah program dibuktikan dengan tercapainya kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai dalam diri seseorang. Fungsi dari ketuntasan belajar yaitu untuk memastikan semua peserta didik menguasai dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum program.

Patokan ketuntasan program mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum program. Ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya yang melibatkan

21

pendidik dan peserta didik. Kriteria keberhasilan adalah ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada kompetensi yang ditetapkan. Secara umum, kriteria keberhasilan adalah: (1) keberhasilan menyelesaikan permasalahan, (2) setiap keberhasilan dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari oleh anggota kelompok, (3) ketercapaian keterampilan vokasional.

Menurut Mimin Haryati (2007: 22) “pada umumnya tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif”. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

1. Aspek kognitif

Tujuan aspek kogitif berorientasi kepada kemampuan berfikir yang menyangkut intelektual sederhana seperti mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah. Pada pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi memiliki tujuan kognitif yang diharapkan yaitu: (1) anggota dan masyarakat dapat mengidentifikasi pengertian adanya kelompok ternak sapi dan manfaatnya, (2) anggota kelompok dapat mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan untuk melaksanakan program-program kelompok yang disusun oleh pengurus kelompok ternak sapi, dan (3) anggota dan masyarakat mampu menjelaskan

22

langkah-langkah dalam menjalankan program yang telah disusun.

2. Aspek psikomotor

Tujuan pada aspek psikomotor adalah agar tubuh bergerak dan memiliki reaksi-reaksi fisik. Tujuan aspek psikomotor yang diharapkan dalam pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi yaitu: (1) anggota dan masyarakat dapat menunjukan hasil dari pemberdayaan yang diperoleh setelah mereka berdaya, (2) anggota dan masyarakat dapat menunjukkan alat dan bahan yang digunakan untuk menjalankan program, dan (3) anggota dan masyarakat mampu menunjukkan bagaimana cara beternak sapi yang benar dan menghasilkan hasil yang maksimal.

3. Aspek afektif

Aspek afektif sangat menentukan keberhasilan anggota dan masyarakat guna mencapai ketuntasan dalam proses pemberdayaan. Tujuan aspek afektif yang diharapkan dalam proses pemberdayaan yaitu: (1) anggota dan masyarakat mampu menjelaskan pentingnya terbentuk kelompok ternak sapi dan manajemennya, (2) anggota dan masyarakat mampu mengidentifikasi fasilitas apa saja yang diperlukan untuk menjalankan program, dan (3) anggota dan masyarakat mampu menjelaskan langkah-langkah yang

23

dilakukan dalam menjalankan sebuah program dan seperti apa manajemennya.

2. Kajian Tentang Kelompok Ternak Sapi