i
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK TERNAK SAPI “LEMBU AJI” DI DUSUN PONDOK KULON KECAMATAN
BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh M Wahyu Nugroho
NIM 11102244028
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
Semangat dan usaha yang tekun akan menghasilkan hasil yang maksimal
(Penulis)
Orang yang berdaya adalah orang yang mampu mengembangkan keahliannya dan membagikan ilmu yang dimiliki kepada orang lain
vi
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah SWT
Karya Ilmiah ini sebagai ungkapan pengabdian yang tulus dan penuh kasih untuk:
1. Ayahanda Achmadi dan Ibunda Yumini tercinta yang telah mencurahkan
segenap kasih sayangnya dan memanjatkan do’a – do’a yang mulia untuk
keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini.
2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan yang begitu besar.
vii
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK TERNAK SAPI “LEMBU AJI” DI DUSUN PONDOK KULON KECAMATAN
BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Oleh
M Wahyu Nugroho NIM 11102244028
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mendeskripsikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. (2) Mendeskripsikan hasil pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam memberdayakan masyarakat. (3) Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive. Subyek penelitian yaitu pengurus, anggota dan masyarakat yang terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber.
Hasil penelitian ini diantaranya yaitu : 1) Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pembentukan kelompok ternak sapi “Lembu Aji”. Upaya yang dilakukan untuk membantu anggota kelompok dalam meningkatkan perekonomian khususnya dalam hal ternak sapi. Program-program yang dilaksanakan oleh kelompok ternak sapi “Lembu Aji” yaitu penyuluhan pengelolaan kelompok ternak, pembuatan pupuk, penggemukan sapi, dan penyediaan sarana ternak sapi. 2) Hasil pelaksanaan dilihat dari segi sosial yaitu meningkatnya lapangan kerja dan berkurangnya jumlah pengangguran. Selain itu juga mampu meningkatkan pengetahuan komunikasi antar anggota kelompok. Dilihat dari segi ekonomi yaitu meningkatnya penghasilan anggota dibuktikan dengan jumlah sapi yang kini dimiliki dan membantu ekonomi keluarga serta memberikan motivasi usaha. Dilihat dari segi pendidikan yaitu meningkatnya pengetahuan mengenai cara penggemukan sapi, pembuatan pupuk serta perawatan sapi agar selalu sehat. 3) Faktor pendukung yaitu adanya partisipasi yang baik dari anggota dan warga sekitar kandang kelompok, pemerintah yang mendukung dengan memberikan lahan untuk membuat kandang ternak, semangat anggota dan pengurus, serta rasa ingin mandiri dan berkembang. Sedangkan faktor penghambat yaitu kurangnya dana sehingga membuat anggota dan pengurus harus menggunakan dana kas kelompok untuk memenuhi kebutuhan kelompok setiap harinya.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT, Penguasa seluruh alam
yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah-Nya, serta inayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Luar
Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” Di
Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama,
bimbingan, bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan yang baik ini, perkenanlah penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah
memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kelancaran di
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Nur Djazifah ER., M. Si, pembimbing skripsi yang telah berkenan
ix
5. Pembimbing Akademik, Nur Djazifah ER., M. Si yang telah memberi
motivasi dan arahan selama penulis menempuh masa studi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan.
7. Bapak Ruswantoro Hadi, Ketua kelompok ternak sapi “Lembu Aji”, yang
telah memberikan izin dan bantuan untuk penelitian.
8. Seluruh anggota kelompok ternak sapi Lembu Aji yang telah berkenan
membantu dalam penelitian.
9. Bapak dan Ibu ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala
dukungannya.
10. Adikku Novita Cahyani terimakasih atas do’a, perhatian, kasih sayang dan
dukungannya.
11. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk
penulisan penelitian serta dukungan yang diberikan selama ini.
12. Teman-teman “kos Setyo” yang selalu memberi semangat dan motivasi.
13. Teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011 yang
memberikan bantuan dan motivasi perjuangan meraih kesuksesan.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, yang telah
membantu dan mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga seluruh dukungan yang diberikan dapat
x
tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pemerhati Pendidikan
Luar Sekolah dan pendidikan masyarakat serta para pembaca umumnya. Amin.
Yogyakarta, 9 Januari 2017 Penulis
xi DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 11
1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 11
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 11
b. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 14
c. Ciri-ciri Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat .. 15
d. Strategi Dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 16
e. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 17
xii
g. Langkah-langkah Dalam Pemberdayaan Masyarakat 20
h. Indikator Keberhasilan Program ... 20
2. Kajian Tentang Kelompok Ternak Sapi... 23
a. Pengertian Kelompok ... 23
b. Ciri-ciri Kelompok ... 27
c. Fungsi Kelompok ... 28
d. Struktur Kelompok ... 29
e. Jenis-jenis Kelompok ... 31
f. Pengertian Kelompok Ternak Sapi ... 32
B. Penelitian Relevan ... 37
C. Kerangka Fikir Penelitian ... 42
D. Pertanyaan Penelitian ... 45
BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 47
B. Subyek Penelitian ... 48
C. Setting dan Waktu Penelitian ... 50
D. Metode Pengumpulan Data ... 50
E. Instrumen Penelitian ... 56
F. Teknik Analisis Data ... 57
G. Validitas Data (Keabsahan Data) ... 60
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 62
1. Deskripsi Lembaga ... 62
a. Sejarah Berdirinya Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 62
b. Letak Geografis Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 63
2. Profil Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 64
a. Tujuan Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji”... 64
b. Struktur Pengurus Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 64
c. Program Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” .. 65
xiii
e. Pendanaan atau Sumber Keuangan Ternak Sapi
“Lembu Aji” ... 67
B. Data Hasil Penelitian ... 68
1. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ... 68
2. Hasil Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam Memberdayakan Masyarakat ... 75
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ... 78
C. Pembahasan ... 81
1. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman, Yogyakarta ... 81
2. Hasil Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam Memberdayakan Masyarakat ... 85
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman, Yogyakarta ... 88
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 97
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pengurus... 99
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Anggota ... 102
Lampiran 4. Pedoman Dokumentasi ... 105
Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 106
Lampiran 6. Analisis Data ... 125
Lampiran 7. Dokumentasi Foto. ... 139
xvi
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Subyek Penelitian ... 49
Tabel 2. Metode Pengumpulan Data... 55
Tabel 3. Struktur Pengurus Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” ... 64
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses yang
berkesenimbungan untuk membangun kemampuan masyarakat dengan
mendorong dan memotivasinya serta membangkitkan kesadaran akan
potensinya sehingga dapat mandiri dan meningkat taraf hidupnya. Penting
sekali bagi suatu daerah memberdayakan masyarakatnya untuk
meningkatkan kesejahtraan anggota masyarakatnya. Dimana ada
pemberdayaan masyarakat yang terus maju dan berjalan maka akan
terdapat masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
Sebagai contoh didaerah Yogyakarta juga terdapat beberapa daerah
yang masyarakatnya belum berdaya dan memerlukan bimbingan agar
mereka mampu berdaya. Peneliti mengambil contoh di daerah Sleman
tepatnya di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta khususnya masyarakat kelompok ternak sapi. Keadaan
masyarakat yang tergabung dalam kelompok ternak sapi sangat
membutuhkan pemberdayaan masyarakat agar mampu mengelola kegiatan
yang mereka lakukan. seperti mengelola program penggemukan sapi,
pembuatan pupuk, pemeliharaan bibit ikan.
Banyak sumber daya alam di Dusun Pondok Kulon yang belum
dimanfaatkan secara optimal oleh warga sekitar. Salah satunya yaitu
2
yang melimpah yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung program
kelompok ternak sapi. Sumber daya alamnya seperti terdapat di pertanian
yang batang padi bisa dimanfaatkan untuk memberi makan sapi.
Seharusnya warga masyarakat dan kelompok ternak sapi mampu
memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.
Suatu daerah, jika sumber daya alam yang dimiliki mampu
dimanfaatkan dengan maksimal maka akan terdapat kesejahtraan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang diterapkan oleh pemerintah
sekarang ini bertujuan agar masyarakat mampu secara mandiri mengolah
sumber daya alam disekitarnya. Masyarakat yang mampu memanfaatkan
sumber daya alam disekitar secara optimal maka masyarakat tersebut bisa
disebut masyarakat berdaya. Akan tetapi terdapat juga kendala terjadi
dilapangan, kadang menjadi penghambat pemberdayaan masyarakat
tersebut.
Perhatian pemerintah pada kelompok ternak sapi masih kurang.
Hal ini dibuktikan dengan kurangnya dana bantuan dari pemerintah. Selain
itu juga kurangnya fasilitas seperti ketersediaan dokter hewan untuk
menangani hewan yang sakit. Seharusnya pemerintah membantu
masyarakat yang ada didusun Pondok Kulon memberikan fasilitas kepada
kelompok ternak sapi “Lembu Aji” agar mereka mampu mengembangkan
ide kreatif sehingga dapat semakin berdaya.
Semakin melemahnya penegakan hukum, disinyalir telah
3
ilegal dari negara-negara yang secara perundangan tidak diijinkan karena
belum bebas dari PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Hadirnya daging
dengan harga yang sangat murah dibawah harga daging dari sapi lokal
dalam waktu cepat atau lambat akan memukul industri sapi potong dalam
negeri. Hal ini akan merupakan potensi ancaman hancurnya potensi
produksi sapi lokal. Hancurnya usaha ternak sapi di dalam negeri akan
menyebabkan kerugian yang sangat mahal karena membutuhkan waktu
dan biaya yang sangat tinggi untuk recovery. Belum terhitung kerugian
ekonomi dan sosial bagi sebagian masyarakat khususnya di daerah
pedesaan.
Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat merupakan masalah
yang sangat penting bagi setiap manusia. Karena permasalahan ekonomi
merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dan
pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak. Berbagai cara atau strategi
bertahan hidup dilakukan untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Dengan penanggulangan kemiskinan yang banyak difokuskan
dipedesaan, diharapkan penurunan tingkat dan jumlah penduduk miskin
dipedesaan akan memberikan kontribusi lebih banyak kepada penurunan
tingkat kemiskinan secara nasional.
Masih adanya masyarakat Dusun Pondok Kulon yang belum
mampu atau miskin. Hal ini dilihat dari hasil observasi awal yang
dilakukan oleh peneliti. Peneliti melihat adanya masyarakat yang ikut
4
ternak. Nantinya masyarakat yang membantu mencarikan makan untuk
hewan ternak akan diberikan upah kerja. Upah tersebut tidak terlalu besar,
untuk satu kali mencarikan rumput diberi upah sekitar 20.000. Jumlah
tersebut belum mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat yang
semakin hari semakin meningkat.
Masih terbatasnya program serta kegiatan yang diselenggarakan
dalam upaya memberdayakan masyarakat. Program yang dilaksanakan di
Dusun Pondok Kulon lebih banyak pada bidang pertanian dan bidang
peternakan sapi. Upaya pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan serta kependidikan belum begitu dikembangkan di Dusun
Pondok Kulon. Hal tersebut sebenarnya merupakan permasalahan yang
seharusnya mampu dipecahkan oleh masyarakat serta pengurus Dusun
Pondok Kulon agar masyarakat semakin berdaya.
Belum adanya strategi yang khusus untuk program pemberdayaan
masyarakat di Dusun Pondok Kulon. Strategi pembangunan dibidang
ternak sapi mempunyai prospek yang baik dimasa depan, karena
permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus
meningkat seiring dengan permintaan jumlah penduduk, pendapatan, dan
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai
pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk.
Namun demikian masih banyak kendala yang dihadapi dalam
pengembaangan ternak sapi antara lain kualitas SDM dalam bidang
5
anggota kelompok ternak sapi masih kurang. Hal tersebut dibuktikan
dengan masih minimnya pengetahuan mengenai pengelolaan kelompok
ternak sapi. Sebagai masyarakat yang turut serta dalam kelompok ternak
sapi seharusnya memiliki pengetahuan tentang pengelolaan kelompok.
Kurangnya upaya pemberdayaan masyarakat khususnya untuk
kelompok ternak sapi. Anggota kelompok ternak sapi dan masyarakat
terlalu membawa suasana santai dalam beternak. Sehingga hasil yang di
peroleh tidak maksimal. Sebagai ketua kelompok seharusnya memberikan
kontribusi dalam pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dan anggota
kelompok menjadi berdaya.
Globalisasi ekonomi merupakan salah satu ancaman dan sekaligus
peluang bagi kelompok ternak sapi. Menjadi ancaman jika di Indonesia
tetap menjadi importir. Ketergantungan pada impor jika tidak di tunjang
oleh usaha-usaha kemandirian yang produktif, akan mendorong
ketergantungan semakin sulit dipecahkan. Indonesia mempunyai peluang
untuk mengisi pasang pasar dunia karena Indonesia dianggap sebagai
negara produsen yang aman karena produk ternak yang masih murni dan
bebas dari penyakit mulut dan kuku.
Kelompok ternak sapi “Lembu Aji” merupakan sekumpulan
masyarakat Dusun Pondok Kulon yang berada di Kelurahan Kalitirto,
Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kelompok ternak
sapi tersebut memiliki tujuan meningkatkan perekonomian dan menambah
6
dan memiliki 47 ekor sapi. Kelompok ternak ini sebenarnya memberikan
fasilitas yang berupa kandang sapi agar sapi tidak dipelihara di sekitar
rumah. Setiap pemilik sapi membayar biaya sewa kandang kepada pihak
kelurahan setiap tahun. Bila pemilik memerlukan biaya untuk kebutuhan
pribadi, maka pemilik sapi bebas menjual sapi miliknya kepada siapapun.
Kelompok ternak sapi “Lembu Aji” telah memiliki beberapa program
pemberdayaan masyarakat namun masih sangat terbatas, seperti
pembuatan pupuk, pemanfaatan kolam ikan, penyewaan sapi buat
membajak sawah, pemanfaatan kotoran sapi buat biogas.
Berdasarkan uraian diatas melihat bahwa Kelompok Ternak Sapi
“Lembu Aji” telah berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan non
formal melalui pemberdayaan masyarakat maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Kelompok Ternak Sapi “Lembu Aji” Di Dusun Pondok Kulon Kecamatan
Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa permasalahan yang
perlu dipecahkan, sebagai berikut:
1. Banyak sumber daya alam di Dusun Pondok Kulon yang belum
dimanfaatkan secara optimal oleh warga sekitar.
2. Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat.
3. Masih adanya masyarakat Dusun Pondok Kulon yang belum mampu
7
4. Masih terbatasnya program serta kegiatan yang diselenggarakan dalam
upaya memberdayakan masyarakat.
5. Belum adanya strategi yang khusus untuk program pemberdayaan
masyarakat di Dusun Pondok Kulon.
6. Kualitas SDM dalam bidang kelompok ternak sapi masih rendah
karena pengetahuan masyarakat dan anggota kelompok ternak sapi
masih kurang.
C. Pembatasan Masalah
Dari permasalahan di atas karena terlalu luasnya masalah yang ada
dan keterbatasan peneliti maka masalah penelitian perlu dibatasi dengan
memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui
kelompok ternak sapi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah di kemukakan diatas,
maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok
ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta?
2. Bagaimana hasil pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui
kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam memberdayakan masyarakat?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
8
di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk
mendeskripsikan:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui
kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan hasil pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui
kelompok ternak sapi di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam memberdayakan masyarakat.
3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi
“Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan Berbah, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berusaha mengungkapkan kenyataan-kenyataan yang
sebenarnya terjadi di lapangan. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
ilmu pengetahuan pendidikan non formal khususnya dalam kajian
9 2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Penulis
1) Menambah wawasan peneliti mengenai pemberdayaan melalui
pendidikan non formal untuk selanjutnya menjadi acuan dalam
praktek pemberdayaan.
2) Memberikan pengalaman kepada peneliti melalui penyusunan
skripsi sehingga dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman terutama dalam bidang pendidikan non formal.
b. Bagi Kelompok Ternak Sapi
1) Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan di kelompok
ternak sapi lainnya sebagai upaya optimalisasi peran kelompok
ternak sapi melalui kegiatan pemberdayaan.
2) Sebagai informasi tentang pengembangan di luar kelompok
ternak sapi.
c. Bagi Akademisi
1) Sebagai literature bagi mahasiswa dalam praktek
pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan pendidikan non
formal.
2) Sebagai rujukan mahasiswa dalam pembuatan model
pemberdayaan masyarakat melalui satuan pendidikan non
formal sejenis khususnya penelitian tentang kelompok ternak
10 d. Bagi Pemerintah
1) Memberikan masukan kepada pemerintah tentang praktek
pemberdayaan masyarakat melalui jalur pendidikan khususnya
pendidikan non formal.
2) Sebagai rujukan kepada pemerintah dalam penyusunan
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan bisa dimaknai sebagai proses penumbuhan
kekuasaan dan kemampuan diri dari kelompok masyarakat yang
miskin lemah, terpinggirkan dan tertindas. Melalui proses
pemberdayaan diasumsikan bahwa kelompok sosial masyarakat
terbawah sekalipun bisa saja terangkat dan muncul menjadi bagian
masyarakat menengah dan atas. Hal ini bisa terjadi kalau saja
mereka diberi kesempatan dan mendapat bantuan dan difasilitasi
pihak lain yang punya komitmen untuk itu. Kelompok miskin di
suatu pedesaan misalnya, tidak akan mampu melakukan proses
pemberdayaan sendiri tanpa bantuan atau difasilitasi pihak lain.
Pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok,
ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri
dan mengusahakan membentuk masa depan sesuai dengan
keinginan mereka. Pemberdayaan juga diartikan sebagai proses
yang berkelanjutan yaitu usaha yang dilakukan untuk mengontrol
kehidupan dan mengusahakan masa depan yang lebih baik.
Pemberdayaan merupakan proses dari, oleh dan untuk
12
mandiri sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. Dalam
konsep ini masyarakat di tempatkan sebagai subyek pemberdayaan
yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
kemandirian dan taraf hidupnya. Pemberdayaan masyarakat
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pendidikan.
Pemberdayaan adalah setiap usaha pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran atau pengertian dan kepekaan pada warga masyarakat terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan atau politik sehingga pada akhirnya warga masyarakat memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat, atau menjadi masyarakat yang berdaya (Kusnadi 2007: 78).
Pemberdayaan yang dilakukan oleh kelompok ternak sapi
dimaksudkan untuk memberikan pendidikan kepada anggota dan
masyarakat agar nantinya mereka mampu memberdayakan diri
mereka. Selain itu dengan adanya pemberdayaan tersebut,
masyarakat nantinya mampu meningkatkan kedudukan sosialnya
dalam lingkungan masyarakat. Hasil pemberdayaan tersebut dapat
dilihat dengan cara peneliti melakukan observasi langsung serta
melakukan wawancara terhadap anggota dan masyarkat yang
diberdayakan dengan adanya kelompok ternak sapi.
“UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
membagi jalur pendidikan di Indonesia menjadi tiga jalur yaitu
pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya.” Ketiga jalur tersebut mempunyai
13
pendidikan non formal. Pendidikan non formal yang dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang di luar pendidikan formal atau
sekolah memang melayani orang-orang yang belum berdaya untuk
bisa berdaya.
Pemberdayaan masyarakat sama dengan pendidikan yaitu
sebagai proses yang terus menerus dan berkesenimbungan.
Pemberdayaan masyarakat harus tetap ada selama masyarakat
ingin terus berkembang dan memperbaiki keadaan hidupnya. Hal
ini di perkuat oleh pendapat Isbandi Rukminto Adi (2008: 84) yang
mengartikan “pemberdayaan masyarakat sebagai proses adalah
suatu kegiatan yang berkesinambungan (on going) sepanjang
komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan,
dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja.”
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan diatas maka dapat
disimpulkan pengertian pemberdayaan masyarakat sebagai proses
yang berkesenimbungan untuk membangun kemampuan
masyarakat dengan mendorong dan memotivasinya serta
membangkitkan kesadaran akan potensinya sehingga dapat mandiri
dan meningkat taraf hidupnya. Hal ini bisa dilihat dengan
mengobservasi apa yang ada ditempat penelitian yang akan diteliti
14
b. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Ada empat karakteristik pendekatan yang dapat digunakan
dalam pendidikan non formal yang menekankan pada proses
pemberdayaan antara lain yang dikemukakan oleh Kindervetter
(Kusnadi, 2007: 222) terdiri atas:
1) Community organization, yaitu karakteristik yang
mengarah pada tujuan untuk mengaktifkan masyarakat dalam usaha meningkatkan dan mengubah keadaan sosial ekonomi mereka. Hal yang perlu diperhatikan antara lain (a). peranan partisipan ikut terlibat dalam kepengurusan atau tugas kelompok; (b). peranan tutor hanya sebagai perantara, pembimbing dan motivator serta fasilitator; (c). metode dan proses mengutamakan metode pemecahan masalah, mengorganisasi masyarakat sebagai kekuatan dasar.
2) Participatory approaches, yaitu pendekatan yang
menekankan pada keterlibatan setiap anggota dalam seluruh kegiatan, perlunya melibatkan para pemimpin, tokoh masyarakat serta tenaga-tenaga ahli setempat.
3) Self management and collaboration, yaitu pendekatan
yang mengutamakan pengelolaan (manajemen) secara mandiri dan adanya kolaborasi (kerjasama), diantara mereka dalam setiap kegiatan. Hal yang perlu di perhatikan dalam self-management and collaboration adalah pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas, adanya tim atau kepanitiaan dan koordinasi dalam setiap kegiatan kelompok sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
4) Education for justice, yaitu pendekatan yang menekankan pada terciptanya situasi yang memungkinkan warga masyarakat tumbuh dan berkembang analisanya serta memiliki motivasi untuk ikut berperan serta.
Dalam pemberdayaan masyarakat terdiri dari berbagai
macam pendekatan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Salah satu yang sering dilakukan sebagai pendekatan dalam
15
Pendekatan ini menekankan pada sinergitas tiga aktor
pembangunan yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
Kemitraan dapat dimaknai suatu bentuk persekutuan antara
dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas
dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas disuatu bidang usaha
tertentu, atau tujuan tertentu sehingga memperoleh hasil yang lebih
baik. Kemitraan sebagai pendakatan pemberdayaan masyarakat
merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperkuat
program pemberdayaan masyarakat sehingga diperoleh hasil yang
lebih baik dan bermanfaat bagi pihak yang bermitra.
c. Ciri-ciri Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat
Kindervetter (Mustofa Kamil, 2012: 57) menyarankan ciri
mendasar yang dapat di identifikasi dalam proses pemberdayaan
masyarakat melalui pendidikan non formal meliputi:
1) Small group structure, yaitu pembentukan kelompok
kecil yang dapat dilakukan berdasarkan umur yang sama, minat yang sama dan sukarela. Empowering menekankan pada kebersamaan langkah yang memungkinkan kelompok dapat berkembang.
2) Transfer of responsibility, yaitu pemberian tanggung
jawab kepada warga belajar ini sudah dilibatkan dalam kegiatan perencanaan, penyusunan program sampai dengan evaluasi program yang sudah dilaksanakan.
3) Participant leadhership, yaitu kepemimpinan kelompok
dipegang warga belajar. Semua kegiatan diatur oleh kelompok, sehingga semua warga belajar memiliki tanggung jawab dalam setiap kegiatan.
4) Agent as facilitator, yaitu agen, guru, tutor sebagai
16
5) Democratic and non-hierenchical relationship and
processes, yaitu dalam proses pengambilan keputusan untuk setiap kegiatan harus berdasarkan musyawarah bersama atau hasil pemungutan suara.
6) Integration of reflection and action, yaitu adanya
kesamaan pandang dan langkah di dalam mencapai tujuan tertentu, yang dapat ditumbuhkan dari masalah-masalah aktual. Analisis masalah-masalah dalam proses pemberdayaan masyarakat hal yang sangat penting, dalam pelaksanaannya diperlukan fasilitator yang cakap dan jeli dalam mengungkap masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh warga belajar.
7) Methods which encourage self-reliance, yaitu metode
yang digunakan harus dipilih dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri bagi warga belajar seperti: dialog, dan kelompok kegiatan bebas, antara lain; kelompok belajar
dan workshop yang dilengkapi dengan peralatan yang
dapat digunakan warga belajar dan berbagai latihan mandiri.
8) Improvement of social, economic, and or political
standing, yaitu bahan diarahkan pada kebutuhan atau
kenyataan hidup sehari-hari warga belajar. Kegiatan belajar ini pada akhirnya harus bertujuan untuk memperbaiki kehidupan sosial, ekonomi atau kedudukan dalam bidang politik.
d. Strategi Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero (2008: 147) ada tiga
macam strategi dalam pemberdayaan masyarakat yang mampu
digunakan sebagai strategi untuk memperlancar proses terjadinya
pemberdayaan masyarakat yaitu sebagai berikut:
1) Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan.
Pemberdayaan yang dilaksanakan dengan membangun struktur dan lembaga yang bisa memberikan akses yang sama terhadap sumber daya, pelayanan, dan kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.
2) Pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik.
17
Tetapi ia menekankan pendekatan aktivis dan berupaya untuk memungkinkan masyarakat meningkatkan kekuasanya melalui sebentuk aksi langsung atau dengan memperlengkapi mereka agar lebih efektif diarena politik. 3) Pemberdayaan melalui pendidikan..
Pendekatan ini menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Ini memasukan gagasan-gagasan peningkatan kesadaran membantu masyarakat memahami masyarakat dan struktur operasi, memberikan masyarakat kosa kata dan keterampilan untuk bekerja menuju perubahan yang efektif dan seterusnya.
e. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan dasar pemberdayaan adalah keadilan sosial. Keadilan
sosial menjadi tujuan dasar pemberdayaan karena munculnya
pemberdayaan berawal dari ketidakadilan sosial yang menyebabkan
kesenjangan sehingga beberapa masyarakat di kategorikan tidak
berdaya. Keadilan sosial yang menyebabkan kesenjangan sehingga
beberapa masyarakat di kategorikan tidak berdaya. Keadilan sosial
menjadi ukuran universal untuk menilai adanya pemberdayaan. Bila
keadilan sosial sudah terwujud maka akan memberikan ketentraman
bagi masyarakat.
Menurut Payne (Alfitri, 2011: 23) tujuan dasar pemberdayaan adalah keadilan sosial dengan memberikan ketentraman kepada masyarakat yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial melalui upaya saling membantu dan belajar melalui pengembangan langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial melalui upaya saling membantu dan belajar melalui pengembangan langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar.
Pemberdayaan masyarakat hakekatnya adalah mengubah
18
cara berfikir dari pengetahuan dan pemahamannya, selanjutnya
diharapkan memiliki sikap yang positif untuk berubah, selanjutnya
diwujudkan dalam perilaku nyata sebagai bentuk usaha mengubah
perilaku ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku kearah yang
lebih baik adalah tujuan dari pemberdayaan. Perilaku masyarakat
dapat dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap
dan keterampilan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan tujuan
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya mengubah perilaku
masyarakat ke arah yang lebih baik sehingga dapat terciptanya
keadilan sosial. Tujuan pemberdayaan yang dilakukan melalui
kelompok ternak sapi bisa dilihat dari hasil observasi serta hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan
penelitian.
f. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat
Azis (Alfitri, 2011: 9) tahapan yang seharusnya dilalui
pemberdayaan.
19
Hogan (Isbandi, 2008: 85) menggambarkan proses
pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang
terdiri dari lima tahapan utama, yaitu:
1) Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall deoowering or empowering exprriences).
2) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penindak berdayaan (discuss reasons for depowerment or empowerment).
3) Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project).
4) Mengidentifikasi basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan (identify useful power bases).
5) Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimpletasikannya (develop and implement action plans).
Tahap-tahap yang dilakukan dalam melaksanakan pemberdayaan
harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dilapangan. Untuk
keberhasilan sebuah pemberdayaan, tahapan yang sistematis sangat
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Dilihat dari metodelogi yang
digunakan peneliti, tahapan dalam pemberdayaan melalui
kelompok ternak sapi dapat dilihat dengan melakukan observasi
langsung serta dokumentasi yang realistis. Hal ini agar nantinya
peneliti bisa memberikan informasi terhadap masyarakat lain
mengenai bagaimana cara menentukan tahap-tahap pemberdayaan
yang mampu menghasilkan pemberdayaan yang berhasil dan
20
g. Langkah-langkah Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Mustofa Kamil (2012: 58) berhasilnya sebuah proses
pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan non formal perlu
dilakukan melalui langkah berikut:
1) Setiap warga belajar dilatih untuk mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi.
2) Warga belajar dilatih atau diberikan berbagai keterampilan sebagai jawaban atas kebutuhan dan masalah yang dihadapinya.
3) Warga belajar dibina untuk selalu suka bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah.
Selain adanya tahapan dalam pemberdayaan masyarakat,
ada juga langkah-langkah dalam melaksanakan program
pemberdayaan tersebut.
h. Indikator Keberhasilan Program
Keberhasilan program berarti ketuntasan dalam pelaksanaan
program dan ketuntasan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan
sebuah program dibuktikan dengan tercapainya kompetensi yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai dalam diri
seseorang. Fungsi dari ketuntasan belajar yaitu untuk memastikan
semua peserta didik menguasai dasar serta indikator yang terdapat
dalam kurikulum program.
Patokan ketuntasan program mengacu pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang terdapat
dalam kurikulum program. Ketuntasan dalam pembelajaran
21
pendidik dan peserta didik. Kriteria keberhasilan adalah ukuran
tingkat pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada kompetensi
yang ditetapkan. Secara umum, kriteria keberhasilan adalah: (1)
keberhasilan menyelesaikan permasalahan, (2) setiap keberhasilan
dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari oleh anggota
kelompok, (3) ketercapaian keterampilan vokasional.
Menurut Mimin Haryati (2007: 22) “pada umumnya tujuan
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah
kognitif, psikomotor, dan afektif”. Secara eksplisit ketiga aspek
tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
1. Aspek kognitif
Tujuan aspek kogitif berorientasi kepada kemampuan
berfikir yang menyangkut intelektual sederhana seperti
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah.
Pada pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak
sapi memiliki tujuan kognitif yang diharapkan yaitu: (1)
anggota dan masyarakat dapat mengidentifikasi pengertian
adanya kelompok ternak sapi dan manfaatnya, (2) anggota
kelompok dapat mengidentifikasi alat dan bahan yang
digunakan untuk melaksanakan program-program
kelompok yang disusun oleh pengurus kelompok ternak
22
langkah-langkah dalam menjalankan program yang telah
disusun.
2. Aspek psikomotor
Tujuan pada aspek psikomotor adalah agar tubuh bergerak
dan memiliki reaksi-reaksi fisik. Tujuan aspek psikomotor
yang diharapkan dalam pemberdayaan masyarakat melalui
kelompok ternak sapi yaitu: (1) anggota dan masyarakat
dapat menunjukan hasil dari pemberdayaan yang diperoleh
setelah mereka berdaya, (2) anggota dan masyarakat dapat
menunjukkan alat dan bahan yang digunakan untuk
menjalankan program, dan (3) anggota dan masyarakat
mampu menunjukkan bagaimana cara beternak sapi yang
benar dan menghasilkan hasil yang maksimal.
3. Aspek afektif
Aspek afektif sangat menentukan keberhasilan anggota dan
masyarakat guna mencapai ketuntasan dalam proses
pemberdayaan. Tujuan aspek afektif yang diharapkan dalam
proses pemberdayaan yaitu: (1) anggota dan masyarakat
mampu menjelaskan pentingnya terbentuk kelompok ternak
sapi dan manajemennya, (2) anggota dan masyarakat
mampu mengidentifikasi fasilitas apa saja yang diperlukan
untuk menjalankan program, dan (3) anggota dan
23
dilakukan dalam menjalankan sebuah program dan seperti
apa manajemennya.
2. Kajian Tentang Kelompok Ternak Sapi a. Pengertian Kelompok
Pengertian kelompok cukup bervariasi tergantung pada sudut
pandang para ahli yang mendefinisikannya. Adapun sudut pandang
dari beberapa ahli antara lain meliputi pandangan yang
mendasarkan pada persepsi, motivasi, tujuan kelompok, organisasi
kelompok, interdependensi dan interaksi. Mayor Polak (Abdul
Syani, 1987: 98) menguraikan tentang pengertian kelompok
berdasarkan persepsi bahwa kelompok atau grup merupakan
sejumlah orang yang ada dalam hubungan antara satu sama lain
dan antara hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur.
Menurut Abdul Syani (1987: 102) sejumlah rangkaian atau
sistem yang dapat menyebabkan kelompok dapat dikatakan
berstruktur, yaitu:
1. Adanya sistem dari status-status para anggotanya. Ia memiliki
susunan pengurus yang merupakan suatu rangkaian yang
bersifat hierarkis.
2. Terdapat atau berlakunya nilai-nilai, norma-norma (kebudayaan)
dalam mempertahankan kehidupan kelompoknya yang berarti
24
3. Terdapat peranan-peranan sosial (social role) yang merupakan
aspek dinamis dari struktur.
Menurut Johnson (Sarwono, 2005: 4-5) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi melalui tatap muka (face to face interaction), dan masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan anggota kelompok lainnya, masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.
Kelompok adalah individu-individu yang hidup bersama
dalam satu ikatan, yang dalam satu ikatan terjadi interaksi sosial
dan ikatan organisasi antar anggota masing-masing kelompok
sosial. “Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang terdiri
dari dua orang atau lebih dengan pola interaksi yang nyata dan
dapat membentuk satu kesatuan” (Wiraatmadja, 1973: 64).
Soetarno (1994: 31-34) dalam buku Psikologi Sosial
mengutip hasil penelitian para ahli sosiologi dan ahli psikologi
sosial yang menyatakan bahwa kelompok sosial mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya motif yang sama
25
maka kebutuhannya sebagai makhluk sosial dan makhluk individu akan terpenuhi.
b. Adanya sikap in-group dan out-group
Sekelompok manusia yang mempunyai tugas yang sama sulitnya atau mengalami kepahitan hidup bersama pada umumnya menunjukkan tingkah laku yang khusus. Apabila orang lain di luar kelompok itu bertingkah laku seperti mereka, mereka akan menyingkirkan diri. Sikap menolak yang ditunjukkan oleh kelompok itu disebut sikap out-group atau sikap terhadap “orang luar”. Kelompok manusia yang dianggap sebagai Community Development tersebut menunjukkan pada orang luar tentang kesediaannya berkorban bersama dan kesetiakawanannya, Selanjutnya mereka menerima orang itu dalam segala kegiatan kelompok. Sikap menerima itu disebut sikap in-group atau terhadap “orang dalam”. c. Adanya solidaritas
Solidaritas adalah sikap kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial. Sikap solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada kepercayaan setiap anggota terhadap kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan masing-masing anggota dan keadaan tertentu akan memberikan hasil kerja yang baik. Dengan demikian, semakin tinggi sikap solidaritas antar anggota kelompok maka semakin tinggi pula sense of belonging.
d. Adanya struktur kelompok
Struktur kelompok merupakan suatu sistem relasi antar anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan status mereka serta sumbangan masing-masing dalam interaksi terhadap kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Wila Huky (Abdul Syani, 1987: 99) bahwa
kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau
lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi. Huky
secara lebih rinci menjelaskan beberapa ciri dasar suatu kelompok
sebagai berikut:
26
2. Kelompok-kelompok yang sebenarnya tidak dianggap terbentuk karena memenuhi persyaratan jumlah.
3. Komunikasi dan interaksi yang merupakan unsur pokok suatu kelompok harus bersifat timbal balik.
4. Kelompok-kelompok bisa bertahan sepanjang hidup atau dalam jangka panjang tetapi juga bisa hanya dapat bertahan sementara atau jangka pendek.
5. Minat dan kepentingan bersama merupakan dasar utama pembentukan kelompok.
6. Pembentukan kelompok dapat berdasarkan situasi yang beraneka ragam yang dalam situasi tertentu manusia dituntut untuk bersatu.
Menurut Mulyana (2005: 23) “kelompok pada dasarnya
adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat
relatife tetap dan mempunyai struktur tertentu". Struktur
merupakan sebuah kelompok adalah susunan dari pola antar
hubungan intern yang mendekati stabil, yang terdiri atas: (1) suatu
rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para
anggotanya yang hirarkis: (2) peranan-peranan sosial yang
berkaitan dengan status-status itu: (3) unsur-unsur kebudayaan
(nilai-nilai), norma-norma yang mempertahankan, membenarkan
dan menanggungkan struktur. Menurut penulis, kelompok adalah
sekumpulan atau gabungan orang yang saling mempengaruhi satu
sama lain yang membentuk interaksi sosial, sehingga kelompok
dipengaruhi oleh hubungan timbal balik antar orang atau individu.
Kelompok memiliki banayak jenis dan dibedakan
berdasarkan ada dan tidaknya organisasi, hubungan sosial antara
27
kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial
dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: kelompok penduduk usia
10-15 tahun di sebuah kecamatan. Kelompok kemasyarakatan,
yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai
organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya. Kelompok
sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis
dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat
dalam ikatan organisasi. Contoh: kelompok pertemuan, kerabat.
Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai
kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun
kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan
hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal.
b. Ciri-ciri Kelompok
Menurut Wildan Zulkarnain (2013: 6) “berbagai macam ciri
kelompok menurut para ahli memiliki benang merah yang sama
yaitu adanya kesamaan tujuan dan keanggotaan yang terikat antara
satu dengan lainnya”. Makna pelekat tersebut sebagai interaksi
atau sebagai kesamaan ranah yang membuat kelompok itu berada
dalam arti gerak prosesnya. Pembatasan lain dikemukakan Shaw
(1981) dalam buku Group Dynamics yang menjabarkan tentang
28
1. Adanya persepsi tiap anggota yang didasarkan asumsi bahwa tiap orang sadar akan hubungan dengan orang lain.
2. Adanya tujuan yang hendak dicapai.
3. Adanya motivasi, dimana tiap anggota kelompok menginginkan kepuasan terhadap kebutuhannya dari kelompok yang dimasukinya.
4. Adanya interdependensi, yaitu saling tergantung antar anggota.
5. Adanya interaksi yang merupakan suatu bentuk aktual dari interdepedensi, dimana tiap anggota saling berkomunikasi. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi verbal, interaksi fisikal, dan interaksi emosional.
6. Adanya organisasi, yakni kesatuan fungsi dalam mekanisme regular.
c. Fungsi Kelompok
Menurut Wildan Zulkarnain (2013: 8) “secara umum
kelompok berfungsi untuk memenuhi kebutuhan anggota agar
setiap anggota relative merasa puas, walau sebenarnya fungsi
kelompok tidak hanya sebatas itu saja”. Crech dan Cructhfield
(Sudjarwo, 2011) mencoba menguraikan fungsi kelompok dengan
lebih rinci yaitu:
1. Fungsi kelompok sebenarnya unik, artinya ciri sekaligus fungsi dapat tergambar pada satu kelompok tertentu dengan sekaligus. Contoh kelompok pengajian, dimana tampak antara fungsi dan ciri melekat sekaligus.
2. Fungsi kelompok merupakan accessory, artinya kelompok merupakan bingkai dari sejumlah kegiatan yang ada dalam satu kesatuan.
3. Fungsi kelompok dominance dan belonginess. Maksudnya sekalipun dalam kelompok terdapat kegiatan sub kelompok, namun kelompok tetap dapat memelihara rasa kebersamaan dari seluruh anggota kelompoknya.
Uraian tersebut menekankan fungsi kelompok yang bercorak
29
untuk mengkaji kelompok tani, kelompok pengajian, atau
kelompok pendengar pedesaan karena mendekati sosok realita
yang ada di lapangan. Namun, jika dipakai untuk menganalisis
kelompok yang lebih rumit atau kompleks, maka kemungkinan
besar akan sulit untuk diterapkan begitu saja tanpa dibantu oleh
teori lain yang lebih canggih.
d. Struktur Kelompok
Struktur kelompok sebagai pola interaksi yang stabil antara
anggota kelompok yang diciptakan oleh pembagian peran dan
penggabungan norma dalam kelompok. Peran dan norma tersebut
merupakan struktur dasar kelompok yang membangun interaksi
antar anggota dalam kelompok. Peran membagi tanggung jawab
anggota, dan norma menggabungkan anggota menjadi satu
kesatuan.
1. Peran
Peran menjelaskan struktur formal dalam kelompok dan
membedakan satu posisi dari posisi lainnya. Secara formal,
peran dapat diartikan sebagai sejumlah harapan untuk
melakukan tindakan yang layak dari seorang anggota dalam
suatu posisi dengan posisi lain yang berhubungan. Seringkali,
beberapa peran diberikan dalam tindakan formal, seperti ketua,
sekertaris, bendahara dan sebagainya. Kadang seorang
30
keterampilannya. Ketika sebuah peran diberikan, maka anggota
tersebut akan diharapkan oleh anggota lain untuk bertindak
dalam cara-cara tertentu. Anggota yang menjalankan perannya
sesuai harapan akan diberi penghargaan, sedangkan yang
menyimpang akan dihukum.
2. Norma
Jika peran membedakan hak dan kewajiban anggota kelompok
dengan anggota lainnya, maka sebaliknya norma
menggabungkan tindakan semua anggota kelompok. Norma
adalah aturan atau harapan yang menentukan perilaku yang
sesuai dengan kelompok, standar-standar yang digunakan
anggota-anggota kelompok untuk mengatur tindakan-tindakan
anggota kelompok. Norma menjelaskan bagaimana anggota
kelompok bertindak atau tidak dalam berbagai situasi. Singkat
kata, norma dalam suatu kelompok adalah kepercayaan umum
suatu kelompok berkenaan dengan tindakan yang layak, sikap,
dan pandangan untuk anggotanya. Misalnya ketepatan waktu,
31 e. Jenis-jenis Kelompok
Menurut Wildan Zulkarnain (2013: 11) kelompok primer dan
sekunder.
“Istilah kelompok kecil dan kelompok primer sering dipakai bergantian karena dianggap bermakna sama, walaupun sebenarnya berbeda. Kelompok kecil mempunyai batasan ditinjau dari jumlah anggotanya yang tergolong kecil, namun tidak ada batasan berapa jumlah orang didalamnya. Asalkan dalam kelompok kecil tersebut harus ada hubungan atau komunikasi antar anggota organisasi. Sedangkan kelompok primer, disamping jumlah anggotanya kecil, maka terdapat juga kriteria dimana antar anggotanya memiliki perasaan kebersamaan, loyalitas, keakraban, dan mempunyai tanggapan yang sama terhadap nilai-nilai yang dianut anggotanya. Contoh kelompok primer yaitu keluarga dan kolega. Sehingga semua kelompok primer merupakan kelompok kecil, akan tetapi sebaliknya kelompok kecil belum tentu kelompok primer.”
Anggota dalam kelompok primer saling berhubungan secara
langsung, intim, akrab, dan bersifat lebih personal. Ikatan
kelompok primer lebih bersifat emosionl dan pembentukannya
dikarenakan bersifat fisik langsung. Sedangkan anggota dalam
kelompok sekunder saling berhubungan lebih secara impersonal
dengan peran yang jelas dan interaksinya selalu berorientasi pada
tujuan. Sehingga pola hubungan antar anggota dalam kelompok
sekunder menjadi kurang erat dibandingkan kelompok primer.
Walaupun kelompok primer maupun sekunder memiliki kesamaan
32
f. Pengertian Kelompok Ternak Sapi
Menururt Kamus Bahasa Indonesia (2011) kelompok ternak
adalah sebagai wadah belajar mengajar bagi anggota guna
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan sikap serta
tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha ternak
sehingga produktivitasnya meningkat.
Kelompok ternak sapi terbentuk atas dasar kesadaran, jadi
tidak secara terpaksa. Kelompok ternak sapi ini menghendaki
terwujudnya peternakan yang baik, usaha ternak yang optimal dan
keluarga ternak yang sejahtera dalam perkembangan
kehidupannya. Para anggota terbina agar berpandangan sama,
berminat yang sama dan atas dasar keluargaan dari uraian diatas
dapat dikatakan bahwa kelompok ternak berfungsi sebagai wadah
terpeliharanya dan berkembangnya pengertian, pengetahuan dan
keterampilan serta gotong royong. Berdasarkan pemaparan diatas
dapat disimpulkan bahwa kelompok ternak sapi adalah kegiatan
yang positif karena dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta meningkatkan kemandiriannya agar mampu
mensejahterakan masyarakat dan para anggotanya terbina
berpandangan sama, berminat yang sama atas dasar keluargaan.
Namun, perlu disadari pula bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi produktivitas dan pengembangan kelompok ternak
33
1) Faktor pendorong pengembangan kelompok ternak sapi di
Negara Indonesia antara lain sebagai berikut:
a) Penyediaan pakan.
Adanya penyediaan lahan seperti diluar jawa sungguh
sangat menunjang pengembangan ternak sapi. Sapi sebagai
salah satu hewan ruminasia membutuhkan volume pakan
berupa rumput atau hijauan yang cukup, baik langsung
maupun tidak langsung berupa lapangan. Penggembalaan
ataupun rumput potongan. Untuk merealisasikan kebutuhan
hijauan ini hanya mungkin apabila tersedia area yang cukup
luas seperti di NTB, NTT, Sumatera, Kalimantan, dan
Sulawesi. Adanya penyediaan pakan penguat dari hasil
ikatan pertanian dan dari pabrik-pabrik seperti katul, ampas
tahu, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, bungkil kacang
kedelai dan sebagainya. Adanya toko-toko pakan ternak
dan obat-obatan yang siap melayani para peternak
sepanjang waktu.
b) Pemasaran yang mewadai.
Produksi daging dari usaha sapi akan cepat maju apabila
pemasaran berjalan cukup pesat, baik dalam negeri maupun
luar negeri sebagai bahan ekspor. Adanya perkembangan
kota-kota besar, kemajuan ilmu peningkatan taraf hidup
34
tidak langsung pula akan membawa pengaruh baik terhadap
perubahan menu makanan yang banyak mengandung
protein. Hal ini berarti kebutuhan atau permintaan daging,
khususnya daging sapi, akan meningkat.
c) Iklim yang sesuai.
Faktor iklim setempat tidak bias di pisahkan dengan usaha
pengembangan ternak sapi. Sebab iklim yang meliputi
keadaan suhu, curah hujan, kelembapan, tekanan dan
gerakan udara, serta cahaya yang tidak sesuai bagi
kehidupan sapi merupakan beban berat bagi hewan.
Misalnya iklim yang terlalu kering menyebabkan rumput
tidak bisa tumbuh subur, kulit ternak bisa terbakar, energy
terlalu banyak keluar, dan lain sebagainya. Sebaliknya pada
iklim setengah basah seperti dialami di NTT dan NTB
sangat sesuai untuk usaha ternak. Sebab di situ merupakan
padang rumput yang rumputnya tumbuh lebat.
d) Bermanfaat luas dan bernilai ekonomi.
Ternak sapi berkemanfaatan lebih luas dan bernilai
ekonomis lebih besar dari pada ternak lain. Usaha ternak
sapi merupakan usaha yang lebih menarik sehingga mudah
merangsang pertumbuhan usaha. Hal ini bisa dibuktikan
35
ternak besar ataupun kecil seperti kerbau, babi, domba, dan
kambing.
2) Faktor penghambat
a) Pemasaran hasil yang kurang menarik.
Masyarakat belum menyadari pentingnya nilai gizi daging
bagi kebutuhan tubuh. Mereka tahu akan pentingnya nilai
gizi itu presentasenyanya masih rendah dibanding jumlah
penduduk. Kebutuhan rill protein hewani per kapita adalah
50 gram. Di Indonesia masih berlaku pemasaran daging
musiman, yakni pemasaran daging meningkat pesat pada
hari-hari atau bulan-bulan tertentu. Misalnya sekitar hari
lebaran, natal dan tahun baru, saat-saat masyarakat banyak
menyelenggarakan upacara adat, perhelatan, dan
sebagainya. Peristiwa semacam ini menyebabkan terjadinya
pemasaran musiman yang terkadang menyebabkan pasar
cukup ramai ataupun terkadang pasar sangat sepi.
b) Terbatasnya fasilitas.
Keterbatasan fasilitas bisa menghambat pengembangan
produksi sapi mengenai keterbatasan fasilitas yang
umumnya menimbulkan efek langsung terutama sebagai
36 (1) Komunikasi
Komunikasi memegang peranan penting dalm usaha
ternak sapi. Kesulitan komunikasi, terutama yang
menyangkut transportasi yang erat hubungannya dengan
pengadaan pakan dan pemasaran yang tidak lancar, bisa
melumpuhkan usaha.
(2) Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk seperti yang dialami di jawa dan
Madura mengakibatkan sumber daya alam untuk
penanaman rumput pakan utama ternak sapi menjadi
sangat terbatas atau sempit, terlebih mengenai kebutuhan
untuk lapangan pengembalaan.
Kelompok ternak sapi adalah kelompok yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian yang dipimpin
oleh seorang ketua. Menurut peneliti kelompok ternak sapi dapat
disimpulkan antara kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi
dan sumber daya mempunyai peran yang sama khususnya untuk
keseimbangan dalam lingkungan masyarakat sehingga adanya
keserasian dan keakraban yang dipimpin oleh ketua anggota
masyarakat.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, peneliti dapat
37
wadah dari suatu organisasi para peternak yang ada dimasyarakat
yang memberikan peranan penting terhadap kesejahteraan dan
kemajuan dilingkungan masyarakat, khususnya kelompok ternak
sapi ini juga sebagai salah satu komponen untuk membangun
kelompok ternak sapi yang unggul dan maju. Pengertian kelompok
ternak sapi tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu
sendiri. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai
tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka bagian dari kelompok tersebut.
B. Penelitian Relevan
Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran
terhadap penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian terdahulu, diperoleh
beberapa masalah yang akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
yaitu :
1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Budidaya Ternak
Kambing Peranakan Etawa Di Dusun Kemirikebo Kelurahan Girikerto
Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan
oleh Indah Masruroh, Mahasiswi Jurusan Pengambangan Masyarakat
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2014.
Hasil penelitiannya adalah proses pemberdayaan masyarakat
38
adalah proses identifikasi masalah, proses pembentukan kelompok,
penguatan modal, pembudidayan ternak, penyelenggaraan pelatihan, dan
pengembangan usaha (pembentukan koperasi). Dampak positif yang
muncul diantaranya peningkatan kualitas SDM, terciptanya peluang kerja,
peningkatan pendapatan, angka kemiskinan berkurang, akses pasar yang
luas. Dari hasil penelitian terdahulu terdapat kesamaan dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu peningkatan kualitas SDM dan
peningkatan pendapatan warga. Akan tetapi tidak semuanya permasalah
yang dahulu sudah pernah diteliti sama dengan yang akan peneliti lakukan.
Akan tetapi terdapat perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu pada penelitian yang peneliti
lakukan lebih terfokus kepada bagaimana pemberdayaan masyarakat pada
kelompok ternak sapi dalam membantu peningkatan perekonomian warga
dan anggota kelompok ternak sapi.
2. Pelaksanaan Program Pembelajaran Masyarakat Kelompok Ternak
Sapi “Ngudi Sari” Di Padukuhan Karanggumuk II Karangrejek Wonosari
Gunungkidul. Penelitian ini dilakukan oleh Hasta Budi Nugraha,
Mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015.
Hasil penelitiannya adalah pelaksanaan program pembelajaran
kelompok ternak “Ngudi Sari” meliputi beberapa tahapan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Tahap perencanaan diawali dengan beberapa
39
penentuan sasaran program, penentuan narasumber, pengadaan sarana dan
prasarana dan perencanaan evaluasi. Pelaksanaan program kelompok
ternak “Ngudi Sari” yang diberikan untuk meningkatkan pendapatan
anggota kelompok ternak antara lain pembibitan sapi po (peranakan ongle)
yang dilakukan oleh anggota kelompok ternak sehingga perkembangan
ternak semakin meningkat dan hasil dari penjualan ternak semakin tinggi
nilai jualnya. Tahap evaluasi dilakukan guna mengetahui ketercapaian dari
sebuah program dan mengetahui sejauh mana program itu berhasil,
sehingga dapat menjadi acuan untuk kemajuan dari sebuah program.
Dampak program pembelajaran kelompok ternak “Ngudi Sari”
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Indikator
ditandai dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan anggota
dalam beternak sapi, antusiasme anggota dalam melakukan sebuah
program dengan ditandai perkembangan hewan ternak yang semakin
banyak dan hasil peranakan dari sapi tersebut berkualitas. Dampak
ekonomi meliputi: Anggota dapat membeli barang sesuatu, Contoh: sepeda
motor, memperbaiki rumah dan lain-lain. Anggota kelompok ternak
“Ngudi Sari” dapat sejahtera sehingga mampu memenuhi segala
kebutuhan hidup.
Dampak sosial antara lain: masyarakat dapat berfikir secara
mandiri dan bertanggung jawab terhadap hidupnya, sebagai percontohan
kelompok ternak yang maju mengelola ternak sapi. Dampak budaya
40
kewirausahaan mandiri, sebagai tolak ukur keberhasilan program
dimasyarakat, dapat menumbuhkembangkan tentang semangat wirausaha
mandiri.
Dampak pendidikan meliputi: dapat menyekolahkan pendidikan
anak yang lebih tinggi, sebagai sarana pembelajaran, pengetahuan dan
keilmuan masyarakat. Dari hasil penilitian terdahulu terdapat persamaan
dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti yaitu pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji”
serta mengetahui bagaimana dampak adanya kelompok tersebut. Akan
tetapi tidak semua permasalahan yang dulu sudah pernah di teliti sama
dengan yang akan peneliti lakukan. Akan tetapi terdapat perbedaan antara
penelitian yang terdahulu dengan peneliti yang akan dilakukan yaitu ingin
mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat dalam
pemberdayaan masyarakat.
3. Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Melalui Pendidikan
Nonformal, Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Di Kabupaten
Halmahera Barat. Penelitian ini dilakukan oleh Safri Miradj dan Sumarno
dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dan Universitas Negeri
Yogyakarta.
Tujuan penelitian untuk mengetahui proses pemberdayaan melalui
pendidikan nonformal dalam melaksanakan kegiatan pelatihan kepada
masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahteraan sosial di Kabupaten
41
penelitian, PKBM Mario Laha, PKBM Merpati, Orsos Melati, Orsos
Tunas Harapan dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Sonyinga,
responden, penggelola lembaga, masyarakat miskin atau warga belajar,
dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data, metode observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Hasil penelitian yaitu, (1) proses pemberdayaan yang dilakukan
lembaga pendidikan nonformal belum sesuai harapan warga belajar yang
terlibat dalam proses tersebut, dan belum memperhatikan aspek kebutuhan
yang diperlukan warga belajarnya, (2) hasil yang di timbulkan pasca
mengikuti proses pemberdayaan di lembaga-lembaga pendidikan
nonformal belum membantu masyarakat miskin meningkatkan
kehidupannya, dan (3) hubungan kerja sama yang selama ini dibangun
oleh PKBM Merpati, PKBM Mario Laha, Orsos Tunas Harapan, Orsos
Melati, dan LPM Sonyinga hanya sebatas pemerintah daerah. Dari hasil
penilitian terdahulu terdapat persamaan dengan penelitian yang akan di
lakukan oleh peneliti yaitu sama-sama ingin mengetahui proses
pemberdayaan dan mengetahui hasil dari pemberdayaan yang dilakukan di
masyarakat. Akan tetapi tidak semua permasalahan yang dulu sudah
pernah di teliti sama dengan yang akan peneliti lakukan. Akan tetapi
terdapat perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan peneliti yang
akan dilakukan yaitu menggunakan penelitian kualitatif tanpa pendekatan
fenomenologi dan ingin mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan
42 C. Kerangaka Fikir Penelitian
Kurangnya pengetahuan pada kelompok ternak sapi dapat
mengurangi kualitas dan kuantitas dalam beternak sapi. Masyarakat hanya
mampu memelihara sapi disekitar lingkungan sehingga menyebabkan
dampak yang buruk bagi lingkungannya. Jika masyarakat yang memiliki
sapi mampu diberdayakan maka akan meningkatkan pengetahuan serta
perekonomian warga sekitar dan tidak ada mayarakat yang merasa
terugikan.
Pengetahuan yang kurang menyebabkan produksi dalam beternak
sapi rendah. Produksi yang masih rendah akan sangat mempengaruhi
kebutuhan sapi pasar yang semakin meningkat. Perlu adanya perombakan
dalam pemberdayaan masyarakat agar mampu meningkatkan pengetahuan
masyarakat, sehingga mampu meningkatkan produksi sapi.
Melihat masalah tersebut masyarakat yang memiliki sapi di Dusun
Pondok Kulon membentuk sebuah kelompok ternak sapi. Kelompok
tersebut bernama “Lembu Aji” yang memiliki tujuan untuk
memberdayakan masyarakat sekitar dan juga memberikan pengatahuan
mengenai pengelolaan kelompok ternak sapi.
Dalam kelompok ternak sapi “Lembu Aji” terdapat pemberdayaan
masyarakat seperti penyuluhan ternak sapi yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan bagi masyarakat dan anggota kelompok tentang bagaimana
meningkatkan kualitas dan kuantitas sapi yang dipelihara. Program
43
kelompok bekerja sama untuk menjalankan program tersebut. Penyediaan
sarana dan pembuatan pupuk merupakan sebuah program dan kegitan
tersebut diharapkan akan membantu dalam meningkatkan perekonomian
mayarakat. Jika anggota memiliki pengetahuan dalam membuat pupuk,
maka mereka diharapkan mampu meningkatkan ekonomi keluarga dengan
cara menjual pupuk tersebut kepada masyarakat sekitar yang
membutuhkan pupuk.
Akhir dari tujuan terbentuknya kelompok ternak sapi yaitu agar
masyarakat dan anggota kelompok menjadi berdaya. Kategori berdaya
yang dimaksud yaitu mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan
tambahan setelah adanya kelompok ternak sapi. Selain itu juga agar
menjadi mandiri dalam berternak sapi dan juga mampu memanaje
kelompok dengan baik, sehingga produktivitas sapi akan meningkat dan
44
Gambar 1. Bagan Kerangk