• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI

2. Konsep Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Kegiatan

a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Dalam kamus ilmiah popular, kata ekstrakurikuler memiliki arti kegiatan tambahan di luar rencana pelajaran, atau pendidikan tambahan di luar kurikulum.11

Pengertian lain mengenai kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.12

9 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000), h. 134-138.

10Ibid., h. 65.

11 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 187-188.

12 Muhaimin, dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah & Madrasah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 74.

Lebih lanjut Percy E. Burrup, dalam bukunya “Modern High School Administration” yang dikutip oleh Mulyono mengemukakan, kegiatan

ekstrakurikuler adalah: “variously referred to as “ectracuriculer,” “co

-curiculer,” or “out school activities”. Artinya, bermacam-macam

kegiatan seperti ekstrakurikuler atau kegiatan-kegiatan di luar sekolah. Kegiatan itu lebih baik digambarkan sebagai kegiatan di luar kelas hanya sebagai kegiatan-kegiatan siswa. Dengan demikian yang dimaksud kegiatan ekstrakurikuler adalah berbagai kegiatan sekolah yang dilakukan dalam rangka memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan potensi, minat bakat dan hobi yang dimilikinya yang dilakukan di luar jam pelajaran normal.13

Menurut Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah kegiatan ekstrakurikuler mempunyai beberapa pengertian, diantaranya:

1) Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian siswa secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.

2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh siswa.

3) Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan dapat diikuti oleh siswa sesuai bakat dan minatnya masing-masing.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran (kurikulum) untuk menumbuhkembangankan potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki siswa, baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan.14

b. Jenis-Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1) Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).

2) Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), Kegiatan penguasaan keilmuan, kemampuan akademik dan penelitian.

3) Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater dan keagamaan.

4) Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karier, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan dan seni budaya.15

c. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi; 1) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan potensi, bakat, dan minat mereka, 2) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

14Ibid.

kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa, 3) rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi siswa yang menunjang proses perkembangan, 4) persiapan karier, yaitu kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karier siswa.16 5) menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat siswa agar dapat menjadi manusia yang berkreativitas tinggi dan penuh dengan karya 6) memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada siswa agar memiliki fisik yang sehat, bagus, kuat, cekatan dan terampil 7) memberi peluang siswa agar memiliki kemampuan untuk komunikasi (human relation) dengan baik, secara verbal dan nonverbal.17

d. Prinsip-prinsip kegiatan ekstrakurikuler

Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikulerjuga perlu dikembangkan dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa serta tuntutan-tuntutan lokal di mana sekolah maupun madrasah berada. Sehingga melalui kegiatan yang diikutinya, siswa mampu belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang berkembang dilingkungannya dengan tetap tidak melupakan masalah-masalah global tertentu saja yang juga harus pula diketahui oleh siswa.18

Proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan melalui prinsip-prinsip; 1) individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai denga potensi, bakat dan minat siswa masing-masing, 2) pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan yang diikuti secara sukarela siswa, 3) keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan siswa secara penuh, 4) menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan menggembirakan siswa 5) etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat siswa untuk bekerja

16Ibid., h. 75.

17 Mulyono, op. cit., h. 188-189. 18 Mulyono, Ibid., h. 189.

dengan baik dan berhasil, 6) kemanfaatan sosial, prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.

Dalam perencanaan kegiatan ekstrakurikuler mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsur-unsur, yaitu:

1) Sasaran kegiatan 2) Substansi kegiatan

3) Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, serta keorganisasiannya

4) Waktu dan tempat 5) Sarana.19

e. Pengertian Pengembangan Kreativitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pengembangan” berarti:

proses, cara, perbuatan mengembangkan.20

Di dalam bahasa Arab, kata kreatif merupakan terjemahan dari kata al-mushawwir, yakni orang yang menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Ia adalah seorang yang inovatif, kreatif, imajinatif dan progresif. Kata al-mushawwir selanjutnya menjadi salah satu sifat yang dimiliki Allah Swt. Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt dalam surat Al-Imran ayat 6 dan surat Al-Mu’min ayat 64, sebagai berikut:



























“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah)

melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

19 Muhaimin, op. cit., h. 75.

20 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 538.













































“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan

langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha

Agung Allah, Tuhan semesta alam.”21

Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi kreativitas, sebagai berikut:

Menurut James J. Gallagher yang dikutip oleh Yeni Rahmawati &

Euis Kurniati mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and products, in fashion that is novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya).

Supriadi mengutarakan sebagaimana dikutip oleh Yeni Rahmawati & Euis Kurniati bahwa kreativitas adalah “kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada”.22

Angelou berpendapat sebagaimana dikutip oleh Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono bahwa kreativitas ditandai dengan adanya kemampuan untuk menciptakan, mengadakan, menemukan suatu bentuk baru dan atau untuk menghasilkan suatu melalui keterampilan imajinatif.23

21 H. Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h. 236.

22 Yeni Rahmawati & Euis Kurniati, op. cit., h. 13-14.

23 Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta: PT. Indeks, 2010), h. 38.

Lebih lanjut lagi Seto Mulyadi yang dikutip dalam buku pengalaman hidup 10 tokoh kreativitas Indonesia mengembangkan kreativitas memaknai kreativitas dengan merumuskan strategi 4-P, yaitu pribadi (person), proses, produk dan press;

1) Pribadi. Kreativitas disini dikaitkan dengan adanya ciri-ciri kreativitas yang terdapat pada diri individu, yaitu ciri-ciri yang bersifat aptitude atau kognitif (berkaitan dengan kemampuan berpikir) seperti kelancaran, keluwesan, keunikan dan kemampuan elaborasi, serta ciri-ciri yang bersifat non-aptitude atau afektif (berkaitan dengan sikap dan perasaan) seperti: rasa ingin tahu, ingin mencoba hal-hal baru, berani menghadapi risiko, tidak takut salah, keras kepala, dan sebagainya.

2) Pendorong. Pendorong yang bersifat internal adalah pendorong dari dalam diri individu, yaitu hasrat dan motivasi yang kuat pada diri kita sendiri. Sementara pendorong yang bersifat eksternal adalah pendorong dari luar diri individu, seperti: diperolehnya aneka macam pengalaman yang kaya, lingkungan yang cenderung menghargai berbagai gagasan unik dari sang anak, tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang sikap kreatif, dan sebagainya.

3) Proses. Disini lebih ditekankan pada kegiatan bersibuk diri secara kreatif. Artinya kreativitas lebih ditinjau dari aspek kegiatan

‘bermain’ dengan gagasan-gagasan dalam pikiran tanpa terlalu menekankan pada apa yang dihasilkan oleh proses tersebut. Keasyikan yang timbul akibat dari keterlibatannya dengan aktivitas yang penuh dengan tentangan itulah yang lebih mendapatkan porsi utama.

4) Produk. Disini kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan dan menghasilkan produk-produk baru. Pengertian baru disini tidak berarti harus selalu baru sama sekali, namun bisa pula merupakan suatu kombinasi atau gabungan dari beberapa hal yang sebelumnya sudah pernah ada. Dari seseorang yang memiliki ciri pribadi yang kreatif, memperoleh sesuatu pendorong untuk mengembangkan kreativitasnya secara optimal, melalui suatu proses kreatif yang aman dan bebas secara psikologis, maka akan memungkinkan lahirnya produk-produk kreatif yang bermakna. Menurutnya lagi tentang kreativitas yang senantiasa diajarkan oleh Ibu Utami Munandar kepada saya: K = f (I x D x E x A) dimana kreativitas adalah merupakan fungsi dari adanya Imajinasi, Data, Evaluasi dan Aksi. Maksudnya memiliki imajinasi kreatif, lalu mengumpulkan data untuk bahan-bahan perbandingan, kemudian mengevaluasi apa yang sudah diperoleh,

akhirnya melakukan suatu aksi yang konkret dalam bentuk sebuah karya nyata.24

Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk mencipta suatu produk baru. Ciptaan itu tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya.25 Maka produk baru yang dimaksud di sini adalah inti dari ide-ide baru yang biasanya dengan meminjam, menambah, menggabungkan atau menyempurnakan yang lama. Bagaimanapun juga, setiap hal yang lama dapat dikombinasikan dalam berbagai cara. Dan disinilah daya kreatif itu digunakan.26

Menurut buku Utami Munandar yang berjudul Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, kreativitas adalah kemampuan untuk kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Yang dimaksudkan dengan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, dalam arti sudah ada sebelumnya, atau sudah dikenal sebelumnya, adalah semua pengalaman yang telah diperoleh seorang selama hidupnya. Jelaslah, makin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang makin memungkinkan dia memanfaatkan dan menggunakan segala pengalaman dan pengetahuan tersebut untuk bersibuk diri secara kreatif.27 Misalnya orang yang pertama kali menemukan sepatu roda sebagai gabungan dari sepatu dan roda juga termasuk orang yang kreatif. Jadi di sini kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.28

24 Utami Munandar, Pengalaman Hidup 10 Tokoh Kreativitas Indonesia Mengembangkan Kreativitas, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2001), h. 205-208.

25 Conny Semiawan., dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah,

(Jakarta: PT Gramedia, 1990), h. 8.

26 Michael Le Boeuf, Imageenering (Bagaimana Cara Memanfaatkan Daya Kreativitas Anda), (tt.p: t.t). h.45.

27 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 47.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kreativitas merupakan suatu proses tumbuh kembang diri seseorang yang didukung oleh motivasi internal maupun eksternal untuk melahirkan suatu gagasan ataupun produk baru atau mengombinasikan sesuatu yang sudah ada menjadi baru dan dikembangkan melalui sikap dan pengalaman yang seseorang alami dalam perkembangannya.

f. Ciri Kreativitas

Sund menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui ciri-ciri sebagai berikut:

1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar 2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru 3) Panjang akal

4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti

5) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit 6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas 8) Berpikir fleksibel

9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak

10)Memiliki semangat bertanya serta meneliti 11)Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

12)Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas29

g. Proses Kreativitas

Proses kreativitas dapat dibagi dalam beberapa tahap: 1) Persiapan

Mengumpulkan informasi, berkonsentrasi, dan mengakrabkan diri sepenuhnya dengan semua aspek masalah.

2) Inkubasi

Beristirahat sejenak, mengesampingkan dahulu masalah, memberi waktu bagi pikiran untuk beristirahat dan mengumpulkan energi. Ada sebuah hipotesa yang mengatakan bahwa permasalahan yang menyibukkan pemikiran orang kreatif dalam waktu yang lama sebenarnya adalah aktivitas dalam daerah bawah sadar setelah

ditinggalkannya selama beberapa saat. Meskipun kita tidak mengetahui bagaimana solusi itu datang, tetapi solusi itu mungkin datang setelah ia terbangun dari tidurnya, atau di sela-sela menjalankan aktivitasnya sehari-hari.30

3) Iluminasi

Saat NAH, INI DIA! Saat jawaban tiba-tiba muncul sering terjadi saat sedang benar-benar santai dan melakukan hal lain.

4) Implementasi

Menyelesaikan masalah praktis, berusaha memperoleh dukungan orang lain, menentukan berbagai sumber daya yang diperlukan. Dalam fase ini, orang kreatif melakukan pengujian atas kebenaran dan kelayakan kreativitasnya melalui eksperimen. Bisa jadi dalam fase ini dilakukan sebagian revisi atau perubahan atas produk kreativitas tersebut yang dimaksudkan untuk memperbaikinya dan memunculkannya dengan bentuk sebaik mungkin.31

Kita akan mengkhususkan diri pada tahap persiapan dan iluminasi. Pemetaan-pikiran menolong kita menyusun informasi sedemikian rupa sehingga memantul kesana-sini serta terbentuk kaitan-kaitan baru. Teknik ini memusatkan pemikiran dan informasi kita dengan sangat cepat, dan sering membawa kita langsung melaju ke tahap iluminasi.32

Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses kreativitas adalah sebuah proses berpikir untuk menciptakan atau mengkreasikan sesuatu dengan kemampuan inderawi yang dimiliki seseorang dengan cara berfantasi dan berimajinasi seluas-luasnya tanpa perlu khawatir gagal yang kemudian diaplikasikan menjadi produk kreativitas.

30 Amal Abdussalam Al-khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 247.

31Ibid., h. 248.

32 Joyce Wycoff, Menjadi Super Kreatif Melalui Metode Pemetaan-Pemikiran, (Bandung: Kaifa, 2003), hal. 52.

h. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas

Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas yaitu;

Pertama, memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psichological Athmosphere).

Kedua, menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan anak untuk mengakses apa pun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk pengembangan kreativitasnya. Perangsangan mental dan lingkungan kondusif dapat berjalan beriringan seperti halnya kerja simulan otak kiri dan kanan.

Ketiga, peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas, artinya ketika kita ingin siswa menjadi kreatif, maka akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula dan mampu memberikan stimulasi yang tepat pada siswa.

Keempat, peran serta orang tua dalam mengembangkan kreativitas siswa.

1) Rangsangan mental

Suatu karya kreatif dapat muncul jika siswa mendapatkan rangsangan mental yang mendukung. Pada aspek kognitif siswa distimulasi agar mampu memberikan berbagi alternatif pada setiap stimulan yang muncul. Pada aspek kepribadian siswa distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti percaya diri, kepribadian, ketahanan diri, dan lain sebagainya. Pada aspek suasana psikologis (Psichological Athmosphere) distimulasi agar siswa memiliki rasa aman dan kasih sayang dan penerimaan. Hal ini berarti para pendidik harus siap untuk menerima apa pun karya siswa dukungan mental bagi siswa sangat diperlukan. Dengan adanya dukungan mental siswa akan merasa dihargai dan diterima keberadaannya sehingga ia akan berkarya dan memiliki

keberanian untuk memperlihatkan kemampuannya. Sebaliknya, tanpa dukungan mental yang positif bagi siswa maka kreativitas tidak akan terbentuk.

2) Iklim dan Kondisi Lingkungan

Cherry dan Ayan mengemukakan beberapa kondisi lingkungan yang harus diciptakan untuk menumbuhkan jiwa kreatif, sebagai berikut;

a) Pencahayaan

Cahaya merupakan salah satu sumber energi kreatif paling ampuh, bahkan cahaya matahari yang terang langsung memiliki kaitan biologis dengan tubuh dan pikiran.

b) Sentuhan warna

Ada beberapa cara dasar penggunaan warna untuk menciptakan lingkungan kreatif. Pertama, warnailah sebagian besar ruang kerja untuk mendapatkan perasaan yang diinginkan. Kedua, buatlah variasi warna sesuatu dengan suasana hati dan kebutuhan yang berbeda. Ketiga, banyaknya warna merangsang berbagai pikiran dan perasaan.

c) Seni dalam lingkungan

Seni dalam lingkungan meliputi apa saja mulai dari poster, hiasan dinding dan foto berbingkai, hingga hiasan kecil, ukiran dan benda seni. Seni bernuansa lingkungan tidak harus sempurna atau abadi, namun ia dapat diubah dan

diganti karena “keanekaragaman adalah bumbu kehidupan”.

d) Bunyi dan musik

Musik dan bunyi mempunyai 2 fungsi:

(1) Jenis musik tertentu dapat meningkatkan fungsi otak dan membantu kecepatan belajar dan daya ingat. (2) Mempengaruhi penataan dan suasana hati.

Musik dapat mengeluarkan siswa dan zona kenyamanan menuju pikiran dan perasaan baru, tpat pada bidang yang kita butuhkan agar menjadi kreatif. e) Aroma

Menurut berbagai sumber bebauan dan aroma diketahui secara langsung merangsang bagian otak-sistem limbik-yang bekerja atas emosi dan ingatan primitif. Akibatnya satu jenis bau mampu mengeruk segunung emosi dan menggugah ingatan lama.

f) Sentuhan

Menurut beberapa kiat yang dapat mempertimbangkan unsur sentuhan dan cara tekstur agar mempengaruhi suasana hati dan kreativitas, diantaranya:

(1) Gunakan sentuhan untuk menghadirkan kenyamanan fisik dan relaksasi

(2) Gunakan sentuhan untuk mencapai ketenangan

(3) Gunakan sentuhan dan gerak untuk mendapatkan rangsangan

g) Cita Rasa

Santapan mempengaruhi suasana mental dan emosional menurut Junith Wurtman, ada tiga prinsip penting dalam masalah gizi yang harus diingat:

(1) Karbohidrat menyebabkan kantuk, dan akan mengurangi energi kreatif

(2) Protein meningkatkan kesiagaan, sedangkan lemak menumpulkan ketajaman mental

(3) Pola makan terbaik adalah yang mementingkan buah-buahan segar dan sayuran, hindari makanan yang diproses, bahan sintesis, gula, tepung, kafein dan alkohol.

3) Peran guru

Semua siswa di sekolah memerlukan guru yang baik, tidak hanya siswa berbakat. Guru menentukan tujuan dan sasaran belajar; membantu pembentukan nilai-nilai pada siswa, misalnya nilai hidup, nilai moral, dan nilai sosial; memilihkan pengalaman belajar; menentukan metode atau strategi mengajar; dan yang paling penting menjadi model perilaku bagi siswa.33 Beberapa hal yang dapat mendukung peran guru dalam mengembangkan kreativitas siswa adalah sebagai berikut:

a) Percaya diri

Kepercayaan diri merupakan syarat penting yang harus dimiliki siswa untuk menghasilkan karya kreatif. Hal ini diawali dengan keberanian mereka dalam beraktivitas. Dan setiap siswa akan berani menampilkan karya alami mereka jika lingkungan terutama orang tua dan guru menghargainya.

33 Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 144.

b) Berani mencoba hal baru

Untuk menumbuhkan kreativitas siswa, mereka perlu dihadapkan pada berbagai kegiatan baru yang bervariasi. Kegiatan baru ini akan memperkaya ide dan wawasan siswa tentang segala sesuatu.

c) Memberikan contoh

Diakui atau tidak seorang guru tetap merupakan figur dan teladan bagi siswa-siswanya. Demikian juga dalam pengajaran kreativitas. Seorang guru yang tidak kreatif, tidak mungkin dapat melatih siswanya untuk menjadi kreatif.

d) Menyadari keragaman karakteristik siswa

Setiap anak adalah unik dan khas, masing-masing berbeda satu sama lain. Pemahaman dan kesadaran ini akan membantu guru menerima keragaman perilaku dan karya mereka dan tidak memaksakan kehendak.

e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berekspresi dan bereksplorasi

Untuk mengembangkan kreativitas, guru sebaiknya memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi dan mengeksplorasi kegiatan yang mereka inginkan. Dengan demikian guru harus menyiapkan berbagai pendekatan, metode dan media pembelajaran yang akan membuat siswa bebas mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya.

f) Positive thingking

Siswa yang aktif, tidak bisa diam, punya cara dan kehendak sendiri dalam mengerjakan tugas, tidak bisa langsung diberi cap sebagai siswa nakal, guru harus memprioritaskan positive thingkingnya, ketimbang asumsi negatifnya. Dengan melakukan positive thingking guru akan

mereduksi hambatan yang tidak perlu dan menghindari masalah baru yang mungkin timbul.

Maker membagi karakteristik guru siswa berbakat menjadi tiga kelompok: filosofis, profesional, dan pribadi.

1) Karakteristik filosofis: karakteristik yang penting karena cara guru memandang pendidikan mempunyai dampak terhadap pendekatan mereka terhadap mengajar. Jika guru memandang keberbakatan sebagai meliputi potensi intelektual yang tinggi, pengikatan diri terhadap tugas, kreativitas, dan prestasi yang tinggi, mereka akan menggunakan pendekatan terhadap siswa berbakat dari segi kekuatannya dan cenderung untuk berpusat terhadap bahan mata ajaran

2) Karakteristik profesional: dapat dikembangkan melalui pelatihan dalam jabatan seperti kemampuan untuk mempergunakan keterampilan dinamika kelompok, teknik dan strategi yang maju dalam mata ajaran tertentu, memberi pelatihan penyelidikan, dan memahami ilmu komputer

3) Karakteristik pribadi: Karakteristik pribadi guru meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat luas, dan keluwesan (fleksibilitas).34 4) Peran orang tua

Dokumen terkait