• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya madrasah dalam mengembangkan kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler: penelitian di MAN 4 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya madrasah dalam mengembangkan kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler: penelitian di MAN 4 Jakarta"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian di MAN 4 Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh

Sofi Roziqoh

NIM: 1110011000060

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi berjudul Upaya Madrasah dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa

Melalui

Kegiatan Ekstrakurikuler

disusun

oleh

Sofi

Roziqoh, NIM 1110011000060, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakn sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah seuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta. 09 Januari 2015

Yang Mengesahkan, Pembimbing

Yudhi Munadi. MA

(3)

Kegiatan Ekstrakurikuler

disusun

oleh

Sofi

Roziqoh

Nomor

Induk

Mahasiswa 1110011000060, diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 05 Februari 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S I (S. Pd. I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 08 Februari 2015 Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jtrusan/Program Studi) Dr. H. Abdul Majid Khon. M. Ae

NIP. 19580707 198703 1 005

Sekertaris (Sekertari s Jurusan/Prodi) Marhamah Saleh Lc. MA

NIP. 19720313 200801 2 010

Penguli I

Dr. H. Sapiudin Shidik. M.Ag

NIP. 19670328 200003 1 001

Penguji tl

Siti Khadijah. MA

NIP. 19700727 t99703 2 004

Tanggal

{f,L

-1-?tg

C1

zlbr.s<

-//

Itf

,'t'-i(

Mengetahui: Dekan,

Nurlena kffa'i MA. Ph. D

(4)

NIM

Jurusan Alamat

1 1 1001 1000060

Pendidikan Agama Islam (PAI)

Jl. Assofa II Rt 005/ 01 No. 5 Sukabumi Utara Jakarta Barat

: Yudhi Munadi, MA

: 19701203 1 99803 1 003

: Pendidikan Agama Islam (PAI)

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Madrasah dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing NIP

Jurusan/Program Studi

Demikian surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

J akarta, 09 J anuari 20I 5

(5)

t--i MAN 4 Jakarta).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya madrasah, faktor pendukung dan penghambat kegiatan, serta keberhasilan yang diraih MAN 4 Jakarta dalam mengembangkan kreativitas siswanya melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lebih spesifik lagi penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(6)

i

The purpose of this study was to determine the madrassa efforts in developing students' creativity through extracurricular activities. This study used a qualitative approach to generate descriptive data in the form of words written or spoken of people and behaviors that can be observed. The data were collected through observation, interviews, and documentation.

(7)

ii

Maha suci Allah, segala puji bagi-Nya, Dialah yang telah melimpahkan segala nikmat, mencurahkan rahmat dan karunia untuk hamba-Nya.

Shalawat serta salam tak lupa dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW. Teladan bagi umat manusia dan rahmat bagi seluruh alam, rasa syukur alhamdulillah dipanjatkan kehadirat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya banyak pihak yang terlibat dan selalu meberi sumbangsi berupa motivasi, petunjuk, bimbingan dan arahan kepada penulis, oleh karenanya dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Hj. Nurlela Rifa’i, MA., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta para wakil dekan dan jajarannya

3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, MA, Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah jakarta dan Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam serta Bapak Faza Amri, S.Th.I

4. Bapak Yudhi Munadi, MA. Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah

memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran serta telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk penulis

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya yang berharga

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

6. Kepala Madrasah, segenap Dewan Guru dan siswa-siswi MAN 4

(8)

iii

dan mengangkat derajatnya serta mengganjarkan surga atas apa yang mereka korbankan

8. Kakak Rifkah Hanikah serta adik-adikku tersayang Ais, Laili dan tak

lupa abang ipar Ahmad Khusairi yang telah menghibur penulis lewat candaannya sehingga penulis selalu semangat menyelesaikan skripsi ini

9. Sahabat-sahabat penulis, Fitri Farhani, The Rempongs (Ela, Aji,

Ngeok, Puji, Ncek, Wilda) serta teman seperjuangans penulis saat mengerjakan skripsi: Yani, Reren, Ziah, Teti dan tak lupa teman-teman mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan PAI khususnya kelas B dan Peminatan Fiqih

10.Teman-teman Languange Army, Mecosin, dan lainnya yang tak henti

menghibur dan mendoakan penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini

Penulis tidak dapat membalas segala kebaikannya kecuali mendoakan segala usaha, pengorbanan dan amal baik semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi yang telah penulis selesaikan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 09 Januari 2015

Sofi Roziqoh

(9)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : KAJIAN TEORI A. Kajian Teori………. ... 6

1. Upaya Madrasah... 6

a. Pengertian Upaya Madrasah ... 6

b. Karakteristik Pendidikan di Madrasah ... 7

c. Peluang dan Tantangan Madrasah ... 10

2. Konsep Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler ... 11

a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ... 11

b. Jenis-Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler ... 13

c. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 13

d. Prinsip-Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler ... 14

e. Pengertian Pengembangan Kreativitas ... 15

f. Ciri Kreativitas ... 19

g. Proses Kreativitas ... 19

h. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas ... 21

(10)

v

B. Metodologi Penelitian ... 36

C.Sumber Data ... 36

D. Prosedur pengumpulan dan Pengolahan Data ... 37

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 38

F. Analisis Data ... 41

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MAN 4 Jakarta ... 43

1. Sejarah Singkat MAN 4 Jakarta ... 43

2. Visi, Misi MAN 4 Jakarta ... 44

3. Data Siswa dan Data Guru ... 44

4. Sarana Prasarana ... 44

5. Program Ekstrakurikuler ... 45

B.Deskripsi Data ... 49

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

1. Perencanaan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 50

a. Penyusunan rencana dan program ekstrakurikuler ... 51

b. Waktu dan Tempat ... 52

c. Sarana prasarana dan anggaran kegiatan ... 52

d. Pembina, pelatih dan pengelola kegiatan ... 53

2. Pelaksanaan kegiatan kestrakurikuler ... 54

a. Partisipasi siswa ... 57

b. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan ekstrakurikuler 58 c. Program penunjang kegiatan ekstrakurikuler yaitu: intrakurikuler dan kokurikuler ... 59

3. Pengawasan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 61

4. Evaluasi Kegiatan Ekstrakurikuler ... 61

(11)

vi

b. Motivasi eksternal... 64

D. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 69

(12)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan madrasah saat ini tengah menghadapi masalah-masalah global, yang bukan saja membutuhkan ilmu agama, ilmu umum, tetapi juga keterampilan untuk masuk ke dunia kerja. Untuk itu diperlukan madrasah yang bukan saja profesional dalam pengelolaannya, tetapi juga lengkap dalam sarana dan prasarana pembelajarannya baik yang berkaitan dengan

pengembangan keilmuan maupun yang berkaitan dengan peningkatan skill

siswa.1

Seperti pada umumnya, kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran dilaksanakan dengan lebih mengutamakan pada kegiatan tatap muka di kelas, sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum (pembelajaran reguler), untuk itu dimungkinkan dan bahkan sangat disarankan untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran di luar kelas guna memperdalam materi dan kompetensi yang sedang dikaji dari setiap mata pelajaran melalui jenis kegiatan pengembangan diri yaitu kegiatan

ekstrakurikuler.2 Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan

pengorganisasian pengembangan diri yang betul-betul diarahkan untuk melayani seluruh siswa agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal

sesuai bakat, minat dan kebutuhannya masing-masing.3

Sangatlah penting bahwa orang tua atau pendidik menyadari ciri-ciri siswa manakah yang perlu dipupuk untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang kreatif. Biasanya pendidik atau orang tua kurang menyadari dampak dari sikap mereka terhadap perkembangan kepribadian siswa.

1 Hasbi Indra, Pendidikan Melawan Globalisasi, (Jakarta: Ridamulia, 2005), h. 210.

2 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 415-416.

(13)

Di lingkungan sekolah, siswa sering kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya jika kurikulum terlalu padat dan jika dipentingkan hanya pemecahan menuju satu jawaban tunggal. Dengan demikian, perkembangan kreativitas, seperti potensi-potensi lain perlu diberi

kesempatan dan rangsangan untuk berkembang.4

Sebetulnya alternatif sistem program pendidikan untuk siswa berbakat cukup banyak dan bervariasi mulai dari program yang diberikan di dalam kelas atau di sekolah biasa, program yang diberikan di luar jam pelajaran atau di dalam masa liburan. Namun dari sekian banyak kemungkinan, dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing, perlu ditinjau dan kemudian diambil keputusan, alternatif manakah yang paling berdayaguna dan berhasil

guna untuk dikembangkan?5

Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki siswa yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap siswa memiliki bakat kreatif dan perlu dipupuk sejak dari usia dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang secara optimal, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan. Oleh sebab itu diperlukan upaya pendidikan yang dapat mengembangkan kreativitas siswa.

Selain bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakan manusia yang sedemikian unik dan kreatif, kita juga perlu mensyukuri kiprah orang yang senantiasa menjaga kekuatan daya hidup dan kreativitasnya. Karena berkat jasa orang-orang inilah maka kehidupan dapat berkembang.

Harus kita akui secara jujur, tidak semua orang mau berpikir dan bekerja

keras seperti Archimides ataupun Newton. Tidak semua orang berani

berkhayal dan mewujudkan khayalannya, seperti Wright bersaudara yang

ingin terbang seperti burung hingga terciptalah pesawat terbang. Tidak semua orang mau tetap berkarya meskipun dicerca orang seperti Mozart, tidak setiap

4 Monty P. Satiadarma & Fidells E. Waruru, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka Populer

Obor, 2003), h. 115-117.

5 Utami Munandar, Anak-Anak Berbakat, Pembinaan dan Pendidikannya, (Jakarta: Rajawali,

(14)

orang memperhatikan rengekan anaknya yang berusia 3 tahun seperti yang dilakukan Edwind Land sehingga terciptalah foto langsung jadi. Tidak semua orang punya keinginan untuk selalu maju dan meningkatkan diri, punya motivasi dan jiwa pencari pengetahuan yang besar seperti Aristoteles ataupun Plato. Orang-orang kreatif inilah yang sebenarnya banyak memberikan sumbangsih bagi dunia dan kemajuan peradaban dengan penemuan, karya mereka, dan ilmu pengetahuan. Kita dapat mengambil pelajaran bahwa penemuan-penemuan baru hanya dapat dihasilkan oleh manusia yang berani

berpikir “lain daripada yang lain” walaupun pada zamannya hal itu mungkin dianggap “nyeleneh”, “aneh” ataupun “gila”. Namun pada akhirnya

masyarakat dunia pun tidak dapat memungkiri manfaat besar yang diperoleh, karena keberanian orang-orang kreatif ini. sehingga kehidupan pun semakin maju, lebih mudah, lebih indah, lebih nyaman, lebih cepat dan lain

sebagainya.6

Kenyataannya, banyak kita temui persoalan yang muncul menyangkut kegiatan ekstrakurikuler. Diantaranya kurangnya waktu untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dikarenakan padatnya program intrakurikuler yang wajib siswa ikuti. Selain itu masih terdapat siswa-siswi yang menganggap kegiatan ekstrakurikuler hanya kegiatan selingan saja dan tidak perlu mengikutinya secara serius, kurangnya kemauan anak untuk berpikir luas dan mencoba hal-hal yang baru. Maksudnya, siswa hanya mengikuti kegiatan/ tuntutan yang berlaku di sekolah. Dorongan dan motivasi yang kurang dari berbagai pihak serta adanya batasan yang menghambat siswa untuk berkreativitas.

Melihat permasalahan tersebut, maka mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian dengan judul “UPAYA MADRASAH DALAM

MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER”.

6 Yeni Rahmawati & Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia

(15)

B.

Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan di MAN 4 Jakarta dengan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Masih terdapat siswa-siswi yang menganggap kegiatan ekstrakurikuler

hanya kegiatan selingan saja dan tidak perlu mengikutinya secara serius

2. Masih kurangnya kesadaran pihak madrasah dalam melayani

kebutuhan siswanya untuk kegiatan ekstrakurikuler

3. Kurangnya kemauan siswa untuk berpikir luas dan mencoba hal-hal

yang baru

4. Dorongan dan motivasi yang kurang dari berbagai pihak serta adanya

batasan yang menghambat siswa untuk berkreativitas, seperti ruang dan waktu yang kurang memadai serta masih terdapat hambatan dalam pengelolaan program ekstrakurikuler, terutama dari segi sarana dan prasarana serta terbatasnya dana untuk kegiatan ekstrakurikuler.

C.

Pembatasan Masalah

Sebelum penulis menguraikan permasalahan lebih lanjut, maka penulis akan memberikan pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang akan diteliti disini yaitu upaya mengembangkan kreativitas melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diminati siswa di MAN 4 Jakarta yaitu Tari Saman, ECC dan PASKIBRA.

D.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan penulis bahas adalah:

1. Bagaimanakah upaya MAN 4 Model Jakarta dalam mengembangkan

kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat kegiatan ekstrakurikuler di

(16)

3. Apa saja keberhasilan yang diraih MAN 4 Jakarta dalam

mengembangkan kreativitas siswanya melalui kegiatan

ekstrakurikuler?

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui upaya MAN 4 Model Jakarta dalam membantu siswanya mewujudkan kemampuan potensi dan mengembangkan kreativitasnya melalui kegiatan ekstrakurikuler

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kegiatan ekstrakurikuler di MAN 4 Model Jakarta

3. Untuk mengetahui keberhasilan yang diraih MAN 4 Jakarta dalam

mengembangkan kreativitas siswanya melalui kegiatan

ekstrakurikuler

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah.

1. Bagi siswa

Siswa dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuannya melalui kegiatan ekstrakurikuler agar menjadi seorang yang berguna untuk dirinya dan masyarakat

2. Bagi guru dan pembina ekstrakurikuler

Agar lebih memperhatikan dan membimbing siswa agar siswa mampu mengembangkan dirinya menjadi seorang yang berguna bagi dirinya dan masyarakat

3. Bagi madrasah

(17)

6 1. Upaya Madrasah

a. Pengertian Upaya Madrasah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “upaya” berarti: usaha;

ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari

jalan keluar, dsb).1

Sebelum penulis memaparkan tentang pengertian madrasah, terlebih dahulu penulis menjelaskan seputar kemunculan madrasah.

Madrasah adalah salah satu bentuk kelembagaan pendidikan Islam yang memiliki sejarah sangat pannjang. Pendidikan itu sendiri dalam pengertian umum dapat dikatakan muncul atau berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri, yakni berawal dari pendidikan yang bersifat informal berupa dakwah islamiyah untuk menyebarkan Islam. Seiring dengan perkembangan Islam dan terbentuknya masyarakat Islam, pendidikan Islam diselenggarakan di masjid-masjid

yang dikenal dalam bentuk halaqah. Kebangkitan madrasah merupakan

awal dari bentuk pelembagaan pendidikan Islam secara formal.2

Madrasah merupakan isim makan dari fi’il madhi “darasa”, yang

mengandung arti tempat atau wahana untuk mengenyam proses

pembelajaran.3

Menurut Abd. Hamid Al-Hasyim sebagaimana dikutip oleh Andewi

Suhartini dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, “istilah madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi juga dapat

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2005), h. 1250.

2 Maksum, Madrasah; Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu,

1999), h. 1.

3 Andewi Suhartini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Departemen Agama Republik

(18)

dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid dan

lain-lain. Bahkan, seorang ibu dapat dikatakan sebagai madrasah pemula”.4

Mengenai sejarah dan perkembangan madrasah, Prof. Malik Fajar sebagaimana dikutip oleh Abdul Rachman Shaleh dalam bukunya Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa,

“Madrasah adalah madrasah, artinya, lembaga madrasah tidak

dapat digantikan dengan lembaga-lembaga lainnya, karena madrasah mempunyai visi, misi dan karakteristik yang sangat spesifik di dalam masyarakat maupun kelembagaannya, baik dilihat

dari segi kebudayaan, sosial politik maupun ekonomi”.5

Selanjutnya menurut Hasan Abd al-‘Al, “madrasah sebagai era

baru dari tahapan perkembangan institusi pendidikan Islam”.6

Jadi, dapat disimpulkan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan yang bercirikan Islam untuk mengenyam pendidikan yang mana akan mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan masyarakat.

b. Karakteristik Pendidikan di Madrasah

Wirjosukarto membagi pendidikan pada abad 20 M menjadi corak lama yang berpusat di pondok pesantren (madrasah) dan corak baru yang lahir dan berkembang dari sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda (sekolah). Wirjosukarto secara spesifik merinci ciri-ciri dari masing-masing corak pendidikan tersebut. Menurutnya, ciri yang dimiliki oleh madrasah pada periode awal (corak lama) dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Berorientasi menyiapkan calon kyai atau ulama yang hanya

menguasai masalah agama semata.

2) Kurang memberikan pengetahuan untuk menghadapi perjuangan

hidup sehari-hari.

4Ibid., h. 117.

5Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta, PT RajaGrafindo

Persada, 2004), cet. 1, h. 67.

6 Maksum, Madrasah; Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta, PT LOGOS WACANA ILMU,

(19)

3) Sama sekali tidak memberikan pengetahuan umum.

4) Mengisolasi diri, disebabkan sikap non kooperasi secara total

dari pihak pesantren terhadap segala sesuatu yang berbau Barat.

Berbeda dengan madrasah, pendidikan kolonial Belanda

mempunya ciri sebagai berikut:

1) Hanya menonjolkan pengetahuan umum saja

2) Pada umumnya bersikap negatif terhadap agama Islam

3) Alam pikirannya terasing dari kehidupan bangsanya.

Jurang yang memisahkan antara kedua golongan ini semakin jelas dan semakin hari semakin meluas, baik dalam aktifitas-aktifitas sosial maupun intelektual, dalam cara bergaul, berpakaian, berbicara, berfikir, dan sebagainya.

Beberapa intelektual muslim, seperti H. Abdullah Ahmad, Zeinuddin Labay El-Yunusiy, KH. Ahmad Dahlan, dan KH. Ilyas

(penerus perjuangan KH. Hasyim Asy’ari) berupaya melakukan inovasi penyelenggaraan pendidikan melalui dua cara, yaitu:

Pertama, mendirikan lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan agama dengan ilmu-ilmu-ilmu-ilmu pengetahuan umum. Dengan begitu, madrasah diharapkan akan dapat melahirkan ulama-intelek.

Kedua, memberikan tambahan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum yang sekuler. Tujuannya, mengisi kekosongan intelegensia masyarakat kolonial akan agama, atau minimal menghilangkan sikap negatif mereka terhadap agama (Islam). Idealnya,

langkah ini dapat meningkatkan concern dan semangat mereka untuk

memperdalam pengetahuan agama (Islam) secara mandiri.

(20)

seperti inilah yang kemudian dinilai sebagai embrio bagi penyiapan

calon ulama-intelek atau intelek-ulama.7

Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pada periode H.A. Mukti Ali (mantan Menteri Agama RI), ia menawarkan konsep alternatif pengembangan madrasah melalui kebijakan SKB 3 Menteri, yang berusaha menyejajarkan kualitas madrasah dengan non-madrasah, dengan porsi kurikulum 70% umum dan 30% agama.

Pada periode Menteri Agama RI H. Tarmizi Taher menawarkan konsep madrasah sebagai sekolah umum yang bercirikan agama Islam. Dilihat dari isu sentralnya, Mukti Ali ingin mendobrak pemahaman masyarakat yang bernada sumbang terhadap eksistensi madrasah, di mana ia berkutat pada kajian masalah keagamaan Islam dan miskin pengetahuan umum.

Sebagai akibat dari kemandulan keilmuan yang dimiliki output

madrasah, maka Menteri Agama Tarmidzi Taher mencoba menawarkan

kebijakan dengan jargon madrasah “madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas agama Islam”, yang muatan kurikulumnya sama

dengan sekolah non-madrasah.

H. A Malik Fadjar memantapkan eksistensi madrasah untuk memenuhi tiga tuntutan minimal dalam peningkatan kualitas madrasah, yaitu: (1) bagaimana menjadikan madrasah sebagai wahana untuk membina ruh atau praktik hidup keIslaman (2) bagaimana memperkokoh keberadaan madrasah sehingga mampu merespon tuntutan masa guna mengantisipasi perkembangan iptek dan era

globalisasi.8

7 Ainurrafiq Dawam dan Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,

(Jakarta: Listafariska Putra, 2004), h. 37-38.

8 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan

(21)

c. Peluang dan Tantangan Madrasah

1) Peluang Madrasah

a) Kehidupan beragama yang semakin semarak dan semakin

diamalkan baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan sosial kemasyrakatan, memberikan peluang untuk bersama-sama membangun khususnya di bidang pendidikan yang mempunyai peran strategis dalam peningkatan sumber daya manusia.

b) Terbukanya peluang yang seluas-luasnya secara yuridis sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional yang mampu mengayomi dan memberikan jaminan hukum terhadap masyarakat yang berperan serta dalam

menyelenggarakan madrasah. Selanjutnya dengan ini

dimaksudkan untuk mengatur pengembangan madrasah sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengindahkan ciri kekhususan yang dimiliki madrasah.

c) Adanya peluang untuk mengembangkan program sesuai dengan

kemandirian dan ciri kekhususan madrasah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional.

2) Tantangan Madrasah

a) Adanya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, perubahan

sosial dan globalisasi yang demikian cepat, yang tidak dibarengi dengan percepatan konsepsional, teknik metodologi maupun administrasi manajemen di lingkungan madrasah.

b) Adanya ketidaksiapan pelaksanaan pendidikan di madrasah

(22)

c) Implementasi kemitraan dalam penyelenggaraan pendidikan pada madrasah antara pembina dan masyarakat pengelola

madrasah belum dikembangkan secara optimal dan profesional.9

Madrasah dalam posisinya memasuki Era Indonesia Baru menghadapi persaingan yang berorientasi kelulusan. Oleh karena itu, dunia madrasah memerlukan dinamika di bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Madrasah harus membekali lulusannya untuk ke masyarakat. Selanjutnya dalam rangka menghadapi tantangan ke depan yang semakin kompleks, madrasah harus mampu beradaptasi

dengan kecenderungan nasional dan global.10

Jadi, dapat disimpulkan bahwa madrasah harus meningkatkan kualitas dan mutu pendidikannya seiring perkembangan zaman serta sesuai dengan kebutuhan dan perubahan masyarakat.

2. Konsep Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler

a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Dalam kamus ilmiah popular, kata ekstrakurikuler memiliki arti kegiatan tambahan di luar rencana pelajaran, atau pendidikan tambahan

di luar kurikulum.11

Pengertian lain mengenai kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang

berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.12

9 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta:

PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000), h. 134-138.

10Ibid., h. 65.

11 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2010), h. 187-188.

12 Muhaimin, dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada

(23)

Lebih lanjut Percy E. Burrup, dalam bukunya “Modern High School Administration” yang dikutip oleh Mulyono mengemukakan, kegiatan

ekstrakurikuler adalah: “variously referred to as “ectracuriculer,” “co -curiculer,” or “out school activities”. Artinya, bermacam-macam kegiatan seperti ekstrakurikuler atau kegiatan-kegiatan di luar sekolah. Kegiatan itu lebih baik digambarkan sebagai kegiatan di luar kelas hanya sebagai kegiatan-kegiatan siswa. Dengan demikian yang dimaksud kegiatan ekstrakurikuler adalah berbagai kegiatan sekolah yang dilakukan dalam rangka memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan potensi, minat bakat dan hobi yang dimilikinya

yang dilakukan di luar jam pelajaran normal.13

Menurut Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah kegiatan ekstrakurikuler mempunyai beberapa pengertian, diantaranya:

1) Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang

dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan

dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk

mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,

kepribadian, kerjasama, dan kemandirian siswa secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.

2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib adalah Kegiatan Ekstrakurikuler

yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh siswa.

3) Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan adalah Kegiatan

Ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan dapat diikuti oleh siswa sesuai bakat dan minatnya masing-masing.

(24)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran (kurikulum) untuk menumbuhkembangankan potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki siswa, baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada

dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan.14

b. Jenis-Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1) Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).

2) Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), Kegiatan penguasaan keilmuan, kemampuan akademik dan penelitian.

3) Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater dan keagamaan.

4) Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karier, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM,

keagamaan dan seni budaya.15

c. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi; 1) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan potensi, bakat, dan minat mereka, 2) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

14Ibid.

(25)

kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa, 3) rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi siswa yang menunjang proses perkembangan, 4) persiapan karier, yaitu kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kesiapan karier siswa.16 5) menyalurkan dan

mengembangkan potensi dan bakat siswa agar dapat menjadi manusia yang berkreativitas tinggi dan penuh dengan karya 6) memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada siswa agar memiliki fisik yang sehat, bagus, kuat, cekatan dan terampil 7) memberi peluang siswa

agar memiliki kemampuan untuk komunikasi (human relation) dengan

baik, secara verbal dan nonverbal.17

d. Prinsip-prinsip kegiatan ekstrakurikuler

Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikulerjuga perlu dikembangkan dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa serta tuntutan-tuntutan lokal di mana sekolah maupun madrasah berada. Sehingga melalui kegiatan yang diikutinya, siswa mampu belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang berkembang dilingkungannya dengan tetap tidak melupakan masalah-masalah global tertentu saja yang

juga harus pula diketahui oleh siswa.18

Proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan melalui prinsip-prinsip; 1) individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai denga potensi, bakat dan minat siswa masing-masing, 2) pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan yang diikuti secara sukarela siswa, 3) keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan siswa secara penuh, 4) menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan menggembirakan siswa 5) etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat siswa untuk bekerja

16Ibid., h. 75.

17 Mulyono, op. cit., h. 188-189.

(26)

dengan baik dan berhasil, 6) kemanfaatan sosial, prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.

Dalam perencanaan kegiatan ekstrakurikuler mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsur-unsur, yaitu:

1) Sasaran kegiatan

2) Substansi kegiatan

3) Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, serta

keorganisasiannya

4) Waktu dan tempat

5) Sarana.19

e. Pengertian Pengembangan Kreativitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pengembangan” berarti:

proses, cara, perbuatan mengembangkan.20

Di dalam bahasa Arab, kata kreatif merupakan terjemahan dari kata al-mushawwir, yakni orang yang menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Ia adalah seorang yang inovatif, kreatif, imajinatif dan progresif. Kata al-mushawwir selanjutnya menjadi salah satu sifat yang dimiliki Allah Swt. Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt dalam surat

Al-Imran ayat 6 dan surat Al-Mu’min ayat 64, sebagai berikut:









“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

19 Muhaimin, op. cit., h. 75.

20 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

(27)

















“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.”21

Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi kreativitas, sebagai berikut:

Menurut James J. Gallagher yang dikutip oleh Yeni Rahmawati &

Euis Kurniati mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and products, in fashion that is novel to him or her”

(kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya).

Supriadi mengutarakan sebagaimana dikutip oleh Yeni Rahmawati

& Euis Kurniati bahwa kreativitas adalah “kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata

yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada”.22

Angelou berpendapat sebagaimana dikutip oleh Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono bahwa kreativitas ditandai dengan adanya kemampuan untuk menciptakan, mengadakan, menemukan suatu bentuk baru dan atau untuk menghasilkan suatu melalui keterampilan

imajinatif.23

21 H. Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2012), h. 236.

22 Yeni Rahmawati & Euis Kurniati, op. cit., h. 13-14.

23 Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan

(28)

Lebih lanjut lagi Seto Mulyadi yang dikutip dalam buku pengalaman hidup 10 tokoh kreativitas Indonesia mengembangkan kreativitas memaknai kreativitas dengan merumuskan strategi 4-P, yaitu pribadi (person), proses, produk dan press;

1) Pribadi. Kreativitas disini dikaitkan dengan adanya ciri-ciri

kreativitas yang terdapat pada diri individu, yaitu ciri-ciri yang bersifat aptitude atau kognitif (berkaitan dengan kemampuan

berpikir) seperti kelancaran, keluwesan, keunikan dan

kemampuan elaborasi, serta ciri-ciri yang bersifat non-aptitude atau afektif (berkaitan dengan sikap dan perasaan) seperti: rasa ingin tahu, ingin mencoba hal-hal baru, berani menghadapi risiko, tidak takut salah, keras kepala, dan sebagainya.

2) Pendorong. Pendorong yang bersifat internal adalah pendorong

dari dalam diri individu, yaitu hasrat dan motivasi yang kuat pada diri kita sendiri. Sementara pendorong yang bersifat eksternal adalah pendorong dari luar diri individu, seperti: diperolehnya aneka macam pengalaman yang kaya, lingkungan yang cenderung menghargai berbagai gagasan unik dari sang anak, tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang sikap kreatif, dan sebagainya.

3) Proses. Disini lebih ditekankan pada kegiatan bersibuk diri secara

kreatif. Artinya kreativitas lebih ditinjau dari aspek kegiatan

‘bermain’ dengan gagasan-gagasan dalam pikiran tanpa terlalu menekankan pada apa yang dihasilkan oleh proses tersebut. Keasyikan yang timbul akibat dari keterlibatannya dengan aktivitas yang penuh dengan tentangan itulah yang lebih mendapatkan porsi utama.

4) Produk. Disini kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk menciptakan dan menghasilkan produk-produk baru. Pengertian baru disini tidak berarti harus selalu baru sama sekali, namun bisa pula merupakan suatu kombinasi atau gabungan dari beberapa hal yang sebelumnya sudah pernah ada. Dari seseorang yang memiliki ciri pribadi yang kreatif, memperoleh sesuatu pendorong untuk mengembangkan kreativitasnya secara optimal, melalui suatu proses kreatif yang aman dan bebas secara psikologis, maka akan memungkinkan lahirnya produk-produk kreatif yang bermakna. Menurutnya lagi tentang kreativitas yang

senantiasa diajarkan oleh Ibu Utami Munandar kepada saya: K = f

(29)

akhirnya melakukan suatu aksi yang konkret dalam bentuk sebuah

karya nyata.24

Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk mencipta suatu produk baru. Ciptaan itu tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya

sudah ada sebelumnya.25 Maka produk baru yang dimaksud di sini adalah

inti dari ide-ide baru yang biasanya dengan meminjam, menambah, menggabungkan atau menyempurnakan yang lama. Bagaimanapun juga, setiap hal yang lama dapat dikombinasikan dalam berbagai cara. Dan

disinilah daya kreatif itu digunakan.26

Menurut buku Utami Munandar yang berjudul Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, kreativitas adalah kemampuan untuk kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Yang dimaksudkan dengan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, dalam arti sudah ada sebelumnya, atau sudah dikenal sebelumnya, adalah semua pengalaman yang telah diperoleh seorang selama hidupnya. Jelaslah, makin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang makin memungkinkan dia memanfaatkan dan menggunakan segala pengalaman dan pengetahuan tersebut untuk

bersibuk diri secara kreatif.27 Misalnya orang yang pertama kali

menemukan sepatu roda sebagai gabungan dari sepatu dan roda juga termasuk orang yang kreatif. Jadi di sini kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data atau hal-hal yang sudah ada

sebelumnya.28

24 Utami Munandar, Pengalaman Hidup 10 Tokoh Kreativitas Indonesia Mengembangkan

Kreativitas, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2001), h. 205-208.

25 Conny Semiawan., dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah,

(Jakarta: PT Gramedia, 1990), h. 8.

26 Michael Le Boeuf, Imageenering (Bagaimana Cara Memanfaatkan Daya Kreativitas

Anda), (tt.p: t.t). h.45.

27 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT

Grasindo, 1999), h. 47.

(30)

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kreativitas merupakan suatu proses tumbuh kembang diri seseorang yang didukung oleh motivasi internal maupun eksternal untuk melahirkan suatu gagasan ataupun produk baru atau mengombinasikan sesuatu yang sudah ada menjadi baru dan dikembangkan melalui sikap dan pengalaman yang seseorang alami dalam perkembangannya.

f. Ciri Kreativitas

Sund menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui ciri-ciri sebagai berikut:

1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar

2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru

3) Panjang akal

4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti

5) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit

6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas

8) Berpikir fleksibel

9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi

jawaban lebih banyak

10)Memiliki semangat bertanya serta meneliti

11)Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

12)Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas29

g. Proses Kreativitas

Proses kreativitas dapat dibagi dalam beberapa tahap:

1) Persiapan

Mengumpulkan informasi, berkonsentrasi, dan mengakrabkan diri sepenuhnya dengan semua aspek masalah.

2) Inkubasi

Beristirahat sejenak, mengesampingkan dahulu masalah, memberi waktu bagi pikiran untuk beristirahat dan mengumpulkan energi. Ada sebuah hipotesa yang mengatakan bahwa permasalahan yang menyibukkan pemikiran orang kreatif dalam waktu yang lama sebenarnya adalah aktivitas dalam daerah bawah sadar setelah

(31)

ditinggalkannya selama beberapa saat. Meskipun kita tidak mengetahui bagaimana solusi itu datang, tetapi solusi itu mungkin datang setelah ia terbangun dari tidurnya, atau di sela-sela

menjalankan aktivitasnya sehari-hari.30

3) Iluminasi

Saat NAH, INI DIA! Saat jawaban tiba-tiba muncul sering terjadi saat sedang benar-benar santai dan melakukan hal lain.

4) Implementasi

Menyelesaikan masalah praktis, berusaha memperoleh dukungan orang lain, menentukan berbagai sumber daya yang diperlukan. Dalam fase ini, orang kreatif melakukan pengujian atas kebenaran dan kelayakan kreativitasnya melalui eksperimen. Bisa jadi dalam fase ini dilakukan sebagian revisi atau perubahan atas produk kreativitas tersebut yang dimaksudkan untuk memperbaikinya dan

memunculkannya dengan bentuk sebaik mungkin.31

Kita akan mengkhususkan diri pada tahap persiapan dan iluminasi. Pemetaan-pikiran menolong kita menyusun informasi sedemikian rupa sehingga memantul kesana-sini serta terbentuk kaitan-kaitan baru. Teknik ini memusatkan pemikiran dan informasi kita dengan sangat

cepat, dan sering membawa kita langsung melaju ke tahap iluminasi.32

Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses kreativitas adalah sebuah proses berpikir untuk menciptakan atau mengkreasikan sesuatu dengan kemampuan inderawi yang dimiliki seseorang dengan cara berfantasi dan berimajinasi seluas-luasnya tanpa perlu khawatir gagal yang kemudian diaplikasikan menjadi produk kreativitas.

30 Amal Abdussalam Al-khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 2005), h. 247.

31Ibid., h. 248.

32 Joyce Wycoff, Menjadi Super Kreatif Melalui Metode Pemetaan-Pemikiran, (Bandung:

(32)

h. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas

Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas yaitu;

Pertama, memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif

maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psichological

Athmosphere).

Kedua, menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan

anak untuk mengakses apa pun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk pengembangan kreativitasnya. Perangsangan mental dan lingkungan kondusif dapat berjalan beriringan seperti halnya kerja simulan otak kiri dan kanan.

Ketiga, peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas, artinya

ketika kita ingin siswa menjadi kreatif, maka akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula dan mampu memberikan stimulasi yang tepat pada siswa.

Keempat, peran serta orang tua dalam mengembangkan kreativitas

siswa.

1) Rangsangan mental

(33)

keberanian untuk memperlihatkan kemampuannya. Sebaliknya, tanpa dukungan mental yang positif bagi siswa maka kreativitas tidak akan terbentuk.

2) Iklim dan Kondisi Lingkungan

Cherry dan Ayan mengemukakan beberapa kondisi lingkungan yang harus diciptakan untuk menumbuhkan jiwa kreatif, sebagai berikut;

a) Pencahayaan

Cahaya merupakan salah satu sumber energi kreatif paling ampuh, bahkan cahaya matahari yang terang langsung memiliki kaitan biologis dengan tubuh dan pikiran.

b) Sentuhan warna

Ada beberapa cara dasar penggunaan warna untuk menciptakan lingkungan kreatif. Pertama, warnailah sebagian besar ruang kerja untuk mendapatkan perasaan yang diinginkan. Kedua, buatlah variasi warna sesuatu dengan suasana hati dan kebutuhan yang berbeda. Ketiga, banyaknya warna merangsang berbagai pikiran dan perasaan.

c) Seni dalam lingkungan

Seni dalam lingkungan meliputi apa saja mulai dari poster, hiasan dinding dan foto berbingkai, hingga hiasan kecil, ukiran dan benda seni. Seni bernuansa lingkungan tidak harus sempurna atau abadi, namun ia dapat diubah dan

diganti karena “keanekaragaman adalah bumbu kehidupan”.

d) Bunyi dan musik

Musik dan bunyi mempunyai 2 fungsi:

(1) Jenis musik tertentu dapat meningkatkan fungsi otak

dan membantu kecepatan belajar dan daya ingat.

(2) Mempengaruhi penataan dan suasana hati.

Musik dapat mengeluarkan siswa dan zona kenyamanan menuju pikiran dan perasaan baru, tpat pada bidang yang kita butuhkan agar menjadi kreatif.

e) Aroma

(34)

f) Sentuhan

Menurut beberapa kiat yang dapat mempertimbangkan unsur sentuhan dan cara tekstur agar mempengaruhi suasana hati dan kreativitas, diantaranya:

(1) Gunakan sentuhan untuk menghadirkan kenyamanan

fisik dan relaksasi

(2) Gunakan sentuhan untuk mencapai ketenangan

(3) Gunakan sentuhan dan gerak untuk mendapatkan

rangsangan

g) Cita Rasa

Santapan mempengaruhi suasana mental dan emosional menurut Junith Wurtman, ada tiga prinsip penting dalam masalah gizi yang harus diingat:

(1) Karbohidrat menyebabkan kantuk, dan akan

mengurangi energi kreatif

(2) Protein meningkatkan kesiagaan, sedangkan lemak

menumpulkan ketajaman mental

(3) Pola makan terbaik adalah yang mementingkan

buah-buahan segar dan sayuran, hindari makanan yang diproses, bahan sintesis, gula, tepung, kafein dan alkohol.

3) Peran guru

Semua siswa di sekolah memerlukan guru yang baik, tidak hanya siswa berbakat. Guru menentukan tujuan dan sasaran belajar; membantu pembentukan nilai-nilai pada siswa, misalnya nilai hidup, nilai moral, dan nilai sosial; memilihkan pengalaman belajar; menentukan metode atau strategi mengajar;

dan yang paling penting menjadi model perilaku bagi siswa.33

Beberapa hal yang dapat mendukung peran guru dalam mengembangkan kreativitas siswa adalah sebagai berikut:

a) Percaya diri

Kepercayaan diri merupakan syarat penting yang harus dimiliki siswa untuk menghasilkan karya kreatif. Hal ini diawali dengan keberanian mereka dalam beraktivitas. Dan setiap siswa akan berani menampilkan karya alami mereka

jika lingkungan terutama orang tua dan guru

menghargainya.

33 Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan

(35)

b) Berani mencoba hal baru

Untuk menumbuhkan kreativitas siswa, mereka perlu dihadapkan pada berbagai kegiatan baru yang bervariasi. Kegiatan baru ini akan memperkaya ide dan wawasan siswa tentang segala sesuatu.

c) Memberikan contoh

Diakui atau tidak seorang guru tetap merupakan figur dan teladan bagi siswa-siswanya. Demikian juga dalam pengajaran kreativitas. Seorang guru yang tidak kreatif, tidak mungkin dapat melatih siswanya untuk menjadi kreatif.

d) Menyadari keragaman karakteristik siswa

Setiap anak adalah unik dan khas, masing-masing berbeda satu sama lain. Pemahaman dan kesadaran ini akan membantu guru menerima keragaman perilaku dan karya mereka dan tidak memaksakan kehendak.

e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berekspresi dan

bereksplorasi

Untuk mengembangkan kreativitas, guru sebaiknya memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi dan mengeksplorasi kegiatan yang mereka inginkan. Dengan demikian guru harus menyiapkan berbagai pendekatan, metode dan media pembelajaran yang akan membuat siswa bebas mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya.

f) Positive thingking

Siswa yang aktif, tidak bisa diam, punya cara dan kehendak sendiri dalam mengerjakan tugas, tidak bisa langsung diberi cap sebagai siswa nakal, guru harus

memprioritaskan positive thingkingnya, ketimbang asumsi

(36)

mereduksi hambatan yang tidak perlu dan menghindari masalah baru yang mungkin timbul.

Maker membagi karakteristik guru siswa berbakat menjadi tiga kelompok: filosofis, profesional, dan pribadi.

1) Karakteristik filosofis: karakteristik yang penting

karena cara guru memandang pendidikan mempunyai

dampak terhadap pendekatan mereka terhadap

mengajar. Jika guru memandang keberbakatan sebagai meliputi potensi intelektual yang tinggi, pengikatan diri terhadap tugas, kreativitas, dan prestasi yang tinggi, mereka akan menggunakan pendekatan terhadap siswa berbakat dari segi kekuatannya dan cenderung untuk berpusat terhadap bahan mata ajaran

2) Karakteristik profesional: dapat dikembangkan melalui

pelatihan dalam jabatan seperti kemampuan untuk mempergunakan keterampilan dinamika kelompok, teknik dan strategi yang maju dalam mata ajaran

tertentu, memberi pelatihan penyelidikan, dan

memahami ilmu komputer

3) Karakteristik pribadi: Karakteristik pribadi guru

meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa humor,

kesabaran, minat luas, dan keluwesan (fleksibilitas).34

4) Peran orang tua

Semua orang dewasa dapat menjadi model bagi anak: guru, anggota keluarga, teman orangtua, atau kakek-nenek. Tetapi model yang paling penting adalah orangtua yang kreatif yang memusatkan perhatian terhadap bidang minatnya, yang menunjukkan keahlian dan disiplin diri dalam bekerja, semangat dan motivasi internal. Beberapa sikap orangtua yang memupuk kreativitas anak adalah:

(37)

a) Menikmati keberadaannya bersama anak

b) Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan anak

c) Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak35

d) Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk

mengungkapkan serta menunjang kegiatan anak.

e) Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung

dan berkhayal

f) Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang

ingin dicoba, dilakukan, dan apa yang dihasilkan.36

5) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a) Motivasi intrinsik, adalah motif-motif yang menjadi aktif

atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan

b) Motivasi ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.37

Menurut Rogers sebagaimana dikutip dari buku Munandar menciptakan kondisi keamanan dan kebebasan psikologislah yang memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif.

(1) Keamanan Psikologis: (a) Menerima individu

sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya (b) Mengusahakan suasana yang di dalamnya evaluasi eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek

35Ibid., h. 135-137.

36 Yeni Rahmawati & Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia

Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 27-33.

37 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet.

(38)

mengancam) (c) memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati).

(2) Kebebasan Psikologi: Orang tua atau guru mengizinkan

atau memberi kesempatan kepada siswa untuk bebas

mengekspresikan secara simbolis pikiran atau

perasaannya sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya.38

3. Lingkup Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler

Pada dasarnya penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler dalam dunia persekolahan ditujukan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam bidang tertentu. Karena itu, aktivitas ekstrakurikuler itu harus disesuaikan dengan hobi serta kondisi siswa sehingga melalui kegiatan tersebut, siswa

dapat memperjelas identitas dirinya.39

Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai

dengan kebutuhannya.40 Misalnya, kebutuhan untuk mengembangkan

kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Dalam dunia proses pendidikan dikenal ada beberapa kegiatan yang cukup elementer selain kegiatan ekstrakurikuler, yaitu kegiatan kurikuler dan kokurikuler.

a. Kegiatan Kurikuler

Kegiatan kurikuler adalah kegiatan pokok pendidikan yang di dalamnya terjadi proses belajar mengajar antara siswa dan guru untuk mendalami materi-materi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tujuan pendidikan dan kemampuan yang hendak diperoleh

peserta didik.41

Setiap teori belajar menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam belajar, dan setiap teori yang dijadikan dasar akan mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung.

38 Munandar, op. cit., h. 57-58.

39 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 187.

40 Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2010), cet. 1, h. 65.

41 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

(39)

Teori-teori belajar dibangun secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam aliran, yaitu:

1) Disiplin mental atau psikologi daya, yang memandang

bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam.

2) Behaviorisme atau psikologi tingkah laku, yang

menganggap bahwa tingkah laku manusia merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan.

Kajian tentang belajar berdasarkan psikologi daya banyak menekankan pada pembentukan daya mental tertentu. Oleh karena itu, bisa dipahami bila dalam menerapkan teori belajar menurut psikologi daya ini adalah kesulitan untuk menentukan jenis bahan pelajaran apa yang terbaik untuk melatih, membentuk atau mengembangkan otak. Proses belajar yang paling menonjol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui praktik dan latihan (diantaranya memecahkan soal, menghafal, dan mengarang). Berbeda dengan kajian psikologi daya, aliran behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia merupakan respon terhadap stimulus (rangsangan). Cabang dari aliran ini adalah asosiasi atau koneksionisme dan gestalt.

Menurut teori asosiasi atau koneksionisme, belajar dalam hal ini adalah membentuk sejumlah ikatan stimulus-respon pada diri individu. Teori ini juga menganggap bahwa perilaku tertentu dapat dibentuk melalui pembiasaan. Maksudnya bahwa latihan yang berulang-ulang dapat menghasilkan suatu perilaku stimulus itu dalam keadaan biasa mempunyai ikatan dengan respon yang dilatihkan atau dibiasakan.

Menurut teori gestalt memandang bahwa proses kognitif yang

berupa insight (pemahaman/wawasan) merupakan ciri asasi dari

respon manusia yang diberikan daam menanggapi lingkungan

(40)

merupakan semacam reorganisasi pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba, seperti ketika seseorang menemukan suatu ide baru atau

memecahkan suatu masalah.42

Terkait dengan strategi pembelajaran siswa, peran guru sebagai fasilitator diharuskan membantu siswanya dalam belajar, bukan hanya sekedar menyampaikan materi tanpa mengetahui apakah materi tersebut sudah bisa dipahami oleh siswa atau belum. Guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik internal maupun eksternal. Untuk itu, guru dituntut untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui model PAIKEM, yaitu partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya siswa dapat menciptakan sebuah karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil

penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya. 43

Guru tidaklah dipahami sebagai satu-satunya sumber belajar, ia pun harus mampu merencana dan mencipta sumber-sumber belajar lainnya sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, yang

biasa dikenal sebagai “media pembelajaran”. Media pembelajaran

dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya

dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.44

b. Kegiatan Kokurikuler

Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa yang bertujuan agar siswa lebih memperdalam dan lebih

42 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 21-24.

43 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 307.

(41)

menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intra kurikuler. Kegiatan ini dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti mempelajari buku-buku tertentu, melakukan penelitian, membuat karangan, dan kegiatan-kegiatan yang sejenis dengan tujuan untuk lebih menghayati/memperdalam apa yang telah dipelajari. Hasil kegiatan ini ikut menentukan dalam pemberian nilai bagi para siswa.

Dari setiap aspek kegiatan, siswa diharapkan berkembang menjadi lebih baik, terutama dalam perkembangan motorik, perkembangan kognitif dan perkembangan sosial dan moral, selain itu perlu adanya motivasi instrinsik maupun ekstrinsik yang mempengaruhi perkembangan siswa dalam kegiatannya. Setelah itu, siswa diharapkan dapat menunjukkan peningkatan prestasi maupun perilaku positif, seperti: kedisiplinan, kerajinan, kerja sama, tanggung jawab, prestasi hasil belajar dan kematangan diri. Target pengembangan kreativitas siswa meliputi tumbuh kembang siswa, motivasi instrinsik dan ekstrinsik serta gagasan/produk yang dihasilkan:

1. Tumbuh kembang siswa

Tumbuh kembang dapat diartikan meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan dan pembelajaran.

Proses-proses perkembangan meliputi:

a. Perkembangan motor (motor development), yakni proses

perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan

perolehan aneka ragam keterampilan fisik siswa (motor

skill)

b. Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni

perkembangan fungsi intelektual atau proses

(42)

c. Perkembangan sosial dan moral (social dan moral development), yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara siswa berkomunikasi dengan orang lain, baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok.45

Dalam mengembangkan setiap kegiatan, sasaran dari pengembangan kegiatan kesiswaan adalah terwujudnya berbagai kegiatan kesiswaan dalam berbagai bidang sehingga program-program yang dapat dikembangkan antara lain:

1) Penyosialisasian kegiatan kesiswaan

2) Peningkatan perencanaan program kegiatan kesiswaan

(kegiatan ekstrakurikuler, kreativitas, lomba-lomba dan olimpiade)

3) Peningkatan implementasi kegiatan kesiswaan

4) Peningkatan supervisi, monitoring, dan evaluasi dalam

program kegiatan kesiswaan

5) Peningkatan manajemen program kegiatan

Strategi yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sasaran tersebut antara lain:

1) Melaksanakan workshop/ pelatihan secara internal di

sekolah

2) Melakukan kerjasama dengan komite sekolah

3) Melakukan kerjasama dengan masyarakat

4) Melakukan kerjasama dengan LPTI/ instansi lain yang

relevan

5) Melakukan kerjasama dengan dunia usaha/ industri

6) Melaksanakan lomba-lomba dan sebagainya

Hasil yang diharapkan dan dapat diperoleh dari sasaran tersebut adalah:

45 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Remaja Rosdakarya, 2008),

(43)

1) Terwujudnya sosialisasi kegiatan kesiswaan

2) Tercapainya peningkatan perencanaan program kegiatan

kesiswaan (kegiatan ekstrakurikuler, kreativitas, lomba-lomba dan olimpiade)

3) Tercapainya peningkatan implementasi kegiatan

kesiswaan dan hasil-hasil atau prestasi akademik dan nonakademik siswa

4) Tercapainya peningkatan supervisi, monitoring, dan

evaluasi dalam program kegiatan kesiswaan

5) Tercapainya peningkatan manajemen program kegiatan

kesiswaan.46

2. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik

Dalam pengembangan kreativitas, motivasi intrinsik dan ekstrinsik sangat dibutuhkan untuk membangun keinginan dalam melakukan sesuatu/kegiatan agar dapat mencapai tujuan menjadi orang yang berpengetahuan dan ahli dalam bidang tertentu.

a. Motivasi intrinsik, adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

b. Motivasi ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.47

Motivasi ekstrinsik yang dimaksud juga dapat terletak pada lingkungan siswa/sarana prasarana. Misalnya, orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana prasarana pendidikan yang ia butuhkan. Atau

46 Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2010), cet. 1, h. 94.

47 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet.

(44)

ekonominya cukup tinggi tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan siswa.

Selain sarana prasarana, motivasi ekstrinsik untuk mendukung tujuan pembelajaran agar efektif dan efisien perlu adanya sumber daya yang memadai. Komponen sumber daya dijabarkan menjadi:

1) Sumber daya manusia yang meliputi: kepala

sekolah, guru-guru dan tenaga lainnya

2) Sumber daya keuangan yang meliputi: swadana dan

pemerintah.48

3. Gagasan/ produk yang dihasilkan

Produktivitas pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kualitas lulusan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan besar pengaruhnya terhadap produktivitas organisasi.

Adapun produktivitas pendidikan mencangkup tiga fungsi:

a. Fungsi managerial, yang berkaitan dengan berbagai pelayanan untuk kebutuhan siswa dan guru. Diantaranya adanya perlengkapan mengajar, ruangan, dan lain-lain yang memungkinkan tercpainya pelaksanaan pendidikan dengan baik

b. Fungsi behaviorial, yang keluarannya merujuk kepada fungsi pelayanan yang dapat merubah perilaku siswa dalam kemampuan kognitif, keterampilan dan sikap

c. Fungsi ekonomi, yang keluarannya diidetifikasi sebagai lulusan yang mempunyai kompetensi tinggi, sehingga

apabila bekerja dapat memperoleh penghasilan tinggi. 49

48 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2010), h. 283-284.

49 Sobry Sutikno, Pendidikan Sekarang dan Masa Depan, (Mataram: NTP Press, 2006), Cet.

(45)

B.

Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilatar belakangi oleh penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Trijadi Risnanto yang berjudul “Peran Sekolah Alam Kandank Jurank Doank dalam Pengembangan

Kreativitas Anak di Kelurahan Jurang Mangu” menunjukkan bahwa

peran Sekolah Alam Kandank Jurank Doank dalam mengembangkan kreativitas anak di kelurahan Jurang Mangu sejauh ini telah sangat baik dengan melihat sejumlah indikator dari terselenggaranya program pengembangan kreativitas yang berjalan dengan baik, perubahan sikap dan disiplin para anak menjadi lebih baik, dan tentunya membuat para anak menjadi lebih kreatif dan memiliki pengetahuan lebih luas dibanding sebelumnya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sriningsih yang berjudul

Referensi

Dokumen terkait

Aspek lainnya seperti kepuasan wajib pajak atas kualitas pelayanan perpajakan, penilaian kinerja pada perspektif wajib pajak selaku pelanggan KPP adalah salah satu

Dalam skripsi berjudul OPINI PENGENDARA MENGENAI PESAN KAMPANYE SAFETY RIDING MELALUI MEDIA LUAR RUANG (Studi Pada Anggota Yamaha Vixion Club Malang Chapter) ini

Tahap perencanaan siklus II adalah perbaikan dari kendala-kendala yang terjadi pada siklus I. Adapun perencanaan yang dilakukan peneliti antara lain, a) peneliti memberikan

PENGARUH SENAM OTAK ( BRAIN GYM ) TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA GRIYA USIA LANJUT

Fungsi HMI adalah sarana untuk menampilkan hasil proses data dari Master  Station dan sarana penghubung antara operator (dispatcher) dengan Master Station dan Remote

Pengukuran komposisi unsur logam adalah faktor utama dalam penggunaan data untuk menentukan kemungkinan sumber pencemar, dimana proses identifikasi dan

Penelitian dengan judul “Sumber Dana Pada Perkembangan Giro Wadi’ah Di Bank Syariah Mandiri cabang Pekalongan” oleh Ristanto dengan hasil penelitian menunjukan

Kebutuhan pasar yang tinggi atas hewan maupun tanaman, sebagai binatang peliharaan ataupun produk-produk yang dihasilkan dari spesies tersebut menjadi salah satu penyebab