• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

B. Teori Efisiensi

1. Konsep Pengukuran Efisiensi

Dalam melakukan kegiatan ekonomi suatu entitas keuangan harus dikelola secara sehat untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi dengan pengorbanan seminimal mungkin. Agama Islam mengajarkan agar manusia hidup efisien atau tidak berlebih-lebihan tetapi haruslah seimbang. Menurut Mochtar Effendy (2009) 14, efisiensi adalah semua upaya manusia dalam menyusun dan menggunakan organisasi, tenaga, material, uang, waktu, dan fasilitas yang terbatas jumlahnya itu agar digunakan sehemat mungkin dengan biaya seminimal mungkin dan memperoleh hasil yang maksimal.

Konsep efisiensi dalam Islam mendapat perhatian yang sangat penting. Perhatian Islam terhadap perilaku efisiensi sangat ditekankan oleh Allah Swt. Dalam Al Quran, surat Al-Isra’ ayat 27

14 Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam Cet.III, (Palembang: Unsri, 2009), h. 156.

Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya”.

Ayat di atas sangat mengajurkan manusia untuk tidak berperilaku boros, dalam hal ini kegiatan ekonomi, karena berperilaku boros tersebut tergolong saudara syaitan yang dinyatakan ingkar kepada Allah Swt. Mengaflikasikan ayat tersbut pada perusahaan atau lembaga keuangan dan perbankan syariah, dapat diukur dengan melihat tingkat efisiensinya dalam menggunakan input yang ada untuk menghasilkan tingkat output

maksimum tanpa adanya penghamburan sumber daya (input) yang dimiliki. Efisiensi dalam hal ini bukan berarti dengan menekan biaya serendah mungkin untuk menghasilkan output maksimal, sehingga melegalkan segala cara dan tindakan dalam pencapaian tersebut.15

Suatu perusahaan dikatakan efisien apabila menggunakan input

yang lebih sedikit dari jumlah input pada umumnya dapat menghasilkan

output yang lebih banyak atau dapat menghasilkan minimal sama besarnya. Atau bila perusahaan menggunakan input yang sama besarnya namun dapat

15 Ahmad Fauzi. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia: Apakah Efisien dalam Profitabilitas Operasional?, Forum Riset Keuangan Syariah 2014, (Oktober 2014), h. 215.

menghasilkan output yang lebih besar dari biasanya.16 Dengan demikian, ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, (2) dengan input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama,dan (3) dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan jumlah output dengan persentase yang lebih.

Menurut Farrell (1957)17, efisiensi dari perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu

1) efisiensi teknis mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan sejumlah output dengan sejumlah input yang tersedia. 2) efisiensi alokatif mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologi produksinya.

Menurut Prasetyo (2007)18, berdasarkan sudut pandang perusahaan, dikenal tiga macam efisiensi, yaitu:

1) Technical efficiency

Technical efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mencapai level output yang optimal dengan menggunakan tingkat input

16 Ulfi Kartika Oktaviana, SE., M.Ec., Ak., Financial Ratio to Distinguish Banks, Islamic Business Units and Conventional Banks in Indonesia, (Jakarta Pusat: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), h. 159.

17 Ascarya dan Diana Yumanita, Comparing the Efficiency of Islamic Banks in Malaysia and Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol.11, No.2, ( Oktober 2008) , h. 98.

18 Aam Slamet Rusdian dan Tim SMART Consulting., Mengukur Tingkat Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis, (Bogor: SMART Publishing, 2013), h. 15.

tertentu. Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan kata lain, suatu proses produksi dikatakan efisien secara teknis apabila output dari suatu barang tidak dapat lagi ditingkatkan tanpa mengurangi output dari barang lain.

2) Allocative efficiency

Allocative efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologinya. Terminologi efisiensi pareto sering disamakan dengan efisiensi alokatif untuk menghormati ekonom italia Vilfredo Pareto yang mengembangkan konsep efficiency in exchange. Efisiensi pareto mengatakan bahwa input produksi digunakan secara efisien apabila input

tersebut tidak mungkin lagi digunakan untuk meningkatkan suatu usaha tanpa menyebabkan setidak-tidaknya keadaan suatu usaha yang lain menjadi lebih buruk. Dengan kata lain, apabila input dialokasikan untuk memproduksi output yang tidak dapat digunakan atau tidak diinginkan konsumen, hal ini berarti input tersebut tidak digunakan secara efisien. 3) Economic Efficiency

Economic Efficiency yaitu kombinasi antara efisiensi teknikal dan efisiensi alokatif. Efisiensi ekonomi secara implisit merupakan konsep

least cost production. Untuk tingkat output tertentu, suatu perusahaan produksinya dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut

menggunakan biaya di mana biaya per unit output adalah yang paling minimal. Dengan kata lain, untuk tingkat output tertentu, suatu proses produksi dikatakan efisien secara ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output tersebut pada biaya per unit yang paling kecil.

Leibenstein (1966)19 mengatakan, bahwa perusahaan beroperasi pada tingkat yang kurang efisien disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1) kegagalan menggunakan sumber daya secara efisien atau terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan (Technical efficiency) dan (2) kegagalan perusahaan dalam mengkombinasikan sumber daya tersebut secara optimal (Allocative efficiency). menurut Janna (2004) kedua model efisiensi berdasarkan input ini (technical efficiency dan allocative efficiency)

disebut sebagai X-efficiency. Efisiensi perbankan juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu X-efficiency dan Scale efficiency. X-efficiency dipopularkan oleh Leinbenstein (1966) dan scale efficiency pertama kali diperkenalkan oleh Farrel (1957). X-efficiency adalah nisbah anatara biaya minimum yang seharusnya dikeluarkan dengan biaya nyata yang dikeluarkan untuk menghasilkan output tertentu. Scale efficiency adalah ukuran yang menandakan apakah sebuah bank dengan teknologi produksi dan kualitas manajemen yang sejenis dapat beroperasi pada skala yang

19 Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik, (Bekasi: Gramata Publishing, 2014), h.65.

optimum secara ekonomis.20

Secara sederhana, pengukuran efisensi biasa dirumuskan dengan: Efisiensi =OutputInput

Akan tetapi, formula tersebut tidaklah memadai mengingat fakta yang ada saat ini banyak sekali output dan input yang berhubungan dengan sumber daya, aktivitas dan faktor lingkungan yang berbeda. Sehingga ukuran efisensi relatif yang digunakan adalah:

Efisiensi =Jumlah tertimbang dari OutputJumlah tertimbang dari Input

Hasil nilai efisiensi akan menunjukkan skala 0-1 (nol hingga 1), di mana jika hasil efisiensi menunjukkan “0” maka unit bisnis yang diuji sangat tidak

efisien. Sedangkan nilai “1” menunjukkan bahwa unit bisnis tersebut adalah

sangat efisien. Nilai-nilai efisiensi tersebut adalah relatif (tidak absolut) dan nilai yang dihasilkan adalah dengan membandingkan antara setiap unit-unit bisnis pada kumpulan data yang akan dianalisis.

Dokumen terkait