• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Efisiensi Bank Syariah di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Analisis Metode DEA

1. Tingkat Efisiensi Bank Syariah di Indonesia

Hasil pengukuran tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia dengan pendekatan intermediasi menggunakan analisis VRS (Variabel Return Scale). Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia:

Tabel 4.2 Efisiensi Bank Muamalat Indonesia 2011-2014

Periode 2011 2012 2013 2014 Maret 100 80.78 82.06 66.28 Juni 99.64 83.76 83.87 67.20 September 100 88.83 92.11 100 Desember 100 100 100 100 Total 399.64 353.37 364.04 333.48 Mean 99.91 88.34 91.01 83.37

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Berdasarkan tabel di atas, selama tahun 2011-2014 Bank Muamalat Indonesia mengalami inefisiensi. Pada tahun 2011, Bank Muamalat Indonesia telah mencapai nilai efisiensi sebesar 99,91% hampir mencapai tingkat efisiensi sempurna. Pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2012 Bank Mumalat mengalami penurunan nilai efisiensi di level 88,34% dan melakukan inefisiensi sebesar 11,57% . pada tahun 2013, Bank Muamalat masih belum efisien dengan nilai efisiensi hanya mencapai 91,01%, naik 2,67% dari tahun sebelumnya. Hingga tahun 2014 pun nilai efisiensi Bank Muamalat hanya mencapai 83,37% dan mengalami inefisiensi sebesar 7,64%. Tingkat rata-rata persentase efisiensi Bank Muamalat Indonesia tahun 2011-2014

menunjukkan bahwa Bank Muamalat masih belum menjadi bank yang efisien dalam melakukan kinerja efisiensinya. Dari hasil perhitungan dengan metode DEA tersebut didapatkan temuan bahwa tingkat efisiensi dari tahun 2011-2014 mengalami fluktuasi. Tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 4.4

Rata-Rata Tahunan Bank Muamalat Indonesia (BMI) 2011-2014

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Dari grafik di atas, terlihat bahwa tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 hingga 2012 nilai efisiensi Bank Muamalat Indonesia mengalami trend yang menurun, hal ini berbeda dengan penelitian efisiensi perbankan syariah oleh Asep Saefullah (2013), dimana nilai efisiensi Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2011-2012 mengalami trend yang meningkat. Kemudian dari grafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2013 tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia mulai meningkat kembali meskipun pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan nilai efisiensi.

99,91 88,34 91,01 83,37 75 80 85 90 95 100 105 2011 2012 2013 2014

Tingkat Efisiensi BMI

mean

E

fisi

en

Selanjutnya penulis akan menjelaskan hasil analisis tingkat efisiensi terendah yang dialami oleh Bank Muamalat Indonesia, hal yang akan dijelaskan mengenai manajemen perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan, berikut ini hasil WDEA dengan metode VRS:

Tabel 4.3 Target efisiensi Maret 2014

Efisiensi Variabel Actual Target To Gain Achieved

DPK 43011464 28509175.3 33.70% 66.30% Aset Tetap 215893 29969 86.10% 13.90% 66.28% Beban Personalia 1394872 705997 49.40% 50.60% Total Pembiayaan 42430811 42430811 0% 100% Pendapatan Operasional 1407939 1782928 26.6% 79%

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Pada tabel di atas, terlihat bahwa pada bulan maret 2014, Bank Muamalat Indonesia mengalami posisi level terendah yang hanya mencapai 66,28% dibandingkan bulan lainnya pada periode penelitian ini. Pada tabel tersebut, adanya inefisiensi pada variabel input dan output. Di mana variabel

input meliputi DPK, biaya personalia, dan aset tetap. Sedangkan variabel

output yang mengalami inefisiensi adalah pendapatan operasional. Pada efisiensi DPK hanya mencapai efisiensi sebesar 66,30% dan perlu adanya perbaikan sebesar 33,70%. DPK yang dihimpun oleh Bank Muamalat Indonesia yang melebihi target tidak disertai dengan peningkatan total pembiayaan, hal ini menyebabkan adanya inefisiesi pada variabel DPK. Dari

sisi input, Bank Muamalat juga mengalami inefisiensi pada beban personalia atau biasa disebut beban tenaga kerja. Score efisiensi beban personalia sebesar 50,60% dan terjadi inefisiensi sebesar 49,40%. Kelebihan biaya personalia sebesar 49,40% atau Rp.688.875 juta, padahal hanya dengan Rp.705.997 juta saja, sudah dapat mencapai efisiensi. Hal ini mengindikasikan telah terjadinya pemborosan dalam biaya personalia, padahal dana yang digunakan untuk biaya personalia dapat digunakan untuk mempercanggih teknologi sistem informasi perbankan maupun program peningkatan skill tenaga kerja.

Pencapaian efisiensi pada aset tetap hanya mencapai 13,70% dan perlu terjadinya perbaikan sebesar 86,10%. Pada aset tetap pun terjadinya pemborosan sebesar Rp.185.924 juga, karena hanya dengan Rp.29.969 juta bank muamalat sudah dapat mencapai efisiensi. Seharusnya dana sebesar Rp.215.893 juta dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih penting dan mendesak guna kepentingan Bank Muamalat Indonesia. Inefisiensi juga terjadi pada variabel output yaitu pendapatan operasional hanya mencapai

score efisiensi sebesar 79% dan terjadi inefsiensi sebesar 26,60%. Pendapatan operasional yang hanya mencapai Rp.1.407.939 juta, seharusnya dapat mencapai Rp.1.782.928 juta agar dapat efisien.

b. BRI Syariah

Tabel 4.4 Efisiensi BRI Syariah 2011-2014

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Pada tabel di atas, hanya pada bulan Maret hingga Desember 2011 BRI Syariah mencapai efisiensi, sedangkan pada tahun 2012 hingga 2014 mengalami inefisiensi, hanya berbeda nilai efisiensinya saja. Pada tahun 2012 tingkat efisiensinya hanya mencapai 99,48%, terjadi penurunan efisiensi sebesar 0,52%. Sedangkan Pada tahun 2013 saat krisis global terjadi score

efisiensi BRI Syariah mengalami penurunan sebesar 3,77% menjadi 95,71% dan terjadi inefisiensi sebesar 4,29%, namun penurunan tingkat efisiensi pada tahun 2013 tidak begitu drastis. Pada tahun 2014, BRI Syariah mengalami peningkatan efisiensi sebesar 4,07% dari periode sebelumnya menjadi 99,78% dan melakukan inefisiensi sebesar 0,22%.

Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi BRI Syariah selama periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Periode 2011 2012 2013 2014 Maret 100 100 89.87 100 Juni 100 100 92.97 100 September 100 97.90 100 99.11 Desember 100 100 100 100 Total 400 397.90 382.84 399.11 Mean 100 99.48 95.71 99.78

Grafik 4.5 Rata-Rata Tahunan BRI Syariah 2012-2014

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Berdasarkan grafik di atas BRI Syariah menunjukkan tingkat efisiensi yang fluktuatif, hal ini terlihat dari naik turunnya score efisiensi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, BRI Syariah mencapai efisiensi, namun pada tahun 2012 tingkat efisiensi BRI Syariah mengalami penurunan sebesar 0,52% atau sebesar 99,48%. Score efisiensi BRI Syariah terus turun hingga mencapai 95,71%. Pada tahun 2014, tingkat efisiensi BRI Syariah mulai naik kembali walaupun belum mencapai efisiensi sempurna.

Setelah melihat rata-rata tingkat efisiensi BRI Syariah, maka akan dijelaskan lebih lanjut mengenaik tingkat efisiensi terendah pada Maret 2013. Hal ini perlu diketahui mengenai penyebab terjadinya inefisiensi BRI Syariah. berikut tabel efisiensi dengan asumsi VRS:

100 99,48 95,71 99,78 92 94 96 98 100 102 2011 2012 2013 2014

Tingkat Efisiensi BRI Syariah

Mean

E

fis

Tabel 4.5 Target efisiensi Maret 2013

Efisiensi Variabel Actual Target To Gain Achieved

DPK 11289329 10145314 10.1% 89.9% Aset Tetap 281261 252759 10.1% 89.9% 89.87% Beban Personalia 100616 90420 10.1% 89.9% Total Pembiayaan 11991722 11991722 0.0% 100.0% Pendapatan Operasional 415065 814225 49.0% 51.0%

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Pada tabel tersebut, BRI Syariah mengalami tingkat efisiensi terendah dengan score 89,87%. Hal ini terjadi karena adanya inefisiensi pada variabel input dan output. Variabel input yang mengalami inefisiensi adalah DPK, aset tetap, dan beban personalia. Sedangkan variabel output yang mengalami inefisiensi adalah variabel pendapatan operasional. DPK tidak efisien karena penghimpunan dana yang dilakukan tidak sebanding dengan pendapatan yang seharusnya dihasilkan oleh BRI Syariah. pada beban personalia tingkat efisiensinya hanya mencapai 89.9% dan perlu adanya perbaikan sebesar 10.1% hal ini disebabkan adanya membengkaknya anggaran untuk biaya personalia sebesar Rp.100.616 juta, sedangkan target yang disarankan sebesar Rp.90.420 juta. Pada variabel aset tetap pun terjadi kelebihan anggaran sebesar Rp.28.502 juta sehingga target yang disarankan sebesar Rp.252.759 juta, oleh karena itu BRI Syariah harus mengurangi biaya untuk aset tetapnya sebanyak 10.1%.

Selain terjadinya inefisiensi pada variabel input, variabel output

yang mengalami inefisiensi pun terjadi pada pendapatan operasional yang hanya mencapai 51% atau sebesar Rp.415.065 juta, sehingga perlu adanya peningkatan pendapatan operasional menjadi Rp.814.225 juta atau penambahan sebesar 49.0%.

c. BNI Syariah

Tabel 4.6 Efisiensi BNI Syariah 2011-2014

Periode 2011 2012 2013 2014 Maret 100 92.38 86.07 100 Juni 100 90.93 95.84 100 September 100 100 100 100 Desember 100 92.40 100 100 Total 400 373.71 381.91 400 Mean 100 93.43 95.48 100

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Berdasarkan tabel tersebut, BNI Syariah mencapai tingkat efisiensi pada tahun 2011 dan 2014. Sedangkan pada tahun 2012, BNI Syariah mengalami inefisiensi sebesar 93,43% atau turun sebesar 6,57%. Pada tahun 2013 pun, BNI syariah belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna, sore

efisiensinya hanya meningkat 2,05% atau sebesar 95,48% dari tahun sebelumnya.

Agar dapat melihat lebih jelas mengenai efisiensi rata-rata BNI Syariah, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 4.6 Rata-Rata Tahunan BNI Syariah 2011-2014

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Pada diagram tersebut, terjadi fluktuasi tingkat efisiensi pada BNI Syariah. tingkat efisiensi sempurna yang dicapai oleh BNI Syariah terjadi pada tahun 2011 dan 2014, sedangkan pada tahun 2012 BNI Syariah mengalami tingkat efisiensi terendah yang hanya mencapai 93,43% atau terjadinya penurunan sebesar 6,57%. Pada tahun 2013 pun, BNI Syariah belum dapat mencapai tingkat efisiensi dengan score 95,48% atau meningkat 2,05%. Dan akhirnya pada tahun 2014, BNI Syariah dapat mencapai efisiensi pada level 100%.

BNI Syariah merupakan Bank hasil spin off dari UUS dan sebagai anak perusahaan BNI yang bergerak dalam bidang perbankan syariah. BNI Syariah mengalami tingkat efisiensi terendah pada Maret 2013 sebesar 86,07%, secara rinci penyebab terjadinya inefisiensi pada BNI Syariah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

100 93,43 95,48 100 90 92 94 96 98 100 102 2011 2012 2013 2014

Efisiensi BNI Syariah

Mean

E

fis

Tabel 4.7 Target efisiensi Maret 2013

Efisiensi Variabel Actual Target To Gain Achieved

DPK 10215065 8792354 13.9% 86.1% Aset Tetap 157795 131467.5 16.7% 83.3% 86.07% Beban Personalia 95371 82088.1 13.9% 86.1% Total Pembiayaan 8558273 8558273 0.0% 100.0% Pendapatan Operasional 377954 377954 0.0% 100.0%

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Berdasarkan data dari tabel di atas, tingkat efisiensi terendah BNI Syariah mencapai score 86,07% berada di bawah level terendah BRI Syariah. inefisiensi terjadi hanya pada variabel input (DPK, aset tetap, dan beban personalia). Variabel DPK hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 86,1% dan diperlukan perbaikan sebesar 13,9%. Oleh karena itu BNI Syariah harus mengurangi biaya promosi agar dapat mencapai efsiensi sempurna. Pada biaya personalia terjadi pemborosan sebesar Rp.13.282,9 juta dan harus dilakukan pengurangan sebesar 13.9%. selain itu pengelolaan aset tetap juga mengalami inefisiensi sebesar 16.7% dan hanya mencapai level 83.3%. pada aset tetap terjadi kelebihan sebesar Rp.26.327,5 juta melebihi target yang harus dicapai.

100 100 97,58 98,57 96 97 98 99 100 101 2011 2012 2013 2014

Efisiensi BCA Syariah

Mean

d. BCA Syariah

Tabel 4.8 Efisiensi BCA Syariah 2011-2014

Periode 2011 2012 2013 2014 Maret 100 100 100 100 Juni 100 100 100 94.28 September 100 100 100 100 Desember 100 100 90.31 100 Total 400 400 390.31 394.28 Mean 100 100 97.58 98.57

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Dari tabel di atas, pada tahun 2011 hingga 2012 BCA Syariah mencapai efisiensi sempurna. Namun pada tahun 2013 hingga 2014 mengalami inefisiensi. Pada tahun 2013 terjadi krisis global terjadi, score

efisiensi BCA Syariah mengalami penurunan sebesar 97,58%. Kemudian pada tahun 2014 pun, BCA Syariah belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna yang hanya mencapai score 98,57% atau meningkat sebesar 0,99%. Agar lebih jelas memperlihatkan rata-rata efisiensi BCA syariah dari tahun

2011 hingga 2014, terdapat pada grafik di bawah ini:

Grafik 4.7 Rata-Rata Tahunan BNI Syariah 2011-2014

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

E

fis

Berdasarkan tabel di atas, efisiensi BCA Syariah mencapai tingkat efisiensi sempurna pada tahun 2011-2012. Sedangkan pada tahun 2013 tingkat efisiensinya menurun menjadi 2,42%. Kemudian pada tahun 2014, tingkat efisiensinya mencapai level 98,57% meskipun belum mencapai tingkat efisiensi sempurna.

BCA Syariah merupakan perbankan syariah terkemuka di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 2010. Penulis ingin mencoba memberikan analisis terkait bank BCA Syariah yang pernah mengalami efisiensi terendap pada Desember 2013, berikut tabel efisiensi Bank BCA Syariah:

Tabel 4.9 Target efisiensi Desember 2013

Efisiensi Variabel Actual Target To Gain Achieved

DPK 1597282 1442537 9.7% 90.3% Aset Tetap 29438 26586 9.7% 90.3% 90.31% Beban Personalia 40683 36741.6 9.7% 90.3% Total Pembiayaan 1421624 1421624 0.0% 100.0% Pendapatan Operasional 200956 200956 0.0% 100.0%

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Pada tabel di atas, Bank BCA Syariah mencapai level efisiensi terendah sebesar 90,31%. Inefisiensi terjadi pada variabel input yang meliputi DPK, aset tetap, dan biaya personalia. Sedangkan pada variabel output tidak mengalami inefisiensi.Total DPK yang dihimpun oleh BCA Syariah hanya

mencapai efisiensi sebesar 90,3%. pada beban personalia terjadi pemborosan dana dengan pengeluaran sebesar Rp.40.683 juta, padahal hanya dengan Rp.36.741.6 juta bank BCA Syariah dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna. Sama halnya dengan DPK dan beban personalia, aset tetap pun hanya mencapai tingkat efisiensi pada score 90,31% dan terjadi inefisiensi sebesar 9,7%. Terjadinya pemborosan pada Aset tetap yang telah mencapai Rp.29.438 juta, padahal hanya dengan dana sebesar Rp.26.586 juta saja akan dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna.

e. Bank Syariah Mandiri (BSM)

Tabel 4.10 Efisiensi Bank Syariah Mandiri 2011-2014

Periode 2011 2012 2013 2014 Maret 100 100 100 99,52 Juni 100 100 100 98,26 September 100 100 100 82,67 Desember 100 100 100 100 Total 400 400 400 380.45 Mean 100 100 100 95,11

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Dari hasil data olahan pada tabel di atas, kinerja efisiensi Bank Syariah Mandiri pada tahun 2011-2013. cukup fantastis hampir seluruh periode Bank Syariah Mandiri mencapai tingkat efisiensi yang sangat baik. Pada tahun 2011 hingga 2013 score efisiensinya mencapai 100%. Hanya pada tahun 2014 saja, Bank Mandiri Syariah mengalami inefisiensi dimana hanya mencapai level 98,57% dan melakukan inefisiensi sebesar 1,43%. Di tahun 2014, mencapai tingkat efisiensi sempurna hanya pada kuarta IV. Namu secara umum, kinerja efisiensi Bank Syariah Mandiri sudah cukup bagus.

Kinerja efisiensi Bank Syariah mandiri berada diurutan kedua setelah BJB syariah yang mecapai tingkat efisiensi sempurna selama periode penelitian ini.

Grafik 4.8

Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Syariah Mandiri 2011-2014

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Pada grafik di atas menunjukkan tingkat efisiensi rata-rata Bank Syariah mandiri pada periode 2011-2014. Dimana pada tahun 2011-2013 Bank Syariah Mandiri mencapai 100% yang menandakan Bank Mandiri Syariah mencapai kinerja efisiensi yang baik, namun menurun pada tahun 2014 yang hanya mencapai 95,11% yang menandakan Bank Syariah Mandiri belum efisien.

Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi terendah pada september 2014. Hal ini perlu dianalisis lebih dalam mengenai penyebab inefisiensi dan melakukan perbaikan terhadap manajemen Bank Mandiri Syariah, berikut tabel hasil olah data efisiensi Bank Mandiri Syariah :

100 100 100 95,11 92 94 96 98 100 102 2011 2012 2013 2014

Bank Syariah Mandiri (BSM)

Mean E fi si en si

Tabel 4.11 Target efisiensi september 2014

Efisiensi Variabel Actual Target To Gain Achieved

DPK 55562285 45932396.5 17.3% 82.7% Aset Tetap 1567892 1212261.5 87.0% 13.0% 82.67% Beban Personalia 1022584 133378.6 22.7% 77.3% Total Pembiayaan 44788931 44788931 0.0% 100.0% Pendapatan Operasional 5084650 5084650 0.0% 100.0%

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Berdasarkan tabel di atas, inefisiensi yang dialami Bank Syariah Mandiri pada periode penelitian ini sebesar 82,67%. Inefisiensi terjadi pada ketiga variabel input yakni DPK, beban personalia, dan aset tetap. Sama seperti beberapa bank syariah sebelumnya bahwa DPK yang dihimpun hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 82,7% . Manajemen Bank Syariah Mandiri harus dapat mengurangi biaya promosi agar dapat mencapai tingkat efisiensi maksimal.

Pada variabel beban personalia pun mengalami inefisiensi terendah dimana Bank Syariah Mandiri hanya mencapai level efisiensi sebesar 77.3% dan perlu adanya perbaikan sebesar 22,7%. Agar dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna, Bank Syariah Mandiri harus mengurangi beban personalia sebesar Rp.889.205,4 juta. Pada sisi aset tetap pun terjadi kelebihan dana dengan tingkat efisiensi yang hanya mencapai 13.0% dan mengalami inefisiensi sebesar 87.0%. hal ini terjadi karena adanya

pemborosan dalam aset tetap sebesar Rp.355.630,5 juta dengan total dana yang digunakan sebesar Rp.1.567.892 juta, padahal hanya dengan dana sebesar Rp.1.212.261,5 juta saja Bank Syariah Mandiri dapat mencapai efisiensi sempurna.

f. Bank Jabar Banten (BJB) Syariah

Melalui pendekatan efisiensi yang sama dengan kelima bank tersebut, berikut hasil olah data Bank Jabar Banten dalam hal kinerja efisiensinya pada tahun 2011-2014:

Tabel 4.12 Efisiensi Bank Jabar Banten Syariah 2011-2014

Periode 2011 2012 2013 2014 Maret 100 100 100 100 Juni 100 100 100 100 September 100 100 100 100 Desember 100 100 100 100 Total 400 400 400 400 Mean 100 100 100 100

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Pada tabel di atas, begitu fantastis terkait fakta data yang ditunjukkan mengenai hasil kinerja Bank Jabar Banten Syariah yang mencapai efisiensi maksimum selama periode penelitian tahun 2011 hingga 2014. Pada tahun 2011 hingga 2014 score rata-rata efisiensinya mencapai 100%. Hal ini sungguh menakjubkan, karena selama periode penelitian ini hanya Bank Jabar Banten saja yang konsisten dalam mencapai efisiensi maksimum di setiap periode penelitiannya. Hasil penelitian tentang kinerja Bank Jabar Banten Syariah dibuktikan dengan publikasi yang dibuat oleh media Finansial bahwa Bank Jabar Banten Syariah mendapatkan

penghargaan sebagai bank syariah terefisien 2011 versi bisnis Indonesia

Inteligence unit.4Hingga triwulan 1 tahun 2015, Bank Jabar Banten Syariah menunjukkan kinerja yang sangat positif. Terjadi pertumbuhan aset sebesar 7,69%, pertumbuhan juga terjadi pada DPK dan total pembiayaan.5

Berikut grafik rata-rata efisiensi Bank Jabar Banten Syariah pada tahun 2011 hingga 2014:

Grafik 4.9

Rata-Rata Tahunan Bank Jabar Banten (BJB) Syariah 2011-2014

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Dari grafik di atas terlihat bahwa kinerja efisiensi Bank Jabar Banten Syariah mengalami efisiensi 100% dari tahun 2011 hingga tahun 2014, ini menandakan bahwa Bank Jabar Banten Syariah memiliki kinerja efisiensi maksimum pada periode penelitian ini. Meskipun pada tahun 2013 terjadi

4BJB Syariah Bank syariah terefisien, dalam berita Finansial, berita diakses pada 12 September 2015 dari http://finansial.bisnis.com/read/20110629/90/35202/bjb-syariah-bank-syariah-terefisien.

5BJB Syariah torehkan Tren Positif, Asetnya Capai Rp.6,0 Triliun di Usia 5 Tahun, Dalam Galamedia News.Com, berita diakses pada 12 September 2015 dari http://www.galamedianews.com/bandung-raya/22097/bjb-syariah-torehkan-tren-positif-asetnya-capai-rp-60-triliun-di-usia-5-tahun.html. 100 100 100 100 0 20 40 60 80 100 120 2011 2012 2013 2014 Efisiensi BJB Syariah Mean E fis iensi

krisis global, namun kinerja efisiensi Bank Jabar Banten syariah tetap menunjukkan kinerja yang baik, hal ini terlihat pada tahun 2013 skor efisiensi yang konsisten berada di level 100%.

g. Bank Mega Syariah

Melalui pendekatan yang sama seperti beberapa bank yang telah dijelaskan di atas, berikut adalah hasil olah data Bank Mega Syariah dalam hal rata-rata kinerja efisiensi pada tahun 2011-2014:

Tabel 4.13 Efisiensi Bank Mega Syariah 2011-2014

Periode 2011 2012 2013 2014 Maret 100 98.41 100 100 Juni 100 98.66 100 94.02 September 100 100 100 91.35 Desember 100 100 100 100 Total 400 397.07 400 385.37 Mean 100 99.27 100 96.34

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Pada tabel di atas, Bank Mega Syariah mencapai tingkat efisiensi sebesar 100% pada tahun 2011 dan 2013. Sedangkan terjadi inefisiensi pada tahun 2012 dan 2014. Pada tahun 2012 Bank Jabar Banten Syariah hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 99,27% atau terjadinya penurunan tingkat efisiensi sebesar 0,73%. Kemudian pada tahun 2013, Bank Mega Syariah dapat mencapai tingkat efisiensi maksimum di level 100%, namun pada tahun 2014 mengalami inefisiensi sebesar 96,34% atau turun sebesar 3,66%.

Untuk dapat melihat dengan jelas tren kinerja efisiensi Bank Mega Syariah dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 4.10

Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Mega Syariah 2011-2014

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Pada grafik tersebut, terlihat bahwa kinerja Bank Mega Syariah mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011, Bank Mega Syariah mengalami efisiensi maksimumnya, namun terjadi inefisiensi pada tahun 2012 dengan penurunan tingkat efisiensi sebesar 0,73%. Kemudian pada tahun 2013 Bank Mega Syariah dapat meningatkan kinerjanya dengan score 100%, yang mengindikasikan Bank Mega Syariah telah mencapai tingkat efisiensi maksimum, namun disayangkan pada tahun 2014 terjadi penurunan tingkat efisiensi sebesar 9,66% dan hanya mencapai tingkat efisiensi sebesar 95,34%.

Bank Mega Syariah mengalami nilai efisiensi terendah pada bulan September 2014, oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih jauh mengenai penyebab terjadinya inefisiensi dan memberikan masukan terhadap manajemen Bank Mega Syariah:

100 99,27 100 90,34 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102 2011 2012 2013 2014

Efisiensi Bank Mega Syariah

Mean

E

fis

Tabel 4.14 Target efisiensi september 2014

Efisiensi Variabel Actual Target To Gain Achieved

DPK 6075748 5550393.3 8.6% 91.4% Aset Tetap 151828 138699.8 8.6% 91.4% 90.31% Beban Personalia 256977 191144.9 25.6% 74.4% Total Pembiayaan 6128856 6128856 0.0% 100.0% Pendapatan Operasional 1053456 1053456 0.0% 100.0%

Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS

Berdasarkan olahan data yang terdapat pada tabel di atas, Bank Mega Syariah mengalami efisiensi terendah pada bulan September 2014 sebesar 90,31%. Hal ini terjadi disebabkan adanya inefisiensi pada variabel input (DPK, biaya personalia, dan aset tetap). Ketiga variabel tersebut yang menyebabkan terjadinya efisiensi terendah yang di capai Bank Mega Syariah dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya pada periode penelitian ini.

Pada DPK terjadi inefisiensi sebesar 8,6%. Sebenarnya hanya dengan mengumpulkan dana DPK sebesar Rp.138.699.8 juta saja Bank Mega Syariah sudah dapat mencapai tingkat efisiensinya. Salah satu strategi yang harus dicapai agar terjadi efisiensi maka manajemen Bank Mega Syariah harus menekan promosi agar biaya yang dikeluarkan dapat digunakan untuk kepentingan bank yang lebih mendesak dan penting.

Pada beban personalia tingkat efisiensi yang dicapai hanya sebesar 74.4% dan melakukan inefisiensi sebesar 25.6%. terjadi pemborosan

anggaran pada beban personalia sebesar Rp.65.832,1 juta. Karena hanya dengan mengeluarkan biaya personalia sebesar Rp.191.144,9 juta saja, Bank Mega Syariah akan dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna.

Kemudian inefisiensi pun terjadi pada aset tetap dengan nilai efisiensinya sebesar 91.4% dan perlu dilakukan perbaikan sebesar 8.6%. Sebenarnya Bank Mega Syariah dapat menekan aset tetap sebesar Rp.65832,1 juta, padahal hanya dengan mencapai efisiensi Rp.191.144,9 juta saja Bank Mega Syariah sudah dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna.

h. Bank Syariah Bukopin

Tabel 4.15 Efisiensi Bank Syariah Bukopin 2011-2014

Periode 2011 2012 2013 2014 Maret 100 96.83 100 100 juni 100 87.70 100 100 september 80.95 86.51 96.30 100 Desember 81.12 86.67 88.81 100 Total 362.07 357.71 385.11 400 Mean 90,52 89.43 96.23 100

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Berdasarkan tabel di atas, Bank Bukopin Syariah hanya mencapai efisiensi pada tahun 2014 saja, sedangkan dari tahun 2011 hingga tahun 2013 mengalami inefisiensi. Pada tahun 2011 tingkat efisiensi Bank Syariah Bukopin hanya sebesar 90,52% dan pada tahun 2012 nilai efisiensinya turun sebesar 1,09%. Hingga tahun 2013 Bank Bukopin Syariah masih belum efisien dengan tingkat efisiensinya sebesar 96,23% atau mengalami peningkatan sebesar 6,8% dari tahun sebelumnya. Bank Bukopin Syariah dapat mencapai tingkat efisiensi pada tahun 2014.

Untuk lebih jelasnya berikut efisiensi rata-rata Bank Syariah Bukopin selama tahun 2011-204:

Grafik 4.11

Efisiensi Rata-Rata Tahunan Bank Syariah Bukopin 2011-2014

Sumber: Olah data WDEA Asumsi VRS

Dari grafik di atas, menunjukkan kenaikan tingkat efisiensi, meskipun pada tahun 2012 mecapai level efisiensi terendah. Bila diamati secara rata-rata Bank Bukopin Syariah masih belum dapat menjadi bank yang efisien dalam melaksanakan kinerjanya sebagai lembaga intermediasi. Perlu adanya perbaikan manajemen dalam kinerja pengelolaan intermediasi dan penggunaan biaya operasionalnya.

Bank Syariah Bukopin mengalami tingkat efisiensi terendah pada bulan September 2011, berikut rincian penyebab terjadinya inefisiensi pada Bank Syariah Bukopin Syariah.

90,52 89,43 96,23 100 80 85 90 95 100 105 2011 2012 2013 2014

Efisiensi Bank Syariah Bukopin

Mean

E

fis

Tabel 4.16 Target efisiensi september 2011

Efisiensi Variabel Actual Target To Gain Achieved

DPK 1793819 1452044.3 19.1% 80.9% Aset Tetap 80482 65147.8 19.1% 80.9% 80.95% Beban Personalia 31782 25587.8 19.5% 80.5% Total Pembiayaan 1603037 1972862.3 23.1% 81.3% Pendapatan Operasional 171050 171050.0 0.0% 100.0%

Sumber: Olah Data WDEA Asumsi VRS

Dokumen terkait