• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT Fortune Mate

TINJAUAN PUSTAKA

B. Penilaian Harga Saham

1. Konsep Penilaian Harga Saham

Penilaian saham bertujuan untuk memaksimalkan return dan meminimalkan risiko investasi saham sehingga seorang investor harus melakukan analisis penilaian kewajaran harga saham terlebih dahulu terhadap saham–saham yang akan dipilihnya untuk selanjutnya menentukan apakah saham tersebut akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkan dan disesuaikan dengan harga saham tersebut. Salah satu indikator

18 yang sering dijadikan fokus oleh para investor dalam berinvestasi adalah dengan melihat pergerakan harga atau nilai saham dipasar. Penilaian adalah proses untuk menentukan nilai dari suatu aktiva pada suatu waktu tertentu dengan mempertimbangkan risiko dan pengembaliannya (Sundjaja et al., 2010:103). Menurut Tandelilin (2010:301) penilaian saham akan menghasilkan informasi tentang nilai intrinsik yang selanjutnya akan dibandingkan dengan harga pasar saham untuk menentukan posisi jual atau beli terhadap suatu saham perusahaan. Nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi, nilai ini ditentukan oleh beberapa faktor fundamental berupa data keuangan historis perusahaan. Nilai pasar adalah nilai saham di pasar yang di tunjukkan oleh harga saham pada periode tertentu di bursa efek.Secara umum, tujuan analisis investasi merupakan hal yang mendasar untuk diketahui oleh para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal akan mengalami kerugian (Sunariyah, 2006:168). Kerugian yang dimaksud adalah saat investor salah memperkirakan dan mengidentifikasi harga saham (misprice). Penilaian saham sangat diperlukan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat kesalahan dalam mengidentifikasi harga saham.

Untuk menentukan nilai saham, pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham yang ada di pasar

19 modal guna menentukan saham atau melakukan portofolio yang dapat memberikan return paling optimal.

Menurut Husnan (2001:290), penilaian saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan (atau yang diamati) menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel- variabel ekonomi tersebut seperti misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, variabilitas laba, dan sebagainya.

Berdasarkan pernyataan tersebut penilaian saham adalah proses menentukan apakah harga pasar saham wajar saat dibandingkan dengan nilai intrinsik saham tersebut.

Menurut Husnan (2001: 288), analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (instrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut.

1. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

20 2. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal), dan karenanya seharusnya dijual.

3. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. 2. Analisis Fundamental

Analisis Fundamental menyatakan bahwa setiap instrument investasi mempunyai landasan yang kuat yaitu nilai instrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu anlisis yang sangat hati- hati terhadap kondisi pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan (Kodrat dan Indonanjaya, 2010:1). Analisis fundamental merupakan suatu metode yang mengukur nilai asset pada saat ini dan waktu yang akan datang berdasarkan kondisi internal asset, ekonomi, politik dan lingkungan lainnya yang mempengaruhi permintaan dan penawaran atas asset tersebut (Ahmad Rodoni, 2005:2).

Analisis fundamental, analisis ini menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsic (nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsic suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum (Abdul Halim, 2005:21). Analisis fundamental mempraktikan harga saham di masa yang akan

21 datang dengan mengestimasi nilai faktor- faktor fundamental yang memengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel- variabel tersebut (Martalena dan Maya, 2011:47). Menurut Suad Husnan (2001:315), analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan (i) mengestimate nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Sedangkan menurut Sunariyah (2006:169) menyatakan bahwa analisis ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa tiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analis. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Terdapat dua pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam melakukan penilaian saham, yaitu pendekatan nilai sekarang dan pendekatan laba atau Price Earning Ratio (PER).

a. Pendekatan Nilai Sekarang

Pendekatan nilai sekarang menganalisis harga saham berdasarkan harga saham saat ini adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemegang saham (Sharpe, 2006).

22 1) Dividend Discount Model (DDM) Pertumbuhan Konstan

(Constant Growth)

Asumsi dividen bertumbuh secara konstan ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang telah mapan atau memasuki tahap kedewasaan (Kodrat dan Indonanjaya, 2010:275).

DDM pertumbuhan konstan merupakan metode penilaian harga saham yang mengasumsikan harga saham setara dengan jumlah seluruh pembayaran dividen masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang. Formula penilaian harga saham menggunakan DDM pertumbuhan konstan yaitu:

Nilai intrinsik = D1 r-g

Sumber: Damodaran (2002:206) Keterangan:

D1 = Dividen pada tahun 2013 r = Required return on equite g = Pertumbuhan

Beberapa perusahaan memilih kebijakan dividen yang meningkat secara tetap, dengan demikian dividen yang dibagikan akan meningkat setiap periodenya dengan tingkat

23 kenaikkan yang sama. Dalam keadaan demikian rumus penilaian saham yang dipakai adalah: (Dewi Astuti, 2004:93)

P0 = D1 ks– g

Rumus penilaian saham untuk constant growth cukup terkenal dan dikenal sebagai rumus Gordon Model. Jika dividen diasumsikan bertumbuh secara konstan dari waktu ke waktu, maka nilai saham dapat dihitung sebagai berikut (Atmaja, 2008:101).

Jika g adalah konstan, dan Ks > g, maka

P0 =

D0 (1+g)

= D1 ks– g ks– g

Dimana:

Po = Nilai/ harga saham biasa pada t = 0

D0 = Dividen terakhir yang dibagikan (dividen yang telah berlaku, tidak akan kita terima jika kita membeli saham sekarang/ pada t = 0).

g = growth atau tingkat pertumbuhan dividen.

ks = Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham tersebut

24 Asumsi dividen bertumbuh secara konstan ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang telah mapan atau memasuki tahap kedewasaan. Jika dividen diasumsikan bertumbuh secara konstan dari waktu ke waktu, maka nilai saham dapat dihitung sebagai berikut: (David dan Kurniawan, 210:275).

Po = D1/(1+Ks)1 + D2/(1+Ks)2+ …. + D∞/(1+Ks)∞

Po = {D0 (1+g)1/(1+ks)1} + {D0(1+g)2/(1+Ks)2} + … + {D0 (1+g) D∞/(1+ks)∞}

Po = ∑∞t 1D0 1+g / (1+ks)

Asumsi-asumsi Dividen Discounted Model (DDM) (Husnan, 2001,293)

a. Tidak semua laba dibagi, tetapi ada sebagian ditahan. Proporsi laba yang ditahan (diberi notasi b) diasumsikan konstan.

b. Laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali tersebut bisa menghasilkan tingkat keuntungan, disebut Return On Equity, sebesar R.

c. Sebagai akibat dari asumsi-asumsi tersebut, maka laba per lembar saham (=E) dan juga dividen (=D) meningkat sebesar bR. Peningkatan ini kita beri notasi g. Dengan kata lain g=bR.

25 Dengan menggunakan asumsi tersebut maka,

P0 = D1/(r-g)

Model peretumbuhan kontan (constant growth model) karena diasumsikan pertumbuhan laba (dan juga dividen) meningkat secara konstan. Bagi perusahaan yang beroperasi pada industri yang telah berada pada tahap maturity (kedewasaan) pada siklus kehidupan produk, penggunaan model ini mungkin cukup memadai untuk menaksir nilai intrinsik saham (Husnan, 2001:294).

Syarat-syarat saham dengan pertumbuhan konstan (Brimingham, 2006:417).

1. Dividen diharapkan akan tumbuh selamanya dengan tingkat yang konstan, g.

2. Harga saham diharapkan akan tumbuh dengan tingkat yang sama.

3. Imbal hasil dividen yang diharapkan adalah konstan. 4. Imbal hasil keuntungan modal yang diharpkan adalah

juga konstan, dan nilainya sama dengan g.

5. Total tingkat pengembalian yang diharapkan, k, adalah sama dengan imbal hasil dividen yang diharapkan plus tingkat pertumbuhan yang diharapkan: k= imbal hasil dividen + g.

26 Model constant growth merupakan model penilaian saham yang paling banyak dikutip. Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan akan tumbuh konstan selamanya. Tingkat pertumbuhan konstan yang dinotasikan dengan g diasumsikan lebih kecil dibandingkan dengan required return, ks. dengan karakteristik dividen seperti ini maka formula akan menjadi (Zaenal Arifin, 2005:150)

P0 =

D0 (1+g)1

= D1 ks– g ks– g

b. Pendekatan Laba

Selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai intrinsik saham dapat juga menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Dengan penggunaan metode Relative Valuation Techniques. Melalui pendekatan ini, penulis menggunakan metode Price Earnings Ratio (PE.R).

1) Price Earning Ratio (PE.R)

Menurut Darmadji et al., (2006:198), Price Earning ratio (P/E Ratio) menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Misalnya, jika suatu saham memiliki PER sebesar 10 kali, berarti pasar menghargai 10 kali atas

27 kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Bagi investor, semakin kecil PER suatu saham, semakin bagus, karena saham tersebut termasuk dalam kategori murah. Selain itu, price earning ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Rumus P/E Ratio dapat djelaskan sebagai berikut :

Dimana:

D1/E1 = Rasio pembayaran dividen terhadap earnings (disebut dividend payout ratio)

k = tingkat keuntungan yang diharapkan g = tingkat pertumbuhan dividen normal

Rumus di atas menunjukkan faktor-faktor yang menentukan besarnya P/E Ratio, yaitu:

a) P/E Ratio berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen terhadap earnings (dividend payout ratio).

b) P/E Ratio berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian atau keuntungan yang diharapkan.

c) P/E Ratio berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen.

PER = (D1/E1) (k-g)

28 Metode laba atau Price Earnings Ratio (PER) merupakan metode yang menggunakan nilai earnings untuk estimasi nilai intrinsic. Metode PER disebut juga dengan metode multiplier, dalam metode ini investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earnings yang tercermin dalam harga suatu saham (Tandelilin, 2010:320).

Sumber: Tandelilin (2010:375) Dimana:

D1 = Estimasi deviden tunai/ DPS E1 = Estimasi EPS

k = tingkat return yang diharapkan investor g = Expected earnings growth

C. Penelitian Terdahulu

Dokumen terkait