• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Konsep diri

2.3.1Pengertian Konsep Diri

Konsep Diri menurut Calhoun dan Acocella( 1990: 67) merupakan kumpulan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Brooks (dalam Rakhmat, 2000: 100) memaparkan bahwa konsep diri merupakan persepsi terhadap diri sendiri, baik fisik, sosial maupun psikologis, yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman dan hasil interaksi dengan orang lain.

Konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan. Menurut Farozin dan Nur fatiyah (2004: 17) Konsep diri ini dibagi menjadi 2 yaitu: 1)

Konsep diri sebenarnya dan 2) Konsep diri ideal. Konsep diri sebenarnya

merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain terhadap dirinya. Sedangkan konsep diri ideal merupakan gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya.

19

Saat anak baru lahir, mereka belum dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya. Tetapi lingkungan pertama yang dikenalnya adalah keluarga, berarti individu tersebut akan menerima respon dan tanggapan yang pertama dari keluarganya. Saat individu dewasa dan dapat melepaskan ketergantungannya pada keluarga, saat itulah dia mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu ketika seseorang individu telah mencapai dewasa dan banyak mengenal nilai-nilai dari luar keluarga seringkali muncul konflik-konflik, terutama jika nilai yang didapat dari luar bertentangan dengan nilai-nilai di dalam keluarga.

Selain pengaruh dari keluarga, konsep diri juga dapat terbentuk karena adanya adanya interaksi individu dengan orang lain disekitarnnya yaitu teman bergaul dan masyarakat. Menurut Lau & Pun (dalam Baron & Byrne, 2004: 164) konsep Self, yang sebagian besar didasarkan pada interaksi dengan orang lain yang dipelajari dimulai dengan anggota keluarga terdekat, kemudian meluas ke interaksi dengan mereka di luar keluarga.

Chaplin (2004:451) mengatakan bahwa konsep diri merupakan evakuasi individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penafsiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. Menurut Burns ( 1993:4 ) Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan,orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Cooley (Burns,1993:17) menggambarkan konsep diri dengan gejala looking-glass self (diri cermin) dimana konsep diri seseorang dipengaruhi oleh apa yang diyakini

individu tersebut seakan-akan menaruh cermin di depan kita. Itu sebabnya Zanden (dalam Rakhmat, 2007:99) menyimpulkan bahwa Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain, kita melihat sekilas diri kita seperti berada dalam cermin. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Ketiga, kita mengalami perasaan bangga atau kecewa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah bagaimana seseorang memandang diri , menilai diri sendiri dan kondisi atau situasi di sekelilingnya. 2.3.2 Isi Konsep Diri

Konsep diri adalah aspek diri yang paling penting, konsep diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dibentuk dan dipelajari dari pengalaman individu dan berhubungan dengan orang lain. Seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli, bahwa konsep diri merupakan persepsi, pandangan atau pendapat kita mengenai diri kita sendiri yang meliputi dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahannya, kegagalan dan kepandaiannya.

Hal tersebut diatas juga dikemukakan oleh Burns(1993: 209) bahwa isi konsep diri mencakup:

1. Karakteristik Fisik

2. Kesehatan dan Kondisi Fisik 3. Status Intelektual, kecerdasan 4. Cara berpakaian, model rambut 5. Ide religius, minat religius, keyakinan 6. Hubungan keluarga

7. Kepemilikan, benda-benda yang dipunya 8. Bakat khusus dan kemampuan khusus 9. Ciri Kepribadian

10.Kemandirian

21

Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa konsep diri berkembang bukan hanya mengenai perilaku atau sikap individu, namun membayangkan gambaran tentang diri kita yang bersifat fisik misalkan berupa penampilan, cara dia berpakaian, atau ciri-ciri pribadi lain yang dimilikinya.

2.3.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Rakmat (2004:101-104) faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah faktor orang lain dan faktor kelompok rujukan (reference group). Biasanya orang yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang adalah orang-orang yang paling dekat dengan dia, memiliki ikatan emosional, misalnya keluarga Seperti yang dikatakan Sullivan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan dan menolak kita, maka kita cenderung tidak akan menyenangi diri kita.

Joecinta F Rini (Konsep Diri, dalam e-psikologi.com) menjelaskan faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang.

a. Kegagalan

Kegagalan yang terus-menerus cenderung akan membuat seseorang berpikir negatif tentang kemampuan yang dimilikinya. Kegagalan terjadi membuat orang merasa dirinya tidak berguna. b. Depresi

Orang yang mengalami depresi cenderung memiliki pemikiran negatif, menilai dirinya sendiri. Biasanya orang tersebut kurang survive menjalani segala tantangan kehidupan.

c. Kritik Internal

Kritik pada diri sendiri diperlukan untuk menjadi rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku sesuai norma yang ada pada masyarakat agar dapat diterima dengan baik.

d. Pola asuh orang tua

Sikap positif yang ditunjukan oleh orang tua dapat dijadikan cermin oleh anak-anaknya, sikap positif akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif pada anak.

Sedangkan menurut Calhoun & Acocella (1990:77-78) bahwa faktor yang membentuk konsep diri individu adalah:

a. Orang tua

Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal yang dialami seseorang dalam pembentukan konsep diri. Informasi dan pengarahan yang diberikan orang tua akan berlangsung hingga dewasa. Kedekatan orang tua dan keluarga terhadap anak akan membentuk konsep diri yang baik. Karena anak akan secara sangat serius cenderung menerima dan memasukkan ke dalam konsep dirinya, informasi yang konsisten dengan gagasan yang telah berkembang tentang dirinya sendiri.

b. Kawan sebaya

Peran teman sebaya sangat berpengaruh dalam membentuk pandangan individu mengenai dirinya sendiri. Maka peran teman sebaya sangat penting dalam pembentukan konsep diri.

c. Masyarakat

Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta contohya tentang siapa orang tuanya, apa rasnya dan semua hal yang berhubungan dengan individu tersebut, sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri individu.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri adalah orang lain, kelompok rujukan dan pengaruh dari lingkungan sekitar / masyarakat. Perasaan-perasaan yang bersangkutan dengan tubuh dan citra tubuh menjadi inti dari konsep diri. Semakin bertambahnya usia individu mampu menciptakan konsep diri yang positif. Kasih sayang dan perhatian orang tua mampu menciptakan konsep diri yang baik, penerimaan di lingkungan atau kelompok menjadi langkah awal dalam mempersiapkan individu dalam menuju kedewasaan dan mempengaruhi konsep diri selanjutnya.

23

2.3.4Aspek- aspek Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh seorang individu. Gambaran mental yang dimiliki individu memiliki 3 aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri, pengharapan yang dimiliki individu untuk dirinya sendiri serta penilaian terhadap diri sendiri (Calhoun&Acocella ,1990:71).

a. Pengetahuan

Dimensi pertama konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan apa yang individu ketahui tentang dirinya sendiri. Pengetahuan ini bisa diperoleh dengan membandingkan diri individu dengan kelompok pembanding. Pengetahuan individu tidak menetap sepanjang hidupnya. Pengetahuan bisa berubah dengan cara mengubah tingkah laku individu tersebut dan dengan cara mengubah kelompok pembanding.

b. Harapan

Dimensi kedua konsep diri adalah harapan. Selain individu mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya individu juga memiliki satu set pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan menjadi apa dimasa mendatang. Artinya bahwa setiap individu memiliki pengharapan yang berbeda-beda pada setiap individu.

c. Penilaian

Dimensi terakhir konsep diri adalah penilaian terhadap diri sendiri. Individu berkedudukan sebagai nilai terhadap dirinya sendiri. Penilaian individu

terhadap dirinya sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi terhadap dirinya.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek konsep diri dapat dilihat dari bagaimana individu mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya, yang kemudian dibandingkan dengan harapan dirinya menjadi individu yang lain dari keadaan sekarang, sampai pada tahap seberapa besar kita menghargai diri kita yang sekarang. Kadang-kadang harapan dan kenyataan tidak seiring sehingga terjadi penilaian dalam diri individu seberapa besar individu tersebut menghargai keadaan yang sekarang.

Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain.

2.3.5Karakteristik Konsep Diri

Menurut William dan Phillip ( Rakhmad, 2004:105) mengemukakan lima ciri-ciri konsep diri positif :

a. Yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah b. Merasa setara dengan orang lain

c. Menerima pujian tanpa rasa malu

d. Mampu menyadari bahwa semua orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.

e. Mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapakan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

25

Sedangkan karekteristik konsep diri negatif, antara lain: a. Peka terhadap kritik

Orang ini sangat tidak tahan dengan kritik yang diterimanya dan mudah marah. Segala koreksi sering kali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi cenderung menghindari dialog yang terbuka dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi/ logika yang keliru.

b. Responsif terhadap pujian

Soal mendapat pujian, individu ini mungkin berpura-pura menghindari pujian, namun tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Untuk orang semacam ini, segala macam embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya.

c. Bersikap Hiperkritis

Sikap hiperkritisnya ditunjukkan dengan mengeluh, mencela, atau meremehkan apapun dan siapapun, tidak pandai dan tidak sanggup dalam mengungkapkan penghargaan atau pengakuan kepada orang lain.

d. Merasa tidak disenangi orang lain

Individu ini memiliki rasa bahwa dirinya tidak diperhatikan. Oleh karena itu individu ini bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Individu ini tidak pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.

e. Bersikap pesimis terhadap kompetisi

Hal ini terungkap dengan keenggananaya untuk bersaing dengan orang lain dalam membat prestasi. Individu menganggap tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990:72-74) dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Konsep diri positif

Konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya, dapat menerima dan memahami bermacam-macam tentang dirinya.

b. Konsep diri negatif

Konsep diri negatif terbagi menjadi 2 tipe yaitu:

a) Pandangan-pandangan individu tentang dirinya sendiri tidak teratur sehingga individu tidak mengetahui dirinya sendiri.

b) Pandangan-pandangan individu tentang dirinya sendiri terlalu teratur dan stabil. Hal ini terjadi karena individu dididik dengan keras, sehingga menciptakan konsep diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan. Diperkuat oleh pendapat Aristo (Konsep Diri dalam Pendidikan, 31 Maret 2008, diakses dalam http://www.e-psikologi.com, diunduh 4 april 2009).

Indikasi kualitas konsep diri semacam itu juga dikemukakan oleh Burns. Menurutnya, jika seseorang memiliki konsep diri yang positif berarti ia akan menilai, menghargai, merasa dan menerima keadaan dirinya secara positif. Sebaliknya seseorang yang memiliki konsep diri negatif berarti ia memiliki evaluasi diri yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri serta tiadanya penghargaan dan penerimaan terhadap diri sendiri. Dijelaskan lebih lanjut bahwa individu dengan penilaian diri yang tinggi dan perasaan harga diri yang tinggi umumnya mereka menerima keadaan dirinya, sebaliknya yang menilai dirinya secara negatif akan memiliki perasaan harga diri dan penerimaan diri yang kecil.

Hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri positif adalah orang yang mau menerima segala sesuatu yang ada pada diri sendiri dan menerima orang lain secara apa adanya. Orang dengan konsep diri positif dapat tampil ke depan dengan bebas dan dapat membuat kehidupanya menjadi lebih menarik, sehingga seseorang itu dapat bertindak berani dengan berperan serta mampu memperlakukan orang lain dengan baik, hangat dan hormat.

27

Dapat disimpulkan pula bahwa orang yang mempunyai konsep diri negatif mempunyai pandangan dan pengetahuan yang buruk tentang dirinya, apapun yang diperoleh tampak tidak berharga dibanding apa yang diperoleh oleh orang lain dan kurang bisa menerima keadaan dirinya dan juga kritikan dari orang lain tentang dirinya.

Informasi yang baru tentang diri seseoerang menjadi penyebab kecemasan dan ancaman terhadap diri orang tersebut. Informasi tentang dirinya sendiri yang tidak dapat diterima dengan baik dan menganggu konsep diri seseorang sehingga menyebabkan kekecewaan emosional kepada seseorang maka tidak mampu menumbuhkan semangat dan kenyamanan pada diri individu tersebut (Calhoun & Acocella, 1990: 72-73). Hal tersebut dapat diibaratkan, apabila individu merasa pesimis, ketakutan dengan suatu kegagalan dalam setiap kehidupannya maka hal tersebut merupakan cerminan individu yang memiliki konsep diri negatif, Sebaliknya seseorang yang merasa percaya diri, penuh dengan semangat dan selalu berusaha merupakan cerminan konsep diri yang positif.

2.4 Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa

Dokumen terkait