• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2005 DAN 2006 UNNES.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2005 DAN 2006 UNNES."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN

KEMANDIRIAN PADA MAHASISWA BIMBINGAN

DAN KONSELING ANGKATAN 2005 DAN 2006

UNNES

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian studi Strata 1(S1) untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Oleh

Putri Primasari Ocktavia NIM 1301405048

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

pada :

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19600205 199802 1 001

Penguji Utama

Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.

NIP. 19520411 197802 1 001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat ataupun temuan dari orang lain yang terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2010

Putri Primasari Ocktavia

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

• Setiap Masalah selalu mengandung inti solusi. Untuk mendapatkan inti itu, mau tak mau anda perlu menghadapi masalah (Norman Vincent

Peale, penulis buku The Power of Positive Thinking)

PERSEMBAHAN

• Bapak dan Mama tercinta, serta adikku Patria dan Fitria yang selalu mengiringi langkahku dengan doa.

• Untuk Embah yang sudah menghadap sang pencipta terlebih dahulu

• Sahabat yang selalu memberikan semangat dan selalu ada saat kubutuhkan

• Teman-teman BK’05 terima kasih untuk kenangan yang tak akan pernah terlupakan

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunianya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 Universitas Negeri Semarang” dapat diselesaikan dengan baik. Kemandirian merupakan kemampuan berdiri sendiri sebagai manusia dewasa yang dilandasi dengan tanggungjawab atas segala tingkah laku yang dilakukan dan menghadapi segala sesuatu yang telah diputuskan.

Mahasiswa BK sebagai seorang dewasa dan mandiri, ia harus dapat berdiri sendiri menghadapi segala persoalan atau masalah, baik masalah yang berhubungan dengan diri sendiri maupun menyangkut orang lain. Oleh karena itu sebagai mahasiswa Bimbingan dan Konseling seharusnya lebih berkompeten untuk dapat menyelesaikan masalah yang ada dalam dirinya daripada mahasiswa lainnya, karena bagaimana mahasiswa tersebut dapat menjadi seorang konselor yang profesional apabila dia sendiri tidak menyelesaikan masalah pribadinya. Agar dapat mencapai kemandirian dalam menghadapi masalah, maka perlu menumbuhkan konsep diri yang positif pada diri mahasiswa sebagai calon konselor. Dengan adanya konsep diri yang positif seseorang yakin akan kemampuannya dalam menghadapi masalah, mampu menilai mana yang baik bagi dirinya maupun orang lain, dan bersikap optimis dalam melakukan sesuatu hal.

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang Angkatan 2005 dan 2006, dengan pandangan yang telah peneliti ungkapkan diatas, maksud dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui sejauh mana gambaran konsep diri dan kemandirian mahasiswa BK, serta membuktikan secara empiris hubungan antara konsep diri dengan kemandirian mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES.

(6)

vi

1. Prof. Dr.Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah mengizinkan penulis untuk menempuh pendidikan jenjang Srata 1 (S1).

2. Drs. Harjono, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dan memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi.

3. Drs. Suharso, M.Pd Kons, Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Drs. Heru Mugiarso, M.Pd Kons, Dosen Pembimbing 1 yang telah menyempatkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd, Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan masukan yang bermanfaat pada skripsi ini.

6. Prof. Dr. Sugiyo, M.Si, Dosen Penguji Utama yang telah menyempatkan waktu dan memberikan masukan yang bermanfaat hinggá terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen jurusan BK yang telah memberikan bekal pengetahuan selama mengikuti perkuliahan sampai selesai.

8. Ibu Sukati, S.Pd Kons yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga terselesaikannya skripsi ini

9. Bapak dan Mama tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa, terima kasih untuk kasih sayang, perjuangan Bapak selama ini. Semoga aku bisa memberikan kebahagiaan suatu saat nanti.

10.Kedua adikku, patria dan fitria yang selalu memberikan kehangatan dan kebersamaannya selama ini.

11.Untuk embah yang ingin sekali menghadiri wisudaku nanti

(7)

vii

13.Untuk kos wisma karya terima kasih persaudaraan yang indah. Buat Lia, esti, Tri dan baby. Terima kasih menemaniku bergadang kerjain tugas-tugasku.

14.Untuk seseorang yang telah masuk dalam kehidupanku, terima kasih doanya dan mengajarkan apa arti kedewasaan yang sesungguhnya.

Tiada kesempurnaan dimiliki manusia, untuk itu segala saran dan kritik menjadi bagian tidak terlupakan dalam memperbaiki kinerja penulis dalam penulisan Skripsi ini. Besar harapan agar Skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak.

Semarang, Februari 2010

(8)

viii ABSTRAK

Ocktavia, Putri Primasari. 2010. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan

2006 Universitas Negeri Semarang. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas

Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Drs. Heru Mugiarso, M. Pd Kons dan Drs. Eko Nusantoro, M. Pd. 147 Halaman.

Setiap individu pastinya menginginkan menjadi manusia yang dewasa dan mandiri. Dalam perkembangannya manusia mengalami berbagai masalah, baik masalah pribadi, sosial, ekonomi dan karier. Seseorang dikatakan mandiri apabila individu tersebut dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan penuh tanggung jawab dan tanpa bantuan orang lain.Untuk itu perlu menumbuhkan konsep diri positif, karena dengan begitu seseorang akan menilai dan menimbang hal-hal apa yang pantas dan tidak untuk dilakukan, sehingga tahu keputusan apa yang perlu diambil. Sebagai seorang calon konselor mahasiswa BK seharusnya dapat menjadi manusia yang mandiri dan memiliki konsep diri positif. Akan tetapi pada kenyataannya konsep diri mahasiswa BK sebagai calon konselor cenderung belum sepenuhnya positif dan cenderung memiliki kemandirian rendah.

Berdasarkan gejala tersebut, masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran konsep diri dan kemandirian mahasiswa angkatan 2005 dan 2006 serta apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsep diri mahasiswa BK dan kemandirian mahasiswa BK serta apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa BK. Sedangkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ” Ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006 Universitas Negeri Semarang”.

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN KELULUSAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

2.1.2 Penelitian terdahulu tentang kemandirian ... 11

2.1.3 Penelitian terdahulu tentang konsep diri dan kemandirian ... 12

2.2 Kemandirian ... 13

2.2.1 Pengertian kemandirian ... 13

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian ... 16

2.2.3 Aspek-aspek kemandirian ... 16

2.3 Konsep diri ... 18

2.3.1 Pengertian Konsep diri ... 18

(10)

x

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ... 22

2.3.4 Aspek-aspek konsep diri ... 23

2.3.5 Karakteristik konsep diri... 25

2.4 Hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES ... 28

3.8.1 Teknik analisis desktiptif presentase ... 54

3.8.2 Analisis Korelasi ... 55

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Hasil penelitian ... 57

4.1.1 Hasil analisis deskriptif prosentase ... 57

4.1.1.1 Deskripsi konsep diri mahasiswa ... 57

4.1.1.2 Deskripsi kemandirian mahasiswa ... 68

(11)

xi

4.1.2.1 Uji normalitas ... 73

4.1.2.2 Menghitung koefisien korelasi ... 74

4.1.2.3 Hasil uji hipotesis ... 75

4.2 Pembahasan... 75

4.2.1 Gambaran konsep diri mahasiswa Bimbingan dan Konseling ... 75

4.2.2 Gambaran kemandirian mahasiswa Bimbingan dan Konseling ... 77

4.2.3 Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES ... 79

4.3 Keterbatasan penelitian ... 82

BAB 5 PENUTUP ... 83

5.1 Simpulan ... 83

5.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Populasi mahasiswa BK FIP UNNES angkatan 2005 dan 2006 ...38

Tabel 3.2 Perincian subyek penelitian ...40

Tabel 3.3 Penskoran item skala ...42

Tabel 3.4 Kisi-kisi konsep diri ...43

Tabel 3.5 Kisi-kisi kemandirian ...46

Tabel 3.6 Kriteria reliabilitas soal ...52

Tabel 3.7 Kriteria prosentase konsep diri dan kemandirian mahasiswa ...55

Tabel 4.1 Tingkat konsep diri mahasiswa (secara keseluruhan) ...57

Tabel 4.2 Karakteristik fisik ...59

Tabel 4.3 Kesehatan dan kondisi fisik ...60

Tabel 4.4 Status intelektual, kecerdasan ...61

Tabel 4.5 Cara berpakaian, model rambut ...62

Tabel 4.6 Ide religius, minat religius, keyakinan ...62

Tabel 4.7 Hubungan keluarga...63

Tabel 4.8 Kepemilikan, benda-benda yang dipunya ...64

Tabel 4.9 Bakat khusus dan kemampuan khusus ...65

Tabel 4.10 Ciri kepribadian ...66

Tabel 4.11 Kemandirian ...66

Tabel 4.12 Sikap dan hubungan sosial ...67

Tabel 4.13 Tingkat kemandirian mahasiswa (secara keseluruhan) ...68

Tabel 4.14 Kebebasan ...69

Tabel 4.15 Ulet ...70

Tabel 4.16 Inisiatif ...71

Tabel 4.17 Pengendalian diri ...72

Tabel 4.18 Kemantapan diri ...72

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Bagan hubungan antar variabel ... 36

Gambar 3.2 Prosedur penyusunan instrumen ... 42

Gambar 4.1 Diagram distribusi frekuensi konsep diri mahasiswa ... 58

Gambar 4.2 Diagram tingkat konsep diri per indikator ... 59

Gambar 4.3 Diagram distribusi frekuensi kemandirian ... 68

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen ... 87

2. Perhitungan reliabilitas Uji Coba Instrumen ... 89

3. Tabel perhitungan validitas dan reliabilitas uji coba instrumen skala konsep Diri mahasiswa Bimbingan dan Konseling ... 92

4. Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Instrumen Skala Kemandirian ... 95

5. Uji Normalitas Data Kemandirian ... 98

6. Uji Normalitas Data Konsep Diri Mahasiswa Bimbingan dan Konseling ... 99

7. Tabel Persiapan Analisis Korelasi dan Perhitungan Koefisien korelasi ... 100

8. Tabulasi Data Hasil Penelitian Kemandirian ... 102

9. Tabulasi data hasil penelitian Konsep Diri mahasiswa BK ... 105

10.Tabulasi Data Hasil Penelitian Kemandirian per indikator ... 108

11.Tabulasi Data Hasil Penelitian Konsep Diri per indikator ... 111

12.Skala Konsep Diri sebelum dan sesudah Try Out ... 117

13.Skala kemandirian sebelum dan sesudah Try Out ... 129

14.Kisi-kisi instrumen skala konsep diri sebelum dan sesudah try out ... 133

15. Kisi-kisi instrumen skala kemandirian sebelum dan sesudah try out ... 136

(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap Individu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, dalam perkembangannya tersebut individu mengalami banyak pengalaman baik positif maupun negatif. Dan hal itu dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalkan individu yang sedang mengalami permasalahan. Permasalahan tersebut dapat ditimbulkan dari dalam dirinya sendiri maupun muncul dari luar dirinya baik disadari maupun tidak disadari. Oleh sebab itu individu diharapkan dapat menjadi pribadi yang mandiri dalam menghadapi segala permasalahan dalam hidupnya.

Menurut Haqquzzaki dalam Anastasia dan Nugraheni, ( 2008: 13 ) bahwa sikap mandiri atau kemandirian adalah mampu berdiri di atas kemampuan sendiri dalam mempertahankan kelangsungan hidup dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan segala kewajibannya guna memenuhi kebutuhan sendiri. Oleh sebab itu dapat dikatakan jika pribadi mandiri adalah seorang individu yang dapat mengambil keputusan yang dilandasi dengan berbagai pertimbangan atas segala konsekuensi dari keputusannya tersebut.

(16)

dilakukan terus menerus dan sejak dini. Individu yang sudah memiliki sikap hidup mandiri biasanya waktu kecil sudah terbiasa dengan tugas-tugas yang diselesaikan tanpa bantuan. Tentu saja tugas tersebut harus disesuaikan dengan usia dan kemampuannya.

Individu tidak dapat terlepas dari masalah, hal tersebut dapat terjadi apabila ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Adanya permasalahan tersebut akan menambah kedewasaan serta jika dapat diterapkan dengan baik, maka akan membantu kita dalam pencapaian kemandirian. Individu yang dapat memecahkan dan menghadapi masalahnya dengan baik, maka dapat menjadi modal dasar dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah selanjutnya. Sebaliknya individu yang tidak dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya maka akan menjadikan individu dewasa yang selalu bergantung pada orang lain.

Tuntutan terhadap sikap mandiri ini sangat besar. Jika tidak dipenuhi secara tepat, bisa menimbulkan dampak tidak baik bagi perkembangan psikologis. Namun, pada kenyataannya di tengah berbagai tuntutan perubahan yang terus terjadi, banyak teman -teman kita yang mengalami kekecewaan, frustasi, dan kehilangan pendirian karena tidak kunjung memperoleh apa yang dinamakan kemandirian. Seseorang yang mandiri akan mengutamakan apa yang bisa ia lakukan sendiri daripada menerima bantuan orang lain, seseorang yang mandiri akan merasa bangga bila ia bisa mengerjakan sesuatu sendiri.

(17)

3

disertai dengan pemantapan diri dan merealisasikannya dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan yang memadahi agar dapat menjadi seorang konselor yang profesional.

Pada umumnya mahasiswa menghadapi tantangan yang bersifat akademik, dan sebagian lagi bersifat non akademik. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh gambaran kemandirian sebagian mahasiswa belum mampu mengatasi problem atau masalah yang sifatnya akademik antara lain, takut bertemu dosen sehingga harus disertai teman, jika ingin mengulang mata kuliah yang nilainya kurang maka menunggu teman yang memiliki masalah yang sama, sedangkan yang sifatnya non akademik, misalnya belum dapat mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dan meminta bantuan dari orang lain dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut pada hubungan antar pribadi, keluarga, kesehatan, dan ekonomi.

(18)

bagi mahasiswa. Mahasiswa yang mandiri mampu berusaha sendiri menyelesaikan masalahnya sehingga tidak tergesa-gesa meminta bantuan orang lain, tidak terombang-ambing derasnya informasi yang diterima baik secara lisan maupun tulisan, mampu menggunakan nilai-nilai mana yang penting dan mana yang benar. Selain itu mahasiswa yang mandiri mampu bersaing dengan orang lain, dapat mengambil keputusan dan tidak menunggu orang lain memutuskan untuknya.

Agar dapat mencapai kemandirian perlu menumbuhkan konsep diri yang positif dalam diri mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Konsep diri menurut William D. Brooks dalam Rakhmat (2007:99) sebagai ”those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and

our interactions with others”. Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan

(19)

5

masalah dan kesulitan. Menurut hasil penelitian Widodo dan Rusmawati dalam Jurnal Psikologi UNDIP Vol. 1 bahwa individu yang mempunyai keyakinan diri tinggi akan mempunyai persepsi positif terhadap dirinya termasuk di dalam hal kemandirian.

Menurut hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kualitas konsep diri mahasiswa BK cenderung belum sepenuhnya positif. Hal tersebut dapat dilihat dari gejala-gejala yang tampak antara lain, belum dapat menerima baik diri sendiri, tidak mengetahui siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya, serta tidak berani memiliki harapan yang tinggi, selalu merasa pesimis karena belum dapat merasakan kesuksesan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi diatas merupakan cerminan dari individu yang belum dapat memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif (Calhoun dan Acocella, 1990:71).

(20)

adalah syarat utama bagi terjadinya aktifitas sosial dan ketika seorang individu berinteraksi, sebenarnya sedang berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial seorang individu atau kelompok sosial yang lain. Disinilah seseorang dapat menimbang hal-hal apa saja yang pantas dan tidak untuk dilakukan, sehingga individu tersebut dapat merumuskan keputusan yang harus diambil atas berbagai reaksi lingkungan sekitarnya dan akhirnya dapat membentuk pribadi yang mandiri.

Pendapat di atas diperkuat oleh hasil penelitian Juriana dalam psikologika No.9 (2000: 74) bahwa konsep diri menempati posisi yang penting dalam menentukan perilaku individu. Individu akan bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Perilaku individu akan terarah dengan baik, karena konsep diri merupakan internal frame of reference yaitu acuan tingkah laku dan penyesuaian seseorang. Kesesuaian tersebut akan menciptakan individu yang memiliki manajemen diri yang tinggi, mampu melakukan langkah-langkah efektif untuk mencapai tujuannya dan membuat skala prioritas.

(21)

7

masyarakat kampus yang jelas akan mempengaruhi sejauh mana pribadi individualnya.

Bimbingan dan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seorang konselor kepada individu yang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Dengan demikian mahasiswa Bimbingan dan Konseling sebagai seorang yang dalam kesehariannya mempelajari tingkah laku dan cara menghadapi masalah, seyogyanya akan dapat lebih berkompeten dalam kemandirian menghadapi suatu masalah. Jadi idealnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling harus dapat menumbuhkan kemandiriannya dalam menghadapi masalah pribadi dan dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sekitar, karena ilmu yang digeluti objeknya adalah manusia dengan segala permasalahannya yang selalau dinamis. Mereka yang memiliki kemampuan dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya seseorang yang merasa dirinya tidak mampu cenderung memiliki konsep diri negatif yang notabene selalu menggantungkan dirinya pada orang lain atau belum memiliki kemandirian.

(22)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta hal-hal tersebut di atas maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah gambaran konsep diri pada mahasiswa BK Angkatan 2005 dan 2006 UNNES ?

2) Bagaimanakah gambaran kemandirian mahasiswa BK Angkatan 2005 dan 2006 UNNES ?

3) Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada Mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006 UNNES ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian tentang hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006 UNNES adalah untuk:

1) Mengetahui gambaran konsep diri mahasiswa BK UNNES. 2) Mengetahui kemandirian mahasiswa BK UNNES.

3) Membuktikan hipotesis secara empiris hubungan antara konsep diri dengan kemandirian mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006UNNES.

1.4.Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

(23)

9

Untuk memperkaya serta mengembangkan ilmu dalam bidang Bimbingan dan Konseling terutama tentang konsep diri dan kemandirian mahasiswa. 2) Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi mahasiswa bahwa konsep diri yang positif tentunya dibutuhkan agar dapat membentuk suatu pribadi yang mandiri.

1.5.Sistematika Skripsi

Sistematika skripisi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

a. Bagian awal skripsi berisi uraian halaman judul, halaman pengesahan, abstraksi, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran.

b. Bagian isi skipisi terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV dan Bab V. Bab I PENDAHULUAN, bab ini merupakan gambaran menyeluruh dari skripsi yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika skripsi. Bab II TINJAUAN PUSTAKA, pada bab ini berisi mengenai kajian pustaka dan teori yang relevan dengan tema dalam skripsi ini.

Bab III METODE PENELITIAN, dalam bab ini mencakup dasar penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, sumber data teknik pengumpulan data, validitas data, teknik analisis data.

(24)

Bab V PENUTUP, bab ini berisi simpulan yaitu kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data dan saran sebagai hasil dari rekomendasi.

(25)

11 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1.1Penelitian terdahulu tentang konsep diri

1) Juriana. 2000. Kesesuaian Antara Konsep Diri Nyata dan Ideal dengan Kemampuan Manajemen Diri pada Mahasiswa Pelaku Organisasi. Psikologika No.9. Universitas Gadjah mada

Hasil analisis menunjukan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kesesuaian konsep diri nyata dan ideal dengan kemampuan manajemen diri pada mahasiswa pelaku organisasi (rxy = -0,801: p< 0.01). Sumbangan

kesesuaian konsep diri nyata dan ideal terhadap kemampuan manajemen diri sebesar 63,1 %. Hasil analisis tambahan menunjukan tidak adanya perbedaan kemampuan manajemen diri antara pelaku organisasi yang berstatus top executive dengan yang berstatus non top executive (F = 0,003: >0,05).

2.1.2 Penelitian terdahulu tentang kemandirian

(26)

Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan bertindak yang diambil mahasiswa cenderung bukan keputusan yang mandiri, Orientasi timbangan sosial mahasiswa cenderung berada pada tingkat konvensional dan pasca konvensional, Orientasi timbangan sosial mahasiswa tidak kongruen dengan kemandiriannya, nilai-nilai sosial dan religius adalah nilai yang dipersepsikan mahasiswa sebagai nilai yang paling bermakna,sementara itu kecenderungan bertindak mereka lebih berorientasi ekonomis, perilaku empatik tidak berkontributif terhadap orientasi timbangan sosial, akan tetapi nampak berkaitan erat dengan tingkat kebermaknaan nilai.

2.1.3Penelitian Terdahulu tentang Konsep Diri dan Kemandirian

1) Puan Maharani, 2005. Hubungan Antara Konsep Diri dengan

Kemandirian pada Anak Asuh Angkatan 1 Di Panti Asuhan Wira Adi

Karya Tahun 2005. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP.

UNNES

(27)

13

2.2 Kemandirian

2.2.1 Pengertian Kemandirian

Basri (2000:53) berpendapat bahwa mandiri dalam bahasa jawa berarti berdiri sendiri. Mandiri dalam arti psikologis dan mentalis mengandung pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi manfaat atau keuntungannya segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialami.

Menurut Kartono dalam Anastasia dan Nugraheni, (2008: 13) Pengertian kemandirian disini dapat diartikan sebagai Zelfstanding, yaitu kemampuan berdiri diatas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan segala macam kewajiban guna memenuhi kebutuhan sendiri.

Pendapat di atas diperkuat oleh Kartini dan Dali (dalam Muta’din, 2002: 2) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Musdalifah, (2007: Vol.4) menyimpulkan secara singkat bahwa kemandirian mengandung pengertian:

a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.

b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi

(28)

d. Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya

Brawer dalam Chabib Thoha (1993: 121) mengartikan kemandirian sebagai perasaan otonomi, diartikan sebagai suatu perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh orang lain.

Berbeda dengan beberapa pendapat tersebut Gea (2002: 195) menggambarkan bahwa mandiri adalah suatu suasana di mana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.

Berdasarkan definisi-definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk bertindak dan mengembangkan diri dengan kekuatan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bergantung pada bantuan orang lain.

2.2.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

faktor – faktor yang mempengaruhi kemandirian pada individu itu sendiri menurut Masrun (1986) dapat dijelaskan sebagai berikut.

(29)

15

kemandirian, maka semakin dewasa ia terbiasa dengan hal tersebut dan akan membentuk pribadi yang mandiri . Semakin bertambahnya pendidikan atau pengetahuan seseorang, maka kemungkinan untuk mencoba hal yang baru semakin besar sehingga kreatif dan memiliki kemampuan. Pengaruh dari orang lain akan berkurang sedikit demi sedikit, yang perlahan akan menumbuhkan konsep diri positif pada individu. Konsep diri positif mendukung adanya perasaan kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil.

Sedangkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian menurut Thoha (1996: 124-125) dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Faktor dari dalam

Faktor dari dalam diri antara lain faktor kematangan usia dan jenis kelamin. Anak semakin tua usianya cenderung mandiri. Di samping itu intelegensi seseorang juga berpengaruh terhadap kemandirian seseorang.

b. Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang adalah: 1) Faktor Kebudayaan

Kemandirian dipengaruhi oleh kebudayaan. Masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong tumbuhnya kemandirian dibanding dengan masyarakat yang sederhana.

2) Pengaruh keluarga terhadap individu

(30)

Ditambahkan lagi oleh Basri (2000: 53) faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah sebagai berikut:

a. Faktor dalam diri sendiri (Endogen)

Dengan faktor endogen dimaksudkan adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan.

b. Faktor yang terdapat diluar dirinya (Eksogen)

Faktor eksogen disebut pula dengan faktor eksternal yaitu semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, atau sering disebut faktor lingkungan. Lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, masyarakat dan sosial ekonomi.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian sangat menentukan dalam pencapaian kemandirian seseorang. Begitu pula dengan kemandirian dalam menghadapi masalah pribadi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal baik dalam diri (internal) atau dari luar (eksternal).

2.2.3 Aspek- aspek Kemandirian

Aspek-aspek dalam kemandirian menurut Masrun (1986) ada 5 aspek kemandirian yang utama:

1) Bebas, aspek ini ditujukan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

(31)

17

4) Pengendalian diri, aspek ini tampak dalam pribadi yang mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikannya serta mampu mempengaruhi lingkungan atas usaha sendiri.

5) Kemantapan diri, aspek ini mencakup rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menerima diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Dari pendapat tersebut dapat simpulkan bahwa individu yang memiliki kemandirian dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu seorang individu yang mampu dan berinisiatif sendiri untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan tanpa bantuan dan menunggu orang lain untuk mengatasi keadaan yang terjadi. Selain itu dia akan merasa puas dengan hasil usahanya sendiri dan selalu berinovatif dan kreatif. Tentunya jika mengeluarkan keputusan sudah dipikir dengan matang konsekuensinya, sehingga saran dan pendapatnya dapat diterima oleh orang lain.

Havighurst (dalam Mu’tadin, 2002: 2) menyatakan bahwa kemandirian seseorang meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual, dan sosial. Kemandirian emosi ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang tua atau orang dewasa lainnya. Kemandirian ekonomi ditunjukan dengan kemampuan mengatur sendiri perekonomiannya. Kemandirian intelektual ditunjukan dengan kemampuan dalam mengatasi masalah, dan kemandirian sosial ditunjukan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain tanpa tergantung dan menunggu aksi dari orang lain.

(32)

diperlukan bagi individu sebagai penguatan untuk setiap perilaku yang telah dilakukan.

2.3 Konsep Diri

2.3.1Pengertian Konsep Diri

Konsep Diri menurut Calhoun dan Acocella( 1990: 67) merupakan kumpulan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Brooks (dalam Rakhmat, 2000: 100) memaparkan bahwa konsep diri merupakan persepsi terhadap diri sendiri, baik fisik, sosial maupun psikologis, yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman dan hasil interaksi dengan orang lain.

Konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan. Menurut Farozin dan Nur fatiyah (2004: 17) Konsep diri ini dibagi menjadi 2 yaitu: 1)

Konsep diri sebenarnya dan 2) Konsep diri ideal. Konsep diri sebenarnya

(33)

19

Saat anak baru lahir, mereka belum dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya. Tetapi lingkungan pertama yang dikenalnya adalah keluarga, berarti individu tersebut akan menerima respon dan tanggapan yang pertama dari keluarganya. Saat individu dewasa dan dapat melepaskan ketergantungannya pada keluarga, saat itulah dia mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu ketika seseorang individu telah mencapai dewasa dan banyak mengenal nilai-nilai dari luar keluarga seringkali muncul konflik-konflik, terutama jika nilai yang didapat dari luar bertentangan dengan nilai-nilai di dalam keluarga.

Selain pengaruh dari keluarga, konsep diri juga dapat terbentuk karena adanya adanya interaksi individu dengan orang lain disekitarnnya yaitu teman bergaul dan masyarakat. Menurut Lau & Pun (dalam Baron & Byrne, 2004: 164) konsep Self, yang sebagian besar didasarkan pada interaksi dengan orang lain yang dipelajari dimulai dengan anggota keluarga terdekat, kemudian meluas ke interaksi dengan mereka di luar keluarga.

(34)

individu tersebut seakan-akan menaruh cermin di depan kita. Itu sebabnya Zanden (dalam Rakhmat, 2007:99) menyimpulkan bahwa Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain, kita melihat sekilas diri kita seperti berada dalam cermin. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Ketiga, kita mengalami perasaan bangga atau kecewa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah bagaimana seseorang memandang diri , menilai diri sendiri dan kondisi atau situasi di sekelilingnya. 2.3.2 Isi Konsep Diri

Konsep diri adalah aspek diri yang paling penting, konsep diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dibentuk dan dipelajari dari pengalaman individu dan berhubungan dengan orang lain. Seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli, bahwa konsep diri merupakan persepsi, pandangan atau pendapat kita mengenai diri kita sendiri yang meliputi dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahannya, kegagalan dan kepandaiannya.

Hal tersebut diatas juga dikemukakan oleh Burns(1993: 209) bahwa isi konsep diri mencakup:

1. Karakteristik Fisik

2. Kesehatan dan Kondisi Fisik 3. Status Intelektual, kecerdasan 4. Cara berpakaian, model rambut 5. Ide religius, minat religius, keyakinan 6. Hubungan keluarga

7. Kepemilikan, benda-benda yang dipunya 8. Bakat khusus dan kemampuan khusus 9. Ciri Kepribadian

10.Kemandirian

(35)

21

Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa konsep diri berkembang bukan hanya mengenai perilaku atau sikap individu, namun membayangkan gambaran tentang diri kita yang bersifat fisik misalkan berupa penampilan, cara dia berpakaian, atau ciri-ciri pribadi lain yang dimilikinya.

2.3.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Rakmat (2004:101-104) faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah faktor orang lain dan faktor kelompok rujukan (reference group). Biasanya orang yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang adalah orang-orang yang paling dekat dengan dia, memiliki ikatan emosional, misalnya keluarga Seperti yang dikatakan Sullivan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan dan menolak kita, maka kita cenderung tidak akan menyenangi diri kita.

Joecinta F Rini (Konsep Diri, dalam e-psikologi.com) menjelaskan faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang.

a. Kegagalan

Kegagalan yang terus-menerus cenderung akan membuat seseorang berpikir negatif tentang kemampuan yang dimilikinya. Kegagalan terjadi membuat orang merasa dirinya tidak berguna. b. Depresi

Orang yang mengalami depresi cenderung memiliki pemikiran negatif, menilai dirinya sendiri. Biasanya orang tersebut kurang survive menjalani segala tantangan kehidupan.

c. Kritik Internal

(36)

d. Pola asuh orang tua

Sikap positif yang ditunjukan oleh orang tua dapat dijadikan cermin oleh anak-anaknya, sikap positif akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif pada anak.

Sedangkan menurut Calhoun & Acocella (1990:77-78) bahwa faktor yang membentuk konsep diri individu adalah:

a. Orang tua

Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal yang dialami seseorang dalam pembentukan konsep diri. Informasi dan pengarahan yang diberikan orang tua akan berlangsung hingga dewasa. Kedekatan orang tua dan keluarga terhadap anak akan membentuk konsep diri yang baik. Karena anak akan secara sangat serius cenderung menerima dan memasukkan ke dalam konsep dirinya, informasi yang konsisten dengan gagasan yang telah berkembang tentang dirinya sendiri.

b. Kawan sebaya

Peran teman sebaya sangat berpengaruh dalam membentuk pandangan individu mengenai dirinya sendiri. Maka peran teman sebaya sangat penting dalam pembentukan konsep diri.

c. Masyarakat

Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta contohya tentang siapa orang tuanya, apa rasnya dan semua hal yang berhubungan dengan individu tersebut, sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri individu.

(37)

23

2.3.4Aspek- aspek Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh seorang individu. Gambaran mental yang dimiliki individu memiliki 3 aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri, pengharapan yang dimiliki individu untuk dirinya sendiri serta penilaian terhadap diri sendiri (Calhoun&Acocella ,1990:71).

a. Pengetahuan

Dimensi pertama konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan apa yang individu ketahui tentang dirinya sendiri. Pengetahuan ini bisa diperoleh dengan membandingkan diri individu dengan kelompok pembanding. Pengetahuan individu tidak menetap sepanjang hidupnya. Pengetahuan bisa berubah dengan cara mengubah tingkah laku individu tersebut dan dengan cara mengubah kelompok pembanding.

b. Harapan

Dimensi kedua konsep diri adalah harapan. Selain individu mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya individu juga memiliki satu set pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan menjadi apa dimasa mendatang. Artinya bahwa setiap individu memiliki pengharapan yang berbeda-beda pada setiap individu.

c. Penilaian

(38)

terhadap dirinya sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi terhadap dirinya.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek konsep diri dapat dilihat dari bagaimana individu mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya, yang kemudian dibandingkan dengan harapan dirinya menjadi individu yang lain dari keadaan sekarang, sampai pada tahap seberapa besar kita menghargai diri kita yang sekarang. Kadang-kadang harapan dan kenyataan tidak seiring sehingga terjadi penilaian dalam diri individu seberapa besar individu tersebut menghargai keadaan yang sekarang.

Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain.

2.3.5Karakteristik Konsep Diri

Menurut William dan Phillip ( Rakhmad, 2004:105) mengemukakan lima ciri-ciri konsep diri positif :

a. Yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah b. Merasa setara dengan orang lain

c. Menerima pujian tanpa rasa malu

d. Mampu menyadari bahwa semua orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.

(39)

25

Sedangkan karekteristik konsep diri negatif, antara lain: a. Peka terhadap kritik

Orang ini sangat tidak tahan dengan kritik yang diterimanya dan mudah marah. Segala koreksi sering kali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi cenderung menghindari dialog yang terbuka dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi/ logika yang keliru.

b. Responsif terhadap pujian

Soal mendapat pujian, individu ini mungkin berpura-pura menghindari pujian, namun tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Untuk orang semacam ini, segala macam embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya.

c. Bersikap Hiperkritis

Sikap hiperkritisnya ditunjukkan dengan mengeluh, mencela, atau meremehkan apapun dan siapapun, tidak pandai dan tidak sanggup dalam mengungkapkan penghargaan atau pengakuan kepada orang lain.

d. Merasa tidak disenangi orang lain

Individu ini memiliki rasa bahwa dirinya tidak diperhatikan. Oleh karena itu individu ini bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Individu ini tidak pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.

e. Bersikap pesimis terhadap kompetisi

Hal ini terungkap dengan keenggananaya untuk bersaing dengan orang lain dalam membat prestasi. Individu menganggap tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990:72-74) dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Konsep diri positif

(40)

b. Konsep diri negatif

Konsep diri negatif terbagi menjadi 2 tipe yaitu:

a) Pandangan-pandangan individu tentang dirinya sendiri tidak teratur sehingga individu tidak mengetahui dirinya sendiri.

b) Pandangan-pandangan individu tentang dirinya sendiri terlalu teratur dan stabil. Hal ini terjadi karena individu dididik dengan keras, sehingga menciptakan konsep diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan. Diperkuat oleh pendapat Aristo (Konsep Diri dalam Pendidikan, 31 Maret 2008, diakses dalam http://www.e-psikologi.com, diunduh 4 april 2009).

Indikasi kualitas konsep diri semacam itu juga dikemukakan oleh Burns. Menurutnya, jika seseorang memiliki konsep diri yang positif berarti ia akan menilai, menghargai, merasa dan menerima keadaan dirinya secara positif. Sebaliknya seseorang yang memiliki konsep diri negatif berarti ia memiliki evaluasi diri yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri serta tiadanya penghargaan dan penerimaan terhadap diri sendiri. Dijelaskan lebih lanjut bahwa individu dengan penilaian diri yang tinggi dan perasaan harga diri yang tinggi umumnya mereka menerima keadaan dirinya, sebaliknya yang menilai dirinya secara negatif akan memiliki perasaan harga diri dan penerimaan diri yang kecil.

(41)

27

Dapat disimpulkan pula bahwa orang yang mempunyai konsep diri negatif mempunyai pandangan dan pengetahuan yang buruk tentang dirinya, apapun yang diperoleh tampak tidak berharga dibanding apa yang diperoleh oleh orang lain dan kurang bisa menerima keadaan dirinya dan juga kritikan dari orang lain tentang dirinya.

Informasi yang baru tentang diri seseoerang menjadi penyebab kecemasan dan ancaman terhadap diri orang tersebut. Informasi tentang dirinya sendiri yang tidak dapat diterima dengan baik dan menganggu konsep diri seseorang sehingga menyebabkan kekecewaan emosional kepada seseorang maka tidak mampu menumbuhkan semangat dan kenyamanan pada diri individu tersebut (Calhoun & Acocella, 1990: 72-73). Hal tersebut dapat diibaratkan, apabila individu merasa pesimis, ketakutan dengan suatu kegagalan dalam setiap kehidupannya maka hal tersebut merupakan cerminan individu yang memiliki konsep diri negatif, Sebaliknya seseorang yang merasa percaya diri, penuh dengan semangat dan selalu berusaha merupakan cerminan konsep diri yang positif.

2.4 Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES

(42)

Mandiri berarti dapat berdiri sendiri, mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain serta bertanggungjawab atas apa yang dikerjakan dan diputuskannya.

Kemandirian merupakan suatu kondisi psikologis yang dapat berkembang dengan baik apabila diberikan kesempatan dengan cara latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini. Kemandirian fisik adalah kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri, sedangkan kemandirian psikologis adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah sendiri. Dengan demikian, dirinya dituntut untuk melepaskan diri dari pengaruh dan ketergantungannya pada orang lain.

Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Menurut Sumirah dalam tesis kemandirian merupakan keadaan kejiwaan seseorang yang tercermin pada perilaku yang aktifitasnya bersumber dalam diri sendiri, mampu membuat keputusan atas dirinya dan bertanggungjawab atas tingkah lakunya.

(43)

29

Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam meletakan dasar-dasar kepribadian seorang anak, demikian pula dalam pembentukan kemandirian pada seseorang. Sebab didalam keluarga, orang tualah yang berperan besar dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Maka dari itu perlu diberikan pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Dengan diberikannya kesempatan untuk membuktikan atau melaksanakan keputusan yang telah diambil dan mengusahakan sendiri berbagai masalah yang muncul dalam kehidupannya, tetapi orang tua tetap menjadi pengamat dan hanya melakukan intervensi jika tindakan anaknya dianggap keluar dari jalur yang benar. Untuk menjadi mandiri sangatlah penting orang tua untuk tidak memberikan perhatian yang berlebihan kepada anak. Menurut Tjut Rifameutia Ali Napis, bantuan berlebihan bisa mensugesti individu bahwa ia tidak mampu melakukan sesuatu sendiri.

(44)

Perkembangan individu tidak akan terlepas dari lingkungannya, karena dalam rangka memenuhi kebutuhannya manusia melalui proses sosial yang disebut interaksi sosial. pada dasarnya dari segala aspek kehidupan interaksi sosial juga akan membentuk kepribadian, nilai-nilai kehidupan, moralitas individu serta prinsip hidup. Bertanggungjawab terhadap segala tindakan yang diperbuat merupakan kunci untuk menuju kemandirian, dengan berani bertanggungjawab individu akan belajar untuk tidak mengulangi hal-hal yang memberikan dampak negatif bagi dirinya.

Interaksi sosial merupakan hubungan antara dua atau lebih individu dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya. Adanya kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta kemampuannya dalam melakukan penyesuaian diri dengan baik akan membuat anak bertanggungjawab, mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan tidak mudah putus asa. Hal ini akan cenderung anak untuk mandiri.

(45)

31

kemandirian merupakan keadaan kejiwaan seseorang yang tercermin pada perilaku yang aktifitasnya bersumber dari dalam diri sendiri, mampu membuat keputusan atas dirinya dan bertanggungjawab atas tingkah lakunya. Individu adalah mahluk yang unik dimana satu dengan yang lain tidak akan pernah sama. Oleh sebab itu tingkat kemandiriannya relatif berbeda-beda, sebagian ada yang merasa mandiri, sebaliknya ada juga yang belum mandiri.

Upaya dalam rangka menumbuhkan kemandirian dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan konsep diri yang positif pada individu. Seperti yang kita ketahui, kemandirian merupakan kemampuan untuk tidak tergantung kepada orang lain, selalu mencoba mengatasi permasalahannya sendiri, bereaksi sesuai dengan kondisi yang terjadi dalam lingkungan dan memiliki tanggung jawab atas keputusan yang diambil.

(46)

Seperti halnya dengan kemandirian, konsep diri terbentuk dan tersusun atas berbagai tahapan. Yang paling dasar adalah konsep diri primer, yaitu konsep diri yang terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Keluarga yang mengembangkan pola asuh yang menerima dan menghargai individu akan meningkatkan konsep diri positif pada individu, sebaliknya keluarga yang mengembangkan pola asuh merendahkan harga diri seseorang akan mengembangkan konsep diri negatif. Lalu setelah anak bertambah besar, ia mempunyai hubungan yang lebih luas sekedar hubungan dalam lingkungan rumahnya. Ia akan memiliki lebih banyak teman, kenalan dan akibatnya akan memperoleh lebih banyak pengalaman. Dan akhirnya ia akan memperoleh konsep diri yang berbeda dari yang sudah terbentuk dalam lingkungan keluarga. Ini menghasilkan konsep diri sekunder. Atas dasar itu, adanya kemandirian akan menumbuhkan pribadi konselor yang memiliki konsep diri positif ataupun sebaliknya, bahwa konsep diri mempengaruhi perilaku seseorang atau kemampuan seseorang dalam hal ini kemandiriannya.

(47)

33

beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, antara lain usia kematangan, penampilan diri(citra tubuh), orang tua, kawan sebaya, dan pengaruh dari lingkungan sekitar atau masyarakat.

Selain itu dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan kemampuan untuk tidak bergantung pada orang lain, selalu mencoba mengatasi masalah dan hambatan, bertanggungjawab dan memiliki inisiatif. Maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain kematangan fisik, kematangan psikis dan ciri-ciri kepribadian yang terdapat pada aspek: kecerdasan, emosi, motivasi minat, sikap sosial, jenis kelamin, umur dan konsep diri. Selain itu apabila dilihat dari faktor eksternal adalah tuntutan kebudayaan( nilai, harapan, pengaruh lingkungan tempat tinggal), pendidikan (termasuk pola asuh orang tua), pekerjaan( termasuk di dalamnya status ekonomi keluarga),jumlah anak dalam keluarga dan pengaruh teman sebaya.

Menurut pandangan para ahli di atas dapat dijelaskan bahwa konsep diri merupakan faktor internal dari kemandirian, sehingga diduga ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian dalam menghadapi masalah pribadi.

2.5 Hipotesis

(48)

kemandiriannya. Sebaliknya semakin negatif konsep diri mahasiswa BK, semakin rendah pula tingkat kemandiriannya.

Ho : Tidak terdapat hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006 UNNES.

Ha : Terdapat hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada mahasiswa BK angkatan 2005 dan 2006 UNNES

(49)

35 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik Stastistik Korelasional. Melalui penelitian tersebut kita dapat memastikan berapa besar yang disebabkan oleh satu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain. Penelitian korelasi tidak memerlukan sampel yang besar. Diasumsikan jika ada pertalian, maka akan merupakan bukti bahwa sampel yang digunakan adalah mewakili populasi yang kita selidiki dan instrumen yang digunakan dapat dipercaya dan sahih( Counsuelo, dkk 1993: 87-88). Penelitian ini sangat cocok bila variabel-variabel yang terlibat sangat kompleks dan tidak dapat diteliti lewat metode eksperimentasi atau yang variasinya tidak dapat dikendalikan. Dengan penelitian korelasional, pengukuran terhadap beberapa variabel serta saling-hubungan diantara variabel-variabel tersebut dapat dilakukan serentak dalam kondisi yang realistik( Azwar, 1997: 9).

3.2 Variabel Penelitian

(50)

Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

Variabel Bebas (X) = Konsep Diri Mahasiswa BK Variabel Terikat (Y)= Kemandirian Mahasiswa BK

Maka konsep berpikir dari variabel di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Bagan Hubungan antar Variabel

Secara teoritis konsep diri sebagai variable X memberikan pengaruh terhadap kemandirian mahasiswa. Apabila diperkirakan ada hubungan maka akan terjadi yaitu semakin positif konsep diri mahasiswa BK UNNES maka akan semakin tinggi pula kemandiriannya, dan semakin negatif konsep diri mahasiswa BK UNNES maka akan semakin rendah pula kemandiriannya.

3.3. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini memiliki definisi operasional sebagai berikut:

(51)

37

3.3.1 Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan berdiri diatas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan segala macam kewajiban guna memenuhi kebutuhan sendiri. Aspek-aspek yang akan diteliti antara lain, bebas, ulet, inisiatif, pengendalian diri dan kemantapan diri.

3.3.2 Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan atau persepsi individu terhadap dirinya sendiri. Isi konsep diri menurut Burns, meliputi karakteristik fisik, kesehatan dan kondisi fisik, status intelectual, kecerdasan, cara berpakaian model rambut dan make up, ide religius minat religius dan keyakinan,hubungan keluarga, bakat dan kemampuan khusus, benda yang dipunya atau kepemilikan,sikap dan hubungan sosial, ciri kepribadian, dan kemandirian.

3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian(Arikunto, 2006: 130). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya adalah penelitian populasi.

(52)

Tabel 3.1

Populasi Mahasiswa BK FIP UNNES Th. Angkatan 2005 dan 2006

NO. Angkatan Jumlah

1. 2.

2005/2006 2006/2007

72 Mahasiswa 77 Mahasiswa

Jumlah 149 Mahasiswa

Dari 149 mahasiswa tersebut di atas mempunyai karakteristik yang homogen sebagai berikut :

a. Subyek merupakan mahasiswa BK FIP UNNES

b. Merupakan individu yang masih terdaftar sebagai mahasiswa

c. Subjek penelitian merupakan mahasiswa BK yang sudah melaksanakan KKN dan PPL atau semester 6 keatas dengan pertimbangan bahwa mereka sudah memperoleh mata kuliah yang cukup atau memadahi sehingga memiliki pandangan untuk menjadi calon konselor yang kompeten.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti(Arikunto, 2006: 109). Dalam penelitian ini sampel dimaksudkan untuk memperoleh keterangan mengenai subyek penelitian, dan mampu memberikan gambaran dari populasi.

(53)

39

acak dengan jumlah yang sama pada tiap kelasnya. Teknik ini digunakan dengan alasan :

a. Memberikan kesempatan yang sama kepada tiap individu b. Menghemat tenaga, waktu dan biaya

Pada prosedur pengambilan sampel berstrata dengan pendekatan proporsional, banyaknya subjek dalam setiap subkelompok atau strata harus diketahui perbandingannya lebih dahulu. Kemudian ditentukan presentase besarnya sampel dari keseluruhan populasi( Azwar, 1997: 84). Di dalam pengambilan sampel biasanya peneliti sudah menentukan jumlah sampel yang paling baik. Apabila subyeknya kurang dari 100 maka diambil semua, tetapi jika jumlahnya besar dapat diambil antara 10-15% atau20-25% atau lebih (Arikunto,2006: 134). Dari populasi yang berjumlah 149 mahasiswa, ditetapkan untuk diambil 40% sebagai sampel. Dengan mengambil secara random 40% subjek dari setiap subkelompok sebagai sampel maka distribusi subjek sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2

Perincian Subyek Penelitian

Angkatan Kelas Jumlah Mahasiswa Jumlah sampel 2005/2006 Reguler 72 Mahasiswa 29 Mahasiswa 2006/2007 Reguler 44 Mahasiswa 18 Mahasiswa 2006/2007 Paralel 33 Mahasiswa 13 Mahasiswa

Jumlah 149 Mahasiswa 60 Mahasiswa

(54)

menentukan mahasiswa pada tiap angkatan yang akan dijadikan sampel penelitian dengan cara undian. Undian dilakukan dengan cara sebagai berikut ini :

1.) Menuliskan no.urut mahasiswa pada secarik kertas kecil untuk tiap angkatannya

2.) Kertas yang sudah diberi no.kemudian digulung dan dimasukan kedalam kaleng tertutup yang telah diberi lubang di atasnya

3.) Kaleng dikocok dan melalui lubang kecil gulungan kertas tsb dikeluarkan satu persatu hingga memenuhi jumlah sampel yang di tentukan

4.) Nomor-nomor yang keluar kemudian dicatat

5.) Kegiatan mengocok dihentikan setelah mendapatkan jumlah mahasiswa yang dikehendaki, kemudian diteruskan untuk menyebar skala.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh penulis untuk menghimpun data dari sejumlah populasi yang menjadi sampel penelitian. Metode pengumpulan data dari penelitian ini adalah skala psikologi (skala konsep diri dan skala kemandirian). Skala psikologi adalah alat untuk mengukur aspek atau atribut afektif.

(55)

41

penyederhanaan pilihan jawaban menjadi empat pilihan karena dikhawatirkan responden akan cenderung memilihnya sehingga data mengenai perbedaan diantara responden menjadi kurang informatif (Azwar, 2005:34). Untuk jawaban yang mendukung pernyataan atau favourable diberi skor tertinggi dan untuk jawaban yang tidak mendukung pernyataan atau unfavourable diberi skor terendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3

Penskoran item dalam skala

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Kategori Jawaban Skor Kategori Jawaban Skor

SS

(56)

(1) kisi-kisi instrumen penelitian

iiiiiiii

Gambar 3.2 Prosedur Penyusunan Instrumen

Data yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu tentang konsep diri mahasiswa BK sebagai calon konselor dan kemandirian dalam menghadapi masalah pribadi, oleh karena itu instrumen yang digunakan berupa skala konsep diri dan kemandirian seperti dibawah ini.

Tabel 3.4

KISI-KISI KONSEP DIRI

NO Variabel Sub

Variabel Indikator Deskriptor

No Item

1.1 Memiliki daya tarik fisik 1.2 Ukuran tubuh

(57)

43 5. Ide religius,

(58)
(59)

45

Variabel Indikator Deskriptor

No Item

+ - 1. Kemandirian Aspek-

(60)
(61)
(62)

dirinya apa adanya 5.2Merasa

puas atas usahanya 5.3Percaya

diri

51, 52

55,56, 57

53,54

58,59 60

3.7 Validitas dan Reliabilitas 3.7.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya di ukur menurut situasi dan tujuan tertentu. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

(63)

49

rxy = Besarnya validitas butir angket X = jumlah skor tiap item soal Y = jumlah skor total

N = jumlah responden (Arikunto, 2006 : 170)

Setelah nilai rxy diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan angka r tabel. Harga rxy dikatakan valid apabila rxy > r tabel.

3.7.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006 : 178). Hal tersebut ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda.

Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dapat menggunakan rumus Alpha , karena untuk mencari reabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya bentuk angket atau uraian :

(64)

Dengan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Jumlah butir angket atau banyaknya butir pertanyaan Σσb² = Jumlah varians butir

σt² = Varians total (Arikunto, 2006 : 196)

Sebelum masuk kerumus alpha, maka perlu dicari varians tiap butir angket dengan rumus:

Setelah diperoleh nilai varians butir dan varians total kemudian dimasukkan kedalam rumus alpha. Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel α = 5%, angket dikatakan reliable jika r11 > r tabel. Adapun kriteria reliabilitas soal menurut Danim (2004: 202) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Reliabilitas Soal

No. Rentang Skor Kriteria

(65)

51

3.7.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala konsep diri dan skala kemandirian. Instrumen yang akan digunakan untuk pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan ujicoba di lapangan untuk mengetahui instrumen tersebut layak untuk di gunakan yaitu valid dan reliabel.

Skala konsep diri mahasiswa terdiri dari 60 butir pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, setelah dilakukan ujucoba pada 20 responden dan dianalisis, ternyata tidak semua soal valid. Ada 8 soal yang dinyatakan tidak valid yaitu item soal nomor 6,13,22,24,33,37,40,48

Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 diperoleh nilai product moment sebesar 0.450 dan rtabel = 0.444. Karena rxy >rtabel, maka item tersebut dikatakan valid. Perhitungan untuk item-item yang lain, selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.

Sedangkan skala kemandirian terdiri dari 60 butir pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, setelah diujicoba dan dianalisis terdapat 52 butir pertanyaan valid sedangkan 8 tidak valid yaitu soal nomor 6,9,16,20,24,44,49,dan 53.

Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 diperoleh nilai kritik product moment sebesar 0.570 dengan rtabel 0.444, maka item tersebut dikatakan valid. Hasil perhitungan item yang lain dapat dilihat pada lampiran.

(66)

pernyataan. Pertimbangan untuk membuat jumlah item bagi setiap indikator sudah terwakili dalam pernyataan yaitu satu item (Arikunto, 1998:144).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, pada instrumen konsep diri mahasiswa diperoleh koefisien realibilitas sebesar 0.945 pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 diperoleh rtabel 0.444. Karena r11>rtabel maka dapat disimpulkan angket tersebut reliabel.

Sedangkan pada hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha pada instrumen kemandirian pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling diperoleh koefisien realibilitas sebesar 0.951 pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 diperoleh rtabel 0.444. Karena koefisien realibilitas lebih besar dari rtabel maka angket tersebut reliabel dan dapat digunakan.

3.8 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu cara untuk menjawab permasalahan dalam penelitian atau untuk menjawab hipotesis dalam penelitian. Analisis data penelitian ini dilakukan melalui uji secara kuantitatif dengan menggunakan metode statistik. Pengolahan data dengan cara statistik adalah suatu cara pengolahan data dengan menggunakan angka. Adapun metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.8.1 Teknik analisis deskriptif persentase

(67)

53

P = x100% N

n

Keterangan: P = prosentase n = skor total

N= skor ideal

Dalam penelitian ini panjang kelas interval kriteria konsep diri mahasiswa dan kemandirian pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:

Prosentase skor maksimum : (4:4) x 100% = 100% Prosentase skor minimum : (1:4) x 100% = 25% Rentang persentase skor : 100% - 25% = 75%

Banyaknya kriteria : (Sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah

Panjang kelas interval : rentang : banyaknya kriteria (75% : 4 = 18.75%) Dengan panjang kelas 18.75% dan prosentase skor terendah 25% maka dapat ditentukan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kriteria Prosentase konsep diri dan kemandirian mahasiswa

Interval Interval % Kategori

(68)

3.8.2 Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui besarnya korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat, jadi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara konsep diri mahasiswa (X) dan Kemandirian dalam menghadapi masalah pribadi (Y). Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut: ∑X = Jumlah skor masing-masing item ∑Y = Jumlah skor seluruh item

(69)

55 BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian pada dasarnya memuat berbagai hal meliputi pengungkapan data dari instrumen penelitian dan metode analisis data menggunakan 1).Analisis deskriptif presentase 2).Uji normalitas 3).Uji product moment yang diperoleh untuk menjawab permasalahan yang diajukan. Berdasarkan hal tersebut, pada bab ini akan dibahas mengenai: (1). Hasil Penelitian dan (2). Pembahasan (3). Keterbatasan Penelitian

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Prosentase

4.1.1.1 Deskripsi Konsep Diri Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Gambaran tentang konsep diri mahasiswa BK UNNES sebagai calon konselor berdasarkan jawaban skala psikologi diperoleh skor presentase 61.75% dan termasuk dalam kriteria rendah. Untuk lebih jelasnya dapat melihat tingkat konsep diri mahasiswa secara keseluruhan, pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Tingkat Konsep Diri Mahasiswa (secara keseluruhan)

Interval Kriteria Frekuensi Prosentase

81.26-100 % Sangat tinggi 1 1.67 %

62.51-81.25 % Tinggi 30 50.00 %

43.76-62.50 % Rendah 21 35.00 %

25.00-43.75 % Sangat rendah 8 13.33 %

(70)

adapula yang memiliki kriteria sangat tinggi dan sangat rendah yaitu sekitar 1.67 % dan 13.33 %. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

1.67%

50.00%

35.00%

13.33%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%

sangat tinggi

tinggi rendah sangat rendah

Series1

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Konsep Diri Mahasiswa

Jika dilihat dari isi konsep diri menyangkut beberapa hal, yaitu karakteristik fisik, kesehatan dan kondisi fisik, status intelektual dan kecerdasan, cara berpakaian dan model rambut,ide religius, hubungan keluarga, kepemilikan benda-benda yang dipunya, bakat khusus dan kemampuan khusus, ciri kepribadian, kemandirian, sikap dan hubungan sosial. Gambaran konsep diri perindikator dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

(71)

57

Untuk lebih jelasnya, maka dapat melihat pada deskripsi dibawah ini: 1. Karakteristik Fisik

Untuk mengetahui gambaran isi konsep diri berdasarkan karakteristik fisik dapat dilihat dalam item pertanyaan no. 1,2,3,4, dan 7. Agar lebih jelas dapat melihat tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Karakteristik fisik

Interval Kriteria Frekuensi Prosentase 81.26-100 % Sangat tinggi 1 1.67 %

62.51-81.25 % Tinggi 24 40.00 %

43.76-62.50 % Rendah 35 58.33 %

25.00-43.75 % Sangat rendah 0 0.00 %

(72)

sepenuhnya memandang dirinya memiliki daya tarik fisik dan memiliki ukuran tubuh yang proporsional.

2. Kesehatan dan kondisi fisik

Untuk mengatahui gambaran isi konsep diri berdasarkan kesehatan dan kondisi fisik dapat dilihat pada item pertanyaan no. 5,6,dan 8. Agar lebih jelasnya tabel 4.3 menyajikan lebih jelas gambarannya.

Tabel 4.3

Kesehatan dan kondisi fisik

Interval Kriteria Frekuensi Prosentase 81.26-100 % Sangat tinggi 9 15.00 %

62.51-81.25 % Tinggi 22 36.67 %

43.76-62.50 % Rendah 18 30.00 %

25.00-43.75 % Sangat rendah 11 18.33 %

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa mahasiswa BK memandang kesehatan dan kondisi fisiknya tergolong dalam kategori tinggi (36.67 %), 30.00% lainnya tergolong rendah, selebihnya ada beberapa mahasiswa yang memiliki kategori sangat tinggi sebesar 15.00% dan sangat rendah 18.33%. Dari data tersebut menggambarkan bahwa mahasiswa cenderung memandang bahwa kesehatan dan kondisi fisik merupakan hal utama yang harus dijaga.

3. Status Intelektual, kecerdasan

(73)

59

Tabel 4.4

Status intelektual, kecerdasan

Interval Kriteria Frekuensi Prosentase 81.26-100 % Sangat tinggi 1 1.67 %

62.51-81.25 % Tinggi 22 36.67 %

43.76-62.50 % Rendah 26 43.33 %

25.00-43.75 % Sangat rendah 11 18.33 %

Dari tabel diatas menggambarkan bahwa status intelektual mahasiswa BK tergolong rendah yaitu 43.33 %, 36.67 % lainnya tinggi dan sangat rendah 18.33% , namun masih ada beberapa tergolong sangat tinggi walaupun sedikit berkisar 1.67%. Data tersebut menggambarkan bahwa sebagian mahasiswa cenderung belum mampu sepenuhnya mengikuti dan menguasai materi kuliah, kecerdasan dan cita-cita yang dimiliki, serta prestasi yang diraih dalam perkuliahan.

4. Cara berpakaian, model rambut

Untuk dapat mengetahui isi konsep diri berdasarkan cara berpakaian, model rambut dapat dilihat dalam item pertanyaan no. 17,18,dan 19. Agar lebih jelasnya terdapat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.5

Cara berpakaian, model rambut

Interval Kriteria Frekuensi Prosentase 81.26-100 % Sangat tinggi 3 5.00 %

62.51-81.25 % Tinggi 41 68.33 %

43.76-62.50 % Rendah 5 8.33 %

Gambar

Gambar 3.1  Bagan hubungan antar variabel ..................................................
Gambar 3.1 Bagan Hubungan antar Variabel
tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Populasi Mahasiswa BK FIP UNNES
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem antrian dapat dirancang pada smatphone Android dan jaringan internet untuk menjalankan aplikasi QueueNotification, maka pengguna bisa memanfaatkan waktu tunggu dengan

10) Nama Atasan Langsung PNS pada unit kerja saat ini. 11) NIP Atasan Langsung PNS pada unit kerja saat ini. 12) Jabatan Atasan Langsung PNS pada unit kerja saat ini. 13)

Pesan dakwah dalam program “Islam itu Indah” di Trans TV dalam episode Tahajjud Buatku Tenang yakni yang pertama, terkait dengan akidah yaitu mempercayai Allah dan juga

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) melakukan observasi awal mengenai permasalahan yang

Keberadaan ini sangat mempengaruhi efisiensi usaha pengrajin tempe, sehingga banyak pengrajin tempe yang tidak mampu berproduksi lagi (Sari, 2002). Kenaikan harga

(1) Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang perumahan bersama instansi terkait lainnya yang bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan air limbah wajib

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud untuk mengembangkan tes keterampilan proses sains siswa pada materi termokimia karena materi termokimia menuntut siswa untuk