• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Gambaran konsep diri mahasiswa BK Angkatan 2005 dan 2006 UNNES Pandangan seseorang tentang karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh individu merupakan penentu dari kualitas individu itu sendiri. Apabila seseorang sudah memandang dirinya bahwa ia lemah, tidak mampu dalam bersikap dan berusaha, maka seterusnya individu tersebut tidak dapat memandang dan menilai jika ia mampu. Hal inilah yang dinamakan konsep diri. Konsep diri merupakan kumpulan persepsi seseorang terhadap dirinya, baik fisik, sosial

73

maupun psikologis(dalam Rahmat, 2000: 100). Tidak jauh berbeda dari pendapat di atas bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu terhadap dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahan dan kepandaian. Untuk itu individu khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling dapat mengetahui gambaran tentang dirinya berdasarkan karakteristik fisik, kesehatan, status intelektual, ciri kepribadian,kemandirian, sikap dan hubungan sosial.

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa konsep diri mahasiswa Bimbingan dan Konseling termasuk dalam kategori rendah. Hal tersebut diketahui berdasarkan gambaran individu berdasarkan karakteristik fisik, misalnya mahasiswa BK cenderung belum dapat menerima dirinya memiliki daya tarik fisik dan ukuran tubuh yang proporsional, dari segi intelektual mereka menggambarkan dan menilai bahwa mereka belum mampu sepenuhnya mengikuti dan menguasai materi kuliah, memiliki prestasi dan kecerdasan. Dari segi kemampuan sebagai calon konselor, mereka menilai bahwa mahasiswa BK memiliki kemampuan untuk berempati agar dapat membantu klien yang membutuhkan bantuan dan dengan tangan terbuka berusaha memberikan alternatif atas permasalahan yang dihadapi, dan juga memiliki pengetahuan yang luas. Selain itu mahasiswa BK memandang bahwa mereka memiliki ciri kepribadian yang berbeda dengan mahasiswa lainnya, yakni memiiki karakter dan penyesuaian emosional, serta kemandirian agar mampu bertanggungjawab, dapat mengeluarkan pendapat atau gagasan dan bertindak dengan kemampuan sendiri, meskipun dari semuanya masih ada beberapa mahasiswa yang belum dapat menunjukan perilaku tersebut. Bertolak dari hal itu hendaknya mahasiswa harus

dapat menumbuhkan konsep diri positif dan dapat menerima dirinya apa adanya jika dilihat dari berbagai segi.

Hal ini diperkuat dengan teori Strang dan Staines (dalam Burns,1993: 81) bahwa konsep diri dasar merupakan persepsi dirinya secara apa adanya seperti status, kemampuan dan perananya. Konsep diri sosial adalah apa yang diyakini individu berdasarkan bagaimana orang lain mengevaluasi dirinya, sedangkan diri ideal adalah semacam pribadi yang diharapkan oleh individu tersebut.

4.2.2 Gambaran Kemandirian mahasiswa BK Angkatan 2005 dan 2006 UNNES

Setiap individu dari hari ke hari mengalami apa yang dinamakan kedewasaan. Dari kedewasaan tersebut, tidak hanya berkembang secara lahiriah atau fisik tetapi juga menjadi pribadi yang dewasa secara emosional. Kedewasaan mengandung tanggung jawab yang akan diperoleh setiap individu. Kedewasaan individu di ukur berdasarkan bagaimana ia dapat bertanggungjawab untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Tanggungjawab merupakan salah satu aspek dari kemandirian. Secara singkat kemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk bertindak dan mengembangkan diri dengan kekuatan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bergantung pada bantuan orang lain

. Menurut Kartono (dalam Anastasia dan Nugraheni, 2008: 13) Pengertian kemandirian disini dapat diartikan sebagai Zelfstanding, yaitu kemampuan berdiri diatas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan segala macam kewajiban guna

75

memenuhi kebutuhan sendiri. Oleh sebab itu mahasiswa Bimbingan dan Konseling sebagai calon konselor diharapkan memiliki kemandirian dalam menghadapi setiap permasalahan, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan deskripasi hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Mahasiswa Bimbingan dan Konseling memiliki kemandirian dalam kategori tinggi. Hal itu tergambar jika dilihat dari aspek-aspek antara lain, mahasiswa memiliki kebebasan dalam bertindak dan merasa yakin dengan apa yang diputuskannya, yang dinilai berdasarkan bagaimana mereka merasa memiliki hak dengan apa yang bisa dilakukan, seperti melakukan apapun atas kehendak pribadi dan menentukan jalan hidup yang terbaik bagi mereka. Dari segi keuletan, dapat digambarkan bahwa masih adanya usaha untuk mengejar prestasi dan memiliki harapan yang tinggi dan berusaha mewujudkannya. Namun dalam hal kemantapan diri sebagian mahasiswa berada dalam kategori rendah, yang artinya mereka kurang dapat percaya pada kemampuannya sendiri dalam mengejar keinginannya maupun menyelesaikan permasalahan. Diluar hal tersebut, dengan kondisi yang mendukung seseorang dapat menjadi pribadi yang mandiri, yang setiap saat dalam keadaan apapun memiliki inisiatif agar mampu mengeluarkan ide-ide yang cemerlang. Sebaliknya lingkungan yang tidak mendukung seperti pendidikan dalam keluarga yang cenderung memanjakan seseorang dari kecil hingga dewasa, bahkan cara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemandirian seseorang.

Untuk itu dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi diperlukan kemandirian agar menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Monks (dalam Musdalifah, 2007: 47) yang

menyatakan bahwa kemandirian mengandung pengertian dimana mampu mengambil keputusan dan berinisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas, memiliki hasrat bersaing demi memajukan dirinya dan bertanggungjawab dengan apa yang dilakukan. 4.2.3 Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Mahasiswa

Bimbingan dan Konseling Angkatan 2005 dan 2006 UNNES

Setiap individu pastinya menginginkan menjadi manusia yang mandiri, bukan hanya yang bersifat fisik namun secara emosional. Kemandirian tidak dapat diperoleh secara instan tetapi melalui proses yang panjang, berawal dari individu sebagai seorang anak hingga menjadi dewasa. Pada dasarnya kemandirian timbul ketika seseorang merasa percaya dan mampu melakukan sesuatu yang menurutnya benar. Gea (2002: 195) menggambarkan bahwa mandiri adalah suatu suasana di mana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.

Kemandirian dapat dilihat dari setiap indikator yang diteliti berdasarkan aspek-aspek, seperti kebebasan, ulet, inisiatif, pengendalian diri dan kemantapan diri memperoleh kategori tinggi. Hal tersebut juga diperkuat oleh Monks dkk, (dalam Anastasia dan Nugraheni,2005: 11) menunjukan bahwa orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu Cronbach (dalam Anastasia dan Nugraheni,2005: 11) menyatakan orang yang memiliki perilaku mandiri dapat

77

memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, terarah pada tujuan, percaya diri dan mampu mengendalikan diri.

Kemandirian seseorang dapat teruji ketika dia mendapatkan berbagai masalah, jika individu tersebut mengetahui solusi apa yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya itu dan bertindak dengan cepat, maka dapat dikatakan individu tersebut memiliki kemandirian dalam menghadapi masalah pribadi. Apabila sebaliknya individu tersebut tidak dapat membuat keputusan sendiri dan bertanggungjawab pada tindakannya, maka belum dapat dikatakan memiliki kemandirian.

Hal yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan kemandirian adalah menumbuhkan konsep diri yang positif. Untuk itu sebagai seorang calon konselor mahasiswa Bimbingan dan Konseling memiliki pandangan yang positif tentang dirinya, sehingga dengan penilaian tersebut ia mampu berdiri sendiri, mampu mengambil keputusan dan mampu bertanggungjawab dengan keputusannya itu. Pandangan atau penilaian tersebut, dinamakan konsep diri. Lebih jelasnya lagi konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.

Seseorang yang memiliki konsep diri positif ia akan dapat menerima apapun yang ada pada dirinya, tidak memandang rendah dirinya dan selalu optimis dalam hidup. Indikasi kualitas konsep diri semacam itu juga dikemukakan oleh Burns(1993: 234) Menurutnya, jika seseorang memiliki konsep diri yang positif

berarti ia akan menilai, menghargai, merasa dan menerima keadaan dirinya secara positif. Sebaliknya seseorang yang memiliki konsep diri negatif berarti ia memiliki evaluasi diri yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri serta tiadanya penghargaan dan penerimaan terhadap diri sendiri. Dijelaskan lebih lanjut bahwa individu dengan penilaian diri yang tinggi dan perasaan harga diri yang tinggi umumnya mereka menerima keadaan dirinya, sebaliknya yang menilai dirinya secara negatif akan memiliki perasaan harga diri dan penerimaan diri yang kecil. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan individu yang memiliki konsep diri positif adalah seseorang yang mau menerima segala sesuatu yang ada pada diri sendiri dan menerima orang lain apa adanya.

Atas dasar itu dengan adanya kemandirian akan menumbuhkan pribadi konselor yang memiliki konsep diri positif, atau sebaliknya konsep diri mempengaruhi perilaku seseorang atau kemampuan seseorang dalam hal ini kemandiriannya. Selain itu kemandirian memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal antara lain kematangan fisik, kematangan psikis dan ciri-ciri kepribadian yang terdapat pada aspek: kecerdasan, emosi, motivasi minat, sikap sosial, jenis kelamin, umur dan konsep diri. Apabila dilihat dari faktor eksternal adalah tuntutan kebudayaan (nilai, harapan, pengaruh lingkungan tempat tinggal), pendidikan( termasuk pola asuh orang tua), pekerjaan( termasuk di dalamnya status ekonomi keluarga),jumlah anak dalam keluarga dan pengaruh teman sebaya.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri merupakan faktor internal dari kemandirian, sehingga dapat dikatakan ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian. Peneliti menyadari oleh karena

79

keterbatasan penelitian, penelitian ini hanya dapat mengangkat salah satu faktor, yaitu konsep diri.

Dokumen terkait