3.1 Umum
Inspeksi visual adalah merupakan bagian dari kegiatan pemantauan yang sangat penting untuk menjaga keamanan, fungsi dan umur layanan bendunqan. Secara rutin inspeksi visual perlu dilakukan pada:
tubuh bendungan, yakni lereng hulu dan hilir, puncak termasuk bendungan sadel; bangunan pelengkap dan peralatan pendukungnya, yakni pengeluaran, pelimpah; fondasi termasuk bukit tumpuan, kanan dan kiri;
daerah sekeliling waduk, yakni daerah di belakang bendungan, daerah tepian waduk.
Inspeksi visual harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih sehingga memberikan
penilaian kondisi bendungan secara akurat.
Inspeksi visual yang disertai dengan evaluasi pada catatan data hasil monitoring
instrumentasi akan mampu memberikan gambaran kondisi bendungan yang lengkap baik yang terlihat di permukaan maupun di dalam tubuh bendungan.
3.2 Hal-hal yang perlu dicatat selama inspeksi
Inspeksi visual harus mampu memberikan gambaran kondisi bendungan dan memberi tahu sedini mungkin problem yang sedang mulai berkembang. Penjelasan kondisi bendungan yang akurat dan rinci dari hasil setiap observasi pada perneriksaan akan mampu memberi gambaran perbandingan kondisi bendungan dari waktu ke waktu.
Semua hasil pembacaan dan pengukuran serta penjelasan/deskripsi detail yang diperlukan untuk memberi gambaran akurat kondisi bendungan pada saat pemeriksaan, harus dicatat dan diarsipkan dengan baik sepanjang umur bendungan. Secara garis besar informasi ini dapat dikelompokkan dalam 3 kategori:
1) Lokasi
Lokasi atau posisi setiap daerah atau kondisi yang dicu:igai atau menimbulkan tanda tanya harus digambarkan secara akurat agar dapat dilakukan evaluasi secara tepat. Seperti posisi kerusakan yang terjadi pada sepanjang puncak atau lereng bendungan, berapa meter dan titik nol yaitu titik pada pertemuan antar tubuh bendungan dan tumpuan (biasanya ditandai dengan Sta.) berapa tinggi di atas kaki bendungan, atau berapa jarak dari puncak bendungan. Hal ini juga berlaku dalam mencatat lokasi daerah atau kondisi yang menjadi tanda tanya pada bangunan pelimpah atau bangunan pengeluaran.
2) Ukuran atau luas
Perlu dicatat pula: panjang, lebar, kedalaman atau tinggi setiap daerah/bagian yang dicurigai bermasalah (daerah basah, retakan, dll).
3) Oeskripsi detail
Pencatatan juga harus mencakup semua hasil observasi atau penjelasan rinci mengenai suatu kondisi, yang mencakup antara lain:
a.
b.
Sesar debit rembesan yang keluar dari sistem drainase.
Besar debit rembesan dari suatu sumber rernbesan,
c. Wama atau kandungan sedimen di air.
d. Kedalaman atau ketebalan kemerosotan mutu pada beton.
e. f.
g.
Panjang, lebar bukaan, kedalaman dan pola retakan.
Adanya kondisi: lembab, basah, atau jenuh, pada suatu daerah
Kecukupan lapisan pelindung pada lereng
h. i.
Kecukupan sistem drainase permukaan
Apakah lereng terlihat terlalu terjal?
j. Apakah kemerosotan mutu berjalan sang at cepat atau normal?
k.
I.
Adakah perubahan kondisi pad a suatu bag ian
atau ben dung an?
Dan lain-lain
komponen
Hal-hal di atas hanya merupakan contoh yang perlu dicatat selama
pemeriksaan, namun tidak berarti hanya sebatas hal-hal tersebut atau harus
seluruhnya tercakup; pencatatan disesuaikan dengan kondisi masing-masing
bendungan.
Bila ditemukan suatu kondisi yang berubah dari saat pemeriksaan sebelumnya,
kondisi ini perlu dicatat dan difoto, diberi tanggal dan penjelasan apa yang
ditampHkan dalam foto.
3.3 Problem Yang Sering Timbul
Berbagai kondisi yang sering ditemui dalam pemeriksaan dapat menjadi pertanda
adanya suatu problem yang sedang berkembang, seperti:
- Cekungan, tonjolan lereng.
Retakan pada: timbur.an, beton, aspal, besi/baja. Retakan pada permukaan
timbunan tanah dengan panjang sampai 3 m dan lebar 1 em harus diukur
dan dicatat, sedang untuk ukuran yang lebih besar harus dipantau.
Pergeseran atau longsoran (di bendungan, tumpuan, tebing sekeliling
waduk).
Rembesan yang terkonsentrasi pada suatu tempat atau bocoran.
Oaerah yang basah atau jenuh air.
Lubang drainase tersumbat, debitnya berlebihan, atau airnya keruh.
- Bocoran pada bidang pertemuan antara timbunan dan tumpuan.
Riprap yang tersingkap atau longsor.
- Lubang atau retakan pada beton pelindung lereng hulu.
Rongga di bawah beton pelindung lereng hulu (dapat diperiksa dengan
diketuk-ketuk).
- Kemerosotan mutu pada beton pelindung lereng hulu, pelimpah, bangunan
pengeluaran dan konstruksi beton yang lain.
Retak, lubang, kemerosotan mutu pada konstruksi baja.
- OIl.
3.4 Tata Cara Inspeksi
Agar catatan pemeriksaan konsisten dan pemeriksaan memperoleh hasil yang
?
a. Jangkauan pandang
Pemeriksaan selama inspeksi harus mencakup seluruh bagian bendungan,
dilakukan dengan berjalan kaki pada sepanjang dan selurun areal bendungan, berulang kali sesuai kebutuhan. Setiap orang. umumnya mampu mengamati obyek dengan jelas sejauh jangkauan pandang
3
sampai 30 meter pada semua arah tergantung pada bentuk atau penutup permukaan, jenis material pada permukaan, misat rumput, beton, riprap atau sernak-sernak._. _...-
/"-
//
/"/
JARAK PANDANG
Untuk dapat melihat seluruh permukaan bendungan, dilakukan dengan berjalan kaki sepanjang permukaan bendunqan,
L!NTASAN BERURUTAN
Liputan pandangan yang mernadat dapat dicapai deuqan mel HJ9ulldkan sebuah jalur parelel atau zig
zag. 4' \ I \ I
\ a. / ~ &,
''H' , .M
------~
-LERENG HILIR LERENG HIUR
JALUR LIPUTAN
GAMBAR 9 - JANGKAUAN PANDANG DAN LlNTASAN JALAN INSPEKSI PADA LERENG HILIR SECARA SEJAJAR DAN ZIG ZAG5
5 Sumber: Dam Safety Manual. State Engineer's Office. State of Colorado-June1983, dengan modifikasi.
b. Berhenti dan mengamati
Pada tempat-tempat tertentu di lereng bendungan petugas inspeksi hendaknya
berhenti dan mefakukan pengamatan
daerah
sekelilingnya dengan sudut pandang 360 derajat untuk merneriksa kondisi lapangan tanpa ada bagian bagian penting pada lereng yang terlewatkan.C. Urutan
Urutan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan tergantung pada tata letak
bendungan dan bangunan pelengkapnya. Pada umumnya agar pelaksanaan
pemeriksaan membawa hasil yang maksimal, pemeriksaan dilakukan dengan urutan sebagaiberikut:
Lereng hulu
Puncak bendungan
Lereng hilir
Pengamatanrembesan
Bangunanpengeluaran
Bangunanpelimpah Tepian waduk
3.5 Format dan penyimpanan laporan
Semua laporan pemeriksaan harus disrmpan dengan tertib. Laporan harus disimpan bersama dengan foto-foto selama pemeriksaan yang dilengkapi dengan tanggal dan penjelasan masing-masingfoto. Hasil pemeriksaan dicatat dalam format yang baku.
Contoh format pemeriksaandapat dilihat pada lampiran.
Dua hal penting yang tidak boleh terlupakan untuk ciicatat selarna pemeriksaan adalah:
Elevasi muka air waduk
Kondisi cuaca yang berpengaruhpada pengamatan,khususnya hujan yang baru turun.
Hal lain yang juga harus dicatat adalah setiap pengukurandan pengamataninstrumen
yang dilakukan selama pemeriksaan, hendaknya dicatat dalam format yang biasa
digunakandan dimasukkan dalam laporan pemeriksaan.Hasil inspeksi harus segera dilaporkan ke atasan atau enjiner, agar dapat segera dilakukan evaluasi dan tindak lanjut yang paling tepat.
3.6 Evaluasi hasil pemeriksaan
Evaluasi hasil pemeriksaan adalah merupakan tugas enjineer. Dalarn melakukan
evaluasi hasil pemeriksaan, laporan-Iaporanpemeriksaan terdahulu perlu dipelajari lebih dulu kemudian dihandingkan dengan hasil pemeriksaan terakhir. Data hasil pengamatan dan pengukuran yang teliti akan mampu memberi peringatan adanya perubahan-perubahankecil pada polaltrend dari hasil pengamatan dan pengukuran,
sehingga pengelola bendungan akan tahu adanya potensi problem pada bendungannya,sebelum kondisi ini menjadiancamanyang nyata.
Segera setelah pemeriksaan dilakukan hasil perrieriksaan agar dibandingkan dengan catatan/data pengamatan sebelumnya untuk melihat kemungkinan adanya perubahan pada bacaan atau pola/frend Perubahan ini mungkin merupakan pertanda adanya problem yang sedang berkembang. Bila ditemukan adanya perubahan yang
mencoiok, gambar desain perlu dipelajari dengan seksama untuk melihat
kemungkinan sebab-sebabnya. Perubahan-perubahan atau trend yang menimbulkan tanda tanya, hendaknyadicatat pula, tidak disembunyikan.Penjelasanrinci mengenai evaluasi hasil pemeriksaan, dapat dilihat pada acuan normatif no 3 : "Pedoman lnspeksidan EvaluasiKeamananBendungan".
3.7 Persiapan pemeriksaan/inspeksi
Sebelum pemeriksaan dilakukan, tim pemeriksa perlu melakukan persiapan persiapanberikut:
(1) Pelajari iaporan perneriksaansebelumnya agar diketahui daerah-daerahyang perlu perhatiankhusus.
(2) Apabila tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan adalah untuk mengevaluasi kondisi yang menimbulkan tanda tanya yang ditemukan pada pemeriksaan sebelumnya, maka gambar desain dan qambar konstruksi harus dipelajari dengan seksama ur.tuk mengetahui kemungkinan adanya penjelasan yang berkaitandengan kondisitersebut.
(3) Siapkan peralatan-peralatanpemeriksaan termasuk daftar simak dan format isian yang diperlukan.
(4) Lakukan pertemuan dengan semua anggota tim inspeksi untuk pengaturan
pelaksanaaninspeksi
(5) Bila diperlukan penutupan pintu sadap atau pintu pengeluaran yang lain,
lakukan koordinasidengan pihak terkait.
(6) 8ila mungkin, hendaknya pelaksanaan pemeriksaan dipilih pada hari yang cerah.
3.8 Peralatan pemeriksaanlinspeksi
Peralatan-peralatanyang digunakanpada saat melakukaninspeksiantara lain:
(1) Daftar Simak dan format isian pemeriksaan - sebagai pengingat untuk memeriksasemua kondisiyang penting.
(2) Buku Catatan dan Pensil - untuk menulis/mencatathasil pengamatan
(3) Tape Kecil- untuk merekamhasil pengamatandi lapangan.
(4) Kamera - untuk mengambilgambar foto kondisi pengamatandi
lapangan,agar dapat rnernbandinqkanantara kondisi sebelumnyadan kondisi sekarang.
(5) Hand l.eve! - untuk mengetahuilokasi, tinggi urugan dan kemiringanlereng. (6) Alat Duga (Probe) - untuk mengetahuiapakah suatu daerahjenuh atau hanya
lembab saja, dengan mengamatikelembabanyang muncul di permukaanalat
tersebut.
(7) Helm - untuk dipakai ketika meme
riksabanqunan-banqunanpengeluaranyang besar dan bekerja di daerah konstruksi.
(8) Pita Ukur - untuk pengukuranyang akurat.
(9) Senter - untuk memeriksa bagian dalam dari bangunan pengeluaran pada
bendungan kecil tanpa harus merangkak mas uk.
(10) Sekop - digunakan untuk membersihkan drainase terjunan, membuang
sampah/debris, menempatkan titik-titik pemantauan serta membunuh ular dan
binatang pengerat.
(11) Palu - untuk memeriksa riprap atau beton. Harus dilakukan denqan hati-hati
agar tidak menyebabkan kerusakan.
(12) Tongkat - untuk memperkirakan kondisi material pendukung di belakang
permukaan beton atau aspaJ dari bendungan dengan pengetukan pada
permukaan lapis pelindung material, yang akan menghasilkan bunyi tertentu
jika terdapat rongga atau lubang di dalamnya, serta digunakan juga sebagai
alat bantu jalan pada lereng yang terjal dan ficin.
(13) Teropong - berguna untuk memeriksa bagian yang jauh/sulit dijangkau, lokasinya susah didekati.
(14) Ember dan Pencatat Waktu - untuk mengukur aliran bocoran dengan akurat.
Aliran rem be san akan mengisi ember sehingga memudahkan pemeriksa untuk
menghitung debit aliran per detik. Ukuran ember bermacam-macam tergantung
pada debit alirannya.
(15) Batang dan Pita Pembatas- untuk memberi tanda dan batas daerah retakan
dan daerah basah.
(16) Sepatu Boot Kedap Air - digunakan pada saat pemeriksaan daerah-daerah di
I
I
(17) Penangkal Serangga - untuk menangkal gigitan serangga.(18) Peralatan Penangkal Ular - digunakan di daerah yang banyak ularmelata'dan
ular berbisa. ". .
(19) Motor Boat dan Pelampung - untuk memeriksa daerah sekeliling waduk.
(20) Sepeda dan Sepeda Motor - untuk melakukan pemeriksaan di darat.
3.9 Saat-saat pentinq untuk inspeksi
(1) Saat diperkirakan akan turun hujan badai: periksa pelimpah, saluran
pengeluaran dan riprap.
(2)
(3)
(4)
(5)
Selarna atau sesudah hujan badai: periksa pelimpah, saluran pengeluaran dan
riprap.
Angin topan: periksa i<inerja riprap selama maupun sesudah angin topan.
Gempa bumi: segera setelah terjadi gempa lakukan pemeriksaan menyeluruh
paling tidak dilakukan dengan frekuensi setiap minggu sekali selama jangka
waktu enam minggu.
Pengisian pertama; pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa kinerja
bendungan, bang un an pelengkap dan fondasinya telah sesuai dengan asumsi
asumsi dalam desain.
3.10 Frekuensi Pemeriksaan/lnspeksi Visual
Pemeriksaan visual yang dilakukan oleh petugas O&P bendungan bervariasi dari
pemeriksaan harian, mingguan, bulanan, dan seterusnya, berdasarkan:
tingkat klas bahaya bendungan
kondisi bendungan
fase/tahap bendungan
25
....·
!1---..,...."...·..~- ..-- ·..
-·7-.."_"""' .,.""",_-...--~'- -· ..·-··,,,.,... ·-_.---:.- .., - _ _ _ ..". _- : -.: ._. " .._ _ --. . .,. _"._.. I I..c:
obyek yang diperiksa, dan unsur yang diperiksa
Bendungan dengar. dengan klas bahaya tinggi umunmya perlu pemeriksaan visual
dengan selang waktu yang lebih pendek dibanding bendungan dengan klas bahaya
yang lebih rendah. Demikian pula bendungan denqan kondisi kurang baik; bendungan dalam tahap pengisian awal, bendungan yang tidak memilii-<i instrumentasi yang cukup, pemeriksaan visual perlu dilakukan dengan selang waktu yang lebih pendek atau dengan frekuensi yang lebih tinggi.
Bagi bendungan yang belum pemah diperiksa atau tidak diperiksa secara teratur,
untuk menilai kondisi dan kinerja bendungan, harus dilak.ukan pemeriksaan secara
teliti sekurang-kurangnya satu tahun sekali, tapi akan lebih baik bila dilaksanakan setahun dua kali yaitu saat muka air tinggi dan saat rnuka air terendah. Pada saat
muka air tinggi, kita dapat mengetahui perilaku bendungan pada saat kondisi beban hidrostatik yang tinggi, sedang pada saat air rendah dapat dilakukan pemeriksaan
pad a bag ian-bag ian yang blasanya terendam, seperti lereng hulu bendungan dan lain sebagainya. Selanjutnya hasil pemeriksaan saat rnuka air tinggi dan saat muka air rendah, dirangkum dalam satu laporan evaluasi tahunan.
Secara umum frekuensi minimal untuk pemeriksaan, dapat dilihat pada Bab II Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Maret 2003.
Frekuensi minimal untuk inspeksi visual bendungan dengan kondisi normal, pada tahap operasi dan pemeliharaan atau setelah tahap penqisian awal, disajikan pada label 1 6 berikut.
TABEL 1 - FREKUENSI MINIMAL UNTUK INSPEKSI VISUAL
:J :J I::
I
~ : OJ
'"
'E .
a OJI
27 OJ OJ r:: I:: I:: r:: OJ J::-
..c: :J :J r:: :J 'E .c :::l .0 ~. ..
.s
.c: ~I
.... ('01 <II ('01,., ... ...
<11 <IIFREKUENSIINSPEKSI <lI a. c, a. a. a. a.
a. <'II >< ... <'II >< e->< "'f (") >< X ('oj ... (/) G." Puncak bendungan X
I
Lereng bendungan _ hilir X _ hulu XKontak dengan fondasi
x "
Daerah hilir bendunQan._---- ~-
-_ Tepian waduk ._----- )-~- ... X 3)
I
Galen pengontrol (Inspection Gallery) 1lorong inspeksi X I
- SuGalermui radn rainase Ilorong drainasi ~~
--
X XI
<,
Bangunan pelimpah ._ ,-- --.- ...
_-_
..- ..- pengecekan visual (termasuk saluran luncur dan terowong) X 4)
_pengecekan fungsi, saat kering
x "
_pengecekan fungsi, saat basah X 2)
Bangunan pengeluaran bawah
- pengecekan visual (termasuk terowong)
I
X_ pengecekan fungsi. saat kering
I
X- pengecekan fungsi, saat basah
Peralatan generator darurat
X 2)
- pengecekanvisual
I
X- pengecekan fungsi X
Instrumentasi
x
Jaringan titik tetap X
Telekornunikasi X
Instalasi tindakan darurat
- pengecekan visual X
- telpan X
- sistem tanpa kabel X
1
- pengecekan fungsi X5)
Keterangan :
1) saat elevasi air waduk rendah
2) saat elevasi air waduk tinggi
3) saat elevasi air waduk agak tinggi
4) saat musim kemarau (vegetasi)
,
,
BAB IV REMBESAN
4.1 Umum
Pemeriksaan yang rutin dilakukan pada bendungan akan dapat mengenali setiap perubahan yang terjadi yang mungkin merupakan pertanda adanya problem pada
bendungan. Pengamatan rinci yang dilakukan selama pemeriksaan terhadap lokasi,
luas dan besamya rernbesan yang muncul di perrnukaan dapat memberi informasi
perilaku dan kondisi bendungan. Dengan interpretasi terhadap pol a rernbesan,
pengelola bendungan dapat mengenali berbagai potensi problem sebelum berkembang menjadi ancaman terhadap keamanan bendungan. Setiap lokasi
l. rembesan harus dikenali dan terus menerus dipantau. Hasil pemantauan luas daerah
rembesan dan debitnya harus disirnpan dengan tertib.
4.2 Hal-hal yang perlu perhatian khusus
Semua rembesan yang muncul di dekat benounqan.' baik yang berasal dari waduk
maupun dari luar wad uk, apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat berkembang menjadi ancaman bagi keamanan bendungan. Semua rembesan tersebut harus selalu dipantau, dan mendapatkan perhatian yang khusus apabila ditemui hal-hal
sebagai berikut :
a. Rembesan yang berlebihan, dapat membahayakan bendunqan dengan cara:
Kecepatan rembesan yang tinggi lewat tubuh bendungan, dapat menimbulkan erosi yang progresif/sangat aktif pada material timbunan, yang
kemudian rnenyebabkan runtuhnya bendungan.
Daerah jenuh pad a tubuh bendungan atau tumpuan, dapat bergerak dalam
bentuk longsoran yang besar yang kemudian menyebabkan runtuhnya b.
bendungan.
Munculnya rembesan baru.
c. Peru bah an debit yang mencolok, atau perubahan warna rembesan yang
menunjukkan tingkat kekeruhan.
4.3 Cara inspeksi
Pencarian: Rembesan dapat terjadi tanpa terlihat oleh petugas O&P, untuk itu perlu dilakukan pencarian secara intensif pada seluruh daerah hilir bendungan, dimana rembesan dapat muncuL Terkadang pada daerah tertutup rumput pendekpun, rembesan tidak terlihat dan untuk menemukannya, daerah tersebut harus dijalani. Pemeriksaan atau penyelidikan: Kegiatan ini dapat membantu mengenali batas
batas daerah yang jenuh, tingkat kebasahan atau kejenuhan, dan kedalaman
permukaan yang jenuh.
Perbedaan tumbuhan: Tanaman yang tumbuh di daerah lembab, sering jenisnya