• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konseptual Pelayanan Publik

Dalam dokumen Implementasi UU No.9 Tahun 1995 Tentang (Halaman 33-38)

E. Pelayanan Publik 1 Pengertian

3. Konseptual Pelayanan Publik

Esensi pelayanan publik adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan orang lain sehingga orang tersebut merasa puas. Puas atau satisfaction, dalam bahasa latin terdiri dari istilah satis (cukup) dan facere (melakukan/ membuat sesuatu). Maka dapat dirumuskan bahwa melayani berarti memberikan sesuatu yang ”memuaskan” dari produk barang atau jasa yang sanggup membuat kriteria ”cukup”.

Kecukupan bagi satu orang dengan orang lainnya tentunya tidaklah sama. Padahal yang dilayani aparatur pemerintahan adalah publik, yang terdiri dari beragam orang. Oleh karena itu, lembaga pemerintah harus menyediakan orang-orang yang memang mumpuni dalam ikhwal melayani kebutuhan publik.

Dalam lembaga pemerintahan telah ditetapkan standart minimal dari sebuah pelayanan publik, seperti diantaranya: prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan, kedisiplinan petugas,

tanggung jawab petugas, kemampuan petugas, kecepatan pelayanan, dan keadilan mendapat pelayanan.

Standart apapun yang ditetapkan, maka kunci penting dalam pelayanan adalah diorientasikan pada kebutuhan klien/ publik. Rumitnya, lembaga pemerintahan acapkali ”diikat” oleh seperangkat aturan yang ketat, sehingga kurang memberikan ruang kreasi bagi aparatur. Ini berbeda dengan pengalaman dalam dunia swasta/ non-pemerintahan yang memiliki keleluasaan dalam mengkreasi sistem pelayanan.

Dalam konteks yang dilingkupi aturan ketat dan dengan tuntutan publik memang harus diakui tak mudah bagi aparatur melaksanakan tugas pelayanan kepada publik. Tetapi apapaun alasannya, pelayanan publik yang bagus menjadi sesuatu yang harus dilakukan (keniscayaan), karena memang sudah disuratkan dalam peraturan yang mengikat. Pelayanan bagus harus dilaksanakan, karena memang aparatur diangkat dengan tugas untuk melayani. Maka itu paradigma berpikir aparat pemerintah menjadi ”kunci” penting untuk memepercepat terwujudnya pelayanan yang bagus/ prima.

Prinsip pelayanan yang dikembangkan lembaga pemerintahan, bagaimanapun juga tidak sama persis dengan lembaga non-pemerintah. Catatan berikut semoga dapat menjadi rujukan bagi aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas pelayanan publik: (1) Berorientasi pada kepentingan publik (2) Melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur berlaku (3) Menguasai ”product knowledge” / jenis tugas dan fungsi lembaga dimana aparatur bekerja (4) Mengembangkan pola komunikasi efektif kepada klien

(5) Menyediakan fasilitas pelayanan yang memberikan kenyamanan

Akhirnya, yang paling mendasar dalam proses menuju pelayanan publik yang bagus adalah merubah orientasi berpikir: dari aparatur yang bertindak sebagai penguasa menjadi aparatur yang bertindak sebagai pelayan F. Pelayanan Perkreditan

1. Pelayanan

Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pelayanan adalah menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain seperti tamu atau pembeli. Menurut Kotler (1994), pelayanan adalah aktivitas atau hasil yang dapat ditawarkan oleh sebuah lembaga kepada pihak lain yang biasanya tidak kasat mata, dan hasilnya tidak dapat dimiliki oleh pihak lain tersebut. Hadipranata (1980) berpendapat bahwa, pelayanan adalah aktivitas tambahan di luar tugas pokok (job description) yang diberikan kepada konsumen-pelanggan, nasabah, dan sebagainya-serta dirasakan baik sebagai penghargaan maupun penghormatan.

Kep. MenPan No. 81/93 mengatakan bahwa pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah, BUMN/BUMD dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu, dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang, atau jasa.

“Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.” (Suyatno dkk, 2007:13).

“Definisi kredit menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2001 mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.” (Fahmi dan Hadi, 2010:3).

Unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan

Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

b. Waktu

kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk (tingkat risiko)

Yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan, maka semakin tinggi pula risikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi

Prestasi tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan pada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uang lah yang sering kita jumpai dalam praktik perkreditan. (Suyatno dkk, 2007:14).

Berdasarkan hal tersebut di atas bahwa pelayanan perkreditan adalah adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah, BUMN/BUMD dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pemberian kredit.

G. Hubungan Program Pemberian Dana Usaha Terhadap Peningkatan

Dalam dokumen Implementasi UU No.9 Tahun 1995 Tentang (Halaman 33-38)

Dokumen terkait