• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsistensi Tujuan Hukum Dalam UU Yayasan Salah satu prinsip dalam pembentukan UU

C. Undang-Undang Yayasan Dalam Sistem Hukum Nasional

3. Konsistensi Tujuan Hukum Dalam UU Yayasan Salah satu prinsip dalam pembentukan UU

adalah asas kejelasan tujuan59, yaitu setiap pem-

bentukan peraturan per-UU-an harus memunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. Hal ini dimaksudkan agar rumusan-rumusan norma

59 Pasal 5 huruf a UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

91

hukum dalam peraturan per-UU-an dapat dipa- hami dan dilaksanakan persis seperti yang di- maksudkan oleh pembuat UU.

Tujuan tersebut biasanya tercermin pada

konsideran60 sebagai jawaban atas pertanyaan

mengapa sebuah UU perlu dibuat. Secara tersi- rat, ia merefleksikan lima landasan ideal pembu- atan sebuah UU, yaitu landasan filosofi, sosiolo- gis, politis, yuridis, dan landasan adminis-trastif. Dalam sebuah UU yang baik, empat yang disebut pertama (landasan filosofi, sosiologis, politis, dan yuridis) merupakan landasan mutlak ada dan dikemukakan secara eksplisit. Landasan yang disebut terakhir (landasan administrasi) bersifat fakultatif. Keempat landasan itulah yang kemu- dian dijabarkan secara operasional menjadi per- aturan dalam pasal-pasal UU.

Jimly Asshiddiqie61 menyatakan bahwa lan-

dasan filosofis merupakan landasan norma hu- kum yang merupakan cita-cita luhur yang diidealkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Beliau menyebutnya sebagai cermin cita-cita kolektif masyarakat tentang nilai-nilai luhur dan filosofis yang hendak diwujudkan da-

60 Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, Rajawali Pers, Cet

ke-2 September 2011, hal 117

92

lam kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan UU.

Landasan sosiologis merupakan cerminan ten- tang tuntutan kebutuhan nyata dalam masyara- kat akan norma hukum yang sesuai dengan kebutuhan nyata tersebut. Landasan politis mencerminkan rujukan konstitusi sebagai sum- ber kebijakan pokok atau sumber politik hukum yang melandasi pembentukan UU. Di sini UU dipandang sebagai media untuk menyalurkan kebijakan operasional yang bersumber dari ide- ide, cita-cita, dan kebijakan politik yang terkan- dung dalam konstitusi. Sedangkan landasan yuridis adalah konstitusi, UUD 1945, hukum dasar, yang dijadikan rujukan UU yang dibentuk tersebut.

Menurut teori pembentukan undang-undang, landasan filosofi, sosiologis, dan politis perlu dinyatakan secara eksplisit dalam konsideran menimbang. Fungsinya ialah sebagai jawaban dasar atas pertanyaan mengapa sebuah UU perlu dibentuk sekaligus menjadi patokan dasar dalam perumusan ketentuan atau peraturan yang ada pada pasal demi pasal. Dalam kenyataannya, UUY tidak begitu. Dasar pertimbangan UUY melulu aspek politis, sosial, dan yuridis sebaga- imana terpapar di bawah.

93

“a. bahwa pendirian yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat, karena belum ada peratur- an perundang-undangan yang mengatur ten- tang yayasan; b. Bahwa yayasan di Indonesia telah berkembang dengan berbagai kegiatan, maksud, dan tujuan; c. Bahwa berdasarkan perimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, serta untuk menjamin kepas- tian dan ketertiban hukum agar yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuan- nya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat, perlu mem-

bentuk undang-undang tentang yayasan.”

Bila dicermati, konsideran di atas cenderung hanya memberi jawaban politis, sosial, dan yuri- dis atas pertanyaan mengapa UUY perlu diben- tuk. Hal ini dapat dijelaskan pada telaah rumus- an-rumusan konsideran UU No. 16 Tahun 2001 berikut.

Pertama, pembentukan yayasan menurut konsideran a didasarkan pada dua pertimbangan (1) yayasan-yayasan yang didirikan sebelumnya hanya didasarkan pada kebiasaan; (2) belum ada peraturan per-UU-an. Kedua alasan ini mengarah pada pengambilan kebijakan. Dalam ilmu per- UU-an alasan semacam itu disebut alasan politis. Kedua, alasan pada konsideran b ialah bah- wa yayasan di Indonesia telah berkembang pesat dengan berbagai kegiatan, maksud, dan tujuan.

94

Asumsi di belakang alasan ini adalah kegiatan yang dilakukan yayasan yang didasarkan pada kebiasaan itu banyak yang menyimpang. Untuk mencegah hal itu di masa yang akan datang maka perlu dibuat UUY. Alasan dibuatnya UUY untuk mengendalikan pertumbuhan yayasan merupakan alasan politis.

Ketiga, alasan pada konsideran c, ialah selain a dan b, juga menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip ke- terbukaan dan akuntabilitas, maka alasan pem- bentukan UUY dianggap cukup. Untuk melengka- pi konsideran a dan b, alasan bagian c merupa- kan penegasan alasan yuridis.

Dengan tidak dicantumkannya landasan filo- sofi, secara teoritis menunjukkan ketiadaan kon- sistensi pembuat UUY dalam menegakkan supre- masi hukum yang didasarkan pada norma fundamental negara, Pancasila. Hal ini tercermin pada pasal-pasal dalam UUY, antara lain dapat diketahui dengan tidak adanya penggolong-go- longan yayasan berdasarkan latar belakang dan motivasi pendirian, bentuk, dan sasaran kegiat- an.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa UUY belum mampu memosisikan diri sebagai salah

95

satu wadah untuk mewujudkan tujuan hukum berdasarkan amanat konstitusi dan filosofi bang- sa. Apa yang ditonjolkan dalam UUY terbatas pada aspek ketertiban dan kepastian hukum. Konsekuensinya ialah yayasan yang tidak meme- nuhi ketentuan-ketentuan UUY, termasuk keten- tuan peralihan pada Pasal 71, dapat saja dibe- rikan sanksi berdasarkan ketentuan Pasal 71 ayat (4), tetapi sanksi tersebut cenderung hanya menghasilkan nilai ketertiban dan kepastian hukum. Nilai keadilan dan kemanfaatan atau keadaan damai sejahtera sebagai tujuan hukum yang sesungguhnya malahan terabaikan. Pembe- rian sanksi seperti itu mengarah pada penger- dilan makna penegakan hukum menjadi sekedar penegakan undang-undang. Hal ini, tentu tidak dapat dibenarkan dalam hukum Indonesia, karena tindakan itu memosisikan masyarakat sebagai sekedar objek hukum.

Hal tersebut akan memengaruhi keseluruhan ketentuan dalam UUY. Jika dikaitkan dengan eksekusi ketentuan peralihan bagi yayasan yang telah berdiri sebelum UUY, maka eksekusi tersebut tidak memiliki urgensi sebagai upaya mencapai tujuan hukum dalam UUY. Eksekusi secara paksa tanpa melihat yayasan kasus perkasus, akan mencederai cita hukum nasional.