• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran-saran

1. Upaya pembertantasan terorime merupakan usaha yang harus di dukung oleh semua pihak termasuk masyarakat. Kritik dan evaluasi terhadap kinerja aparat penegak hukum merupakan hal yang wajar. Namun, akan lebih baik bahwa Kompas.com dalam pemberitaannya tidak terlalu menyudutkan Densus 88 dengan memperhatikan capaian hasil Densus selama ini. Kritik dan saran yang membangun akan lebih baik.

2. Hendaklah dalam pemberitaannya Kompas.com harus tetap menyajikan nilai-nilai yang objektif, dengan tidak hanya menonjolkan salah satu fakta saja, tetapi juga memberikan berita yang berimbang. Seperti memintai juga pendapat kepolisian. Hal ini bertujuan supaya berita yang ditampilkan tidak terkesan profokatif dan malah menimbulkan polemik di masyarakat.

Bungin, Burhan.Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2011. Bungin, Burhan.Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana, 2013.

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, ideologi dan politik media. Yogjakarta: LKIS, 2005.

Eriyanto, dkk.Politik Media Mengemas Berita. Yogjakarta: LKIS, 1999.

Gunawan, Iman. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2005.

Nasrullah, Rulli, dan Suhaemi. Bahasa Jurnalistik. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Nurhadi, Zikri Fachrul. Teori-Teori Komunikasi dalam pespektif penelitian kualitatif.Bogor: Ghalia, 2015.

Pohan, Rusdi.Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Lanarka, 2007. Septiawan, Santana K. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2005.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012. Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik. Bandung: nuansa, 2010.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitafit, kualitatif dan tindakan. Bandung: Refika, 2014.

Suryawati, Indah. Jurnalistik: Suatu pengantar teori dan praktik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Tamburaka, Apriadi. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002.

Taufik Abdullah, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi).Ciputat: CeQDA, 2007.

Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Sumber Lain:

http://kbbi.web.id/berita. Diakses pada 20 Agustus 2016 Pukul 20:30 WIB.

http://inside.kompas.com/about-us

http://www.kompasgramedia.com/about-kg/history.

LAMPIRAN

Tabel 01

Analisis Sintaksis Berita 1

Struktur Unit Teks Keterangan

Sintaksis Headline Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono

Judul Lead Kematian Siyono, terduga teroris asal

Klaten, Jawa Tengah, hingga saat ini masih menimbulkan tanda tanya. Kepolisian berbeda pendapat dengan Muhammadiyah dan Komnas Hak Asasi Manusia. Tiap pihak memiliki versinya , masing-masing , mengenai penyebab utama kematian Siyono.

Lead

Latar Hasil otopsi ulang Siyono yang berbeda dengan rilis Polri terkait penyebab tewasnya Siyono

Paragraf 2

Kutipan “Ada patah tulang iga bagian kiri, ada lima ke bagian dalam. Luka patah sebelah kana nada satu, ke luar,” ujar Siane

“Tidak ada perlawanan dari Siyono. Tidak ada luka defensif,” ujarnya “Apakah itu tertidur atau menyender di tembok, kami tidak tahu. Jadi, dilakukan di posisi yang ada bantalan,” kata Siane

“ Penyebab kematian adalah terjadi pendarahan di belakang kepala akibat benturan benda tumpul,” ujar Arthur “ Pemeriksaan walaupun tanpa otopsi, kita dapat menentukan penyebab kematiannya. Akibat perdarahan kepala belakang,” Ujar Arthur

“Yak karena selama ini penegak hukum juga amburadul. Sekadar menunjukkan kepuasan kelompok tertentu,” kata haris

“Kebetulan saya diundang di RDP.

Paragraf 5 Paragraf 9 Paragraf 11 Paragraf 18 Paragraf 22 Paragraf 28 Paragraf 33

Dhanil

Sumber Siane Indriani (Komisione Komnas HAM), Brigjen (pol) Arthut Tampi (Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri), Haris Azhar ( Koordinator Kontras), Dahnil Anzhar ( ketum PP Muhammadiyah)

Pernyataa n

Berdasarkan otopsi, Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengatakan, kematian Siyono diakibatkan benda tumpul yang dibenturkan ke rongga bagian dada Menurut penuturannya, tulanh dada Siyono juga dalam kondisi patah dan ke arah jantung. Luka itu yang menyebabkan kematian fatal dan disebut sebagai titik kematian Siyono Siane pun mengungkapkan bahwa ada luka di bagian kepala dan disebabkan oleh benturan. Namun, hal tersebut bukan menjadi penyebab utama kematian dan tidak menimbulkan pendarahan yang terlalu hebat

Dari seluruh rangkaian otopsi, lanjut Siane, tidak terdapat adanya perlawanan yang dilakukan Siyono. Ini berdasarkan luka-luka yang diteliti Selain itu hasil otopsi menunjukkan adanya indikasi memar pada bagian belakang tubuh. Siane menuturkan , ada analisis bahwa tindak kekerasan dilakukan dalam kondisi tubuh bersandar, dan ditemukan adanya kerusakan jaringan pada bagian tersebut

Mengenai tewasnya Siyono, Polri menjelaskan bahwa mulanya Siyon memukul polisi yang hanya sendirian mengawal di mobil saat penangkapan.

Paragraf 4 Paragraf 6 Paragraf 7 Paragraf 8 Paragraf 10 Paragraf 14

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan menegaskan bahwa meninggalnya Siyono murni akibat kecelakaan karena adanya perlawanan, bukan sengaja melakukan pengniayaan

Selain itu, kata Arthur, ada pula kan luka memar di daerah wajah, tangan, dan kaki Siyono. Penyebab luka tersebut karena terjadi perkelahian antar petuga Polisi yang membawanya menuju bungker penyimpanan senjata Menanggapi proses otopsi yang dilakuka Muhammadiyah dan Komnas HAM, Arthur Tampi menilai bahwa sebenarnya itu tak perlu dilakukan Lagipula, menurut Arthur, telambat untuk mengotopsi Siyono karena kondisi jenazahnya tak lagi utuh. Bahkan, jaringan otak pun sudah membusuk sejak tiga hingga lima hari setelah dimakamkan

Kooridnatir Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar menyebut otopsi yang dilakukan PP Muhammadiyah dan Komnas HAM sebagai langkah yang professional dan bermartabat untuk memberantas terorisme

Kasus ini, menurut Haris, dapat dijadikan cermin bagi semua pihak bahwa regulasi terkait pemberantasan terorisme perlu dievaluasi lebih lanjut Sementara itu, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menuturkan, kesimpulan final hasil otopsi tersebut nantinya akan dibawa ke DPR pada

Paragraf 17 Paragraf 19 Paragraf 21 Paragraf 23 Paragraf 26 Paragraf 29 Paragraf 31

Penutup Ia Berharap hasil otopsi yang diserahkan bisa menjadi bahan evaluasi di DPR berkaitan dengan upaya pemberantasan terorisme oleh Densus 88

Paragraf 33

Lampiran 2:

Analisis Sintaksis Berita 2 edisi 12 April 2016 (Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono).

Tabel 02

Analisis Sintaksis Berita 2

Struktur Unit Teks Keterangan

Sintaksis Headline Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono Judul Lead Anggota Komisi III DPR Dwi Ria

Latifah, meminta polri transparan dalam mengungkap kasus kematian terduga teroris siyono. Sebab, ada dugaan penganiayaan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri ketika memeriksa Siyono

Lead

Latar Dalam Perkembangan kasus tewasnya Siyono oleh Densus 88, Divisi Propam Polri telah memeriksa anggota Densus yang mengawal Siyono dan mendapatkan hasil bahwa ada sejumlah prosedur yang tidak dipenuhi oleh petugas yang mengawal.

Paragraf 2

Kutipan “Kalau betul terjadi suatu pelanggaran hukum, bukan hanya pelanggaran prosedur, tidak boleh ini ditutupi. Kalau oknum ini bersalah, tindak secara transparan,” kata Dwi.

“Tapi, pasca itu kita harus evaluasi. Jangan karena dianggap sukses, kita lupa bahwa bukan begitu kemudian menganggap seolah kita melakukan sesuatu yang terbaik, kemudian apapun bias dilakukan demi

Paragraf 3

Lampiran 3:

Analisis Sintaksis Berita 3 edisi 13 April 2016 (Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar).

Tabel 09

Analisis Sintaksis Berita 3

Struktur Unit Teks Keterangan

Sintaksis Headline Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar

Judul Lead Tim pembela kemanusiaan yang

dibentuk oleh PP Muhammadiyah menilai hasil pemeriksaan polisi terkait penyebab kematian Siyono tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pasalnya, polisi hanya sebatas melakukan pemeriksaan luar dan tak sesuai standar otopsi.

Lead

Latar hasil rilis polri yang hanya

mengandalkan pemeriksaan fisik tanpa otopsi terkait penyebab tewasnya Siyono.

Kutipan “ Saya sempat menanyakan kepada Paragraf 2 “Karena yang rusak nanti adalah

institusi Polri sendiri, yang rusak juga institusi Densus. Jangan gali lubang tutup lubang untuk citra Densus,” ucap dia.

Paragraf 8

Sumber Anggota Komisi III DPR Dwi Ria Latifah

Lead Pernyataan Menurut dia, kasus tewasnya Siyono

telah merusak nama baik Densus 88 yang sedang naik daun pasca serngan teroris di kawasan Sarinah beberapa waktu lalu

Paragraf 4

Penutup Transparansi pengungkapan kasus Siyono, lanjut politisi PDI Perjuangan itu, perlu dilakukan untuk menjaga marwah Densus 88. Ia berharap, Polri tidak menutupi kesalahan yang dilakukan anggotanya

“Jawabannya bukan otopsi dan di bawah standar,” lanjutnya

“hanya men-scandari luar lalu disimpulkan. Hasil scan-nya dikirimkan ke keluarga sebagai penyebab kematian. Menurut dokter forensik, hasil itu tidak bisa

dipertanggungjawabkan,” tandasnya “Berdasarkan otopsi yang telah

disampaikan di Komnas HAM Jakarta, penyebab kematian ada pada dada. Bukan pada bagian kepala seperti yang disampaikan Mabes Polri,”pungkasnya

Paragraf 3

Paragraf 6

Paragraf 9

Sumber Trisno Raharjo,Ketua Tim Pembela Kemanusiaan Kasus Siyono

Paragraf 2 Pernyataa

n

Menurut dia, jika pihak kepolisian hanya melakukan pemeriksaan luar dan di bawah standar, maka penyebab kematian dari Siyono tidak dapat dijelaskan.

Oleh karena itu, lanjutnya, ada perbedaan hasil Tim otopsi PP Muhammadiyah dan Komnas HAM dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh polisi.

Paragraf 4

Paragraf 7

Penutup Dari hasil otopsi yang dilakukan Tim otopsi PP Muhammadiyah dan Komnas HAM beberapa waktu lalu, penyebab kematian Siyono terdapat di bagian dada

Tabel 13

Analisis Sintaksis Berita 4

Struktur Unit Teks Keterangan

Sintaksis Headline Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri

Judul Lead Ketua Presidium Indonesia Police

Watch Neta S Pane mengatakan bahwa kasus kematian terduga teroris Siyono harus menjadi pelajaran berharga dalam melakukan evaluasi internal di tubuh Kepolisian RI

Lead

Latar Pada pemberitaan ini Kompas.com mengambil latar dari pernyataan Presidium IPW, Neta S Pane terkait kasus otopsi ulang terduga teroris Siyono

Paragraf 2 dan Paragraf 4

Kutipan “Kasus Siyono sudah memicu keberanian publik untuk melakukan otopsi ulang terhadap korban kekerasan polisi,” ujar Neta

“otopsi ulang ini menjadi pukulan telak bagi profesionalisme polri,” kata dia

“Karena itu dibutuhkan evaluasi yang komperehensif dan Kapolri harus segera membuat system pengawasan yang maksimal,” ucapnya

“Ada patah tulang iga bagian kiri, ada lima ke bagian dalam. Luka patah sebelah kana nada satu, ke luar,” ujar Siane

“Tidak ada perlawanan dari Siyono. Tidak ada luka defensif,” ujarnya

Paragraf 3

Paragraf 4

Paragraf 7

Paragraf 10

Paragraf 14

Sumber Neta S Pane

Pernyataan Lebih lanjut dia menuturkan, selama ini sudah banyak keluhan public terhadap perilaku Detasemen Khusus

Namun, kata Neta, tidak ada evaluasi yang menyeluruh terhadap kinerja Densus. Selain itu, tidak ada pengawasan system yang maksimal Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengatakan kematian Siyono diakibatkan benda tumpul yang dibenturkan ke bagian dada

Menurut penuturannya, tulang dada Siyono juga dalam kondisi patah kea rah jantung. Luka itu yag menyebabkan kematian fatal dan disebut sebagai titik kematian Siyono Siane pun mengungkapkan bahwa ada luka di bagian kepala dan disebabkan oleh benturan. Namun, hal tersebut bukan menjadi penyebab utama kematian dan tidak menimbulkan pendarahan yang terlalu hebat

Paragraf 6

Paragraf 9

Paragraf 11

Paragraf 12

Penutup Dari seluruh rangkaian hasil otopsi, lanjut Siane, tidak terdapat adanya perlawanan berdasarkan luka-luka yang diteliti.

Tabel 17

Analisis Sintaksis Berita 5

Struktur Unit Teks Keterangan

Sintaksis Headline Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka Bukan Menjadi Algojo

Judul Lead Kasus kematian terduga teroris asal

Klaten, Siyono, dinilai menjadi titik awal keberanian publik untuk menggugat kinerja Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri

Lead

Latar Kompas.com mengambil latar dari pernyataan presidium IPW, Nata S Pane terkait perlu adanya evaluasi terhadap kinerja Densus 88

Kutipan “Apalagi tugas utama polisi adalah melumpuhkan tersangka an bukan menjadi algojo,” ujar Neta

“Sebaliknya jika polisi sudah bertindak sesuai prosedur Komnas HAM harus juga menjelaskannya secara terbuka,” kata Neta

“Ada patah tulang iga bagian kiri, ada lima ke bagian dalam. Luka patah sebelah kana nada satu, ke luar,” ujar Siane

“Tidak ada perlawanan dari Siyono. Tidak ada luka defensif,” ujarnya

Paragraf 4

Paragraf 7

Paragraf 12

Paragraf 16

Sumber Nata S Pane

Pernyataan Menurut Neta, IPW sepakat terorisme harus diberantas tuntas dari negeri ini. Namun, siapa pun tidak boleh bertindak sewenang-wenang atas nama pemberantasan terorisme

Untuk itu, lanjut Neta, setelah otopsi ulang tersebut, Komnas HAM harus memprakarsai penyidikan independen terhadap kematian Siyono

Paragraf 3

Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengatakan kematian Siyono diakibatkan benda tumpul yang dibenturkan ke bagian dada

Menurut penuturannya, tulang dada Siyono juga dalam kondisi patah kea rah jantung. Luka itu yag menyebabkan kematian fatal dan disebut sebagai titik kematian Siyono Siane pun mengungkapkan bahwa ada luka di bagian kepala dan disebabkan oleh benturan. Namun, hal tersebut bukan menjadi penyebab utama kematian dan tidak menimbulkan pendarahan yang terlalu hebat

Paragraf 11

Paragraf 14

Penutup Dari seluruh rangkaian hasil otopsi, lanjut Siane, tidak terdapat adanya perlawanan berdasarkan luka-luka yang diteliti.

Narasumber : J. Heru Margianto

Jabatan : Wakil Redaktur Pelaksana

Tanggal Wawancara : Jum’at, 24 Juni 2016. Pukul: 16.00 WIB.

Tempat : Matrix, Unit II, Lt.5, Gedung Kompas Gramedia, palmerah Selatan, Jakarta.

1. Bagaimana Kompas.com mengemas berita supaya menarik untuk dibaca oleh pembaca?

Dalam jurnalistik, kan ada yang disebut nilai berita. Tidak semua informasi layak menjadi berita. Informasi yang layak menjadi berita adalah informasi yang memiliki nilai berita. Apa itu nilai berita? Macam-macam. Ada Prominence, dampak, proximity. Itu semua menjadi cara wartawan mengemas berita sehingga layak untuk dijadikan informasi kepada khalayak. Di online ada yang khusus, tetapi di media lain juga. Di online Memiliki tekanan yanbg lebih. Tidak semua berita hanya dipandang dari sisi pentingnya saja tetapi juga menariknya. Terkadang berita yang banyak dibaca adalah yang menarik. Terkadang ada berita yang menarik tetapi gak penting. Contohnya ada berita jokowi “pipis” di jalan tol. Ini kan ga penting tapi menarik dan banyak yang membaca. Bagaimana cara wartawan melihat sisi menariknya? Diperlukan pengalaman di lapangan sebagai wartawan untuk menemukan sesuatu yang menarik untuk diberitakan. Ketika dilapangan bertemu dengan situasi biasanya naluri akan muncul.

2. Bagaimana proses pembuatan berita di kompas.com? apakah melalui proses editing?

Ini pertanyaan yang umumnya disampaikan hampir di setiap penelitian di semua media. Jadi prosesnya begini: kita setiap hari mempunyai rapat redaksi pukul 3 sampai 4 sore. Kumpul dan membicarakan apa keramaian hari ini, dan apa yang bisa di follow up. Yang rapat adalah editor, asisten editor yang dipimpin oleh redaktur pelaksana. Setelah rapat sore biasanya para editor desk seperti ekonomi, nasional, dll ngobrol dan rapat di malam hari. Reporter-reporter kompas.com itu tidak pernah ada di kantor. Biasanya hanya di lapangan ke rumah dan sebaliknya. Kenapa gak ke kantor? Karena hanya membuang waktu dan tidak ada kepentingan. Tetapi apakah mereka berkomunikasi? Iya, sangat intensif terutama di whatsapp group. Di tingkat desk rapatnya berlangsung lewat whatsapp group. Setiap ada perkembangan berita selalu laporan di whatsapp. Biasanya para reporter melapor diwhatsapp group. Baik di group desk maupunn yang umum. Malam hari ini biasanya editor tiapdeskmemfollow upberita untuk besok dan mendistribusikan berita. Reporter itu biasanya nongkrong saja tiap pagi di DPR, KPK, dll. Untuk mem

dan tayang. Editor inimobiledan ada yang kerja dari rumah.

3. Dalam pemilihan judul dan headline berita adakah kriteria khusus dari kompas.com sendiri?

Secara umum headline itu kan intisari dari seluruh isi berita. Kalau di online ada yang khas. Hampir di seluruh media online Yang harus diperhatikan adalahkeyworddari persoalan. Misal hari ini lagi ramat Brexit. Hari ini inggris sedang mengadakan referendum untuk memutuskan keluar atau bertahan di Uni eropa. Kata brexit ini harus selalu muncul dijudul berita. Supaya orang orang mengerti kalau ini berita tentang brexit. Itu yang pertama. Yang kedua, supaya berita ini muncul jika dicari di google. Atau lagi ramai aming nikah sama evelyn. Maka kata aming dan evelyn harus ada di judul. Sesuatu yang kita perkiran sebagai keyword harus ada di judul supaya ada di google dan orang tahu kalau beritanya tentang apa. Ke khususan penjudulan dalam media online ya itu. Judul adalah saripati dari berita.

4. Adakah kriteria dalam pemilihan gambar utama berita?

Pertama dicari foto yang relevan dengan berita. Artinya aktual dan mewakili isi berita. Tetapi sering kali kita tidak mempunyai foto langsung, lalu dicari foto-foto yang lalu atau arsip yang nyambung yang sejalan dengan isi berita. Kenapa harus memakai foto? karena di internet itu visual. Orang lebih tertarik untuk melihat gambar dan ada yang bilang daya kliknya lebih tinggi jika ada visual ketimbang teks saja. Maka harus ada fotonya. Kemudian di sistem kita, berita jika ingin dijadikan headline itu harus ada fotonya supaya menarik. Tetapi foto tidak selalu harus aktual dengan beritanya.

5. Di kompas.com umunya gambar diletakkan di bawah headline, apakah ada ketentuannya?

Kita kadang- kadang tidak menaruh foto tidak hanya satu. Kadang di atas. Dan seringkali untuk berita yang panjang fotonya ada lebih dari satu bahkan 3. Jadi Foto foto ini berperan untuk mendukung berita, dan memvisualisasikan berita.

6. Bagaimana cara penentuan narasumber di kompas.com?

Para wartawan hampir selalu mempunyai insting tentang siapa yang harus di wawancarai. Yang harus dipastikan adalah bahwa narasumber ini kredibel dalam artian memahami dan memiliki kapasitas berbicara terkait topik itu. Lalu harus kompeten, yakni menguasai dan tahu harus ngomong apa. Yang ketiga ini yang tricky. Wartawan harus jeli memahami peta narasumber. Jika dilapangan kita akan peka ni untuk melihat narasumber ini pemikirannya ke arah mana. Sehingga harus memilih yang tepat supaya pandangannya berimbang. Peta ini harus dikuasai. Ketiga ini harus diperhatikan: kredibel, kompeten, dan representasi yang objektif terhadap persoalan tersebut. Reporter ini harus jeli memandang ke objektifan narasumber. Ini tidak ditentukan di

atau tidak.

7. Ringkasnya saya ingin mengkonfirmasi terkait penugasan, jadi alur penugasan dalam penulisan berita itu dari redpel saat rapat redaksi dengan editor lalu ke wartawan?

Redpel tidak memberi penugasan. Redpel lebih meng highlight apa yang ada hari ini, kemudian apa yang perlu diberi penekanan dan memonitor isu seberapa di follow up. Secara praktis yang memberikan penugasan adalah editornya.

8. Jadi naik tidaknya sebuah berita ditentukan oleh editor? Tetapi seringkali ketika wartawan menulis berita tetapi editor menentukan berita ini tidak layak naik, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi?

Iya editor. Secara umum berita tidak naik karena tidak memenuhi kaidah-kaidah etik. Misalnya di kasus kriminal, si reporter menuliskan berita sedemikian detil dalam kasus pemerkosaan seperti detail, nama, latar. Ini kan melanggar etik dan ini tak bisa kita naikkan. Atau ada juga berita yang dianggap tidak sesuai etik dikoreksi sedemikian rupa sehingga bisa dinaikkan, atau berita yang dianggap menyudutkan pihak-pihak tertentu. Misal sekolah A melakukan pemerasan menurut wali murid. Ini kan berita belum ter verifikasi lalu, di telusuri ke pihak yang bersangkutan. Ada juga yang terkait sara, tidak layak disampaikan karena pandangan tertentu. Prinsipnya dalah berita yang dipending, tidak dinaikkan, atau perlu digali ulang adalah yang memenuhi kualifikasi kode etik jurnalistik.

9. Seringkali penulis itu subjektif, apakah yang dilakukan editor untuk melihat berita ini berimbang dan tidak subjektif?

Tidak sepenuhnya berita itu subjektif. Apabila menulis hard news, itu tidak boleh sama sekali ada opini penulis, apa yang disampaikan narasumber itulah yang diberitakan. Dalam konteks ini subjektivitas tereleminasi. Tetapi dalam konteks keberimbangan terdapat perbedaan antara media cetak dan online. Dalam media cetak, keberimbangan dimaknai seluruh yang terlibat ada dalam satu berita. Namun di media online ini dipisahkan, menjadi berita satu-satu dan di link atau disambung. Misal, dalam berita ada ada tulisan komentar B lihat disini, atau baca disini. Untuk keberimbangan berita hadir dalam pola yang berbeda. Tetapi untuk berita yang berimplikasi membuat nama orang lain buruk. Maka, konfirmasi harus ada dalam satu berita. Kita pun pernah mempending berita ketika pilpres kemarin karena tidak ada konfirmasi dari pihak yang bersangkutan. Ada kabar bahwa salah satu dandim di Jakarta memerintahkan untuk memilih salah satu calon. Kita melakukan investigasi namun tidak ada verifikasi, berita ini tidak kita naikkan karena tidak ada konfirmasi. Baru kita naikkan setelah ada konfirmasi dari yang bersangkutan. 10. Bagaimana segmentasi pembaca kompas.com sejauh ini?

11. Adakah segmentasi ini mempengaruhi pemberitaan kompas?

Cenderung tidak. Karena kita media umum, bukan media khusus. Tetapi ada kanal-kanal khusus. Seperti otomotif untuk cowok dan female untuk perempuan.

12. Bagaimana kompas.com memandang kasus tewasnya siyono?

Dokumen terkait