• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

B. Teori Framing Model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki

Framing merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam menseleksi isu dan menulis berita. Menurut Pan dan Kosicki, Framing merupakan strategi konstruksi dalam memproses berita melalui perangkat kognisi yang digunakan

untuk menafsirkan peristiwa dan mengkode informasi yang dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.14

Analisisframingpertama kali dikemukakan oleh Beterson pada tahun 1955. Pada awalya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas. Saat ini, istilah framing digunakan dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media.15

Menurut Gamson dan Modigliani, frameadalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati sikap seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.16

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif tersebut pada akhirnya akan menentukan fakta yang akan diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.17

14

Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, ideologi dan politik media, h. 67-68. 15

Alex Sobur, Teks Media, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 161-162. 16

Alex Sobur,Analisis Teks Media, h. 163. 17

Terdapat dua aspek penting di dalam konsepframing. Aspek tersebut adalah pemilihan fakta/realitas dan penulisan fakta.18 Proses pemilihan fakta ini didasarkan pada asumsi bahwa wartawan tidaklah mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Di dalam pemilihan fakta ini terdapat dua kemungkinan akan apa yang dipilih dan apa yang akan dibuang. Penekanan aspek tertentu dilakukan dengan memilih angel tertentu yang mengakibatkan pemahaman dan konstruksi media satu dengan yang lainnya bisa berbeda tergantung kepada sudut pandang wartawan dalam menuliskan beritanya. Selanjutnya, penulisan fakta berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih tersebut disajikan kepada khalayak. Gagasan- gagasan tersebut diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi dengan bantuan foto dan gambar atau lainnya. Cara pengungkapan fakta melalui tulisan ini menyebabkan aspek tertentu menjadi lebih menonjol dan mendapat perhatian pembaca sehingga dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.

Pan dan Kosicki berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda ke dalam teks berita. Framing Model Pan dan Kosicki memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan model lainnya. Adapun keunggulannya adalah dalam framing model Pan dan Kosicki, unit pengamatan terhadap teksnya lebih kompeherensif dan memadai, karena selain meliputi seluruh aspek yang terdapat di dalam teks (kata, kalimat, paraphrase, ungkapan), perangkat ini juga mempertimbangkan struktur teks dan hubungan antar kalimat atau paragraph secara keseluruhan. Menurut Pan dan KosickiFrame

18

dapat dilihat melalui empat perangkat framing yakni: Sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Lebih jelas perangkat framing model Pan dan Kosicki dapat dijelaskan pada tabel berikut:19

Tabel 02

Perangkat Framing Pan dan Kosicki

Struktur Perangkat Framing Unit yang diamati

Sintaksis

Cara wartawan menyusun kata

Skema Berita Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup

Skrip

Cara wartawan mengisahkan fakta

Kelengkapan berita 5W+1H

Tematik

Cara wartawan menuliskan fakta

Detail, maksud kalimat (hubungan), nominalisasi antar kalimat, koherensi

Paragraf, proposisi

Retoris

Cara wartawan menekankan fakta

Leksikon, Grafis, Metafor Kata, idiom, Gambar/Foto, Grafik

Sumber:Alex Sobur,Analisis Teks Media, h. 176.

1. Sintaksis

Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Sedangkan dalam pemberitaan, sintaksis merujuk kepada pengertian susunan dan bagian berita dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan yang meliputi Headline, lead, latar informasi, sumber, penutup. Headline merupakan aspek sintaksis yang mempunyai aspek framing yang kuat. Headline memengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka di jelaskan. Sementara, latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang

19

Zikri Fachrul Nurhadi,Teori-Teori Komunikasi dalam pespektif penelitian kualitatif, (Bogor: Ghalia, 2015), h. 86-87.

ingin ditampilkan wartawan. Latar yang dipilih inilah yang akan membawa ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Bagian lain yang tidak kalah penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Bagian ini juga menjelaskan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan hanya pendapat wartawan semata, melainkan pendapat orang lain yang memiliki otoritas tertentu juga.

Bagian-bagian ini tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun. Bentuk sintaksis yang paling popular adalah struktur piramida terbalik. Elemen sintaksis ini memberi petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan memaknai peristiwa dan hendak ke mana berita tersebut akan dibaawa.

2. Skrip

Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Hal ini dilakukan untuk menarik minta para pembaca atau khalayaknya. Karena itu, dalam penulisan berita seringkali fakta dan peristiwa ditulis dengan tulisan yang membuat emosi pembaca terlibat, dan membuat peristiwa memiliki alur.

Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+1H ( Who, What, When, Where, Why dan How). Meskipun pola ini tidak semuanya selalu kita jumpai di dalam pemberitaan, namun unsur kelengkapan berita ini merupakan

penanda penting dalam analisis framing. Skrip juga digunakan wartawan sebagai srategi dalam menyusun berita. Skrip memberikan informasi kepada kita akan bagian mana yang ditekankan oleh wartawan melalui susunan atau urutan dalam pemberitaannya.

3. Tematik

Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis. Peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan semua perangakat digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat.Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Struktur ini berkaitan dengan bagaimana fakta dituliskan oleh wartawan, dan bagaimana kalimat yang dipakai dalam menempatkan dan menuliskan sumber ke dalam teks berita. secara keseluruhan. Unsur tematik dapat dimati melalui koherensi atau pertalian antar kata, Serta proposisi atau kalimat.

Dua buah fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Ada beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat, proposisi atau kalimat satu dipandang sebagai sebab atau akibat dari proposisi lainnya. Proposisi sebab-akibat umumnya ditandai dengan kata hubung “sebab” atau “karena”. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas dari proposisi atau kalimat lainnya. Koherensi pembeda ditandai dengan kata hubund “dan” atau “lalu”. Ketiga, Koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai

kebalikan dari proposisi yang lainnya. Koherensi pembeda biasanya ditandai dengan kata hubung “dibandingkan” atau “sedangkan”

4. Retoris

Struktur retoris dari berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartwan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita.

Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Di dalam berita, unsur grafis biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dari tulisan yang lainnya. Seperti: huruf tebal, miring, garis bawah, pemakaian huruf yang lebih besar termasuk penggunaan foto atau gambar. Hal ini ditujukan untuk menekankan kepada khalayak bahwa bagian tersebut adalah bagian yang harus diberikan perhatian lebih.

Dokumen terkait