• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar

Sugiyono (2011: 168) berpendapat bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Azwar (2009: 5) mengemukakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat tes mengukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Disisi lain validitas adalah aspek kecermatan pengukuran suatu alat tes. Alat tes atau tes dapat dikatakan memiliki tingkat validitas yang tinggi

apabila alat atau tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam dilakukannya pengukuran tersebut. Sudjana (2009: 12) mengungkapkan bahwa validasi berkaitan erat dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang ingin dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.

Mardapi (2008: 16) mengungkapkan bahwa validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan dari pemberian tes tersebut. Maka dari itu, validasi merupakan fundamental paling dasar dalam mengembangkan dan mengevaluasi suatu tes. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian validitas adalah ketepatan suatu alat ukur tes dalam melakukan fungsi ukurnya sesuai dengan apa yang seharusnya diukur.

Widoyoko (2014: 172 – 187) menjelaskan bahwa validitas instrumen dibagi menjadi 5 jenis yaitu:

1) Validitas Isi (Content Validity)

Instrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk tes yang bertujuan mengukur hasil belajar siswa. Sebuah tes yang dikatakan memiliki validitas isi apabila tes tersebut dapat mengukur kompetensi dasar yang dikembangkan berserta indikator dan materi pembelajarannya. Validitas isi berkaitan dengan sejauh mana

sebuah butir tes mencakup keseluruhan indikator kompetensi yang dikembangkan dengan materi yang ingin diukur.

2) Validitas Konstruk (Construct Validity)

Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana sebuah instrumen mengukur suatu konsep dari suatu teori yang menjadi dasar dari penyusunan instrumen tersebut. Validitas konstruk dapat diuji dengan menggunakan pendapat para ahli (expert judgment). Instrumen disusun berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu kemudian selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.

3) Validitas Butir Soal (Item Validity)

Validitas butir soal didapat dari data uji coba lapangan yang telah dilakukan peneliti.

4) Validitas Kesejajaran (Concurrent Validity)

Instrumen yang dikatakan memiliki validitas kesajajaran apabila hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria tersebut dapat berupa instrumen lain yang mengukur hal yang sama tetapi sudah diakui validitas tesnya contohnya tes yang sudah terstandar.

5) Validitas Prediksi (Predictive Validity)

Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang mengenai hal yang sama. Validitas prediktif

diperoleh apabila pengambilan skor kriteria tidak bersamaan dengan pengambilan skor tes.

b. Reliabilitas

Sugiyono (2014: 169) mengemukakan bahwa instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid belum tentu reliabel namun pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan. Realibilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Suprananto (2012: 82) menyebutkan bahwa reliabilitas mengacu pada konsistensi dari suatu pengukuran. Hal ini berarti jika alat ukur atau tes yang reliabel diujikan di lain tempat dengan karakteristik peserta tes yang hampir sama maka hasilnya akan sama. Haris (2012: 180) mengemukakan bahwa reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat ketetapan suatu soal tes. Purwanto (2009: 154) mengemukakan bahwa reliabilitas merupakan ketelitian dan ketepatan alat ukur dalam melakukan pengukuran. Alat ukur yang reliabel akan menghasilkan ukuran tes yang relatif stabil dan konsisten apabila alat tes tesebut diujikan ulang kepada peserta tes yang lainnya dengan karakteristik yang sama.

Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian reliabilitas adalah kestabilan sebuah alat ukur tes jika diuji cobakan berulang-ulang maka hasilnya akan sama.

Menurut Arikunto (2013: 104 – 108) menjelaskan bahwa ada 3 cara untuk mencari besar reliabilitas yaitu:

1) Metode Bentuk Paralel

Metode tes paralel ini menggunakan pengetesan dengan menyiapkan dua seri tes dan masing-masing diuji cobakan pada siswa yang sama. Kemudian, pada soal tes pertama akan dicari reliabilitasnya dan kemudian soal tes kedua juga dicari reliabilitasnya, lalu hasilnya dikorelasikan.

2) Metode Tes Ulang

Dalam metode tes ini, pengetes hanya memiliki satu seri tes, namun diuji cobakan dua kali. Kemudian hasil dari kedua kali pengujian tersebut dihitung korelasinya.

3) Metode Belah Dua

Dalam metode ini uji coba tes hanya dilakukan satu kali pengujian. Ada dua cara membelah butir soal, yaitu:

a) Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang disebut belahan ganjil-genap

Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu setengah dari jumlah nomor-nomor awal dan setengah pada nomor-nomor akhir yang disebut belahan awal-akhir.

c. Karakteristik Butir Soal 1) Daya Pembeda

Sudjana (2009: 141) berpendapat bahwa analisis daya pembeda menelaah butir-butir soal bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tinggi prestasinya dengan siswa yang kurang atau lemah prestasinya. Artinya, jika soal diberikan pada siswa yang mampu, maka hasilnya juga menunjukkan prestasi yang tinggi. Sebaliknya, jika soal diberikan pada siswa yang lemah, maka hasilnya juga menunjukkan prestasi yang rendah. Rusdiana (2015: 167) mengemukakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dalam membedakan antara siswa yang menguasai materi yang diujikan dan siswa yang tidak atau kurang atau belum menguasai materi yang diujikan.

Arikunto (2012: 222) mengemukakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (kurang pandai). Jika soal dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai maka soal tersebut tidak baik karena tidak mempunyai daya beda. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian daya beda adalah kemampuan setiap butir soal dalam membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

2) Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak mudah dan tidak terlalu sulit. Rusdiana (2015: 165) mengemukakan bahwa tingkat kesukaran soal adalah peluang dalam menjawab soal dengan benar pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Sudjana (2009: 135) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran soal merupakan kesanggupan atau kemampuan siswa (peserta tes) dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Ada 3 kriteria tingkat kesukaran soal yaitu mudah, sedang, dan sukar atau sulit. Sukardi (2008: 136) berpendapat bahwa tingkat kesulitan item atau bisa juga disebut indeks kesulitan item adalah angka yang menunjukkan jumlah siswa yang menjawab betul dalam satu soal yang dilakukan dengan menggunakan tes obyektif. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian tingkat kesulitan adalah kesanggupan siswa menjawab betul atau salah dalam mengerjakan soal yang diujikan.

3) Analisis Pengecoh

Pengecoh bukan hanya sekedar pelengkap pilihan jawaban. Purwanto (2009: 108) berpendapat bahwa pengecoh (distractor) juga dikenal dengan istilah penyesat adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh agar dapat berfungsi dengan baik maka harus dibuat semirip mungkin dengan kunci jawaban. Arikunto

(2012: 233) mengemukakan bahwa pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami materi. Surapranata (2004: 43) mengemukakan bahwa pengecoh dapat berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes yang memiliki kemampuan yang tinggi. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian analisis pengecoh adalah pilihan jawaban yang dibuat sangat mirip dengan kunci jawaban yang paling benar bertujuan untuk mengalihkan perhatian siswa dalam memilih jawaban dari pilihan jawaban yang telah disediakan.

Dokumen terkait