• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Tes Hasil Belajar

Suprananto (2012: 7) mengemukakan bahwa tes adalah suatu prosedur sistematis yang dilakukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai serta dengan tata cara yang jelas. Mardapi (2008: 67) mengemukakan bahwa tes merupakan salah satu cara untuk menentukan besarnya tingkat kemampuan seseorang secara tidak langsung melalui respon atau tanggapan yang diberikan seseorang terhadap sejumlah stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan. Sejumlah pertanyaan yang diteskan memiliki jawaban yang benar atau salah. Dalam hal ini, sejumlah tes tersebut membutuhkan jawaban dan harus diberikan respon atau tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang yang dikenai tes.

Masidjo (1995: 38) mengemukakan bahwa tes adalah suatu alat pengukur berupa beberapa pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam situasi yang telah ditentukan, dan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu ataupun kelompok. Sudijono (2011: 67) mengemukakan bahwa tes adalah cara yang dipergunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran

dan penilaian dibidang pendidikan berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh peserta tes atau disebut testee sehingga dapat dihasilkan nilai yang menunjukkan tingkah laku atau prestasi testee dengan membandingkan dengan nilai yang telah distandarkan. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian tes adalah salah satu alat ukur berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif dan pemahaman seseorang tentang suatu hal yang sudah diajarkan sebelumnya.

b. Definisi Tes Hasil Belajar

Purwanto (2009: 66) berpendapat bahwa tes hasil belajar merupakan sebuah tes yang bertujuan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang sudah diajarkan oleh guru maupun materi yang sudah dipelajari siswa sendiri. Haris (2012: 15) berpendapat bahwa tes hasil belajar merupakan tindak lanjut atau cara mengukur tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya. Kemajuan prestasi belajar siswa sangat penting untuk diketahui secara berkala. Melalui tes hasil belajar, guru dapat mengetahui siswa yang sudah paham dan mengerti dan siswa yang belum paham dengan materi yang telah diajarkan oleh guru sebelumnya. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian tes hasil belajar adalah

sebuah tes yang bertujuan untuk mengukur pemahaman seseorang mengenai materi yang telah dipelajari serta mengetahui kemajuan prestasi peserta tes.

c. Bentuk Tes Hasil Belajar 1) Tes Obyektif

Suwandi (2010: 48) mengungkapkan bahwa tes obyektif juga bisa disebut sebagai tes jawaban singkat. Tes ini menuntut siswa memberikan jawaban singkat, bahkan hanya dengan memilih kode-kode atau huruf-huruf tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang sudah disediakan oleh pemberi tes. Hal ini berarti tes obyektif memiliki jawaban yang bersifat pasti dan hanya satu kemungkinan jawaban yang benar. Suwarto (2013: 34) mengungkapkan bahwa tes obyektif terdiri dari butir-butir yang dijawab dengan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif jawaban yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan perkataan atau simbol.

Azwar (1996: 72) mengungkapkan bahwa tipe tes obyektif memiliki ciri utama yaitu adanya salah satu jawaban yang dianggap benar atau dianggap terbaik. Tipe tes obyektif hanya memiliki satu jawaban yang dianggap terbaik maka sistem pemberian skornya pun dapat dilakukan dengan mudah serta membutuhkan waktu yang relatif singkat. Sudijono (2011: 106) mengungkapkan bahwa tes obyektif adalah salah

satu bentuk tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh peserta tes dengan memilih salah satu jawaban di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah tersedia pada masing-masing soal. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian tes obyektif adalah salah satu tipe tes yang terdiri dari soal-soal yang dijawab dengan memilih salah satu jawaban yang benar dari sejumlah alternatif jawaban yang telah tersedia.

2) Tes Uraian

Tes uraian atau esai juga sering disebut tes subjektif. Suwarto (2013: 47) mengemukakan bahwa tes uraian adalah tes yang terdiri dari butir-butir pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Tes uraian biasanya digunakan untuk mengukur daya ingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang sudah dipelajari dengan cara mengemukakan pendapat dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Arikunto (2012: 177) mengemukakan bahwa tes uraian adalah sejenis tes pengukur kemajuan belajar siswa yang memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaan tes uraian biasanya didahului dengan kata-kata antara lain uraikanlah, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan lain sebagainya. Sulistyorini (2009: 93) mengemukakan bahwa tes uraian adalah tes yang menuntut siswa untuk mengekspresikan atau mengungkapkan

pendapatnya melalui bahasa tulisan. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian tes uraian adalah salah satu bentuk tes berupa pertanyaan yang membutuhkan jawaban relatif panjang. Tes ini biasanya menuntut siswa untuk mengungkapkan pendapat atau jawaban dengan kata-katanya sendiri.

d. Macam-macam Tes Hasil Belajar 1) Tes Obyektif

Arikunto (2012: 181) tes obyektif terbagi dalam 4 macam tipe tes, antara lain:

a) Tes benar-salah (True-False)

Dalam tipe tes benar salah bentuk soalnya berbentuk pernyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut ada yang benar ada dan ada yang salah. Peserta tes diminta untuk menandai masing-masing pernyataan dengan melingkari huruf B jika pernyataan tersebut dianggap benar dan melingkari S jika pernyataan tersebut dianggap salah.

b) Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test)

Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan untuk melengkapinya telah disediakan beberapa kemungkinan jawaban. Peserta tes diminta untuk memilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes pilihan ganda selain mudah dalam pemberian skor,

tipe tes ini juga banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicakup.

c) Menjodohkan (Maching Test)

Tipe tes menjodohkan atau bisa juga diganti dengan istilah mencocokan, memasangkan terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan memiliki jawaban dalam satu seri jawaban yang telah tersedia. Tugas peserta tes adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga cocok dengan pertanyaannya.

d) Tes Isian (Completion Test)

Tes isian juga bisa disebut tes melengkapi. Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya dihilangkan.

2) Tes Uraian

Azwar (1996: 106) berpendapat bahwa tes uraian berbentuk suatu pertanyaan atau perintah, biasanya dalam kalimat pendek namun menuntut peserta tes memberikan jawaban yang panjang atau terurai. Tes ini dianggap cara terbaik dalam mengukur kemampuan seseorang dalam mengorganisasikan pikiran dan menyatakan pengetahuan yang dimilikinya secara lengkap melalui bahasa tulisan. Sukardi (2014: 105) berpendapat bahwa tes uraian juga bisa disebut dengan tes yang menggunakan tes terbuka. Tes ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut penjelasan kata yang merefleksikan kemampuan berpikir peserta tes dalam merespon

pertanyaan evaluator sebagai tanggapan terhadap hal atau materi yang ingin dievaluasi. Namun tes uraian memiliki kekurangan- kekurangan. Arikunto (2012: 178) menjabarkan beberapa kekurangan-kekurangan dari tes uraian atau tes subjektif, antara lain:

1) Tingkat validitas dan realibilitasnya rendah karena sulit untuk mengetahui pengetahuan siswa yang telah dikuasai.

2) Tidak mencakup banyak bahan pelajaran yang akan dites karena soal terbatas.

3) Dalam proses pemberian skor dipengaruhi unsur-unsur subjektif. 4) Pemeriksaannya lebih sulit karena membutuhkan pertimbangan. 5) Membutuhkan waktu yang lama dalam mengoreksi soal dan juga

tidak dapat diwakili oleh orang lain.

e. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

Sukardi (2008: 125) mengemukakan bahwa tipe tes pilihan ganda merupakan salah satu jenis tes obyektif yang paling banyak digunakan oleh para guru. Tes pilihan ganda banyak digunakan karena tes tipe ini dapat mencakup banyak materi pelajaran yang akan diujikan. Suprananto (2012: 107) mengemukakan bahwa soal bentuk tes tipe pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan oleh penulis soal. Secara umum, setiap soal tipe pilihan ganda terdiri dari pokok soal atau biasa disebut stem dan pilihan jawaban

atau option. Pilihan jawaban yang disediakan terdapat satu kunci jawaban yang paling benar dan yang lainnya sebagai pengecoh (distractor).

Sulistyorini (2009: 105) berpendapat bahwa tes pilihan ganda (multiple choices test) terdiri atas suatu keterangan tentang pengertian yang belum lengkap. Untuk melengkapi keterangan tersebut, peserta tes diminta memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian tes pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes obyektif yang berupa pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban yang telah disediakan. Namun, dalam pilihan jawaban tersebut hanya ada satu kunci jawaban.

f. Pedoman dalam Pembuatan Soal Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda Mardapi (2008: 71) mengungkapkan bahwa ada beberapa pedoman yang dapat menjadi acuan dalam pembuatan butir soal tipe pilihan ganda antara lain:

1) Setiap soal harus memiliki pokok soal yang jelas.

2) Pilihan jawaban terdiri atas jenis yang hampir sama (homogen). 3) Panjang kalimat pada pilihan jawaban relatif sama.

4) Tidak ada petunjuk jawaban benar.

5) Hindari penggunaan kata semua benar atau semua salah dalam pilihan jawaban.

7) Semua pilihan jawaban yang disediakan logis. 8) Jangan menggunakan negatif ganda.

9) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.

10) Bahasa yang digunakan menggunakan bahasa Indonesia yang baku. 11) Letak pilihan jawaban benar diletakan secara acak.

Suprananto (2012: 108) mengungkapkan bahwa ada beberapa kaidah yang bisa menjadi pedoman dalam penyusunan soal tes pilihan ganda agar soal tersusun bermutu. Ditinjau dari 3 aspek:

1) Aspek materi

a) Soal disusun harus sesuai dengan indikator yang dicapai

b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis. Artinya, semua pilihan jawaban harus sesuai dengan materi yang sama seperti yang terkandung dalam pokok soal, kemudian penulisannya harus setara serta semua pilihan jawaban harus berfungsi.

c) Setiap soal memiliki satu jawaban yang paling benar. Jadi, setiap soal memiliki hanya satu kunci jawaban yang paling benar.

2) Aspek konstruksi

a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegar agar tidak menimbulkan penafsiran atau pengertian yang berbeda dari yang dimaksud pembuat soal.

b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

c) Pokok soal jangan memberikan petunjuk dalam bentuk kata, frase atau ungkapan ke arah jawaban yang benar.

d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang mengandung arti negatif.

e) Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama.

f) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “semua pilihan jawaban di atas benar” atau “semua pilihan jawaban di atas salah” g) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun secara

kronologis berdasarkan urutan dari angka paling kecil ke nilai angka paling besar atau sebalikya.

h) Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. 3) Aspek bahasa

a) Gunakanlah bahasa yang sesuai kaidah bahasa Indonesia.

b) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku di satu tempat saja jika soal digunakan di daerah lain atau nasional.

Pilihan jawaban jangan mengulang kata yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi pedoman dalam pembuatan soal tes hasil belajar pilihan ganda yaitu:

1. Soal disusun harus sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.

2. Setiap soal harus memiliki pokok soal yang jelas agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dari peserta tes.

3. Pilihan jawaban harus bersifat homogen dan logis.

4. Setiap soal memiliki jawaban yang paling benar dari beberapa pilihan jawaban yang disediakan.

5. Panjang kalimat pada pilihan jawaban relatif sama. 6. Pilihan jawaban angka sebaiknya diurutkan.

7. Hindari pilihan jawaban yang mengandung pernyataan “semua benar”

atau “semua salah”

8. Bahasa yang digunakan sesuai dengan EYD.

g. Kelebihan Dan Kekurangannya Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda Tipe tes pilihan ganda merupkan tipe tes obyektif. Suwarto (2013: 34) menyebutkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari tes obyektif. Beberapa segi kebaikan dari tes obyektif antara lain:

1) Tes obyektif terdiri dari butir-butir yang dapat dijawab dengan memilih alternatif jawaban yang tersedia, hal tersebut membuat peserta tes dengan cepat menjawab sehingga memungkinkan

menjawab sejumlah besar pertanyaan dalam satu kali tes. Hal ini juga menguntungkan karena materi yang diberikan dapat mencakup hampir sebagian besar materi yang ingin diujikan.

2) Reliabilitas skor dapat dijamin sepenuhnya. Setiap butir tes hanya mengandung satu jawaban yang bisa diterima. Oleh sebab itu, pemberian skor dapat dilakukan oleh siapa pun dan kapan pun karena skornya akan tetap sama.

3) Dikoreksi dengan mudah dan cepat menggunakan kunci jawaban.

Beberapa kekurangan tes obyektif antara lain:

1) Ada kemungkinan siswa memilih jawaban dengan cara menerka-nerka saja. Namun kelemahan ini dapat ditanggulangi dengan cara memberitahu siswa dimana pilihan yang salah akan mengurangi skor yang diperoleh.

2) Tes obyektif terdiri dari sejumlah butir soal yang banyak, maka dibutuhkan biaya administrasi yang cukup besar untuk mencetak soal tersebut. Kelemahan ini dapat dikurangi dengan cara menyediakan lembar jawab yang terpisah dari lembar soal.

Tipe soal pilihan ganda memiliki kelebihan dan keterbatasan. Suprananto (2012: 108) mengungkapkan beberapa kelebihan dan keterbatasan dari tipe soal pilihan ganda. Beberapa kelebihan dari tipe soal pilihan ganda, di antaranya:

1) Mampu mengukur berbagai tingkat kognitif (mulai dari mengingat sampai mencipta).

2) Pemberian skor mudah, cepat, obyektif, dan dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes untuk suatu kelas atau jenjang pendidikan.

3) Cocok untuk ujian yang jumlah pesertanya sangat banyak atau massal.

Beberapa keterbatasan yang dimiliki tipe soal pilihan ganda, diantaranya:

1) Memerlukan waktu yang relatif lama dalam penulisan soalnya. 2) Sulit dalam pembuatan pengecoh yang bersifat homogen dan berfungsi

dengan baik.

3) Terdapat peluang untuk menebak jawaban.

2. Konstruksi Tes hasil Belajar

Dokumen terkait