• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

C D 4 (0.121) 16 (0.485) 6 (0.182) 7*(0.212) Kunci Jawaban 18. A B C D 6*(0.182) 9 (0.273) 10 (0.303) 8 (0.242) Kunci Jawaban 19. A B C D 8 (0.242) 9 (0.273) 12*(0.364) 4 (0.121) Kunci Jawaban 20. A B C D 5 (0.152) 13 (0.394) 11*(0.333) 4 (0.121) Kunci Jawaban 21. A B C D 8 (0.242) 7*(0.212) 15 (0.455) 3 (0.091) Kunci Jawaban 22. A B C D 12*(0.364) 9 (0.273) 8 (0.242) 4 (0.121) Kunci Jawaban 23. A B C D 12*(0.364) 6 (0.182) 9 (0.273) 6 (0.182) Kunci Jawaban 24. A B C D 7 (0.212) 16*(0.485) 3 (0.091) 7 (0.212) Kunci Jawaban 25. A B C D 5 (0.152) 11 (0.333) 8*(0.242) 9 (0.273) Kunci Jawaban B. Pembahasan

Pembahasan ini berisi mengenai penjelasan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar dan kualitas tes hasil belajar dari hasil penelitian.

1. Langkah –Langkah Penelitian Pengembangan a. Potensi dan Masalah

Berdasarkan hasil wawancara analisis kebutuhan dengan guru kelas V sebagai berikut: dalam proses pembuatan soal tes hasil belajar guru jarang sekali membuat soal sendiri. Guru terkadang mengambil soal-soal dari buku referensi soal yang dimiliki. Soal-soal yang diberikan kepada siswa pada saat melakukan tes hasil belajar, beliau jarang memberikan soal dalam bentuk soal pemecahan masalah atau soal cerita. Beliau lebih sering memberikan soal yang memuat dimensi ranah kognitif anak sampai taraf menerapkan. Kemudian, soal yang telah dibuat guru jarang mengujikan soal terlebih dahulu yang bertujuan untuk melakukan validitas dan reliabilitas soal tersebut. Pengujian soal tes sangatlah penting untuk mendapatkan soal tes yang valid dan reliabel. Jika soal sudah valid dan reliabel maka soal tersebut akan mengukur apa yang seharusnya diukur. Selain itu, dalam proses pembuatan soal tes hasil belajar guru sering mengalami kesulitan. Beliau memaparkan bahwa dalam membuat soal beliau sudah memperhatikan karakteristik butir soal namun masih secara manual dan analisis dari guru yang bersangkutan saja. Guru memerlukan contoh soal matematika yang telah dianalisis butir soalnya serta diketahui kualitas butir soalnya.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui 3 cara. Pertama dilakukan dengan cara mewawancarai salah satu guru kelas 5 untuk

mendapatkan informasi mengenai analisis kebutuhan guru terhadap tes hasil belajar. Berdasarkan hasil wawancara analisis kebutuhan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru sangat membutuhkan soal yang telah dianalisis butir soalnya serta diketahui kualitas butir soalnya. Selain itu, guru juga membutuhkan soal yang memuat dimensi kognitif anak dari memahami hingga mencipta serta soal yang menuntut anak untuk memecahkan masalah atau dalam bentuk soal cerita. Kedua data diperoleh dari validasi yang dilakukan oleh 3 ahli dan 2 guru kelas 5 SD.

Kesimpulan dari validasi ahli dan guru adalah desain produk layak untuk digunakan atau diujicobakan dengan perbaikan sesuai dengan saran. Ketiga data diperoleh dari uji coba lapangan terbatas yang dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan. Hasil dari uji coba lapangan terbatas adalah jawaban siswa kelas 5A dan 5B SD Kanisius Wirobrajan. Rekapan jawaban siswa dapat dilihat pada (lampiran 13 & 14 hal 162 - 165). Daftar absen siswa yang mengikuti tes dapat dilihat pada (lampiran 15 hal 166 - 169).

c. Desain Produk

Dalam pembuatan desain produk langkah awal peneliti membuat tabel spesifikasi atau kisi-kisi. Mata pelajaran yang dipilih adalah matematika. Kelas yang dipilih adalah kelas 5 SD. Tahap awal, peneliti menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar. Kompetensi dasar yang telah ditentukan dispesifikasikan menjadi beberapa indikator yang ingin dicapai. Kemudian membuat identitas yang berisi mata pelajaran, semester, kelas,

materi, bentuk soal. Mata pelajaran yang digunakan adalah matematika dengan materi operasi hitung campuran bilangan bulat kelas 5 SD. Semester yang diambil yaitu semester ganjil atau semester I. Bentuk soal yang digunakan adalah soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yang telah disediakan. Kemudian, dimensi proses kognitif dengan menggunakan Taksonomi Bloom yang sudah direvisi yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis, (C4) menilai/mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6). Dimensi proses kognitif mengingat dan memahami sebanyak 25% dengan tingkat kesulitan rendah, dimensi proses kognitif menerapkan dan menganalisis sebanyak 50% dengan tingkat kesulitan sedang, dan dimensi proses kognitif menilai/mengevaluasi dan mencipta sebanyak 25% dengan tingkat kesulitan tinggi. Pada tabel spesifikasi, dapat dilihat soal dengan dimensi proses kognitif mengingat pada nomor 1 – 7, memahami pada nomor 8 – 13, menerapkan pada nomor 14 – 29, menganalisis pada nomor 30 – 38, mengevaluasi pada nomor 39 – 44 dan mencipta pada nomor 45 – 50.

Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang telah ditentukan sebelumnya. Peneliti membuat sepuluh (10) indikator dari satu kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi yang digunakan adalah operasi hitung campuran bilangan bulat. Setiap butir soal memiliki empat pilihan jawaban dan sudah ada estimasi kesulitan yang merupakan pendapat dari peneliti. Pembuatan butir soal juga disesuaikan dengan dimensi kognitif

Peneliti membuat 50 soal yang kemudian diujicobakan setelah divalidasi oleh ahli, validasi guru dan direvisi oleh peneliti.

d. Validasi Desain

Berdasarkan tabel 3.4 pada bab 3. Hasil validasi ahli matematika berupa tes hasil belajar diperoleh skor 3,67 termasuk dalam kategori sangat baik, ahli bahasa Indonesia diperoleh skor 3,3 termasuk dalam kategori sangat baik, ahli evaluasi pembelajaran diperoleh skor 3,60 termasuk dalam kategori sangat baik, guru pertama diperoleh skor 3,06 termasuk dalam kategori baik dan guru kedua diperoleh skor 3,53 termasuk dalam kategori sangat baik. dari hasil keseluruhan validasi rerata 3,56 dengan kategori sangat baik.

e. Revisi Desain

Revisi desain tes hasil belajar dilakukan sesuai dengan komentar dan saran dari ahli dan guru. Revisi yang dilakukan adalah menganti beberapa kata di soal yang belum sesuai, memperbaiki instruksi soal yang masih sulit dipahami, meringkas beberapa soal cerita yang masih terlalu panjang dan kurang efektif dalam penyusunan kalimat. Selain itu, peneliti juga

memperbaiki beberapa soal yang pilihan jawabannya salah maupun belum terdapat pilihan jawaban yang paling benar. Peneliti juga memperbaiki beberapa soal yang memiliki kesalahan pada kata depan dan penggunaan imbuhan.

f. Uji Coba Produk

Hasil uji coba produk dianalisis menggunakan TAP pada soal tipe A dan B. hasil TAP ditampilkan dalam bentuk beberapa kolom yang berisikan kolom item, key, number correct, item difficulty, discrimination index, correct in high group, correct in low group, point biser dan adj. point biser. Item berisikan nomer soal, key menunjukkan kunci jawaban soal, number correct menunjukkan jumlah siswa yang menjawab benar pada setiap butir soalnya, item difficulty berisikan tingkat kesukaran soal, discrimination index berisikan daya pembeda soal, point biserial menunjukkan validitas soal, dan adjusted point biser menunjukkan korelasi. Kemudian di bawah tabel tersebut terdapat hasil dari reliabilitas soal. Pada bawah hasil reliabilitas terdapat tabel lain yang berisikan kolom quick options analysis yang menunjukkan hasil analisis pengecoh.

1) Soal Tipe A

Berdasarkan hasil analisis butir soal tipe A dengan menggunakan aplikasi TAP menunjukkan soal tipe A memiliki 11 soal yang valid dan 14 soal yang tidak valid, memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,641, terdapat 6 soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori jelek, 10 soal dengan kategori cukup, 6 soal dengan kategori baik dan 3 soal dengan kategori baik sekali, 10 soal dengan kategori tingkat kesukaran sedang dan 15 soal dengan kategori tingkat kesukaran sukar, terdapat 3 option pengecoh yang tidak berfungsi.

Gambar 4.1 Contoh Hasil Analisis Pengecoh Tipe A

Pada salah satu contoh hasil analisis pengecoh diatas, pada option 2 (B), kelompok atas (high group) memilih option yang salah lebih banyak dibandingkan kelompok bawah (low group). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah siswa kurang memahami soal tersebut.

2) Soal Tipe B

Berdasarkan hasil analisis butir soal tipe B dengan menggunakan aplikasi TAP menunjukkan soal tipe B memiliki 6 soal yang valid dan 1 soal yang valid, memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,501, terdapat 17 soal dengan kategori jelek, 5 soal dengan kategori cuku, dan 3 soal dengan kategori baik, terdapat 15 soal dengan kategori tingkat kesukaran sedang dan 10 soal dengan tingkat kesukaran sukar, terdapat 4 option pengecoh yang tidak berfungsi.

Gambar 4.2 Contoh Hasil Analisis Pengecoh Tipe B

Pada salah satu contoh hasil analisis pengecoh diatas, pada option 4 (D), kelompok atas (high group) memilih option yang salah lebih banyak dibandingkan kelompok bawah (low group). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah siswa kurang memahami soal tersebut.

g. Revisi Produk

Dari hasil ujicoba produk, terdapat beberapa soal yang tidak valid. Kemudian peneliti mengugurkan soal-soal yang tidak valid. Kemudian soal yang memiliki daya beda yang cukup dan rendah, soal tersebut juga tidak digunakan. Soal-soal yang memiliki daya pembeda cukup dan rendah menunjukkan bahwa soal tersebut kurang dapat membedakan antara siswa yang pintar dengan siswa yang kurang pintar. Kemudian dari soal yang valid dan memiliki daya beda berkategori baik serta baik sekali ada beberapa soal yang memiliki pengecoh tidak berfungsi. Berikut adalah revisi pengecoh yang tidak berfungsi dari soal-soal yang valid dan berdaya pembeda baik.

Tabel 4.13 Revisi pengecoh

Nomor

Soal Tipe Soal

Option Pengecoh yang tidak berfungsi Revisi 1 A c. 42 : -7 d. –(7 x 15) c. -42 x (-15) d. -(42 : 7) 5 B a. -348 a. -338

Terdapat 12 soal dengan kualitas soal yang sudah baik. Peneliti kemudian menyusun soal dari tipe A dan tipe B menjadi gabungan soal yang tidak menggunakan tipe yang berbeda. Peneliti menyusun soal berdasarkan urutan dimensi proses kognitif. Produk terdiri dari Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator, soal, kunci jawaban, ranah kognitif, dan tingkat kesukaran.

Tabel 4.14 Nomor Soal Produk Akhir

Tipe Soal Nomor Soal Awal Nomor Soal Produk Akhir A 1 1 A 3 2 B 5 3 A 7 4 A 10 5 A 17 6 A 18 7 A 19 8 A 20 9 B 20 10 B 22 11 A 24 12

2. Kualitas Produk Tes Hasil Belajar a. Analisis Uji Validitas

Berdasarkan perhitungan validitas pada bab 3, dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% untuk N= 33 dengan nilai rxy = 0,344. soal dikatakan valid jika > 0,344.

Tabel 4.15 Analisis Uji Validitas Soal Tipe A dan Kategorinya

Kategori No soal

Valid 1,3,7,8,10,14,17,18,19,20,22,24 Tidak Valid 2,4,5,6,9,11,12,13,15,16,21,23,25

Tabel 4.16 Analisis Uji Validitas Soal Tipe B dan Kategorinya

Kategori No soal

Valid 5,8,9,10,20,22,25

Tidak Valid 1,2,3,4,6,7,11,12,13,14,15,16,17,18,19,21,23,24

Dari hasil analisis uji validitas butir soal yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa soal tipe A dan tipe B memiliki hasil analisis validitas butir soal yang berbeda. Pada analisis uji validitas soal tipe A terdapat 44% soal yang valid. Pada soal tipe A terdapat 12 soal yang valid, sedangkan pada soal tipe B terdapat 7 soal yang valid. Nomor soal yang valid pada soal tipe A adalah nomor 1,3,7,8,10,14,17,18,19,20,22,24. Pada analisis uji validitas soal tipe B terdapat 28% soal yang valid. Nomor soal

yang valid pada soal tipe B adalah 5,8,9,10,20,22,25. Dari soal tipe A dan B ada 19 soal yang valid.

b. Analisis Uji Reliabilitas

Berdasarkan tabel 3.7 pada Bab 3, hasil analisis uji reliabilitas pada soal tipe A dan tipe B memiliki tingkat reliabilitas yang berbeda. Soal tipe A memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,641 berkategori “cukup” Sedangkan soal tipe B memiliki tingkat reliabiltas sebesar 0,501 berkategori “cukup”.

c. Analisis Uji Daya Pembeda

Berdasarkan tabel 3.8 pada bab 3, soal dikatakan memiliki daya pembeda baik jika ≥ 0,41. Soal-soal yang dikembangkan dan dipilih soal-soal dengan daya pembeda dengan kriteria baik dan sangat baik.

Tabel 4.17 Analisis Uji Daya Pembeda Soal Tipe A dan Kategorinya

Kategori Nomor Soal

Jelek 2,6,13,15,23

Cukup 4,5,8,9,11,12,14,16,22,25 Baik 1,17,18,19,20,24

Tabel 4.18 Analisis Uji Daya Pembeda Soal Tipe B dan Kategorinya

Kategori Nomor Soal

Jelek 1,2,3,4,6,7,11,12,13,15,16,17,18,19,24,25 Cukup 8,9,10,14,23

Baik 5,20,22 Baik sekali -

Analisis daya pembeda dilakukan bertujuan untuk membedakan antara siswa yang pintar dengan siswa yang bodoh. Kategori yang digunakan (Arikunto, 2012: 232) pada analisis daya pembeda adalah 0,41 dengan kategori “baik”. Analisis butir soal daya pembeda pada soal tipe A terdapat 3 soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori “baik sekali” yaitu soal nomor 3,7,10 dan soal yang memiliki 6 soal dengan kategori “baik” yaitu soal nomor 1,17,18,19,20,24. Sedangkan pada soal tipe B terdapat 3 soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori “baik” yaitu soal nomor 5,20,22. Dari soal tipe A dan tipe B ada 9 soal dengan kriteria baik dan 3 soal dengan kriteria sangat baik.

d. Analisis Uji Tingkat kesukaran

Berdasarkan tabel 3.9 pada bab 3, ada 3 kategori tingkat kesukaran yaitu Soal dengan indeks kesukaran 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar, soal dengan indeks kesukaran 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang dan soal dengan indeks kesukaran 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah.

Tabel 4.19 Analisis Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe A dan Kategorinya

Kategori Nomor Soal

Sukar 1,2,3,4,6,8,10,11,12,14,15,19,20,23,25 Sedang 5,7,9,13,16,17,18,21,22,24

Mudah -

Tabel 4.20 Analisis Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B dan Kategorinya

Kategori Nomor Soal

Sukar 1,2,9,10,12,13,17,18,21,25

Sedang 3,4,5,6,7,8,11,14,15,16,19,20,22,23,24, Mudah -

Analisis tingkat kesukaran dilakukan bertujuan untuk mengetahui klasifikasi tingkat kesukaran soal dimulai dengan soal mudah, sedang dan sukar. Pada soal tipe A diperoleh hasil 0% mudah (0 soal), 40% sedang (10 soal) dan 60% sukar (15 soal). Sedangkan pada soal tipe B diperoleh hasil 0% mudah (0 soal), 60% sedang (15 soal) dan 40% sukar (10 soal). Dari soal tipe A dan soal tipe B jumlah soal dengan kategori mudah 0 soal, kategori sedang 25 soal, dan kategori sukar 25 soal.

e. Analisis Pengecoh

Arikunto (2012: 234) pengecoh dapat berfungsi dengan baik jika pengecoh dipilih oleh 5% pengikut tes.

Nomor Soal Kunci jawaban Option yang berfungsi Option yang tidak berfungsi 1. B A C D 2. C A B D 3. B A C D 4. A B C D 5. C A B D 6. D A B C 7. C A B D 8. D A B C 9. B A C D 10. D A B C 11. C A B D 12. A B C D 13. A B C D 14. D A B C 15. D A

B C 16. B A C D 17. C A B D 18. D A B C 19. A B C D 20. B A C D 21. C B D A 22. B A C D 23. D A B C 24. C A B D 25. A B C D

Tabel 4.22 Hasil Pengecoh Soal Tipe B dan Kategorinya

No soal Kunci Jawaban Option yang berfungsi Option yang tidak berfungsi 1. D C A B 2. B A C D 3. A B

C D 4. C A B D 5. C B D A 6. B A C D 7. B A C D 8. B A C D 9. D B C A 10. C A B D 11. C A B D 12. D A B C 13. C A B D 14. A B C D 15. A B C D 16. A B C D 17. D A B C 18. A B C D

19. C A B D 20. C A B D 21. B A C D 22. A B C D 23. A B C D 24. B A C D 25. C A B D

Pada soal tipe A terdapat 72 pengecoh yang berfungsi dari 75 pengecoh yang disediakan. Pada nomor 1 option C dan option D tidak berfungsi. Kemudian pada nomor 21 option A tidak berfungsi. Sedangkan pada soal tipe B terdapat 71 pengecoh yang berfungsi dari 75 pengecoh yang disediakan. Pada nomor 1 option A dan option B tidak berfungsi. Kemudian pada nomor 5 option A tidak berfungsi dan nomor 9 option A tidak berfungsi.

102 BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pengembangan tes hasil belajar dikembangkan menggunakan tahap pengembangan hasil modifikasi langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall. Ada 7 tahap pengembangan yaitu 1) potensi dan masalah, 2)pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) ujicoba produk, 7) revisi produk sampai menghasilkan produk tes hasil belajar kompetensi dasar operasi hitung campuran untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

2. Hasil penelitian dan pengembangan ini menunjukkan (a) hasil analisis validitas butir soal pada 50 butir tes diperoleh 36% soal valid, (b) soal termasuk reliabel, (c) daya beda butir tes yaitu kategori baik 75% dan kategori baik sekali 25%, (d) tingkat kesukaran butir tes diperoleh hasil yaitu kategori mudah 0%, kategori sedang 50%, dan kategori sukar 50%, (e) terdapat 3 pengecoh yang tidak berfungsi yaitu pada nomor 1 option c dan option, nomor 3 option a. kemudian pengecoh tersebut dilakukan revisi. B.Keterbatasan Pengembangan

Peneliti mengakui bahwa pengembangan produk berupa tes hasil belajar ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya:

1. Penelitian pengembangan ini menggunakan langkah-langkah pengembangan menurut Borg and Gall hanya tahap ketujuh adalah revisi desain yang menghasilkan produk uji coba terbatas. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti.

2. Pengecoh yang tidak berfungsi direvisi namun tidak dilakukan uji coba kembali karena keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti.

3. Terdapat beberapa nomor soal yang gugur sehingga indikator pada nomor soal yang gugur tidak bisa mengukur kemampuan siswa.

C.Saran

Peneliti memiliki saran untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian pengembangan tes hasil belajar kompetensi dasar operasi hitung campuran untuk siswa kelas V Sekolah Dasar :

1. Pada penelitian selanjutnya, peneliti dapat menggunakan kesepuluh langkah Borg and Gall agar produk yang dihasilkan dapat diprosuksi secara masal dengan kualitas produk yang lebih baik lagi.

2. Pada penelitian selanjutnya, peneliti dapat melakukan uji coba kembali pada pengecoh yang tidak berfungsi untuk mengetahui pengecoh yang telah direvisi dapat berfungsi.

Pada penelitian selanjutnya, pada nomor soal yang gugur sehingga ada beberapa indikator yang tidak dapat mengukur kemampuan siswa sebaiknya dilakukan revisi dan diuji cobakan kembali.

104

DAFTAR REFERENSI

Anderson & Krathwohl .(2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran, dan asesmen revisi taksonomi pendidikan bloom. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Azwar, Saifuddin. (1996). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran

Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Azwar, Saifuddin. (2009). Realiabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, Saifuddin. (2013). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran

Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar. Jakarta: CV. Catur Tamajaya

Bayuni, dkk. (2013). Pengembangan Tes Matematika dengan Teknik Part-Whole pada Siswa SD Kelas IV Se-Kecamatan Gianyar.

Dellasera, Qory. (2015). Kualitas Pendidikan Indonesia (Refleksi 2 Mei). Jakarta: Kompasiana

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Gunanto dan Kasri, Khafid. (2010). Active Mathematics. Jakarta: Esis

Haris, Abdul dan Jihad, Asep. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo

Hayati, Nila. (2013). Pengembangan Butir Soal Matematika SD Di Kabupaten Lombok Timur Sebagai Upaya Pengadaan Bank Soal. Tesis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Koesoema, Doni. (2013). Indonesia Paling Bahagia. Jakarta: Kompas Cetak

Kusaeri. (2014). Acuan & Teknik Penilaian Proses & Hasil Belajar Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Mardapi, Djemari. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Mardhiyanti, dkk. (2013). Pengembangan Soal Matematika Model PISA untuk Mengukur Kemampuan Komunakasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan. Sumatera Selatan: Universitas Sriwijaya

Masidjo, Ignasius. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius

Mulyasa, E. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Purwanto. (2009). Evalusi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rusdiana, Ratnawulan, Elis. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CV Pustaka Setia

105

Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sardjana, dkk. (2009). Ayo Belajar Matematika Kelas 5 SD. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi (mixed methods). Bandung: ALFABETA

Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi (mixed methods). Bandung: ALFABETA

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sulistyorini. (2009). Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Teras

Suprananto, Kusaeri. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Jakarta: Graha Ilmu

Surapranata, Sumarna. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar Edisi Pertama. Jakarta: Kencana

Suwandi, Sarwiji. (2010). Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pressindo

Suwarto. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran. Yogyakarta: IKAPI

Undang-Undang. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Agama. Widoyoko, Eko Putro. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Widoyoko, Eko Putro. (2014). Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Widoyoko, Eko Putro. (2015). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

104

106 Lampiran 1

107 Lampiran 2

108 Lampiran 3

Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Guru

No Pertanyaan Jawaban

1.

Apakah Bapak/Ibu membuat soal sendiri dalam melakukan evaluasi pembelajaran kepada siswa ?

Guru jarang sekali membuat soal sendiri dalam melakukan evaluasi pembelajaran kepada siswa. Guru hanya mengambil soal-soal dari buku soal atau buku referensi yang dimiliki guru.

2.

Apakah dalam proses pembuatan soal Bapak/Ibu guru membuat indikator dari Standar

Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) yang memuat dimensi proses kogitif (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, mencipta)?

Guru dalam proses pembuatan soal guru membuat soal sesuai dengan SK dan KD namun belum memperhatikan indikator serta hanya membuat dimensi kognitif hanya sampai menerapkan.

3.

Apakah soal yang diberikan kepada siswa dibuat kisi-kisinya terlebih dahulu?

Guru membuat kisi-kisi terlebih dahulu secara sederhana belum spesifik. 4.

Apakah soal yang diberikan kepada siswa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa?

Guru memberikan soal berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

5.

Apakah soal yang diberikan kepada siswa sebagian besar dalam bentuk soal pemecahan masalah berupa soal cerita?

Guru memberikan soal lebih banyak dalam bentuk soal mengingat dan memahami. Soal dalam bentuk pemecahan masalah masih sangat sedikit.

6.

Apakah sebelum Bapak/Ibu guru mengujikan soal tes, Bapak/Ibu guru melakukan validasi dan reliabilitas soal tersebut?

Guru jarang sekali melakukan validitas dan reliabilitas untuk soal yang akan diberikan pada siswa

109 7.

Apakah soal matematika yang selama ini diujikan kepada siswa masih perlu disempurnakan?

Soal matematika masih sangat perlu diperbaiki dan dibuat lebih baik lagi

8.

Apakah Bapak/Ibu guru menemukan kesulitan dalam proses pembuatan soal ?

Guru masih mengalami kesulitan dalam proses pembuatan soal

9.

Apakah Bapak/Ibu membutuhkan soal matematika yang sudah valid dan reliabel?

Guru sangat membutuhkan contoh soal yang sudah teruji (valid dan reliabel)

10.

Apakah Bapak/Ibu guru dalam membuat soal memperhatikan karakteristik butir soal (tingkat kesulitan, daya beda, dan analisis pengecoh)?

Guru sudah mulai

memperhatikan karakteristik butir soal namun hanya sekedar persepsi dari guru tidak diolah.

110 Lampiran 4

113 Lampiran 5

Tabel Spesifikasi Mata Pelajaran : Matematika

Semester : I (satu)/ ganjil

Kelas : V (lima) SD

Dimensi Proses Kognitif Bloom

Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Mencipta Tingkat kesulitan Rendah 25% - - - - Sedang - - 50% - - Tinggi - - - - 25% Standar Kompetensi:

1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar:

1.3 Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat

Materi : Operasi hitung campuran bilangan bulat Bentuk soal : Pilihan ganda

114 Indikator Materi Aspek berpikir yang diukur Soal 1.3.1 Memilih tanda operasi hitung yang digunakan terlebih dahulu

Dokumen terkait