TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana
2.3 Macam – Macam Kontrasepsi .1 Kontrasepsi Hormonal .1 Kontrasepsi Hormonal
2.3.1.1 Kontrasepsi Hormonal Suntikan Medroksi Progesteron Asetat (MPA) / Depo Gestagen
Medroksi Progesteron Asetat
MPA termasuk jenis gestagen alamiah yang berasal dari turunan progesteron yang memiliki ikatan reseptor yang relatif kuat terhadap reseptor glukokortikoid dan aldosteron. Khasiat glukokortikoidnya baru akan terlihat pada pemberian dosis tinggi. MPA tidak memiliki khasiat antiandrogen dan karena tidak melalui hati, keberadaannya dalam serum mencapai 100% dan hampir 88% terikat pada albumin. Depo MPA merupakan suspensi mikrokristal yang membentuk depo pada tempat penyuntikan intramuskular (IM). MPA terutama bekerja sebagai penghambat ovulasi. (Prawirohardjo, 2002)
Kelebihan injeksi adalah sebagai berikut: • Tidak perlu takut lupa
• Tidak memiliki efek samping yang disebabkan oleh estrogen
• Tidak perlu diingat kecuali waktu kembali
mendapatkan suntikan berikutnya
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
• Tidak mempengaruhi pemberian ASI
• Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik
(Prawirohardjo, 2002)
Meskipun kontrasepsi injeksi banyak digunakan tetap saja banyak yang tidak ingin melanjutkan untuk jangka panjang karena sering ditemukan gangguan haid.
Kerugian :
• Pengembalian kesuburan tertunda hingga satu tahun
• Haid tidak teratur dan terjadi pendarahan bercak
• Amenore
• Pertambahan berat badan akibat peningkatan nafsu makan
• Galaktore
• Depresi dan kehilangan libido dilaporkan, tetapi masih belum jelas apakah kondisi tersebut akibat suntikan atau keadaan lain.
• Kemungkinan peningkatan resiko osteoporosis.
(Prawirohardjo, 2002)
a. Penggunaan DMPA
Ali (2002) memaparkan tantang cara pemberian depo gestagen dapat dilihat pada gambar (Gambar 1). Depo MPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intragluteal atau intradeltoid. Penyuntikan di tangan
menimbulkan kesan seolah-olah wanita tersebut
mendapatkan suntikan vaksinasi sehingga penyuntikan cara ini tidak begitu disukai dan menimbulkan rasa sakit. Injeksi pertama diberikan pada hari kelima siklus haid dengan tujuan untuk menyingkirkan bahwa wanita tersebut sedang tidak hamil. Suntikan berikutnya diberikan setiap 90 hari baik wanita sedang haid atau tidak.
Gambar b. Cara ke S kadarny bertahan menekan sedikit a D melahirk (ASI) da viskosita sperma transform lambat mengham mempen c. Perubah penggun H jika se hormonal menginduk memetab untuk m
UIN Syarif Hidayatullah Jakar bar 1. Skema penyuntikan DMPA (Ali, 2002)
kerja DMPA
Setelah penyuntikan DMPA dalam waktu 24 ja nya dalam serum mencapai 2-5 µg/ml dan kadarny
an cukup lama dan turun perlahan – lahan. DMP kan sekresi LH preovulatorik sehingga ovulasi palin dikit akan tertekan untuk 3 bulan pertama.
Depo MPA dapat segera diberikan setela hirkan tanpa takut mempengaruhi produksi air susu ib dan tanpa mengganggu involusio uteri. Menyebabka sitas lendir serviks meningkat sehingga penetra a terganggu. Depo MPA menyebabkan perubaha ormasi abortif sekretorik pada endometrium, yan t laun akan menjadi atrofi. Selain itu Depo MP
hambat transportasi gamet oleh tuba ser
engaruhi kapasitas sperma. (Ali, 2002)
ahan Efektivitas Kontrasepsi Terkait dengan unaan dari obat lain
Handbook of Contraception (2006) menjelaska seorang wanita yang menggunakan kontrasep monal mengonsumsi obat atau produk herbal yan
induksi enzim, termasuk CYP3A4, yan
tabolisme hormon kontrasepsi, sebaiknya dianjurka menggunakan kontrasepsi tambahan atau metod arta jam rnya PA aling telah u ibu bkan trasi ahan yang PA serta ngan skan sepsi yang yang rkan tode
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
• barbiturat • bosentan • karbamazepin • felbamat • griseofulvin • fenitoin
kontrasepsi yang berbeda. Obat atau produk herbal yang menginduksi enzim tersebut dapat menurunkan konsentrasi plasma hormon kontrasepsi, dan dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi hormonal.
Beberapa obat atau produk herbal yang dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi hormonal meliputi:
Aminoglutetimid
Aminoglutethimide diberikan bersamaan dengan Depo MPA secara signifikan dapat menekan konsentrasi serum medroksiprogesteron asetat. Pengguna Depo MPA harus diperingatkan tentang kemungkinan penurunan efetivitas dengan penggunaan ini atau obat terkait. (Van Deijk, 1985)
d. Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Tubuh Selama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Semua organ tubuh wanita yang berada di bawah pengaruh hormon seks tentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Pada organ- organ tersebut akan terjadi perubahan – perubahan tertentu, yang terjadinya sangat tergantung pada dosis, jenis hormon, dan lama penggunaannya. Organ – organ tubuh yang paling banyak
mendapat pengaruh kontrasepsi hormonal adalah
endometrium, miometrium, serviks dan payudara.
(Ali,2002) • rifampin • St. John's wort • topiramat • antibiotik • aminoglutetimid
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta e. Farmakologi klinik
Hartanto ( 2004 ) menjelaskan bahwa kontrasepsi
hormonal suntik DMPA tersedia dalam larutan
mikrokristalin. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg DMPA tercapai kadar puncak, lalu kadaranya tetap tinggi selama 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih. Pada pemakaian jangka panjang tidak terjadi efek akumulatif dari DMPA dalam darah / serum.
d. Indikasi dan Kontraindikasi DMPA
Meskipun banyak keuntungannya seperti mudah
digunakan, tidak perlu takut lupa, kehandalan
kontrasepsinya tinggi, serta tidak mengandung estrogen, depo MPA sering menimbulkan gangguan haid. Oleh karena itu, depo MPA hanya dipandang sebagai metode kontrasepsi alternatif. Padahal, efektivitas kontrasepsinya cukup tinggi, hampir sama dengan kehandalan pil kontrasepsi. Jadi, jika kita tidak mau membebani wanita dengan estrogen dan wanita tersebut mau menerima pendarahan yang terjadi, maka kontrasepsi depo MPA merupakan suatu alternatif terbaik. Keputusan memilih jenis depo MPA yang akan digunakan sangat bergantung pada efektivitas kontrasepsinya atau yang sedikit menimbulkan pendarahan.
Depo MPA tidak meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu sangat baik diberikan pada ibu- ibu yang menyusui. Depo MPA dapat diberikan segera setelah bersalin atau saat si ibu akan pulang dari rumah sakit. Jika terjadi peningkatan gula darah pada wanita kencing manis (DM), suntikan berikutnya harus dihentikan, atau kalau juga sutikannya ingin diteruskan wanita tersebut
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta harus berada di bawah pengawasan yang ketat. Pada wanita usia muda apalagi belum memiliki anak lebih baik jangan diberikan depo- MPA, kecuali kalau memang tidak ada pilihan lain.
Kerugian lain dari penggunaan sediaan depo MPA adalah wanita sangat tergantung sekali dengan sarana pelayanan karena sediaan ini tidak dapat dihentikan sewaktu - waktu sebelum suntikan berikutnya, dan tidak ada jaminan perlindungan terhadap infeksi penyakit menular, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV. ( Prawihardjo, 2002)
f. Efektivitas Depo MPA
Dalam hal penekanan terhadap ovulasi depo MPA tersebut efektivitasnya hampir sama dengan pil kombinasi. Kehandalan kontrasepsinya melebihi minipil maupun IUD. Indeks Pearl untuk depo MPA adalah 0 – 1,2. Kegagalan terjadi pada umumnya karena ketidakpatuhan untuk datang pada jadwal suntikan yang telah ditetapkan, atau teknik penyuntikan yang salah. Injeksinya harus benar- benar intragluteal. (Ali, 2002)
g. Dampak Lain yang Dapat Muncul pada Penggunaan Depo MPA
Gangguan haid merupakan keluhan yang paling sering ditemukan seperti
• Siklus haid yang memendek atau memanjang
• Pendarahan yang banyak atau sedikit
• Pendarahan yang tidak teratur atau pendarahan bercak
• Tidak haid sama sekali ( amenorea)
Gangguan haid paling sering terjadi pada bulan pertama penyuntikan. Setelah satu atau dua tahun penyuntikan akan terjadi amenorea pada kebanyakan wanita. (Ali, 2002)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta h. Kembalinya Ovulasi Setelah Penghentian Depo MPA
Salah satu alasan penggunaan depo MPA kurang begitu populer di kalangan masyarakat adalah bahwa kembalinya kesuburan memerlukan waktu lama. Tiidak dapat dipungkiri lagi bahwa setelah penghentian penggunaan pil maupun AKDR, kesuburan lebih cepat kembali ( rata- rata 2 bulan ), sedangkan setelah penghentian penggunaan depo MPA memerlukan waktu kira – kira 10 bulan. Perlu dijelaskan di sini bahwa keterlambatan kesuburan setelah penyuntikan depo MPA bukanlah disebabkan oleh terjadinya kelainan atau kerusakan pada organ genitalia, melainkan karena masih saja terjadi pelepasan gestagen yang terus – menerus dari depo yang terbentuk di tempat suntikan. (Ali, 2002)
i. Efek Samping Penggunaan Depo MPA
Efek samping yang serng ditemukan adalah
penambahan berat badan, mual, berkunang- kunang, sakit kepala,nervositas, akne, turunnya libido, vagina kering, dan perasaan tertekan. Karena depo gestagen tidak mengandung unsur estrogen, efek samping yang sering terjadi jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan pil yang mengandung estrogen. Terdapat penelitian yang menemukan terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan depo MPA jangka panjang. Perlu disadari bahwa setiap penurunan kadar HDL serum merupakan faktor risiko untuk terkena penyakit jantung koroner ( PJK ).
Pada penggunaan depo MPA lima tahun ditemukan penurunan massa tulang pada femur sebanyak 7%. Namun ada penelitian yang lain tidak menemukan pengurangan masaa tulang, sehingga banyak ahli yang berpendapat bahwa depo MPA dapat digunakan hormon untuk pencegahan kekeroposan tulang pada wanita pasca menopause. Pada
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta wanita yang menggunakan depo MPA kemungkinan risiko terkena kanker payudara sangat kecil karena gestagen akan menekan kerja estrogen. Pada wanita dengan kanker payudara yang memerlukan kontrasepsi dapat saja diberikan depo gestagen. Selain itu, depo MPA juga mengurangi risiko terkena kanker endometrium. Khasiat ini masih terlihat sampai delapan tahun setelah pemberian dihentikan. (Ali, 2002)