• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.6. Kontribusi Gaya Hidup Kelompok pada Tingkat Konsumtifitas

Terkait dengan poin-poin sebelumnya, dari hasil penelitian ini kelompok ternyata memiliki kontribusi yang besar pada anggota kelompoknya. Dimana para informan yang merupakan anggota kelompok pengajian tersebut harus mengeluarkan dana tambahan untuk menunjang penampilannya, khususnya dalam hal fashion. Pernyataan ini didukung hasil penelitian yang didapat dari 8 informan yang diwawancarai, dan seluruh informan setuju bahwa kelompok turut mempengaruhi pengeluaran informan.

“Ikut kali lah, orang yang lain pakai baju bagus- bagus, kita yang tadinya nggak kepingin kan jadi kepingin. Belum lagi omongan ibu-ibu, taulah akhirnya ikut lah kita beli baju gitu, hehhe.” (Informan CC)

“Pasti ada, tapi pinter-pinter kita aja mensiasatinya.” (Informan FTN)

“Oojelas, kayak yang tante bilang tadi kayak

dresscode pas pengajian atau apalah itu kan nambah

pengeluaran. Tapi nggak papa, yang penting hati bahagia, hehhe.” (Informan SL)

”Yaiyalah, kayak kalau di pengajian pada pakai baju modis, trendi, bagus-bagus terus tante pakai baju biasa, ya minder lah. Emang sih nggak ada sanksi gitu, tapi kan kita ngerasa aneh sendiri. kayak misal temen pakai baju bagus, tante suka, tante tanya beli

dimana gitu ga. Nambah lagi deh bajunya, hehhe.” (Informan ADR)

“Ya. Kalau udah kumpul gitu kan kadang suka pada jor-joran gitu. Ya akhirnya kebawa lah tante, hehhe.” (Informan YNT)

“Jelas lah mbak, hehe. Apalagi kalau lagi kumpul gitu, wahh...hehe. Aaapa aja dibahas, tau lah ibu-ibu ni hehee. Nanti ada yang satu bajunya bagus, yang ini bagus, trus suami kan juga nggak ada jadi ya pelampiasannya shopping, hehe.” (Informan SA) “Ya pastilah ga. Kita kan hidup di tengah masyarakat, bukan tinggal sendiri di hutan, hehhe. Apalagi mbak kan nggak suka ya pakai baju kalau udah banyak dipakai orang. Kadang sih mikir juga, kayaknya udah over budget ni. Akhirnya mbak cobak siasatin kayak di mix and match yang ada deh, tapi ya yang namanya mata ini nggak bisa diajak kompromi, hehhee. Akhirnya beli lagi yang baru, hehe.” (Informan MW)

Gambar 4.4 Gambar 4.5

Gambar 4.6 Gambar 4.7

Keterangan Gambar :

Gambar 4.2. : Informan pada saat menjadi panitia penerima tamu dari salah satu anggota pengajian SJU dengan dresscode “orange”

Gambar 4.3. : Informan dengan anggota pengajian pada acara buka puasa bersama di Hotel Santika dengan dresscode “Blazer motif bunga”

Gambar 4.4. : Informan sebagai panitia penerima tamu dengan dresscode “hijau- ungu”

Gambar 4.5. : Informan mengikuti pengajian dengan dresscode “fucia-biru elektrik”

Gambar 4.6. : Mengikuti pengajian dengan dresscode putih

Gambar 4.7. : Berlibur dengan anggota pengajian dengan tema dresscode “pantai”.

Selain pengeluaran tambahan dalam hal fashion, didapat alasan lain untuk pengeluaran tambahan ini, yaitu pengeluaran untuk “wisata rohani” bersama anggota kelompok pengajian, seperti yang diakui informan EDL yang merupakan anggota kelompok pengajian SJU yang merupakan kelompok pengajian elit di Kota Medan. Untuk wisata rohani ini tentunya tidak semua pengajian menjalankannya . Hal ini dikarenakan tujuan wisata rohani biasanya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sehingga tak semua kelompok pengajian mempunyai agenda wisata rohani.

Pengaruh kali lah ga, kayak fashion atau perhiasan gitu. Bukannya cakap sombong ya ga, kadang tante ini suka apa ya, kayak ibu-ibu itulah pamer berlian, baju, tas, sepatu, sampai rumah, semua lah. Tante pun bisa kayak gitu. Karena tante udah bisa dibilang berumur ya, tante udah lewat masa itu kalau 2 tahun yang lalu ialah tante masih suka gitu. Ya kalau sekarang tante merasa udah punya semuanya. Jadi kalo mereka kayak gitu tante juga punya kok. Selain baju gitu-gitu, pengeluaran yang lumayan besar itu biasanya buat liburan. Kayak Desember 2013 kemaren ada liburan pengajian SJU, tur bersama Umi pipik ke Jakarta dan Bandung terus kemaren itu ke Jepang, Hongkong, bentar lagi mau ke Malaysia

terus juga tiap tahun ada umroh bareng.” (Informan EDL)

Meski agenda utama adalah wisata rohani, namun dilihat dari tujuan wisatanya dapat diambil kesimpulan bahwa para anggota kelompok pengajian hanya menggunakan label kelompok untuk jalan-jalan dan berbelanja keluar negeri atau keluar kota dengan teman satu kelompok pengajian. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan EDL sebagai berikut :

“Liburan bareng temen-temen pengajian itu cukup nguras kantong ya, tante boros banget kalau udah kumpul sama ibu-ibu itu. Kalau buat liburan ke luar tante biasanya punya budget sendiri ya, lebih banyak. Bisa sampai Rp 30.000.000 sampai Rp 50.000.000. Biasanya itu buat belanja tas, sepatu, baju-baju. Kalau yang sampai borong gitu biasanya kalau ke luar sama temen-temen kompak tante (yang juga merupakan anggota kelompok pengajian SJU). Kayak kemaren ke Jepang, Hongkong, Thailand itu kan lucu-lucu barangnya. Jadinya malah belanja aja, tapi ada juga wisata yang memang wisata rohani kayak umroh (tiap tahun) sama acara sama pipik kemaren.

Gaya hidup konsumtif para informan seperti yang telah dianalisis di atas tentunya tak dapat dipisahkan dari peran serta komunitas / kelompoknya. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa kelompok memberikan kontribusi yang besar terhadap para anggotanya. Dari 8 orang informan yang merupakan pelanggan butik Labiba sekaligus anggota kelompok pengajian menyatakan bahwa kelompok mempunyai peran yang besar dalam hal pengeluaran. Pengeluaran terbanyak adalah dalam urusan fashion baik menggunakan dresscode maupun tidak, karena menurut informan tidak mungkin menggunakan busana yang sama pada setiap pertemuan. Para Informan juga tak menampik bahwa terdapat persaingan di dalam kelompoknya, meski kelompok tersebut merupakan

kelompok agama/ pengajian. Persaingan itu biasanya lebih kepada fashion, perhiasan, mobil, sampai rumah (sebagai tempat diselenggarakannya acara). Pengeluaran yang tak kalah besar adalah untuk urusan jalan-jalan atau yang mereka sebut sebagai wisata rohani.