• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Hidup Konsumtif Dalam Fashion (Studi Kasus Pada Para Wanita Berbusana Muslim di Kota Medan Yang Merupakan Pelanggan Butik Labiba Medan Johor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gaya Hidup Konsumtif Dalam Fashion (Studi Kasus Pada Para Wanita Berbusana Muslim di Kota Medan Yang Merupakan Pelanggan Butik Labiba Medan Johor)"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Interview Guide Penelitian Skipsi Gaya Hidup Konsumtif dalam Fashion

( Studi Kasus Pada Para Pelanggan Wanita Berbusana Muslim Butik Labiba di Kota Medan)

I. Profil Informan

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur/ tgl lahir : 4. Status Perkawinan :

5. Pekerjaan

Suami :

Istri :

6. Pendidikan

Suami :

Istri :

7. Etnis :

8. Penghasilan : 9. Historis keluarga : 10. Frekuensi berbelanja :

11. Referensi fashion : tdk ada ( ), televisi ( ), majalah ( ), sinetron ( ), artis ( ), penjaga butik ( ), youtube ( ), lain-lain ( ). 12. Pandangan pada :

(2)

I. Habitus

1. Bagaimana pendapat anda mengenai busana muslim trendi masa kini ? 2. Kapan dan untuk apa biasanya anda membeli busana muslim terbaru ? 3. Apakah anda selalu mengikuti tren busana muslim ?

4. Bagaimana menurut anda tentang gaya busana muslim yang kuno ?

5. Apakah yang menjadi motivasi anda menggunakan busana muslim yang trendi ?

6. Adakah rasa kepuasan/bahagia jika menggunakan busana muslim yang trendi ?

7. Apakah setiap ada acara (pesta/undangan) anda harus menggunakan baju baru dan jilbab yang stylish ?

8. Apakah anda sering menggunakan jasa loundry untuk mencuci baju-baju anda ? jika ya, sebutkan alasannya !

9. Apakah sebuah merek penting bagi anda ?

II. Modal/Kapital

1. Apakah anda memiliki budget khusus untuk membeli busana muslim ? 2. Apakah anda pernah membeli busana muslim dengan cara mencicil ? Jika

ya, sebutkan alasannya !

3. Apakah ada rasa gengsi bagi anda bila membeli busana muslim dengan cara mencicil ?

4. Apakah anda sering menggunakan kartu kredit untuk membeli busana muslim ?

III. Field

1. Apakah kelompok turut mempengaruhi gaya berbusana anda ? 2. Berapa kali dalam sebulan anda berinteraksi dengan kelompok ? 3. Manfaat apa yang anda dapat dari perkumpulan/kelompok tersebut ? 4. Bagaimana pendapat anda mengenai kelompok pengajian yang

menggunakan dresscode ?

(3)

6. Apakah anda merasa kelompok/komunitas anda eksklusif ?

7. Apakah anda merasa ada persaingan antara kelompok anda dengan kelompok lain dalam hal busana ?

8. Bagaimana anda melihat kesenjangan sosial anda dengan lingkungan sekitar ?

9. Adakah sangsi sosial bila anda tidak menggunakan busana yang trendi/mahal ?

10. Apakah kelompok turut mempengaruhi pengeluaran anda ?

IV. Habitus dan Kapital

1. Apakah ada rasa kepuasan bagi anda jika menggunakan busana muslim yang trendi/mahal ?

2. Bagaimana anda melihat gaya hidup mewah dan motivasi konsumsi dari biaya korupsi di pekerjaan ?

II. Profil Pengelola Butik Labiba

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur/ tgl lahir :

4. Pekerjaan

Suami :

Istri :

5. Pendidikan

Suami :

Istri :

6. Etnis :

7. Penghasilan :

13. Historis Labiba :

(4)

( ), artis ( ), penjaga butik ( ), youtube ( ), lain-lain ( ).

15. Kelompok yang diikuti :

16. Pandangan pada :

a. Nilai materialistis : b. Tindakan konsumtif :

1. Bagaimana pendapat anda mengenai busana muslim trendi masa kini ? 2. Bagaimana menurut anda tentang gaya busana muslim yang kuno ? 3. Setiap berapa bulan pergantian tren busana muslim ?

4. Apakah anda selalu mengikuti tren busana muslim atau justru menciptakan tren sendiri ?

5. Setiap berapa bulan sekali Labiba mengeluarkan produk baru ? 6. Berapa kisaran harga busana muslim di butik Labiba ?

7. Apa yang membuat anda tertarik mendesain busana muslim eksklusif /

glamour ?

8. Pelayanan apa saja yang anda berikan untuk para pelanggan menyangkut kenyamanan dalam berbelanja ?

9. Apakah pelayanan tersebut turut mendongkrak penjualan ? 10. Busana muslim apa yang banyak diminati pelanggan saat ini ? 11. Kapan biasanya para pelanggan banyak mencari busana muslim ?

12. Apakah butik Labiba melayani penjualan dengan sistem kredit ? Jika ya, sebutkan alasannya !

13. Bagaimana menurut anda tentang banyaknya kelompok terutama yang berbau agama mencantumkan dresscode pada setiap acara yang diadakannya ?

(5)

III. Profil Salon Muslimah

1. Nama Salon :

2. Alamat :

3. Referensi model jilbab : tdk ada ( ), televisi ( ), majalah ( ), sinetron ( ), artis ( ), penjaga butik ( ), youtube ( ), lain-lain ( ).

4. Apakah tren busana muslim yang trendi turut mempengaruhi minat pelanggan untuk datang ke salon (terutama dalam kreasi jilbab) ?

5. Kapan pelanggan biasa datang berkunjung untuk memodifikasi jilbab ? 6. Bagaimana model jilbab yang banyak diminati oleh pelanggan ?

7. Berapa tarif yang dikenakan kepada pelanggan untuk setiap jasa kreasi jilbab ?

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Barnard, Malcolm. 1996. Fashion Sebagai Komunikasi: Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender.

Terjemahan Oleh Idi Subandy Ibrahim dan Yosal Iriantara, MS. 2007. Yogyakarta: Jalasutra.

Baudrillard, Jean P. 1970. Masyarakat Konsumsi. Terjemahan Oleh Wahyunto. 2009. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Bourdieu, Pierre. (Habitus x Modal) + Ranah=Praktik. Terjemahan Oleh Pipit Maizer, 2005, Yogyakarta: Jalasutra.

Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Burke, Peter. 1992. Sejarah Dan Teori Sosial. Terjemahan Oleh Mestika Zed & Zulfahmi. 2003. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi: Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

______. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Eviandaru, Monika, Indriaswati DS, Rika Pratiwi, Sri Sulistyani, Wiganti RA, Arimbi, dan Karen E Washburn. 2001. Perempuan Postkolonial dan

(7)

Featherstone, Mike. Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Terjemahan Oleh Misbah Zulfa Elizabeth. 2001. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fitri, Idatul dan Nurul. 2011. 60 Kesalahan Dalam Berjilbab. Jakarta: Basmalah. Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori Sosial. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Ibrahim, Idi Subandy. 2011. Budaya Populer Sebagai Komunikasi.Yogyakarta:

Jalasutra.

Lee, Martyn J. 1933. Budaya Konsumen Terlahir Kembali: Arah Baru Modernitas

dalam Kajian Modal, Konsumsi, dan Kebudayaan. Terjemahan Oleh

Nurhadi. 2006. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Lestari, Diajeng. 2013. Hijupreneur. Jakarta: QultumMedia

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern,

Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers.

Piliang, Yasraf Amir. 2010. Dunia yang Dilipat : Tamasya Melampaui

Batas-Batas Kebudayaan. Bandung: Pustaka Matahari.

_______. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika : Gaya, Kode, dan Matinya

Makna.

Poloma, M. Margaret. 2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Setiadi, Elly M dan Usman. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:

Kencana.

Shahab, Husein. 2013. Hijab Menurut Al-Qur’an dan Al- Sunnah: Pandangan Muthahhari dan Al-Maududi. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

(8)

Suyanto, Bagong dan Sutinah. (Eds.). 2011. Metode Penelitian Sosial: Berbagai

Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

SVD, Bernard Raho. 2013. Agama Dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta: Obor. Syahputra, Iswandi. 2013. Rezim Media: Pergulatan Demokrasi, Jurnalisme dan

Infotainment dalam Indutri Televisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Syam, Nina W. 2012. Sosiologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan

Konseling. Jakarta: Rajawali Pers.

Turner, Bryan S. (Ed.). 2009. Teori Sosial: Dari Klasik Sampai Postmodern. Terjemahan oleh E. Setiyawati A dan Roh Shufiyati. 2012. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wardhana, Veven Sp. 2013. Budaya Massa, Agama, Wanita. Jakarta: PT. Gramedia.

Washburn, E. Karen. 2001. Globalisasi Identitas Pakaian: Jilbab dan Siasat Perempuan Muslim Indonesia. Dalam Evindaru, Monika dkk (Eds.),

Perempuan Postkolonial dan Identitas Komoditi Global (hlm.111-138).

Yogyakarta: Kanisius.

Sumber Lembaga :

Kantor Urusan Agama Islam. 2013. Data Rumah Ibadah Dan Pemeluk Agama Di

Lingkungan Kanwil Kementrian Agama Provinsi Sumatera Utara Tahun

(9)

Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Medan Dalam Angka 2012. Medan: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan.

Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Medan Dalam Angka 2013. Medan: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan

Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Medan Johor Dalam Angka 2013. Medan: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan.

Sumber Majalah :

Kover, September, 2012. Arisan Pengajian Sejuta Umat, hlm 16.

Larasati, Rully, Agustus 2014. Liputan Khas : Harus Eksis Dong!. Femina.hlm. 43

Nurzuhra, wan ulfa. September 2012. Arisan. Kover, hlm. 24.

Sintarini, Tri. April 2013. Komunitas Jurnalis Berhijab : Aktif, Cantik dan Syar’i.

Annisa, hlm.120.

Sumber Skripsi :

Junaidi, Suroyya. 2012. Komunikasi Organisasi Hijabers Community Dalam

Mengkomunikasikan Jilbab Kepada Masyarakat Urban. Skripsi (S-1) Tidak

(10)

Rahmanti, Niza Nur. 2013. Hijabers Community (Studi tentang Konsumsi dan

Komodifikasi Busana Muslim dalam Komunitas Wanita Muslimah Berhijab

di Yogyakarta). Skripsi (S-1) Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada.

Sumber Jurnal (Online) :

Budiono, Taruna. 2013. Pemaknaan Tren Fashion Berjilbab Ala Hijabers Oleh Wanita Muslimah Berjilbab. Interaksi Online, (Online), (http://ejournal-s1.undip.ac.id/ diakses pada tanggal 10 Oktober 2013 pukul 17.50)

Hendariningrum, Retno dan M. Edy Susilo. 2008. Fashion dan Gaya Hidup : Identitas dan Komunikasi. Ilmu Komunikasi, (Online), Vol. 6, No. 2, (http://repository.upnyk.ac.id/ diakses pada tanggal 10 Oktober 2013 pukul 17.53 WIB)

Vera, Nawiroh. 2010. Memahami Sosiologi Kritis dan Sosiologi Reflektif dari Pierre Bourdieu (1930-2002). Communication, (Online), Vol. 1, No.3, (http://academia.edu/ diakses pada tanggal 20 Agustus 2014 pukul 16.12)

Sumber Internet :

www.anthonynh.blogspot.com/2012/11/5-pusat-perbelanjaan-di-medan.html Diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 23.14 WIB

www.bbc.co.uk, diakses pada tanggal 13 November 2013 pukul 11.24 WIB.

(11)

www.dianpelangi.net/boutique/page/3 Diakses Pada Tanggal5 Agustus 2014 Pukul 22.32 WIB

www.jakartafashionweek.co.id, diakses pada tanggal 23 November 2013 pukul 20.23 WIB

www.medanku.com/cinema/grand-palladium/#ixzz39XCEypzd diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 23.06 WIB

www.medan.panduanwisata.com/oleh-oleh/belanja-murah-di-pasar-petisah/ Diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 23.19 WIB

www.pemkomedan.go.id/file/lakip2012.pdf, diakses pada tanggal 11 Juli 2014 pukul 13.15 WIB

www.pewforum.org, diakses pada tanggal 27 April 2013 pukul 22.33 WIB.

www.plus.google.com Diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 23.09

www.uptodatetrimoda.com/stores/indonesia/ Diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 22.40 WIB

www.zoya.co.id/store/ Diakses pada tangal 5 Agustus 2014 Pukul 22.45 www.plus.google.com Diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 23.09

Sumber Televisi :

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus kualitatif. Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail yang menekankan kepada kedalaman dan pemahaman atas masalah yang diteliti. Penelitian studi kasus ini memang terkesan memiliki cakupan yang lebih sempit karena lebih mementingkan kedalaman analisis masalah terutama yang menyangkut dengan gaya hidup wanita berbusana muslim yang konsumtif. Pendekatan kualitatif sendiri memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu. (Bungin, Burhan, 2009)

(13)

Penelitian kualitatif ini sendiri bersifat berkesinambungan, sehingga pada tahap pengumpulan data, pengolahan serta analisis data dapat dilakukan bersamaan dan tidak perlu menunggu data terkumpul baru bisa dianalisis. Pada penelitian kualitatif, dalam pengumpulan data tidak ada standarisasi khusus, semua bisa saja mengalir sesuai situasi dan kondisi yang ada, hasil penelitian kualitatif ini berbeda dengan kuantitaif, penelitian kualitatif digunakan untuk memahami kehidupan sosial di masyarakat secara rinci. Penelitian ini mementingkan faktor kecukupan data dan akurasi data dimana data yang dianalisis haruslah sesuai dengan fakta dilapangan.

3.2. Lokasi Penelitian

(14)

Indah permai 2, Puri Catelia, Tenera, Bukit Johor Mas, Grand Monaco, sampai CBD yang sampai sekarang masih dalam tahap penyempurnaan yaitu J. City. Bertempat di kawasan yang strategis membuat butik Labiba diyakini mempunyai prospek yang bagus ke depannya, terlebih sebentar lagi jembatan fly over Simpang Pos akan segera beroperasi yang semakin memudahkan akses menuju butik Labiba. Pada penelitian ini peneliti ingin mengupas lebih jauh tentang gaya hidup dan pola konsumsi para wanita berbusana muslim yang glamour dan cenderung konsumtif.

Butik Labiba dipilih menjadi lokasi penelitian karena untuk mendapatkan informan dengan karakteristik ini peneliti tidak bisa melakukan di semua lokasi di kota Medan. Dalam asumsi peneliti tidak semua butik menjual busana muslim rancangannya dengan harga jual tinggi, selain itu minat pelanggan butik Labiba pada perubahan mode busana muslim yang trendi pun cukup besar. Berlokasi di pinggir kota tak menyurutkan antusias pelanggan hal ini dibuktikan dengan cakupan pelanggan yang luas, baik di kota Medan ataupun luar kota seperti Padang Sidempuan, Aceh, Sibolga dan kota-kota lainnya. Dalam rangka memberi kepuasan terhadap pelanggan, butik Labiba mempunyai beberapa fasilitas seperti bagi pelanggan di daerah Kota Medan barang dapat diantar ke rumah dengan sebelumnya memilih barang yang akan dibeli melalui BBM, sedangkan bagi yang di luar kota biasanya membuat janji terlebih dahulu.

(15)

serta aktif menjadi sponsor acara-acara besar yang bekerja sama dengan IMM (Ikatan Model Medan) di hotel-hotel berbintang. Pelanggan butik Labiba pun terbilang cukup luas, baik dari dalam kota Medan hingga kota-kota lain seperti Jakarta, Aceh, Padangsidempuan, Kisaran, Banjarmasin dan beberapa kota lainnya.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Yang menjadi unit analisis penelitian ini adalah para wanita berbusana muslim yang menjadi pelanggan butik Labiba Medan, guna mendapatkan data yang valid maka peneliti akan memilih informan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Pelanggan butik Labiba yang berbusana muslim 2. Penghasilan informan di atas Rp 10.000.000/bulan.

3. Berpenampilan glamour dan memiliki minat yang besar untuk mengikuti tren fashion muslim terbaru.

4. Merespon jika ada pemberitahuan tentang adanya produk terbaru atau promo diskon yang diadakan butik Labiba.

(16)

a. Informan kunci :

1. Pelanggan wanita berbusana muslim butik Labiba yang modis dan tampil glamour.

2. Anggota pengajian eksklusif yang mengunakan busana muslim

glamour dan trendi.

3. Pengelola butik sebagai pengamat sekaligus pelaku dari usaha ini. b. Informan tambahan :

1. Jasa kreasi jilbab yang sering dikunjungi pelanggan untuk menata jilbab untuk acara-acara tertentu.

3.4. Teknik pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan akurat. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi, wawancara, serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Observasi atau pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk

(17)

2. Wawancara secara mendalam dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung dengan informan. Teknik wawancara dilakukakan agar dapat mengetahui hasil penelitian yang akurat. Wawancara dilakukan terhadap informan yang menjadi subjek penelitian guna mengetahui gaya hidup konsumtif wanita berbusana muslim Kota Medan yang mana adalah pelanggan butik Labiba. Dalam proses wawancara ini peneliti menggunakan teknik “jemput bola” untuk beberapa informan, peneliti

mendatangi langsung informan di kediamannya. Ini dilakukan karena dinilai akan lebih efektif dan efisien mengingat waktu yang terbatas dan tentunya mendapatkan hasil yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Berkaitan dengan jasa kreasi jilbab sendiri, peneliti akan mencari informan dengan teknik snowball dimana para informan utamalah yang memberikan referensi.

3.5. Interpretasi Data

(18)

Pada akhirnya nanti diharapkan peneliti dapat memberikan analisis kritik terhadap gaya hidup konsumtif yang masif terjadi khususnya di kelompok dominan yang dikaitkan dengan beberapa fenomena sosial lain.

3.6. Jadwal Kegiatan

3.7. Keterbatasan Penelitian

(19)
(20)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tentang gaya hidup konsumtif pada para pelanggan wanita berbusana muslim butik Labiba ini dilakukan dengan metode studi kasus. Berawal dari fenomena komodifikasi busana muslim (fashion muslim) yang sedang banyak diminati wanita berbusana muslimah terutama dari kelompok dominan di Kota Medan. Kota Medan dipilih karena Medan adalah salah satu kota terbesar di Indonesia yang maju industri fashion muslimnya. Sebagai ibu kota provinsi terbesar di Pulau Sumatera, masyarakat Kota Medan khususnya para wanita berbusana muslim masa kini dapat dengan mudah mendapat akses/informasi terhadap tren-tren busana muslim terbaru baik melalui media ataupun butik-butik muslimah di Kota Medan.

(21)

4.1.1. Kondisi Tofografi dan Demografis Kota Medan

Kota Medan sendiri terletak diantara 3,27 derajat sampai 3,47 derajat Lintang Utara dan 98,35 derajat sampai 98,44 derajat Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 sampai 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan beriklim tropis, dengan suhu minimum yang berkisar antara 22,49 derajat hingga 23,78 derajat Celcius dan suhu maksimum berada pada kisaran 32,53 derajat hingga 34,40 derajat Celcius. Rata-rata kecepatan angin di kota Medan sebesar 0,57 meter per detik, dengan kelembaban udara 76 hingga 82%. Sedangkan total rata-rata laju penguapan tiap bulannya adalah 114,06 milimeter. Jumlah hari hujan di kota Medan setiap bulannya mencapai 14,83 mm hari, dengan rata-rata curah hujan 216,33 milimeter setiap bulan.

Secara geografis Kota Medan merupakan kawasan dataran rendah yang dilintasi oleh dua sungai yang bersejarah, yakni sungai Babura dan Sungai Deli. Adapun batas-batas wilayah Kota Medan antara lain sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua dan Pancur

Batu Kabupaten Deli Serdang.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan dan

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

(22)

menggunakan 1,9 persen dari luas kota Medan. Kemudian, 6,1 persen lahan diperuntukkan sebagai persawahan, sementara industri dan perusahaan menggunakan 5,7 persen, kebun campuran seluas 45,4 persen, sedangkan hutan rawa di Kota Medan hanya tersisa seluas 1,8 persen lahan di Kota Medan.

Keseluruhan wilayah kota Medan terbagi ke dalam 21 wilayah kecamatan, 151 kelurahan, dan 2001 wilayah lingkungan yang terhubung satu sama lain oleh jalan negara, jalan provinsi dan jalan kota. Jalan tersebut dapat dilalui oleh kendaraan beroda dua, tiga, dan roda empat atau lebih.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS tahun 2013, diketahui bahwa penduduk kota Medan pada tahun 2012 berjumlah 2.122.804 jiwa, jumlah ini naik sebesar 0,26% atau 5.580 jiwa dari tahun sebelumnya. Dengan komposisi penduduk laki-laki berjumlah 1.047.875 jiwa sedangkan perempuan berjumlah 1.074.929 jiwa. Lebih lanjut, dengan luas Kota Medan yang mencapai 265,10 kilometer persegi, maka kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa per kilometer persegi.

Penduduk Kota Medan memiliki mata pencaharian yang beragam di berbagai sektor lapangan usaha, baik di sektor formal maupun sektor informal. Menurut data Badan Pusat Statistik, terdapat sembilan sektor lapangan usaha utama yang terdapat di Medan, diantaranya:

1. Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan 2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri

(23)

6. Perdagangan besar, rumah makan, dan jasa akomodasi 7. Transpotasi pergudangan dan komunikasi

8. Lembaga keuangan, usaha persewaan bangunan dan jasa perusahaan 9. Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan

Dari sembilan lapangan usaha utama yang ada di Kota Medan di atas, sektor perdagangan besar, rumah makan, dan jasa akomodasi adalah sektor yang paling banyak mnyerap tenaga kerja di Kota Medan dengan jumlah 330.345 jiwa. (Badan Pusat Statistik, 2013, Kota Medan Dalam Angka 2013)

4.1.2. Kota Medan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi

Perkembangan ekonomi Kota Medan sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi nasional dan global. Perekonomian Kota Medan tumbuh rata-rata di atas 8,28 % pertahun. Kota Medan juga merupakan penyumbang terbesar pembentukan PDRB di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sekitar 30,49% pada tahun 2008. Disamping itu Kota Medan merupakan barometer perekonomian daerah,yang menyediakan sumber daya manusia lebih unggul dan prasarana sosial ekonomi yang lebih baik di Provinsi Sumatera Utara.

(24)

Di luar potensi bisnisnya, Kota Medan sangatlah layak menjadi tujuan wisata. Selain untuk mengunjungi lokasi seperti Danau Toba atau Berastagi yang sejuk, Kota Medan sendiri sarat dengan objek wisata. Tujuan wisata di Kota Medan diantarnya adalah Taman Buaya di kawasan Sunggal, berisikan 3000 ekor buaya aneka jenis. Wisata yang paling menarik di Kota Medan adalah bangunan tua yang dibangun dari pertengahan abad XX di Medan. Sebagian besar bangunan tersebut masih ada, indah dan memberi gambaran utuh pada Kota Medan masa lalu. Wisata kuliner merupakan jenis wisata yang melengkapi kepariwisataan Kota Medan. Fasilitas pergudangan pelabuhan, bisnis pergudangan sangat eratkaitannya dengan perkembangan industri, ekspor dan impor. Dalam menghadapi era globalisasi dan pasar bebas, diperkirakan arus ekspor dan impor akan semakin meningkat, berdampak pada peningkatan bisnis pergudangan. Permintaan atas bangunan yang berupa gudang, juga semakin meningkat sebagai dampak deregulasi di sektor industry manufaktur serta perdagangan internasional. (Badan Pusat Statistik, 2013, Kota Medan Dalam Angka 2013)

(25)

72,63 juta pada tahun 2009 menjadi Rp.93,61 juta pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 29 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara riil terjadi peningkatan kemampuan konsumsi masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat Kota Medan. (http://pemkomedan. go.id/file/lakip2012.pdf, diakses pada tanggal 11 Juli 2014 pukul 13.15 WIB.)

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, membawa dampak terhadap peningkatan pendapatan dan perubahan gaya hidup penduduk Kota Medan. Perubahan gaya hidup ini sangat cepat diadopsi oleh mereka yang memiliki akses informasi yang hampir tidak terbatas terhadap tren-tren yang sedang terjadi baik di dunia maupun di Indonesia, khususnya tren gaya hidup konsumtif pada beberapa kalangan wanita berbusana muslim.

Tren gaya hidup konsumtif pada wanita berbusana muslim di Kota Medan ini tentunya tak lepas dari banyaknya butik muslim, pasar, mal, dan online shop yang menyediakan busana muslim terbaru, baik yang mengikuti tren pasar ataupun busana yang di desain oleh desainer. Di bawah ini adalah beberapa butik muslim, pasar, dan mal yang sering dikunjungi para wanita berbusana muslim di Kota Medan.

1. Labiba : JL. Karya Wisata Komplek Ruko Johor Indah Permai 1 No 3 Medan Johor Telp. 061-7883482

(26)

3. Dian Pelangi : Jl. K.H. Zainul Arifin /Kampung Keling no.115/129 Medan Telp 061- 4577 664 (http://dianpelangi. net/boutique/page/3 Diakses Pada Tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 22.32 WIB)

4. Up2date : Jl. Zainul Arifin No.113 Ph. 061-4572412 (http://www2.uptodatetrimoda.com/stores/indonesia/ Diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 22.40 WIB

5. Zoya : (http://zoya.co.id/store/ Diakses pada tangal 5 Agustus 2014 Pukul 22.45 WIB)

Outlet 1 : Jl. Sisingamangaraja No 9 G Telp. 061-7330801 / 0823 6017 7306.

Outlet 2 : Jl. Ir. H. Juanda Komplek Delta no.3 K Telp. 061-4552911/ 087768811164

Outlet 3 : Jl. Gatot Subroto no 30 Plaza Medan Fair Lantai 2 Unit 2G Telp. 061-4140402 / 087869064239

6. Gallery plus : Jalan Setia Budi

7. Syaika : Jl. Karya Wisata Ruko Johor Katelia Medan Johor 8. Ani Collection : Jl. Setia Budi

(27)

10. Grand Mall Palladium : Jl. Kapten Maulana Lubis No.8 (http://www.medanku.com/cinema/grand-palladium/# ixzz39XCEypzd diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 23.06 WIB)

11. Cambridge Mal : Jl. S. Parman No.217 Telp. 061-4558331 (https://plus.google.com Diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 23.09 WIB)

12. Plaza Medan Fair : Jl. Jendral Gatot Subroto No 30 (http://anthonynh. blogspot.com/2012/11/5-pusat-perbelanjaan-di-medan .html diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 pukul 23.14 WIB)

13. Thamrin Plaza : Jl. Thamrin No. 75 R, Sumatera Utara 20212

Telp. (061) 7363222 (https://plus.google.com/ Diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 Pukul 23.13 WIB)

14. Petisah : Jalan Majapahit. (http://medan.panduanwisata.com/oleh-oleh/belanja-murah-di-pasar-petisah/ Diakses pada tanggal 5 Agustus 2014 pukul 23.19 WIB)

(28)

untuk model busana yang akan digunakan dalam acara formal atau undangan resmi. Berbeda dengan butik dan mal yang cenderung memberikan prestise kepada pelanggannya, pasar petisah tergolong tidak begitu eksklusif. Meski dari segi tempat, pasar petisah tergolong “kalah saing” dengan butik dan mal namun di

pasar ini juga terdapat beberapa toko/butik yang menjual busana muslim terbaru yang eksklusif sehingga pasar petisah juga merupakan salah satu referensi berbusana para wanita berbusana muslim.

4.1.3. Prospek Perkembangan Butik Muslim di Jalan Karya Wisata Kel. Gedung Johor

Kelurahan Gedung Johor adalah salah satu dari 6 kelurahan yang berada di kecamatan Medan Johor. Jarak Kecamatan Johor terutama kelurahan Gedung Johor ke Medan kota relatif cukup dekat yaitu sekitar 10-15 km. Kelurahan Gedung Johor sendiri memiliki luas wilayah 3,15 km2 dengan kepadatan penduduk/km2 sebanyak 7.424 jiwa. Menurut data BPS tahun 2013 Jumlah penduduk kelurahan Gedung Johor adalah 23.385 dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 11.474 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 11.911 jiwa. Dari segi agama, mayoritas penduduk kelurahan Gedung Johor beragama Islam dengan jumlah pemeluk 22.257 jiwa. Komposisi mata pencaharian penduduk kelurahan Gedung Johor adalah sebagai berikut: PNS sebanyak 927 jiwa, pegawai sebanyak 1.601 jiwa, swasta sebanyak 215 jiwa, dan TNI/POLRI sebanyak.

(29)

wilayah ini. Dengan rincian 2 buah pasar, 15 minimarket/swalayan, dan 37 komplek pertokoan. Selain itu ada juga pelayanan jasa berupa 9 tempat doorsmer mobil, 24 tempat doorsmer motor, dan 18 Salon kecantikan. Dari segi hiburan terdapat 1 tempat bilyard, 14 warung internet, dan 1 kolam renang. Di bidang perbankan terdapat 4 bank, 3 koperasi, dan sebuah pegadaian. Tak sampai disitu saja, Gedung Johor juga terkenal dengan berbagai kuliner yang bervariasi. Hal ini diperkuat dengan data dari BPS tahun 2013 yang menyatakan wilayah ini memiliki 10 restoran/rumah makan dan 30 warung makan/minum. (Badan Pusat Statistik, 2013, Kecamatan Medan Johor Dalam Angka 2013)

(30)

demi kenyamanan penghuninya, dan juga perumahan Royal Monaco yang dilengkapi berbagai fasilitas salah satunya kolam renang dan tempat karaoke.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melihat wilayah kelurahan Gedung Johor khususnya di Jalan Karya Wisata tempat dimana lokasi penelitian (butik Labiba) ini berada mempunyai prospek yang cukup menjanjikan. Meski dilihat dari letak wilayah kelurahan Gedung Johor ini berada di Medan Selatan yang mana bukan di pusat kota, namun dengan banyaknya potensi yang ada di tambah akan segera selesainya pembangunan proyek fly over Jamin Ginting dianggap akan meningkatkan nilai investasi terutama di bidang real estate. Peneliti mempunyai asumsi bahwa dengan rutinitas yang padat serta beban pekerjaan yang berat, para penghuni wilayah Gedung Johor akan berfikir ulang jika harus pergi ke pusat kota hanya untuk membeli busana muslim, tentunya dengan pertimbangan macet dan lain sebagaianya.

Oleh karenanya, dengan semakin banyaknya penghuni apalagi masih banyak pengembang yang akan membangun perumahan di wilayah ini serta mayoritas beragama islam, maka tak berlebihan rasanya jika peneliti mengasumsikan bila usaha butik muslim di wilayah ini memiliki prospek yang bagus. Ditambah lagi butik muslim dengan kualitas busana yang bagus dan up to

date di wilayah ini masih jarang dijumpai. Ini akan lebih mempermudah bagi

(31)

yang berada di Jalan Karya Wisata Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor ini.

4.1.4. Sejarah Berdirinya Butik Labiba

Butik Labiba didirikan oleh kakak beradik, Dum Sumarni, S.Pd dan Rini Purwanti, S.E pada pertengahan tahun 2010. Pada awal didirikannya, butik Labiba menempati ruangan yang besarnya kurang lebih 4m x 4m di lantai 2 RM. Wong Solo yang terletak di Jalan Gajah Mada No. 20 M Medan. Ruangan yang sempit nampaknya tak menyurutkan para pelanggan RM. Wong Solo untuk melihat butik Labiba kala itu. Butik Labiba saat itu buka dari jam 12.00 sampai 22.00 WIB, di akhir pekan bahkan bisa sampai jam 23.00 WIB karena banyaknya pengunjung yang antusias melihat koleksi butik Labiba karena tak jarang dari mereka adalah pengunjung dari luar kota.

(32)

Tak puas dengan hanya menjadi sponsor yang diakui Dum turut mendongkrak butik Labiba di awal kemunculannya, butik Labiba pun gencar melakukan kegiatan Bazar di Mal Cambridge yang saat itu diadakan dalam rangka memperingati hari Kartini. Selain keuntungan materi karena tingginya minat pengunjung akan koleksi busana butik Labiba, Dum mengatakan keuntungan terbesar yang sesungguhnya adalah adanya lebih dikenalnya butik Labiba di kalangan masyarakat. “Pasar” Cambridge tentunya tak dapat dianggap

sembarangan. Menurut Dum, Cambridge adalah salah satu mal dengan segmen pengunjungkelompok dominan. Hal ini juga dibuktikan dengan penjualan pada saat bazar saat itu hingga Rp 30.000.000 dalam sekali periode bazar dalam jangka waktu kurang dari 1 minggu.

Selain promosi dengan cara mengikuti event-event besar seperti menjadi sponsor hingga mengikuti bazar dengan menyasar segmen kelompok dominan, butik Labiba juga rutin mengisi koran setiap minggunya apalagi jika mendekati Hari Raya Idul Fitri. Promosi pun juga dilakukan dengan kerjasama dengan bank Mandiri dan BNI. Cara promosi dengan metode terakhir ini dilakukan dengan pemberian diskon khusus untuk pemegang kartu kredit Mandiri atau BNI dengan periode program tertentu. Sebagai imbalannya, butik Labiba akan dipromosikan pihak bank melalui surat terlampir tagihan kartu kredit pelanggan bank tersebut setiap bulannya selama promo berlangsung.

(33)

yang saat itu baru selesai dibangun di kawasan Gedung Johor. Tempat ini dipilih karena dari segi tempat dirasa sang pemilik prospeknya akan bagus karena di wilayah Gedung Johor akan banyak didirikan perumahan untuk kelompok dominan. Faktor lain adalah jarak ruko yang cukup dekat dengan kediaman sang pemilik (Dum Sumarni) yang berada tepat berseberangan dengan kompleks perumahannya yaitu Johor Indah Permai 1, sehingga diharapkan pengawasanya akan lebih mudah.

Akhirnya butik Labiba pun akhirnya resmi berpindah lokasi pada tanggal 15 Mei 2011 ke ruko Johor Indah Permai 1 No.3 di kawasan Gedung Johor. Acara

Launching digelar cukup meriah, tenda mewah bernuansa ungu berdiri tegak di

halaman ruko berlantai 3. Para tamu undangan pun disambut ramah oleh para karyawan dan pemilik. Diskon khusus pun diberikan bagi para undangan yang membeli busana muslim di hari itu.

Pada awal transisi ini butik Labiba diakui Dum menempati 2 lokasi yaitu di RM. Wong Solo Jalan Gajah Mada dan juga di Ruko Johor Indah Permai 1 no 3 Gedung Johor. Seiring berjalannya waktu ditambah dengan kesulitan mendapat karyawan yang cakap, Dum pun memutuskan untuk memfokuskan usaha ini di 1 lokasi yaitu di ruko Johor Indah Permai 1 no 3 Gedung Johor.

4.1.5. Deskripsi Butik Labiba

(34)

dengan koleksi busana yang berkualitas masih minim di Kelurahan Gedung Johor. Baner dengan foto model dengan koleksi busana muslim Labiba berdiri kokoh di butik ini. Desain butik nampaknya sangat diperhatikan oleh sang pemilik. Dum sebagai pemilik butik Labiba mengatakan bahwa ia ingin menampilkan konsep desain butik yang berbeda dengan butik lain. Jika butik-butik lain lebih memilih wallpaper sebagai penghias dinding, berbeda dengan Dum. Dum ingin menampilkan kesan glamour dan eksklusif, selain karna pangsa pasar untuk busana yang eksklusif menyasar kelompok dominan, ia juga ingin manampilkan dengan bentuk fisik. Pilihan pun jatuh pada pemasangan HPL di hampir seluruh dinding di lantai 1.

Memasuki butik ini, pengunjung disuguhi jajaran 3 patung manekin utama (berada ditengah dan dapat terlihat dari jalan utama) dan 1 manekin tambahan (disisi kanan, tepatnya dibalik pintu masuk) yang menampilkan koleksi terbaru butik Labiba. Terdiri dari 1 manekin pria, dan 3 manekin wanita. Komposisi busana yang disuguhkan biasanya adalah sebagai berikut : manekin pria menggunakan kemeja batik, songket, atau baju koko (biasanya untuk menyambut hari raya Idul Fitri dan Idul Adha), untuk 3 manekin wanita biasanya menggunakan koleksi busana yang berbeda untuk menampilkan variasi koleksi busana muslim butik Labiba. Komposisi untuk manekin wanita biasanya adalah sebagai berikut : kaftan, busana kombinasi batik atau tenun, busana muslim dengan aplikasi yang modern biasanya berbahan sifon dan berpayet khas butik Labiba.

(35)

lemari berbeda dengan kategori busana yang berbeda. Lemari pertama tepat berada di balik pintu masuk (sebelah kanan) adalah lemari dengan koleksi busana premium, lemari ini diisi dengan koleksi busana kombinasi batik atau tenun tradisional yang dipadukan dengan sifon atau sutra dengan rentang harga berkisar antara Rp 1.000.000 sampai Rp 3.100.000. Lemari kedua, mempunyai ruangan yang lebih besar dari lemari pertama terdiri dari 2 rak yang berbeda. Rak pertama terdiri dari busana muslim untuk acara formal (sama seperti rak pertama) namun dengan rentang harga yang relatif lebih murah dari lemari pertama, yaitu Rp 550.000 sampai Rp 1.800.000. Pada rak kedua terdapat busana yang lebih kasual terdiri dari beberapa busana berbahan kaos atau spandek, biasanya digunakan sebagai inner atau bisa juga digunakan sebagai busana umroh. Lemari ketiga berisi busana yang bisa digunakan untuk kegiatan yang tidak begitu formal seperti pengajian, atau acara-acara lainnya. Busana di lemari ini berada pada rentang harga Rp 175.000 sampai Rp 500.000.

(36)

yang berbeda tak lain untuk memudahkan pelanggan dalam memilih busana yang sesuai dengan tema acara dan harga tentunya.

Lemari terakhir di lantai 1 ini juga berisi 2 rak dengan klasifkasi yang berbeda. Rak pertama berisi busana muslim dengan rentang harga Rp 200.000 sampai Rp 675.000. untuk rak kedua berisi koleksi eksklusif dan beberapa busana keluaran terbaru denan rentang harga 1.500.000 sampai Rp 2.500.000. Busana koleksi terbaru sengaja diletakkan di bagian belakang butik ini agar pengunjung tertarik untuk melihat koleksi busana hingga bagian belakang butik. Sehingga konsentrasi pengunjung tak hanya di bagian depan butik. Selain 6 lemari besar di atas, terdapat pula 3 rak tinggi untuk memenpatkan koleksi tas dan sepatu butik Labiba. Pada bagian atas lemari pun berjajar koleksi tas dan manekin kepala yang menampilkan koleksi jilbab terbaru butik Labiba. Manekin kepala dengan koleksi jilbab terbaru ini dirasa sangat penting dan bisa menarik perhatian pelanggan. Tak jarang pelanggan yang tadinya tidak berminat membeli jilbab atau busana muslim namun setelah melihat jilbab dan busana tersebut di pasang di manekin dan cantik, pelanggan pun tertarik dan memebelinya.

(37)

diikuti dengan rak berisi busana atasan (baik batik maupun yang berbahan sifon), dan koleksi rok. Dipisahkan dengan sebuah manekin serta lemari kaca berisi koleksi perhiasan imitasi seperti gelan dan cincin berwarna emas dan perak. Di susunan ketiga terdapat bros payetan tangan (handmade), pada rak keempat berisi hiasan aplikasi yang multi fungsi, yaitu hiasan yang bisa menjadi sabuk, kalung, maupun hiasan jilbab yang eye cacthing (indah dilihat) Rak berikutnya berisi koleksi busana muslim anak-anak baik pria maupun wanita. Dengan kisaran harga dibawah Rp 500.000. dan rak yang terakhir berisi koleksi busana muslim pria dewasa dan mukena dengan rentang harga Rp 200.000 sampai Rp 900.000.

Selain jajaran lemari dan rak yang berisi koleksi busana, lantai satu butik ini juga dilengkapi dengan kursi panjang berwarna hitam yang dilapisi HPL untuk ruang tunggu pelanggan , sebuah kasir yang didesain unik dengan hiasan lampu ala cafe yang elegan. Sebuah ruang ganti dilengkapi dengan kaca besar untuk memudahkan pelanggan dalam mencoba pakaian. Sebuah gudang tempat penyimpanan barang, tangga lipat, dan saklar air, sebuah kamar mandi, sebuah kaca besar berukuran 2 m x 3 m tersang tepat di depan tangga naik, dan terakhir sebuah kantor kecil untuk istirahat karyawan, solat, dan sesekali digunakan untuk rapat tanya jawab atau evaluasi antara manajemen butik Labiba dan karyawan butik Labiba.

(38)

lantai 2 butik Labiba seperti berada di tanah Jawa. Tak heran, karena seluruh aksesoris butik Labiba didatangkan langsung dari Jepara. Baik itu berupa 2 buah gazebo ukiran, gebyok (pintu ukiran khas jepara) sampai rak baju yang dibuat langsung dengan ukiran nama butik labiba, tak hanya itu karpet yang membentang di lantai 2 ini juga merupakan karpet yang berbahan batik khas Jogjakarta. Bekerjasama dengan sebuah pengrajin batik rumahan asal pekalongan “Huza”

yang mempunyai kualitas barang produksi yang kuat dan nyaman digunakan. Butik Labiba berhasil menyulap lantai 2 ruko ini menjadi tempat penjualan batik dengan konsep yang sangat mendukung.

(39)

beberapa foto yang menghiasi dinding dinding ruangan yang menampilkan model butik Labiba yang mengekspose kreasi jilbab ala butik Labiba.

Terdapat pula lantai 3 yang diakui sang pemilik sebagai aula, yang mana di tempat ini biasanya digunakan untuk acara-acara yang dibuat oleh butik Labiba, seperti perayaan ulang tahun butik Labiba beberapa waktu lalu yang mengemas acara dengan demo make up yang bekerjasama dengan Marta Tilaar dan diakhiri dengan tutorial hijab dan fashion show koleksi busana butik Labiba.

4.2. Fenomena Gaya Hidup Konsumtif Pada Sebagian Wanita berbusana Muslim di Kota Medan

(40)

konsumtif. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa pengajian yang mana acaranya telah disusun dengan sedemikian rupa dengan pengadaan dresscode, arisan dengan nominal yang cukup besar, hingga kesan show off (pamer) barang-barang pribadi saat pengajian berlangsung, seperti rumah (jika dipakai untuk pengajian), perhiasan, busana yang digunakan, sepatu, tas, dan mobil. Ulasan di atas semakin menegaskan pernyataan Eviandaru dkk (2001) dalam bukunya “Perempuan Postkolonial dan Identitas Komoditi Global” bahwa :

“perilaku konsumsi bukan lagi semata-mata urusan rasionalitas ekonomi ataupun irasionalitas psikologis, namun konsumsi telah menjadi rekayasa politik ekonomi dan kebudayaan yang membuat orang-orang merasa “wajib untuk ingin sesuatu tersebut.”

4.2.1. Profil Informan

(41)

Tabel 4.1 Usia Informan

Tabel di atas menunjukkan sebanyak 7 orang berusia 41 – 50 tahun , yang berusia 20 – 30 tahun sebanyak 1 orang, usia 31 – 40 tahun sebanyak 1 orang, dan yang berusia 51 – 60 tahun sebanya 1 orang.

Tabel 4.2

Status Perkawinan Informan

No Informan Status

1 EDL Menikah

2 CC Menikah

3 FTN Menikah

4 SL Menikah

5 ADR Menikah

6 YNT Menikah

7 SA Menikah

8 MW Single

9 DS Menikah

10 HLM Single

Dari data di atas diketahui sebanyak 8 orang informan berstatus menikah, dan 2 orang berstatus single.

No Kategori Jumlah

1 20 - 30 tahun 1

2 31 – 40 tahun 1

3 41 – 50 tahun 7

(42)

Tabel 4.3 Pekerjaan Informan No Informan dan

Suami

Pekerjaan

1 EDL Desain interior / suami (Pengusaha/desain interior) 2 CC Dokter spesialis kulit dan kelamin / suami (Dokter

spesialis obgin dan Kepala Feto Material RSAD

3 FTN IRT/ Pengusaha Kelapa Sawit

4 SL IRT / Pengusaha (bidang kuliner)

5 ADR IRT / suami ( Pengusaha di bidang pelayaran) 6 YNT Pegawai BRI / suami (Pegawai Angkasa Pura cab.

Bangka)

7 SA Wiraswasta / suami (pengusaha)

8 MW EO dan Penyanyi / suami (-)

9 DS Pemilik butik Labiba / suami (Pengusaha di bidang kuliner)

10 HLM Pegawai SFR / suami (-)

(43)

Tabel 4.4 Pendidikan Informan No Informan dan

Suami

Pendidikan

1 EDL S1/ suami (S1)

2 CC S2 / suami (S3)

3 FTN SLTA / suami (S1)

4 SL SLTA / suami (S1)

5 ADR D3 / suami (S1)

6 YNT D3 / suami (S1)

7 SA SLTA/ suami (S1)

8 MW S2 / suami (-)

9 DS S1/ suami (S1)

10 HLM SLTA/ suami (-)

(44)

Tabel 4.5 Hal ini diharapkan mampu menunjukkan keberagaman sifat dari beberapa etnis yang ada sehingga hasil penelitian semakin valid.

Tabel 4.6 Penghasilan Informan

No Informan Penghasilan per bulan

(45)

Tabel di atas, menunjukkan tingkat pendapatan informan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti yaitu minimal Rp 10.000.000/bulan untuk informan kunci. Satu orang berpenghasilan terendah Rp 1.500.000 adalah informan tambahan sehingga tak berpengaruh pada gaya hidup konsumtif secara langsung, ia hanya dimintai keterangan mengenai salah satu cabang dari komodifikasi di bidang fashion muslim dan bukan pelakunya (staf kreasi jilbab). Penghasilan terendah selanjutnya (untuk informan kunci) disini adalah 1 orang (MW) dengan Rp 20.000.000, meskin penghasilannya sedikit namun MW belum memiliki tanggungan seperti suami dan anak, orang tuanya juga sudah meninggal sehingga penghasilannya cukup untuk memenuhi gaya hidupnya yang konsumtif. Selanjutnya terdapat 2 informan kunci berpenghasilan Rp 35.000.000, satu informan berpengahasilan Rp 40.000.000, 2 informan berpenghasilan Rp 50.000.000 yang terbagi menjadi : 1 orang merupakan informan kunci dan 1 orang merupakan informan tambahaan, serta 3 informan dengan pengahasilan tertinggi yaitu Rp 70.000.000.

(46)

4.2.1.1. Informan Kunci

4.2.1.1.1. Informan EDL (Sosialita yang gemar mendesain busana muslim)

Wanita paruh baya yang sehari-hari aktif sebagai salah satu anggota Yayasan Penyandang Anak Cacat Medan ini telah lama menggunakan jilbab dalam kesehariannya. Terlahir di keluarga yang terbilang agamis, EDL pun mantap menutup aurat sejak dipersunting sang suami yang sekarang telah memberinya 3 orang putra dan seorang putri yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sebagai salah satu sosialita (wanita dari kelompok dominan yang aktif bersosialisasi dengan lingkungan atau komunitasnya) di kota Medan dengan segudang kegiatan serta interaksi dengan orang-orang penting, wanita yang beralamat di daerah Gajah Mada ini menganggap tampil modis dan elegan harus senantiasa di lakukannya dalam setiap kesempatan.

EDL ingin menunjukkan walaupun menggunakan busana muslim ia tetap bisa bergaul dengan komunitasnya tanpa terhalang suatu apapun. Untuk mensiasati hal itu, EDL pun mulai memutar otak. Terlahir sebagai lulusan Sarjana Ekonomi Universitas Harapan Medan yang kemudian mengambil spesialisasi desain interior di salah satu Universitas swasta di Jakarta EDL pun terbiasa untuk merancang ataupun memodifikasi busana yang akan digunakannya sehari-hari. Terlebih ia dan suami bekerja di bidang desain interior dan mebel.

(47)

sekali-kali ia juga melihat televisi untuk melihat tren apa yang sedang ada di pasaran. Baginya penampilan fisik termasuk dalam pemilihan busana muslim yang mewah merupakan sesuatu yang penting pada era global saat ini, terlebih di kota-kota besar. Menurut EDL kesan pertama pada saat bertemu dengan orang lain atau klien sangat berpengaruh pada kesan-kesan berikutnya. Sehingga merupakan hal yang wajar apabila pada saat ini kebanyakan orang tak terkecuali para wanita berbusana muslim sangat memperhatikan tampilan fisik. Ia pun mengakui bahwa kegemarannya di bidang fashion ini cukup menguras kantong, ia pun mengakui bahwa ia adalah seorang yang sangat konsumtif. Meski begitu EDL mengaku suaminya tidak pernah mengeluh akan kebiasaannya. Menurut EDL suaminya adalah tipe lelaki yang sabar dan tak banyak berkomentar.

(48)

Bagi EDL tampil cantik dan modis adalah suatu keharusan. Tak heran jika EDL sangat konsen terhadap koleksi busananya. Peneliti pun berkesempatan melihat isi kamarnya yang telah ia sulap seperti miniatur sebuah butik. Ukuran kamarnya luas, terbagi menjadi dua ruangan. Satu ruangan untuk tempat tidur, kamar mandi, dan lemari pakaian sang suami. Satu ruangan lainnya didesain sedemikian rupa menjadi deretan lemari pakaian dan tas. Lemarinya pun tak disatukan, EDL memisahkan busananya sesuai bahannya. Satu lemari untuk pakaian berbahan brokat dan payet, ada lemari khusus busana pesta yang mewah, ada lemari khusus busana pengajian/untuk acara-acara yang semi formal, ada juga lemari khusus untuk keperluan umrohnya mengingat hampir setiap tahun EDL selalu mempunyai agenda umroh, semua tertata rapi.

Tak hanya konsen pada busananya, EDL juga memajang koleksi tas-tas miliknya yang ia klaim sebagai tas original dengan harga selangit. Terlihat pula tumpukan tas yang menurut EDL tidak begitu mahal, tergantung bertumpukan di sudut ruang itu yang jumlahnya sudah lebih dari 50 buah. EDL menyadari bahwa lemarinya sudah tak mampu menampung busana-busana baru. Tapi EDL selalu tergoda apabila melihat barang bagus ketika jalan-jalan di mal. Tak hanya itu, banyaknya acara formal seperti acara pesta atau undangan-undangan resmi lainnya menuntut EDL untuk menjahit baju baru, ia pun selalu mendesain sendiri busana yang akan ia jahit.

(49)

wanita lain, ia ingin memiliki ciri khas tersendiri. Dukungan teman, suami, dan anak-anak pun semakin memantapkan EDL dalam menggunakan busana yang trendi. Diakui EDL ia banyak mendapatkan pujian dari orang-orang disekitarnya bila menggunakan busana muslim yang trendi. Ia pun mengakui ada rasa kepuasan/bahagia dan merasa “lebih oke” bila menggunakan busana muslim yang trendi.

Ketika ditanyakan apakah ia selalu menggunakan busana muslim baru setiap acara, EDL menolaknya. Busana muslim miliknya, biasa ia kenakan maksimal 2 kali dalam setahun. Ia selalu perduli pada jilbab yang trendi/stylish, menurut EDL itu adalah keharusan baginya dengan menggunakan jilbab yang stylish EDL merasa lebih percaya diri. Karena terkadang penggunaan jilbab yang trendi/stylish bisa menjadi kamuflase pandangan orang lain terhadapnya, terutama apabila busana tersebut sudah pernah digunakannya sebelumnya.

Untuk masalah perawatan koleksi busananya, EDL mengaku selalu menyerahkan pada ahlinya, yaitu loundry langganannya. Perawatan ini ia lakukan khususnya untuk koleksi busana pesta yang mana cara pencuciannya harus dry

clean sehingga tidak bisa dicuci dirumah, selain itu baju-baju yang terdapat

banyak payet dan swarovsky juga turut ia loundry.

(50)

yang penting bagus dan modis terutama untuk acara-acara yang semi formal seperti pengajian, arisan, atau sekedar jalan-jalan ke mal.

Keperluan fashion nya pun tak tanggung-tanggung, wanita yang berasal dari Tapanuli Selatan ini mempunyai beberapa langganan tukang jahit yang siap menerima pesanannya. Detail yang rumit serta bahan yang berkualitas diakuinya menjadi kepuasan tersendiri walaupun ia harus merogoh kocek yang cukup dalam seperti yang diakuinya sekitar Rp 4.000.000/baju hanya untuk ongkos jahit saja. Selain menjahit, EDL juga terbiasa membeli baju pesta yang umumnya adalah kombinasi batik ATBM yang eksklusif di butik Labiba untuk menghadiri berbagai undangan. Untuk itu semua EDL mematokkan besarnya budget yang harus dia keluarkan untuk busananya sebesar RP 10.000.000/bulan, dan Rp 20.000.000 sampai Rp 30.000.00 apabila ia sedang keluar kota yang biasanya ia lakukan 2 sampai 3 bulan sekali. Untuk kisaran harga busana yang ia kenakan EDL mematok harga minimal Rp 1.000.000 dan harga maksimal Rp 7.000.000. Diakuinya sang suami tak pernah berkomentar dengan pengeluarannya yang cukup besar ini, karena ia pun mempunyai pendapatan sendiri dari usahanya di bidang mebel yang terletak di Jalan Eka Warni Medan Johor. Dengan budget yang begitu besar untuk fashion, penelitipun tertarik mengetahui besaran penghasilan EDL per bulan. Dan ketika disingung mengenai pengahasilan EDL dengan tersipu malu menyebut kisaran Rp 70.000.000/bulan.

(51)

pembayaran dengan cara kredit dilakukan di arisan atau pengajian sehingga baju sudah dipilih oleh penjual, EDL sendiri lebih senang membeli baju yang dipasang di manekin. Namun jika ada orang membeli secara kredit pun, EDL mengaku tidak masalah begitupun jika dirinya suatu saat nanti membeli busana secara kredit. Tak dipungkiri penjualan secara kredit adalah salah satu cara untuk memikat pembeli agar membeli dagangan produsen. EDL pun mengaku tidak suka pembayaran dengan kartu kredit, walau bagaimana hal itu tetap saja berhutang. Ia sendiri mengaku lebih senang menggunakan kartu debit untuk berbelanja lebih dari Rp 1.000.000.

Untuk urusan perkumpulan komunitas (pengajian atau arisan), EDL tak perlu diragukan lagi. Hampir semua pengajian di Kota Medan ini ia ikuti, sebut saja SJU, ANS 1 (tua), ANS 2 (muda), ARDH, dan masih banyak lagi. Menurut EDL ia mengikuti 11 kelompok pengajian dan arisan. Dari segi waktu EDL mengaku tidak begitu sulit mengatur kegiatannya. Setiap komunitas rata-rata mengadakan pertemuan sebulan sekali sampai 2 kali sebulan dan jarang berbenturan. Adapun sekali waktu bersamaan biasanya jamnya berbeda, satu pagi satu lagi malam. Sehingga tak ada masalah untuk mengaturnya. EDL merasa banyak mendapatkan manfaat dari interaksi dengan komunitasnya ini. Seperti, mempererat tali silahturrahmi dan menjalin ikatan bisnis, yang kemudian disebut EDL “ibadah tapi bisnis juga.”

(52)

mereka menggunakan dresscode dalam acaranya. Meski mengaku berat tapi EDL mewajibkan pada dirinya sendiri untuk tampil all out dalam hal busana, karena disana nanti ia akan banyak bertemu dengan kolega atau kerabat dari kalangan yang sama dan tak menutup kemungkinan pada kesempatan itu ia dapat memperluas jaringan dalam bidang pekerjaan karena salah satu faktor yang membuat ia dekat dengan sosialita di kota Medan ini adalah berawal dari pertemanan yang kemudian mempercayakannya untuk mendesain kantor atau rumahnya. Selain faktor bisnis, meski tak ada sanksi sosial dari komunitasnya, EDL mengaku tidak percaya diri jika menggunakan busana yang di luar

dresscode yang ada. Sehingga mau tak mau pada akhirnya ia menggunakan

dresscode yang ditentukan.

Kemajuan teknologi dan gencarnya media sosial saat ini diakui EDL turut mempengaruhi gaya berbusananya, seperti facebook dan BBM. Biasanya EDL meng upload foto-foto terbarunya ke facebook dan BBM. EDL mengaku banyak mendapat pujian dari orang lain tentang cara berbusananya. Ia pun mengklaim bahwa semua orang senang dengan penampilannya yang modis dan trendi. Foto bersama anggota komunitas yang lain dalam setiap pengajian menurut EDL menjadi salah satu foto yang sering ia pasang menjadi display picture BBM nya. Kegemarannya ini tentunya tak lepas dari busana yang ia kenakan bersama anggota yang lain. Semakin cantik busana yang dikenakan, EDL mengaku semakin senang memasangnya sebagai dp BBM.

(53)

mengaku angkat jempol untuk sang ketua pengajian karena bisa mengajak orang-orang penting terutama ibu-ibu pejabat masuk di komunitas ini. Ia pun dengan bangga mengatakan bahwa saat ini tidak ada yang bisa menandingi keeksklusifan pengajian SJU di Kota Medan. Meski diakui tak ada sanksi sosial bagi anggota komunitas bila tidak menggunakan busana muslim yang mahal, namun tak dipungkiri bahwa ada persaingan didalamnya, terutama urusan fashion dan aksesorisnya. Tak hanya berkisar di urusan busana muslim yang terkesan show

off, hawa persaingan juga terasa untuk urusan perhiasan (berlian), tas, serta sepatu

yang dikenakan. Dengan adanya “persaingan” tersebut maka tak heran jika

pengeluaran bulanan EDL pun membengkak. Tak hanya untuk kostum, komunitas pun turut berkontribusi dalam agenda liburan EDL. Ia pun mencontohkan bulan Desember 2013 kemarin baru saja tour muslim bersama anggota SJU dan Ummi Pipik Dian Irawati (Istri almrh. Uje) ke Jakarta dan Bandung. Selain itu ada pula agenda liburan bersama ke luar negeri seperti Jepang, Hongkong, sebentar lagi Malaysia, dan tak lupa wisata rohani berupa umroh bersama.

(54)

kecemburuan sosial. Ia pun berusaha menjaga agar hal itu tidak terjadi. Untuk meminimalisir kesenjangan sosial antara ia dan lingkungannya selain cara diatas, EDL juga memberikan busana muslim yang sudah tidak ia kenakan kepada orang-orang terdekatnya, terutama saudara-saudaranya. Di akhir wawancara, peneliti menyinggung kemungkinan korupsi yang dikarenakan gaya hidup yang terlalu mewah EDL mengaku itu bisa saja terjadi. Terutama kepada para wanita yang terlanjur masuk ke dalam komunitas yang eksklusif namun tidak siap secara mental. Itu semua ia kembalikan kepada pribadi masing-masing karena ia mengaku tidak berhak menghakimi seseorang.

4.2.1.1.2. Informan CC (Seorang dokter yang perduli terhadap penampilan)

(55)

Wanita yang genap berusia 54 tahun pada 23 Januari 2014 ini beralamat di daerah Medan Baru. Dokter spesialis kulit dan kelamin ini sehari-hari berkerja sebagai KUPF RSUD Dr. Dzoelham Binjai. Suaminya yang juga merupakan dokter spesialis obgiin adalah kepala Feto Material RSAM Medan. CC biasa ia dipanggil adalah ibu 3 orang anak. Ia merasa beruntung karena seluruh keluarganya adalah dokter. Sang suami adalah seorang lulusan spesalis obgign setara S3, ia sendiri dokter spesialis kulit dan kelamin setara S2, anak tertuanya setahun lagi akan menamatkan spesialis dibidang yang sama dengan sang ayah, anak keduanya akan menempuh pendidikan spesialis kulit dan kelamin, dan putra bungsunya saat ini sedang mengenyam pendidikan kedokteran di salah satu universitas negeri di Kota Medan. Ia merasa ketiga anaknya tidak akan bisa bekerja dengan orang lain, ia menilai anak-anaknya tidak cukup tangguh bersaing melamar pekerjaan ke sana kemari. Oleh sebab itu dari kecil ia telah mengarahkan ketiga anaknya untuk menjadi dokter. Impiannya hampir gagal ketika si bungsu ingin meneruskan pendidikan di salah satu universitas teknologi terkemuka di Bogor. Ia pun selalu berdoa agar anaknya tidak lulus di universitas tersebut dan lulus di fakultas kedokteran seperti kedua kakaknya, dan ternyata doanya terkabul. Meski awalnya sang anak merasa kecewa namun kini, si bungsu diakui CC sudah mulai enjoy mengenyam pendidikan dibidang kedokteran.

(56)

terkadang 2-3 bulan sekali dikarenakan jarak rumah CC yang terbilang cukup jauh dari butik Labiba. Dalam sekali berbelanja CC bisa menghabiskan Rp 7.000.000 – Rp 10.000.000. CC tak memungkiri sekarang ini segala hal memang dilihat dari segi materialistis, meski ia tidak setuju sepenuhnya akan hal itu. Sebagai contoh dalam berbusana, untuk mendapatkan satu set busana muslim yang berkualitas tentunya menghabiskan dana yang tidak sedikit. Apalagi modelnya silih berganti begitu cepat.

CC mengakui dirinya adalah orang yang konsumtif, sangking konsumtifnya ia sampai malu jika ketahuan sang suami jika memborong belanjaan (khususnya busana muslim). Ia pun mensiasatinya dengan menyembunyikan barang belanjaannya di mobil sampai sang suami berangkat bekerja. Selain pada suami, CC juka terkadang merasa bersalah dan berdosa kepada orang-orang yang kurang mampu. Terkadang terlintas dipikirannya, ia merasa bersalah jika melihat orang dengan busana yang dikenakan yang menurutnya jelek tapi bagi orang lain itulah baju terbaiknya. Rasa kasian pun menggelayuti hati CC, namun ia cepat-cepat mengalihkannya. Ia berpendapat, tidak ada salahnya jika ia menikmati hidup apalagi jika melihat kehidupannya dulu yang sederhana.

(57)

hartanya untuk orang lain, ia pun mengaku bukan tipe orang yang pelit dengan orang-orang di sekitarnya, entah itu anak, menantu, pembantu, maupun teman-temannya.

Di mata ibu tiga anak ini, busana muslim masa kini jauh lebih baik dari pada busana muslim zaman dulu. Busana muslim zaman dulu diakui CC terkesan monoton dan membosankan, bajuya hanya model gamis lurus dan jilbabnya model “bergo”. Berbeda dengan sekarang, model busana muslim semakin banyak

dan beragam meski begitu CC juga tak lantas menggunakan busana yang hanya mengikuti tren semata namun juga harus sesuai dengan kondisi tubuhnya. Misalnya ia mencontohkan, ia tak akan menggunakan busana muslim yang model gamis tanpa lengan kemudian menggunakan manset. Hal ini ia lakukan karena ia menyadari lengannya besar sehingga akan tampak lucu jika menggunakan busana muslim seperti itu. Dari segi jilbab, saat ini CC lebih suka menggunakan jilbab bermodel pasmina bermotif dan berbahan katun. Bahan katun ia pilih karena lebih nyaman ketika dipakai untuk sehari-hari namun jika pergi ke pesta atau undangan, ia lebih menyukai jilbab yang berbahan sifon.

CC mengaku tidak ada jadwal khusus untuk berbelanja busana muslim. Biasanya ia membeli baju jika sedang pergi bersama teman-teman atau keluarganya ke suatu tempat kemudian melihat (busana muslim) yang cocok maka akan ia beli. Meski terkadang barang tersebut tidak ia gunakan karena CC membeli barang tersebut karena modelnya bukan kebutuhan.

(58)

menjelaskan bahwa mengikuti tidak harus memiliki. Bagi CC mengikuti tren busana muslim masa kini adalah untuk memperluas wawasannya (untuk sekedar tahu), CC mengaku walau suatu model (busana muslim) sedang tren tapi tidak sesuai dengan kondisi tubuhnya atau tidak pantas baginya, maka ia tidak akan membelinya.

Ketika ditanya tetang motivasinya berbusana muslim yang trendi, CC mengaku ingin gayanya lebih modis, apalagi jika dilihat dan dipuji oleh orang lain. Ada kepuasan tersendiri baginya, jika sudah begitu CC mengaku akan tersenyum-senyum sendiri, tak henti-hentinya berkaca ketika sampai rumah, dan tentunya membeli busana muslim yang seperti itu lagi. CC merasa bahagia jika dipuji orang lain ketika menggunaka busana muslim yang bagus dan trendi. Sambil tersenyum malu ia mengaku akan semakin jalan kemana-mana ketika mendapat pujian dengan busana muslim tersebut.

CC mengaku tidak membeli busana muslim setiap ada undangan atau pesta karena ia merasa sudah memiliki banyak stok baju mengingat dalam sekali belanja ia biasa membeli beberapa baju sekaligus. CC biasa menggunakan busana muslim koleksinya sebanyak 1-2 kali dalam setahun. Dalam urusan penggunaan jilbab CC merasa harus tampil stylis dan modis. Untuk yang satu ini CC tak segan memanggil tukang salon langganannya untuk make up sekaligus menggunakan jilbab degan tarif Rp 350.000. Hal ini CC lakukan dengan alasan ia merasa kurang bagus dalam memodifikasi jilbab terutama untuk pergi ke acara formal.

(59)

pesta, bahkan semua baju kecuali pakaian dalam ia cuci di loundry untuk kualitas yang lebih baik daripada dicuci di rumah.

Bagi CC merek tidaklah begitu penting, meski diakui menggunakan busana muslim yang bermerek (branded) tentunya menambah rasa kepercayaan diri yang lebih, namun CC merasa yang terpenting adalah model busana tersebut dan bukanlah mereknya. Berbeda dengan sang suami yang sangat mementingkan merek, karena bagi suaminya pakaian bermerek (branded) pasti memiliki kualitas yang lebih baik.

(60)

apabila setiap pertemuan selalu menggunakan tema yang berbeda. Meski tidak setuju, namun CC juga merasa tidak nyaman jika menggunakan busana muslim yang tidak sesuai dengan dresscode yang telah ditentukan.

CC mengaku kurang begitu suka dengan pembayaran secara mencicil. Untuk lebih mempermudah justru ia lebih suka menggunakan kartu kredit. Alasannya, karena jika mencicil di toko ia harus meluangkan waktu untuk datang ke toko tersebut sedangkan jika menggunakan kartu kredit lebih fleksibel karena sekaligus membayar semua tagihan yang sama di bank. Pada dasarnya CC merasa dirinya termasuk pribadi yang kurang suka berhutang, maka dari itu ia selalu melunasi tagihan bulanan kartu kreditnya.

(61)

CC sadar mengikuti pengajian yang ekslusif, ia pun menyadari bahwa ada persaingan di dalamnya. Tapi karena umur yang menurutnya sudah tidak begitu muda, maka ia tidak terlalu ambil pusing dengan persaingan yang ada. Persaingan disini biasanya dalam hal fashion mulai model busana muslim yang digunakan, tas, sepatu, hingga menunjukkan rumah yang mewah. Tak dipungkiri CC saat masuk ke dalam komunitas dominan, akan ada sanksi sosial yang secara tidak sadar dihadapi para anggota yang tidak sesuai dengan komunitas. Misal tidak menggunakan busana yang sesuai, memang tidak dibicarakan di depan CC, namun dibelakang pasti ada saja yang “kasak kusuk”. Begitu juga bila tidak

menggunakan busana muslim yang trendi atau mahal. Karena semua anggota menggunakan busana bagus, modis, dan mahal diakui CC ia pada akhirnya ikut-ikutan menggunakan busana yang seperti itu, karena tidak mau dikucilkan dalam kelompok. Oleh karena itu, bagi CC komunitas yang ia ikuti sangat berkontribusi dalam membengkaknya pengeluaran bulanan khususnya untuk urusan fashion.

Seiiring berkembangnya teknologi telepon genggam dengan fitur BBM di dalamnya diakui CC turut meningkatkan “kenarsisannya”. Jika CC menggunakan

busana muslim yang bagus apalagi dipuji oleh orang, maka ia akan langsung menjadikannya sebagai display picture BBM nya. Diakui CC jika ia dipuji orang ketika menggunakan busana muslim yang modis dan cocok ia kenakan, CC akan semakin bersemangat pergi kemana-mana dengan busana tersebut. Seakan ia tak rela melepas baju yang ia kenakan tersebut. Apalagi jika baju yang ia kenakan mahal dan modis, seperti ada kepuasan tersendiri baginya.

(62)

mampu, maka dari itu CC terbiasa memberikan baju-baju yang sudah tidak ia pakai kepada orang-orang disekitarnya. Untuk baju harian biasa CC berikan kepada pembantu dan disumbangkan kepada yang berkekurangan. Tapi untuk busana muslim pesta yang relatif mahal, biasa ia berikan kepada anak perempuannya, atau saudara-saudaranya. Selain tentunya menyisihkan sebagian penghasilannya untuk kaum fakir miskin disekitarnya. Ketika ditanya mengenai kemungkinan korupsi bagi para pejabat yang didorong gaya hidup mewah CC mengaku pasti ada kemungkinan itu. Ia sendiri pun tak jarang melihat orang yang sebenarnya tak mampu tapi demi gengsi tetap memaksakan.

4.2.1.1.3. Informan FTN (Ibu rumah tangga yang selalu ingin tampil modis)

(63)

cukup muda ini ia hanya tinggal menikmati buah hasil kerja kerasnya selama ini. Dilihat dari frekuensi belanja di butik Labiba, FTN adalah salah satu pelanggan yang cukup sering berkunjung. Dalam sebulan FTN bisa berkunjung 2-3 kali, setiap kunjungan FTN selalu bertanya tentang produk terbaru butik Labiba.

FTN sadar akan posisinya sebagai seorang istri dan ibu modern yang tinggal di kota besar. FTN merasa harus bisa menempatkan diri sesuai dengan harapan keluarganya. Salah satu contohnya adalah dalam fashion atau dalam berbusana. FTN tidak ingin suami dan anaknya malu dengan dandanannya yang terkesan kuno apalagi ia adalah wanita yang menggunakan busana muslim. FTN selalu berusaha untuk memperbaharui referensi fashion nya. FTN merasa sangat terbantu dengan semakin terbukanya peran media terhadap dunia fashion muslim masa kini seperti, televisi, majalah, artis, sampai you tube. Tak hanya media banyaknya butik-butik muslim yang menjamur turut mejadi referensinya dalam berbusana terutama bila melihat satu set busana muslim yang telah di pasang di patung manekin, hal ini menurut FTN semakin mempermudah konsumen untuk menggunakannya dan tidak perlu berfikir bagaimana cara memodifikasinya lagi dengan kata lain konsumen seperti FTN hanya tinggal membeli dan menggunakannya saja (busana muslim telah di jual sepasang dengan jilbab dan aksesorisnya).

Gambar

Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4 Pendidikan Informan
Tabel 4.5 Etnis Informan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian yang digunakan dan dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah studi hubungan ( interrelationship

48  ASRM   ASURANSI RAMAYANA Tbk 

Soon after the AWA Amendments were enacted, federal prosecutors used them to try to impose stricter pretrial release conditions than the judicial officer had determined was

[r]

Kriteria Permukiman Kumuh Bangunan Gedung Bangunan Gedung Jalan Lingkungan Jalan Lingkungan Penyediaan Air Minum Penyediaan Air Minum Drainase Lingkungan Drainase

8 Sumatera Bentuk tubuh pipih/ compressed dan letak mulut terminal dengan ciri khas yaitu terdapat empat garis hitam di bagian tubuh yaitu di bagian kepala, dada, ujung perut