BAB 2 ELEKTROKIMIA
C. Korosi
Gambar disamping merupakan gambar dari pagar rumah. Coba perhatikan secara seksama apa yang terjadi dengan pagar rumah tersebut! Terdapat perubahan apa? Apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi? Adakah cara untuk mengurangi atau mencegah perubahan yang ada?
Sumber: http://www.carabuas.xyz
Gambar 2.7. Korosi pada pagar
Ditandai dengan berubahnya bentuk dan warna, pagar rumah tersebut telah mengalami perkaratan. Dalam bahasa ilmiah, istilah perkaratan disebut dengan korosi. Korosi berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya adalah perusakan logam atau berkarat. Defini dari korosi sendiri adalah proses degradasi/deteorisasi/perusakan material yang terjadi disebabkan oleh zat reaksi elektrokimia anatar bahan dengan berbagai zat yang ada di lingkungan sekelilingnya (air, tanah, udara), sehingga menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Terjadinya korosi dapat mengakibatkan penurunan mutu bahan menjadi rapuh, kasar, mudah hancur, berubah warna dan lainnya.
Beberapa pakar bersikeras jika definisi ini hanya berlaku pada material logam saja, namun para insinyur korosi juga ada yang mendefinisikan istilah korosi berlaku juga pada material nonlogam, seperti keramik, plastik, karet dan lainnya. Sebagai contoh proses korosi pada material logam adalah ruskanya pagar rumah yang terbuat dari besi karena terpapar sinar matahari maupun hujan. Sedangkan contoh proses korosi pada material nonlogam adalah rusaknya cat rumah yang terpapar sinar matahari maupun hujan.
Korosi disebut juga sebagai suatu penyakit dalam dunia teknik, walaupun secara langsung tidak termasuk produk teknik. Proses terjadinya korosi pada logam maupun non-logam tidak dapat dihentikan, namun korosi dapat dihambat atau dikendalikan lajunya sehingga dapat memperlambat atau mengendalikan proses perusakannya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan secara
68 preventif proses korosi yang dinilai lebih baik dari segi ekonomis daripada memperbaiki secara represif kerusakan akibat proses korosi. Cara yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan pelapisan permukaan bahan (logam maupun nonlogam), perlindungan katodik, penambahan inhibitor korosi dan lain-lain.
Secara umum, proses korosi dapat digolongkan berdasarkan keseragaman dan rupanya yaitu secara mikroskopis dan makroskopis, mekanisme proses terjadinya korosi yaitu dengan reaksi kimia langsung atau dengan reaksi elektrokimia, juga dapat berdasarkan medium berlangsungnya proses korosi yaitu dalam medium kering maupun medium basah.
Proses korosi dapat berjalan secara cepat maupun lambat tergantung dari material bahan, lingkungan, dan lain sebagainya. Dalam dunia teknik, material korosi yang sering disinggung adalah korosi pada logam. Gambar 2.8 di bawah merupakan gambaran dari proses korosi pada paku yang dibiarkan di udara terbuka yang lembab, kaya akan uap air, sehingga paku dapat berkarat dengan cepat.
(sumber : http://rois-takin.blogspot.co.id/) Gambar 2.8. Proses korosi pada material logam
Berdasarkan gambar di atas, kondisi lingkungan sangat mempengaruhi tingkat korosifitas pada suatu material. Terlihat bahwa material yang diaplikasikan atau diletakkan di udara terbuka terkorosi sama halnya dengan material yang diaplikasikan atau diletakkan di dalam tanah maupun air. Lingkungan (air, udara, tanah) sangat mempengaruhi terjadinya proses korosi, entah itu cepat maupun lambat.
69
1.
Mekanisme Korosi
Mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan berawal dari logam yang teroksidasi di dalamnya. Pada proses tersebut, terjadi proses pelepasan elektron untuk membentuk ion logam yang bermuatan positif. Larutan akan bertindak sebagai katoda dengan reaksi pelepasan H2 dan reduksi O2, akibat H+ dan H2O yang tereduksi. Reaksi ini berlangsung di permukaan material logam yang akan menyebabkan pengelupasan material logam akibat pelarutan logam kedalam larutan secara terus menerus.
Secara termodinamis, proses korosi merupakan kecenderungan suatu logam untuk kembali ke kondisi alaminya atau kebentuk yang lebih sederhana. Pada temperatur rendah dan medium yang basah, korosi terjadi dengan mekanisme reaksi elektrokimia yang membentuk reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi elektrokimia didefinisikan sebagai reaksi kimia yang melibatkan perpindahan elektron dari anoda (-) ke katoda (+) dalam larutan elektrolit.
Sebagai contoh adalah asam klorida yang mengkorosi logam tembaga, sebagai berikut:
Katoda : Cu2 + (aq) + 2e Cu(s)
Anoda : Cu(s) Cu2 + (aq) + 2e
Reaksi asam klorida dan tembaga yang membebaskan gas hidrogen yang membentuk ion kompleks CuCl2—sesuai dengan reaksi berikut:
2Cu(s) + 2H+(aq) 2Cu—(aq) + H2(g) 2Cu+
(aq)+ 4HCl—(aq) 2CuCl2—(aq) + 2H2(g)
Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga seperti reaksi berikut: Cu(s) + H2SO4(l) CuSO4(aq) + 2H2O (l) + SO2(g)
2.
Jenis-jenis Korosi
Berdasarkan bentuk kerusakan yang dihasilkan dari korosi, penyebab korosi, lingkungan tempat terjadinya korosi maupun jenis material yang terkorosi, korosi terbagi menjadi beberapa jenis di antaranya sebagai berikut:
a.
Korosi Merata atau Korosi Permukaan (Surface/General Corrosion)
Korosi merata atau korosi permukaan ditandai dengan reaksi kimia atau reaksi elektrokimia yang terjadi di permukaan sebuah material, dimana material70 memiliki beda potensial dan langsung berhubungan dengan udara terbuka atau material lain. Terjadi penipisan pada material dan akhirnya terjadi kehilangan massa atau berat dari material tersebut. Ilustrasi sebagai berikut:
Sumber: wiwinwibowo.wordpress.com Gambar 2.9. Korosi permukaan
b.
Korosi Galvanis (Galvanic Corrosion)
Korosi galvanis adalah akibat yang ditumbulkan ketika dua macam material (logam) yang berbeda bekontak secara langsung dalam media korosif. Logam yang memiliki potensial rendah akan lebih cepat dan lebih mudah terkorosi dibanding dengan logam yang memiliki potensial tinggi yang akan lebih lambat dan sukar terkorosi. Ilustrasi sebagai berikut:
Sumber: wiwinwibowo.wordpress.com Gambar 2.10. Korosi galvanis
71
c.
Korosi Tegangan (Stress Corrosion)
Korosi tegangan adalah akibat yang ditimbulkan adanya proses tegangan tarik pada material yang melebihi batas ketentuannya. Tegangan tarik ini dapat berasal dari beban yang diberikan kepada sebuah material ataupun tegangan sisa akibat proses pengerjaan (residual). Namun, jika material diberikan teagangan tekan, maka justru akan memperbaiki ketahanan korosi tegangannya. Ilustrasi sebagai berikut:
Sumber: wiwinwibowo.wordpress.com Gambar 2.11. Korosi tegangan
d.
Korosi Celah (Crevice Corrosion)
Korosi celah merupakan korosi yang terjadi antara dua permukaan logam yang berbeda konsentrasi zat asam yang terdapat celah di antaranya. Celah sempit terisi elektrolit penyebab koros (air dengan pH rendah), maka terbentuklah karat dengan katodanya permukaan sebelah luar celah yang basa dengan air yang lebih banyak mengandung zat asam daripada bagian sebelah dalam celah yang sedikit mengandung zat asam sehingga bersifat anodic. Ilustrasi sebagai berikut:
72
Gambar 2.12. Korosi celah Sumber: wiwinwibowo.wordpress.com
e.
Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)
Korosi sumuran terjadi tidak merata kepermukaan material melainkan menusuk ke arah ketebalan suatu material (berupa lubang-lubang atau sumur). Lubang korosi akan berkembang semakin dalam sehingga dapat menyebabkan kebocoran pada material yang terkorosi. Korosi jenis ini biasa terjadi pada logam yang berada di lingkungan yang mengandung klorida maupun sulfida. Ilustrasi ditunjukkan pada Gambar 2.13.
f.
Korosi Erosi (Erosive Corrosion)
Korosi yang ditimbulkan bersamaan dengan proses erosi (pengikisan) atau abrasi. Korosi jenis ini biasa terjadi pada logam oleh fluida yang mengalir. Aliran fluida yang cepat dan bersifat korosif, apalagi yang mengandung partikel abrasif dan adanya dua fase dari fluida tersebut, maka logam yang berkontak akan terkikis secara terus menerus sehingga lapis lindung dari material tersebut akan rontok dan proses korosi akan berlangsung lebih cepat. Ilustrasi ditunjukkan pada Gambar 2.14.
Sumber: wiwinwibowo.wordpress.com Gambar 2.13. Korosi sumuran
73
Sumber: wiwinwibowo.wordpress.com Gambar 2.14. Korosi erosi
g.
Korosi Pelarutan Selektif (Selective Corrosion)
Korosi jenis ini terjadi bila suatu komponen dari suatu zat atau fasa dalam paduan larut atau terkorosi. Zat atau fasa komponen yang larut selalu bersifat anodic terhadap komponen yang lain. Ilustrasi korosi ini ditunjukkan pada Gambar 2.15.
Sumber: wiwinwibowo.wordpress.com Gambar 2.15. Korosi pelarutan selektif
74
h.
Korosi Mikrobiologis
Korosi ini disebabkan oleh mikroorganisme yang melakukan metabolisme secara langsung dengan logam sehingga akan menimbulkan korosi atau dapat menimbulkan lingkungan yang bersifat korosif.
i.
Korosi Titik Embun
Korosi ini disebabkan oleh faktor kelembaban yang menyebabkan titik embun atau kondensasi. Tanpa adanya kelembaban relatif, segala jenis kontaminan (zat pencemar) tidak akan atau hanya sedikit menyebabkan korosi. Titik embun sangat korosif terutama di daerah dengan banyak partikel air asin yang terhembus dan mengenai permukaan material logam atau dilingkungan dengan banyak bahan/udara pencemar.
j.
Korosi Antar Batas Butir (Intergranular Corrosion)
Korosi yang terjadi pada batas butir atau sekitar batas butir yang bersifat katodik. Didaerah batas butir ini memiliki sifat yang lebih reaktif. Banyak sedikitnya batas butir akan sangat mempengaruhi kegunaan logam tersebut. Jika semakin sedikit batas butir pada suatu material maka akan menurunkan kekuatan material tersebut. Jika logam terkena karat, maka di daerah batas butir akan terkena serangan terlebih dahulu dibandingkan daerah yang jauh dari daerah batas butir. Korosi ini terjadi karena adanya kotoran pada batas butir, penambahan pada salah satu unsur paduan, atau penurunan salah satu unsur di daerah batas butir. Ilustrasi ditunjukkan pada Gambar 2.16.
75
Sumber: wiwinwibowo.wordpress.com Gambar 2.16. Korosi antar batas butir
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Korosi
a. Suhu dan Kelembaban Kritis b. Kecepatan Alir Fluida c. Konsentrasi Bahan Korosif d. Oksigen
e. Waktu Kontak
76
MENGENAL PARA TOKOH PENEMU HUKUM DASAR KIMIA
1.
Svante Arrhenius
Sumber :www.google.com
Gambar 0.11. Svente arrhennius
Lahir : 19 Februari 1859 Vik, Swedia
Meninggal : 2 Oktober 1927 (umur 68) Stockholm , Swedia
Kebangsaan : Swedia
Bidang : Fisika dan Kimia
Lembaga : Royal Institute of Technology
Almamater : Universitas Uppsala dan Universitas Stockholm Pembimbing doktoral : Per Teodor Cleve dan Erik Edlund
mahasiswa doktoral : Oskar Benjamin Klein
Dikenal untuk : Persamaan Arrhenius, Teori disosiasi ion, Teori asam-basa
Penghargaan terkemuka : Davy Medal (1902), Hadiah Nobel untuk Kimia (1903), ForMemRS (1910), Penghargaan Willard Gibbs (1911), Franklin Medal (1920).
77 Persamaan Arrhenius, definisi asam Arrhenius, lunar kawah Arrhenius, gunung Arrheniusfjellet dan Lab Arrhenius di Universitas Stockholm dinamai berdasarkan namanya.
Sumber : www.google.com Gambar 0.12. Laboratorium arrhenius
Arrhenius lahir pada 19 Februari 1859 di Vik (juga dieja Wik atau Wijk), dekat Uppsala , Swedia, putra dari Svante Gustav dan Carolina Thunberg Arrhenius. Ayahnya pernah menjadi surveyor tanah untuk Universitas Uppsala, kemudian bergerak naik ke posisi pengawasan. Pada usia tiga tahun, Arrhenius belajar sendiri untuk membaca tanpa dorongan dari orang tuanya. Di kemudian hari, Arrhenius menikmati menggunakan massa data untuk menemukan hubungan matematika dan hukum.
Pada usia delapan, ia masuk sekolah katedral lokal, mulai di kelas lima, ia membedakan dirinya dalam fisika dan matematika, dan lulus sebagai mahasiswa termuda dan paling mampu pada tahun 1876. Di Universitas Uppsala, ia tidak puas dengan kepala instruktur fisika, Per Teodor Cleve, jadi dia pergi untuk belajar di Institut Fisika dari Swedish Academy of Sciences di Stockholm bawah fisikawan Erik Edlund pada tahun 1881.
Karyanya difokuskan pada konduktivitas dari elektrolit. Pada tahun 1884, berdasarkan pekerjaan ini, ia mengajukan 150 halaman disertasi tentang konduktivitas elektrolitik Uppsala untuk tetapi tidak terlalu mengesankan
78 profesornya, di antaranya adalah Per Teodor Cleve , dan ia menerima gelar kelas keempat, tapi setelah pembelaannya itu direklasifikasi sebagai kelas tiga. Kemudian, sehingga karena pekerjaanya itu ia memperoleh penghargaan Nobel di bidang kimia pada tahun 1903.
Arrhenius mengajukan 56 tesis pada tahun 1884 sebagai disertasinya, yang sebagian besar masih dapat diterima hari ini tanpa pengubahan atau dengan sedikit modifikasi. Ide yang paling penting dalam disertasi itu adalah penjelasannya tentang fakta bahwa garam kristal padat terpisah menjadi partikel bermuatan pasangan bila dilarutkan, disertasinya itu membuat ia memperoleh penghargaan nobel di bidang kimia tahun 1903. Penjelasan Arrhenius adalah bahwa dalam membentuk larutan, garam terdisosiasi menjadi partikel-partikel bermuatan (yang telah diberi nama oleh Michael Faraday sebagai ion bertahun-tahun sebelumnya). Faraday berpendapat bahwa ion diproduksi dalam proses elektrolisis; Arrhenius mengusulkan bahwa, bahkan tanpa adanya arus listrik, larutan garam mengandung ion. Dengan demikian ia mengusulkan bahwa reaksi kimia dalam larutan adalah reaksi antara ion.
Disertasinya tidak mengesankan profesor di Uppsala, tapi Arrhenius mengirimkannya ke sejumlah ilmuwan di Eropa yang mengembangkan ilmu baru dari kimia fisik, seperti Rudolf Clausius, Wilhelm Ostwald, dan JH van 't Hoff. Mereka jauh lebih terkesan, dan Ostwald bahkan datang ke Uppsala untuk membujuk Arrhenius untuk bergabung dengan tim risetnya. Arrhenius menolak, karena ia lebih suka tinggal di Swedia untuk sementara waktu (ayahnya sangat sakit dan akan mati pada tahun 1885) dan telah menerima janji di Uppsala.
Dalam perpanjangan teori ionnya, Arrhenius mengusulkan definisi asam dan basa pada tahun 1884. Dia percaya bahwa asam adalah zat yang menghasilkan hidrogen ion dalam suatu larutan dan basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida dalam suatu larutan. Setelah itu, Arrhenius menerima hibah dari Swedish Academy of Sciences, yang memungkinkan dia untuk belajar bersama Ostwald di Riga (sekarang di Latvia) dan Friedrich Kohlrausch di Würzburg, Jerman, dan Ludwig Boltzmann di Graz, Austria, dan van 't Hoff di Amsterdam .
Pada tahun 1889 Arrhenius menjelaskan fakta bahwa sebagian besar reaksi memerlukan tambahan energi panas untuk terjadi dengan merumuskan konsep energi aktivasi, yaitu energi yang harus diatasi sebelum dua molekul dapat bereaksi. Persamaan Arrhenius memberikan dasar kuantitatif hubungan antara energi aktivasi dengan tingkat kesulitan reaksi dapat berlangsung. Pada tahun 1891 ia menjadi dosen
79 di Stockholm University College (Stockholms Högskola, sekarang Universitas Stockholm), dan dilantik menjadi profesor fisika (dengan banyak oposisi) pada tahun 1895, dan menjadi rektor pada tahun 1896. Ia menikah dua kali, pertama dengan mantan muridnya Sofia Rudbeck (1894-1896), ia memiliki satu anak bernama Olof Arrhenius, dan kemudian dengan Maria Johansson (1905-1927), dan memiliki dua anak perempuan dan seorang putra.
Sekitar tahun 1900, Arrhenius ikut serta dalam mendirikan Nobel Institute dan Hadiah Nobel. Dia terpilih menjadi anggota Royal Swedish Academy of Sciences pada tahun 1901. Selama akhir hidupnya, ia menjadi anggota dari Komite Nobel di bidang Fisika dan anggota de facto dari Komite Nobel di bidang kimia. Dia menggunakan posisinya untuk mengatur hadiah untuk teman-temannya (Jacobus van't Hoff, Wilhelm Ostwald, Theodore Richards) dan mencoba untuk menolak musuh-musuhnya (Paul Ehrlich, Walther Nernst, Dmitri Mendeleev). Pada tahun 1901 Arrhenius terpilih untuk menjadi anggota Swedish Academy of Sciences, melawan oposisi yang kuat. Pada tahun 1903 ia menjadi petenis Swedia pertama yang dianugerahi Hadiah Nobel di bidang kimia. Pada tahun 1905, setelah berdirinya Institut Nobel untuk Penelitian Fisika di Stockholm, ia ditunjuk menjadi rektor, posisinya sampai ia pensiun pada tahun 1927. Dia dipilih sebagai Anggota Asing Royal Society (ForMemRS) pada tahun 1910. Pada tahun 1911 ia memenangkan Willard Gibbs Award. Pada tahun 1912, ia terpilih sebagai anggota Kehormatan Negeri American Academy of Arts and Science, pada tahun 1919 ia menjadi anggota asing dari Royal Netherlands Academy of Arts dan Science.
Akhirnya, teori Arrhenius diterima secara umum. Pada tahun 1902 ia mulai menyelidiki masalah fisiologis dalam hal teori kimia. Dia beranggapan bahwa reaksi dalam organisme hidup dan dalam tabung tes mengikuti hukum yang sama. Pada tahun 1904 ia menyampaikan kuliah di University of California, objek yang diajarkan adalah menggambarkan penerapan metode kimia fisik untuk mempelajari teori racun dan antitoxins, dan diterbitkan pada tahun 1907 di bawah judul Immunochemistry. Dia berpikir kehidupan mungkin telah dibawa dari planet ke planet dengan transportasi dari spora, teori sekarang dikenal sebagai panspermia. Dia memikirkan ide bahasa universal, dengan mengusulkan modifikasi dari bahasa Inggris.
Dia adalah anggota dewan untuk Swedish Society for Racial Hygiene yang didirikan pada tahun1909, yang disahkan Mendelisme pada saat itu, dan memberikan kontribusi terhadap topik kontrasepsi sekitar tahun 1910. Namun, sampai tahun 1938
80 informasi dan penjualan alat kontrasepsi dilarang di Swedia. Sekitar tahun 1930, anggota konservatif masyarakat membantu untuk membangun kebijakan eugenic di Swedia. Gordon Stein menulis bahwa Svante Arrhenius adalah seorang ateis. Dalam tahun terakhirnya ia menulis baik buku pelajaran dan buku-buku populer. Pada bulan September 1927 ia menderita serangan akut usus radang selaput lendir hidung dan meninggal pada tanggal 2 Oktober. Ia dimakamkan di Uppsala.
2.
Johannes Nicolaus Brønsted
Sumber : www.google.com
Gambar 0.13. Johannes nicolaus brønsted
Lahir : 22 Februari 1879 Varde, Denmark
Meninggal : 17 Desember 1947 (umur 68) Copenhagen, Denmark
Tempat Tinggal : Copenhagen, Denmark
Kebangsaan : Denmark
Bidang : Kimia fisika
Lembaga : University of Copenhagen
Almamater : University of Copenhagen
Dikenal untuk : Teori asam-basa Brønsted-Lowry; Persamaan katalisis Brønsted
Johannes Nicolaus Brønsted adalah seorang ilmuwan kimia fisik Denmark. Dia kemudian dikenal sebagai seorang peneliti proses katalisis dalam reaksi asam dan
81 basa. Dia menamakannya sebagai proses Bronsted katalisis equation. Dia juga dikenal dalam teori donor proton bersama Lowry. Ia meraih gelar di bidang teknik kimia pada tahun 1899. Ia mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1908 dari University of Copenhagen dan segera diangkat profesor anorganik dan kimia fisik di universitas yang sama.
Johannes Nicolaus Brønsted (1879-1947) danThomas Martin Lowry (1874- 1936) merumuskan secara bersama sebuah teori yang menjelaskan asam dan basa dan bagaimana terjadinya transfer proton dari suatu asam ke basa. Hal ini merupakan suatu pandangan awal, yang kemudian akan dijabarkan lebih lanjut oleh perhitungan pH untuk menentukan keasaman suatu larutan, yang tergantung pada konsentrasi ion H3O+. Asam klorda, asam nitrat dan asam sulfat merupakan contoh dari asam Bronsted-Lowry.
Johannes Nicolaus Brønsted lahir di Varde pada 22 Februari 1879. Ibunya meninggal segera setelah kelahirannya, dan ayahnya menikah kembali. Namun ketika berumur 14 tahun ayahnya juga meninggal. Setelah kehilangan kedua orang tua anak Brønsted dan pindah ke Kopenhagen dengan saudara tirinya Brønsted masuk dalam 'Metropolitanskolen' selama tiga tahun. Kemudian dia lulus dalam 'studentereksamen' (ujian masuk universitas) di musim panas 1897. Ia menerima gelar dalam ilmu teknik kimia di 1899 dan gelar Ph.D. pada tahun 1908 dari University of Copenhagen. Dia segera diangkat menjadi profesor anorganik dan kimia fisik di Copenhagen. Ketika di Polytecnic Institut, Brønsted bertemu dengan Charlotte Louise Warberg. Mereka menikah pada 1903 dan pindah ke sebuah apartemen di Forchhammersvej di Kopenhagen. Pada tahun 1906 ia menerbitkan beberapa catatan mengenai afinitas elektron. Pada tahun 1923 ia memperkenalkan dasar teori reaksi asam-basa bersamaan dengan kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry. Pada tahun yang sama, teori elektronik diusulkan oleh Gilbert N. Lewis, namun teori Bronsted- Lowry lah yang diakui pada saat itu.
82
Sumber : www.google.com Gambar 0.20. University of copenhagen
Teori Bronsted mengatakan bahwa: "Sebuah atom hidrogen (selalu ditemukan di dalam asam) berada dalam keaadaan ionnya ketika terlarut dalam air, ia kehilangan elektron dan menjadi donor proton. Ion H+ tersebut kemudian bergabung dengan substansi lain yang ada dalam lartutan, substansi ini dinamakan akseptor proton". Dalam Perang Dunia II ia selalu bertentangan dengan Nazi. Pada tahun ia terpilih sebagai salah seorang anggota parlemen Denmark, akan tetapi ia tidak sempat menjabat sebagai anggota parlemen. Dia meninggal tidak lama setelah pemilihan. Johanes Nicolaus Bronsted meninggal pada 17 Desember 1947 (umur 68) di Copenhagen, Denmark.
83
3.
Thomas Martin Lowry
Sumber: www.google.com Gambar 0.4. Thomas martin lowry
Lahir : 26 Oktober 1874 Low Moor, Bradford, UK
Meninggal : 2 November 1936 (umur 62) Cambridge, UK
Kebangsaan : Inggris
Bidang : Kimia fisik
Dikenal karena : Teori asam-basa Brønsted-Lowry Penghargaan : Fellow dari Royal Society
Thomas Martin Lowry adalah seorang ahli kimia fisika Inggris yang mengembangkan teori asam basa Bronsted-Lowry bersama dengan Johannes Nicolaus Brønsted tetapi keduanya bekerja secara terpisah. Thomas Lowry lahir 26 Oktober 1874 di Low Moor, Bradford, West Yorkshire, Inggris dari keluarga Cornish. Ia adalah anak kedua dari Reverend E. P. Lowry. Ia belajar di Kingswood School, Bath, Somerset, dan kemudian melanjutkan ke Central Technical College South Kensington. Selama itu pula Lowry menyadari ketertarikannya di bidang kimia. Ia belajar di bawah bimbingan Henry Edward Armstrong, seorang kimiawan Inggris yang menekuni bidang kimia organik dan mempelajari sifat ion yang terlarut dalam air.
84 Dari tahun 1896 sampai 1913 Lowry menjadi asisten Armstrong dan antara 1904 dan 1913 bekerja sebagai dosen Kimia di Westminster Training College. Pada 1913, Ia diangkat sebagai kepala departemen Kimia di Guy’s Hospital Medical. Sebelum diangkat menjadi Profesor di University of London, Lowry pernah menjadi profesor utama di salahsatu Sekolah Kedokteran Inggris. Dari 1920 sampai meninggal, Lowry menjadi ketua di bagian Kimia Fisika Universitas Cambridge dan bekerja disana selama sisa hidupnya. Lowry menikah dengan seorang putri dari Rev. C. Wood di tahun 1904.
Selama bekerja pada Profesor Armstrong, Lowry menekuni kimia organik. Keahlian yang kemudian ia peroleh sebagai kristalografer ditunjukan dari kecerdasannya pada metode fisika eksak dalam pengukuran larutan; ia mengembangkan bakatnya yang luar biasa tersebut dalam memecahkan permasalahan dan untuk meyakinkannya, ia menggunakan metode kuantitatif. Banyak data fisika massa kuantitatif yang Lowry kumpulkan dan data tersebut menjadi bahan yang sangat berguna dalam bidang kimia fisika kedepannya.
Thomas Lowry menggunakan dasar dari ilmu yang ia pelajari yaitu mengenai kekuatan optik rotasi dan ia berhasil menemukan mutarotasi, istilah yang ia perkenalkan pada–nitro-d-champor dan stereoisomerasi dari bilangan derivat halogen