• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. … tatkala gadis yang ada dalam lamunanyya menoleh kebelakang dan menawarkan sesuatu…

2. … dasar bujang sudah berumur, dikasih tahu malah cuek aja…

3. … tak ada kata, selain seulas senyum menyungging di bibir gadis itu..

4. … bukankah nama lain Hawa adalah ratu pertama kaum wanita yang tak bahasa Arabnya adalah Nisa…

5. … sebenarnya bapak berat hati menjualnya, sebab tanah itu buat tali agar kita senantiasa teringat dengan kerabat-kerabat di jawa…

6. … kini putra bangsa itu sedang menghirup udara baru setelah mengalami kepenatan di dalam burung besi itu…

7. … aku harus hidup di atas keringatku sendiri…

8. … ia adalah ujian dari kekasih Sang Esa…

9. … sungguh mengerikan, senyum sapanya menyeringai seperti setan…

10. … jangan sebut nama itu, dia adalah bayangan dalam cermin Sang Maha elok…

12. … orang memang bisa mati secara perlahan jika tidak makan. Tapi tanpa cinta orang hidup seperti bangkai…

13. … makasih. Ya sekedar coret-coret aja kak…

14. … ia merasa Nisa adalah emas atau intan permata, sementara dirinya hanyalah besi biasa atau Loyang yang tak mungkin bisa menyatu dengan logam mulia itu…

15. …tapi aku tak bisa membohongi diri sendiri, bahwa aku tulus mencintainya . apa orang miskin seperti aku ini tak berhak mengatakan cinta demi hidupnya…

16. … aku memang tak punya kelebihan yang bisa diandalkan , Gus. Tapi insyaAllah aku punya hati yang tulus…

17. … ia memang merasa sebagai pemuda yang cukup kuper (kurang pergaulan)…

18. …kalau akau boleh berterus terang sebenarnya aku tak punya kemampuan untuk bisa mendapatkannya…

19. … ini sedikit uang. Kalau memang begitu maumu. Aku mendukung saja . siapa tahu jalan ini memang rezekimu…

20. … tidak usah kamu pikirkan kembaliannya. Kalau modalmu nanti kurang, jangan sungkan-sungkan bilang ke saya. InsyaAllah kami sekeluarga siap membantumu…

21. …kita nggak mau kualitas barang kita buruk, karena produk kita hanya dikejar kebutuhan…

22. … daripada kita memaksakan menyuply sekarang, dengan kualitas yang tidak maksimal…

23. … saya orang bodoh, saya pasrahkan saja kepada Ki Wangsit jika sampeyan bisa memberi kesembuhan anak saya…

Lampiran II Sinopsis

Tuhan, Maaf engkau Kumadu Aguk Irawan MN

Novel ini berjudul Tuhan, maaf engkkau kumadu (Ia yang terbunuh cinta) . Buah karya dari seorang novelis ternama aguk Irawan MN. Novel ini dirterbitkan oleh Glosaria Media Yogyakarta dengan ketebalan buku lebih dari 392 halaman. Novel ini dicetak untuk kali pertamaanya untuk November 2013 dengan ISBN 978-602-7731-44-8.

Novel ini menceritakan seorang lelaki yang memiliki cinta murni terhadap perempuan yang ia kasihi. Laki-laki tersebut adalah Ahsanur Ridho, atau yang sering dipanggil denganRidho. Ridho seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Piramoda, di Universitas tertua, yaitu al-Azhar Mesir. Ridho cukup dibilang mahasiswa yang mandiri. Sembilan tahun kuliah di al-Azhar ia berusaha untuk tidakmeminta pesangon dari rumah atau transfer bulanan dari keluarganya di Lamongan.

Karena tekaatnya untuk belajar mandiri di negeri orang itulah kemudian mendorongnya untuk mengambil pekerjaan sampingan selain kuliah yaitu sebagai supir pribadi kedutaan RI yangada di Mesir. Namun, belakangan profesi itu bukan hanya sampingan namun prioritas yang dapat menopang hidupnya dan

alhasil kuliahlah yang dinomor duakan demi menyambung kehidupan.

Babak perjalaann Ridho dimuali ketika ia menegnal seorang perempuan yang sangat cantik parasnya, anggun dan sopan sikapnya. Mahasiswa asal Indonesia yang saat ini yang menjadi ketua WIHDAH. WIHDAH adalah sebuah organisasi penrkumpulan perempuan mahaisswi Indonsia yang kuliah di al-Azhar Mesir. Ia bernama Nisa. Nama lengkapnya Eva Ratu Nisa. Ia mulai mengenal Nisa sejak perjalanan pertamanya ke Luxor.

Luxor merupakan sebuah daerah tempat kuil bersejarah bangsa Mesir yang seringkali disebut sebagai kotaseribu gerbang di Mesir. Perjalanan ke Luxor menanam bibit-bibit cinta dihati Ridho tatkala bus yang dinaikinya ternyata dinaiki pula oleh Nisa. Selama perjalanan hingga pulang ia telah dibuat kagum oleh gadis berparas ayu Khas Indonesia itu. Bukan hanya cantik Nisa adaah seorang wanita cerdas dan seorang mahaiswi yang aktif dalam organisasi baik dalam sesame mahasiswa Indonesia maupun organisasi lintas Negara. Bibit cinta yang mulai tumbuh dan berkembng sejak kepulangannya dari Luxor itulah kemudian terus ia siram sehingga berbunga. Semerbak wangi cinta dalam dadat ternyata menghantui Ridho setiap harinya. Hasrat untuk memiliki Nisa sang pujaan begitu besar hingga membuatnya berkali-kali harus menangis. Ia menangis

karena merasa siapalah dirinya, tidak sebanding dengan bidadari dai langit seprti Nisa.

Lalu rasa tidak percaya itu merambah ke jiwa-jiwa sufistiknya. Bahwa benar Ridho adalah seorang mahasiswa yang tidak hanya menekuni bidang akademik yang mebgisi otak sajanamun ia berusaha untuk mengisi ruhaniahnya dengan segenap cinta kepada Sang Khalik. Suatu ketika ia benar-benar merasa sangat mencintai Nisa dan hendak mempersuntingnya. Maka tengah malam yang sayu sembari menuangkan rasa cintanta kepada Allah dan munajat petangnya ia ungkapkan pula rasa citanya kepada Nisa yang menjelma kegelisahan siang malamnya. Dalam bait-bait puisnya ia berkata “Allah-ku, duhai Allah kekasih hatiku. Saat aku sendiri menikmati ras cinta. Maafkan cintaku pada-Mu, satu lagi untuk Nisa-ku. Cinta membeku dan mencair dalam takdirmu, maafkan tauhidNisa-ku. Apakah aku kufur bila mala mini kau kumadu? Apakah aku salah , bila cintaku pada hamba lebih? Tapi, andai saja kau tak beri aku cinta sebsar ini. Tentu, tentu saja aku tak akan menduakan-Mukarena itu apa aku salah mengenggam pemberian-Mu dan melambungkan rahasia alif lammim-Mu?”

Kecintaannya ke Nisa membuat ia bahagia sekaligus ketakutan. Ia bahagia karena mencintai wanita sempurna seperti Nsa namun ia juga ketakutan barangkali cinta yang dimilikinya terlalu besar sehingga mengalahkan cintanya pada Allah. Tuhan yang amat

dikasihinya. Kebimbingan itu semakin hari semakin berlarut dan puncaknya adalahketika cintanya ditolak oleh Nisa. Sebuah hal yang wajar bila wanita secantik dan secerdas Nisa menimbang baik dan buruk calon suami yang ideal untuknya. Apalah daya Ridho seorang mahasiswa abadi yang bahkan Sembilan tahun belum dinyatakan lulus SI dari al-azhar, berpenampilan biasa saja bahkan cenderung tidak peduli terhadap penampilannya, berkantong pas-pasan, menjadi supir pribadi terhadap KBRI lupa kuliahnya sendiri. Nisa berhak memilih. Jauhnya perbandingan layaknya lagit dan bumi membuat ridho tak kuasa menerima keputusan Nisa.

Lampran III

Biografi penulis Aguk Irawan MN

Geidurrahman Elmishry adalah nama pena dari Aguk Irawan MN, lahir di Lamongan 1 April 19. Sekolah di MA Negeri Babar sambil belajar kitab kuning dipondok pesanren Darul Ulum, langitan,Wedang, Tuban. Selama di MAN, ia belajar teater dan juga menulis puisi pada guru bahaasa Indonesia, yaitu seorang penyair yang cukup terkenal di Lamongan Pringgo. Kemudian ia melanjutkan kuliah di al-Azhar university Cairo, jurusan filsafat, dengan beasiswa Majelis A’la Al-Islamiyah. Selama di kairo, ia banyak menulis karya sastra dibelbagai lembaran pers mahasiswa, terutama di Bulletin Kinanah, dan berproses kreatif Teater di sanggar yang ia turut dirikan Kinanah. Sanggar ini, atas dukungan Gus Mus kemudian menerbitkan jurnal Kinanah di Indonesia, bekerjasma dengan LKIS Yogyakarta, dan ia dipercaya sebagai Pimrednya. Selama di Kairo ia juga menjadi aktivis dibanyak organisasi, seperti PCINU-Mesir , KSW (Kelompok Studi Walisongo) dan pernah menjabat sebagai ketua umum senat Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Mesir (PPMI 2001), sebelum akhirnya ia sering dipercaya sebagai juri dalam berbagai apresiasi seni mahasiswa, terlebih dahulu

ia kerap menenagkan lomba karya tulis tingkat mahasiswa di Kairo, baik yang diadakan KBRI atau pers semisal Terobosan.

Menerjemahkan karya sastra Arab, diantaranya karya Drama taufik El-Hakiem tahta Dzilali Syams (Di bawah Bayangan Matahari), karya klasik Abu A’la El-Ma’ary komedi al-Ilahiyah (komedi langit) dan atas dukungan dari Majelis Tsaqafa Mesir, bersama mahmud hamzawie ia menerjemahkan sastra Indonesia ke Arab, diantaranya puisi-puisi Sutradji Calzoum bakrie, O Amuk Kapak (Ath-Tho lasim). Karya Soni Farid Maulana, anak kabut (Abna Dhabab). Sajak-sajaknya juga sering disiarkan di radio BBC Mesir, RSCI BOX 566, Cairo 115511 RAM, Gelombang 19 MSW Frekewensi 15,575 MHz, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Mahmud hamzawie. Di Yogyakarta, ia mendirikan pesantren Kreatf Baitul Klimah, turut mendirikan sanggar SABDA (Learning Center for Rural Society), dan bergabung di sanggar NUNIAIN Yogyakarta, pernah juga memimpin Bulletin jumat al-Iktilaf ditempat ia bekerja dan menjadi aktivis, LKiS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial). Keikut sertaanya dalam berbagai komunitas seni di Tanah Air, sering memberiya kesempatan dan kepercayaan menjadi Dewan Juri bertaraf Nasional, diantaranya adalah salah seorang Dewan Juri tahap I, Khatulistiwa Literary Award (2007), bersama Qory Izzatul Muna dan Joni Ariadinata dipercaya menjadi juri karya fiksi se-jawa yang diadakan Ponpes. Pandanaran,

Ngaglik, Sleman, Yogyakara. Selain itu, berbaagai forum dan festival sastra juga pernah mengundangnya untuk membaca puisi, diantanya bersama Sitor Situmorang “Mengintip kee belakang, Menengok ke Depan” di Taman Ismail Marzuki Jakarta (2005), Forum Penyair Tiga Kota;Yogyakarta, Kulonprogo dan Purworejo (2008), duet dengan Joko Pinurbo di Forum Pendopo, Yogyakarta (2007), dan lain sebagainya. Majalah sastra Horison Edisi XXXXI, no 12/2006, memuat tulisan edisi pengarang muda Yogyakarta, dan ia salah satu dari tujuh sastrwan yang dipilih Majalah tersebut.

Ada puluhan buku yang menghimpun tulisannya, diantaranya “Tragedi 1965 anatologi cerpen, esai,puisi, dan curhat” (Malka,2005), “Ini Sirkus Senyum” (Bumi Manusia, 2003), I”Negeri Pantai” (Kostela, 2003) “Aku Telah Dikutuk Jadi Laut” (Syarikat, 2007), Seorang Gadis dan Sesobek Indonesia (L. Aksara, 2007), “Antariksa Dada” (Penyair Tiga Kota, 2008) dan lain-lain. Tulisannya baik fiksi maupun nonfiksi mmpang diberbagai situsinternet, selain banyak yang tertolak di media cetak, sebagiannya masih ada yang nyangkut dan dimuat, diantaranya di Majalah Gong, Jurnal sastra Aksara, Bulletin Syir’ah, harian kompas, Republika, Suara Pembaharuan, Koran tempo, Sinar harapan, Pikiran rakyat, Bernas, kedaulatan rakyat, Minggu Pagi, Sriwijaya Post, Pontianak Pos, Waspada, Duta Masyarakat dan lain-lain.

Buku fiksinya yang sudah terbit: Dari Lembah Sungai Nil (1998), Hadiah Seribu Menara (1999), Kado Milineum (2000), Negeri Sarang Laba-Laba (2002), Binatang Piaraan Tuhan (2003), Lika Luka kau kaku (2004), Sungai yang Memerah (2005), Penantian Perempuan (2005), Triologi Risalaah Para Pendusta (2007), bait-bait Cinta, Langit Mekah Berkabut Merajh dan Serpihan Cinta dari Surga (2008), Sinar (2010), sementara yang nonfiksi, Haji Backpacker (2009), cara Asyik Menajdi penulis Beken (2008), bersama Isfah Abidal Aziz, menulis buku yang cukup tebal, Di Balik Fatwa Jihad (2007) selain itu, beberapa puluh buku terjemahan dan sanduran dari bahasa Arab, diantaraanya Islam Negara-Agama (LKiS), Tunjukkan Dimana Aku Tuhan (Arti), Ashabul Kahfi (Arti) dan masih banyak yang lainnya. Kini tergabung di Lesbumi, Pengurus Wilayah nahdatul Ulama (PWNU) DI. Yogyakarta dan dipercaya sebagai pemimpin redaksi Majaalah Kalimah, juga Pengurus Pusat lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (PP-LKKNU) Jakarta. Bidang riset dan pengembangan.

Dokumen terkait