• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BAHASA METAFORA DAN GAYA BAHASA LITOTES DALAM NOVEL TUHAN, MAAF ENGKAU KUMADU KARYA AGUK IRAWAN MN (KAJIAN STILISTIKA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAYA BAHASA METAFORA DAN GAYA BAHASA LITOTES DALAM NOVEL TUHAN, MAAF ENGKAU KUMADU KARYA AGUK IRAWAN MN (KAJIAN STILISTIKA)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Oleh RAHMAWATI

105331108716

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Usaha dan doa harus kita tanamkan sebaik mungkin dalam diri. Karena tanpa usaha dan doa kita tidak akan pernah membuahkan hasil yang maksimal. Persembahan

Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah swt, karena kepada-Nyalah kami menyembah dan kepada-kepada-Nyalah kami mohon pertologan. Sekaligus ungkapan terima kasihku kepada:

Ayahanda Haris dan Ibunda Hapsah yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku.

Kakak (Sulastri ) dan Adik-adikku (Nurjannah dan Zulkifli) yang selalu memberikan inspirasi dalam hidupku.

Sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan yang tak pernah lelah mendukung, memotivasi serta memberi nasihat. Terima kasih atas semuanya.

(7)

vii

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar, dibimbing oleh Sitti Aida Aziz selaku pembimbing I dan Anzar selaku pembimbing II.

Penelitian ini dilatarbelakangi untuk melihat gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN. Penelitian ini difokuskan pada gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN. Jenis penelitin ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat, dan dialog yang berhubungan dengan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes yang terdapat dalam novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya aguk Irawan MN adalah gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes. Gaya bahasa metafora terdapat 12 data, gaya bahasa litotes terdapat 11 data yang terdapat dalam novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN.

(8)

viii

Alhamdulilah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang selalu senantiasa memberikan nikmat, rahmat, taufik dan hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak luput pula terucap atas junjungan Nabi Muhammad Saw yang menyempurnakan islam serta membawa manusia dari zaman biadab menuju zaman yang beradap karena atas nikmat kesehatan yang diberikan penulis mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa Metafora Dan Gaya Bahasa Litotes Dalam Novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu Karya Aguk Irawan MN (Kajian Stilistika)” dapat dirampungkan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun sebagai manusia biasa tentunya tidak lepas dari segala kekurangan dan keterbatasan sehingga masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi sistematika penulisan maupun isi yang terkandung dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan.

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak hingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran skripsi ini, baik berupa moril dan materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dari mereka, sulitnya rasanya bagi penulis menyelesaikan skripsi ini. Izinkan penulis menyampaikan terimakasih

(9)

ix

Rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan luar biasa sangat spesial penulis haturkan kepada kedua orang tua penulis. Ayahanda Haris dan Almarhuma Ibunda Hapsah yang selaku keluarga penulis dengan segala pengorbanan dan jasa-jasa mereka. Doa, restu, nasihat, dan petunjuk dari mereka merupakan dorongan moril yang efektif.

Terima kasih kepada Dr. Sitti Aida Aziz, M.Pd. Pembimbing I (satu) dan Anzar, S.Pd., M.Pd pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. terima kasih kepada dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D serta para wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia Dr. Munirah, M.Pd dan sekertaris Program Studi Pendikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dr. Muhammad Akhir, M.Pd beserta seluruh staffnya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua adik saya yang telah memberikan masukan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kelas BI.C 016 dan team parusuh (sahabat) penulis Meidina Sri Hanum, Mittahul Akar Manna, Ade Irawati, Nur Adila, Hikmah, Rahmawati, Karlina, Rasas Mita, dan Estianti yang selalu memberikan saya bantuan, dukungan, mengajarkan saya arti kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.Serta tak henti-hentinya megulurkan

(10)

x

Semoga bantuan, bimbingan, motivasi, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis senantiasa mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Subahanahu wa taala, akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan tidak ada manusia yang sempurna dan tak luput dari kesalahan serta kekhilafan. Oleh karena itu penulis senantiasa mengharapakan tanggapan, kritikan dan saran sehingga penulis dapat berkarya di masa yang akan datang. Semoga segala bantuan dan bimbingan ari semua pihak mendapat berkat dan rahmat Allah. Mudah-muahan dapat memberi manfaat bagi pembaca, terutama bagi diri penulis. Amin ya rabbal alamin.

Makassar, Desember 2019

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 6

A. Kajian Pustaka ... 6

1. Penelitian Relevan ... 7

2. Landasan Teori ... 13

3. Stilistika ... 19

4. Gaya Bahasa Metafora... 24

(12)

xii

C. BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Data dan Sumber Data ... 41

C. Definisi Istilah ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 43

D. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitan... 44

B. Pembahasan ... 53

E. BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 57

C. Simpulan ... 57

B.Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN

(13)

1 A. Latar Belakang

Sastra dalam perkembangan memiliki banyak fungsi yang dapat dijadikan bahan pembelajaran, baik terhadap anak-anak, remaja, maupun orang tua. Sastra termasuk lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan bahasa merupakan ciptaan sosial. Bahasa sastra mempunyai fungsi ekspresif, menujukkan nada (tone) dan sikap pembicaraan atau penulisnya (Wellek dan Warren, 1993:15).

Karya sastra adalah suatu refleksi kehidupan yang direncanakan dengan tujuan tertentu. Mempunyai pengetahuan di luar sastra untuk mengetahui hubungan antara suatu karya sastra tertrentu dengan kehidupan. Pada dasaranya karya sastra bermanfaat bagi kehidupan, karena karya sastra dapat memberikan kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran hidup, walaupun dilukiskan dalam betuk fiksi.

Menurut Terry (2010: 4) mengemukakan bahawa sastra merupakan karya tulisan indah (belle letters) yang mencatatkan sesuatu dalam bentuk bahasa yang dipadukan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangpendekkan, dan diputarbalikkan, dijadikan ganjil atau cara penggubahan estetis lainnya melalui alat bahasa. Wellen dan Warren (2014: 3), mengemukakan bahwa karya sastra ialah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni.

(14)

Setiap pengarang tidak akan mencapai target yang diinginkan tanpa memiliki pengetahuan yang memadai tentang sistem yang berlaku dalam bahasa yang digunakan dalam novel. Novel sebagai salah satu karya sastra yang cenderung berukuran panjang, dituntut untuk menyampaikan sesuatu serba panjang. Novel menyuguhkan kebenaran yang diciptakan, dipadatkan, di gayakan dan di perkukuh oleh kemampuan imajinasi pengarangnya. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam cerita panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

Biasanya novel kerap disebut sebagai suatu karya hanya menceritakan bagian kehidupan seseorang. Hal ini didukung oleh pendapat Sumardjo (1984:65) mengemukakan bahwa novel diartikan sebagai hanya bercerita tentang bagian kehidupan seseorang saja, seperti masa menjelang perkawinan setelah mengalami masa percintaan, atau bagian kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan sebagainya.

Penelitian yang dilakukan dilihat dari segi gaya bahasa karena setelah membaca novel Tuhan Maaf Engkau Ku Madu karya Aguk Irwan MN ditemukan banyak gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam menyampaikan idenya. Tetapi, dalam pembicara stilistika yang tentunya berhubungan dengan karya sastra ada kecenderungan untuk melihat

(15)

persoalan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes sebagai persoalan utama.

Cooper (2011:222) memandang kekuatan gaya bahasa metafora terletak pada kemampuan untuk membuka pola pikir baru, untuk digunakan dalam pemikiran yang orisinil dan belum pernah ada sebelumnya. Baldic (2001:153) mengemukakan bahwa gaya bahasa metafora adalah figuratif yang penting. Sedangkan gaya bahasa litotes adalah salah satu jenis majas pertentangan dan biasanya digunakan untuk menguatkan kesan lemah lembut dari setiap ungkapan yang disampaikan, serta untuk tujuan merendahkan hati. Gaya bahasa litotes digunakan agar apa yang dikatakan dapat dipahami oleh sang pendengar agar tidak timbul oleh penafsiran yang ganda. Gaya bahasa metafora juga digunakan agar orang bisa melihat sesuatu yang sudah dikenal dengan begitu baik dari sudut pandang, atau memahami dengan sesuatu yang jelas. Oleh karena itu, penelitian difokuskan pada penggunaan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes, karena kedua gaya bahasa ini dianggap sebagai perang yang sangat penting dalam membangun sebuah karya sastra terutama dalam kajian stilistika.

Kajian menggunakan tentang stilistika dari segi aspek gaya bahasa metafora dalam karya sastra telah banyak dilakukan. Menurut Abdul Chaer (2014:16), mengemukakan bahwa stilistika adalah subdisplin linguistik yang mempelajari bahasa dengan menggunakan bentuk-bentuk karya sastra.

(16)

Berdasarkan pemaparan di atas, akan dilakukan penggunaan gaya bahasa terhadap novel Tuhan Maaf Engkau Ku Madu karya Aguk Irawan MN dengan judul penelitian “Gaya Bahasa Metafora dan Gaya Bahasa Litotes dalam Novel Tuhan Maaf Engkau Ku Madu karya Aguk Irawan MN (Kajian Stilistika)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: apa sajakah yang terdapat dalam novel “Tuhan Maaf Engkau Kumadu ”karya Aguk Irawan MN.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel “Tuhan Maaf Engkau Kumadu“ karya Aguk Irawan MN. D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diinginkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis

Memberikan pemahaman baru kepada pembaca tentang kajian stilistika yang diterapkan untuk mengkaji gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel Tuhan Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN sehingga dapat dijadikan acuan dan landasan pada penelitian berikutnya yang relevan.

(17)

2. Manfaat Praktis

a) Bagi pembaca, hasil analisis ini diharapkan dapat menginformasikan dengan jelas tentang menganalisis gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel Tuhan Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN.

b) Bagi mahasiswa, hasil analisis ini diharapkan dapat memahami dan menilai karya sastra berdasarkan gaya bahasanya, khususnya gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel.

c) Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi bagi peneliti yang ingin meneliti topik penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

(18)

6 A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti mengenai gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel “Tuhan Maaf Engkau Ku Madu karya Aguk Irawan MN (Kajian Stilistika), maka teori yang relevan dengan penelitian dengan penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang dijadikan sebagai penelitian yang relevan yaitu sebagai berikut:

Pertama Muliati (2014) dengan judul Analisis Penggunaan

Gaya Bahasa Metafora dalam Lelaki Ikan, Sekumpulan Cerpen Hudan Hidayat: Kajian Stilistika. Penelitian ini mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa metafora, efek penggunaan ciri khas kepenulisan yang terdapat dalam kumpulan cerpen Lelaki Ikan, hasil analisisnya ialah penggunaan gaya bahasa metafora dalam cerpen Tali Lampu Kristal Pecah, dan Nampan Mati memungkinkan penggunaan narasi yang singkat, munculnya ketaksaan sehingga akan muncul berbagai pemahaman sesuai dengan interpretasi pembaca.

(19)

Kedua , Ifuanah (2016) dengan judul Gaya Bahasa Metafora Pada Novel Pasir Pun Enggan Berbisik karya Taufiqurrahman Al-azzy dan saran sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Sastra di SMA. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan jenis gaya bahasa metafora dalam novel Pasir Pun Enggan Berbisik karya Taufiqurrahman Al-Azzy dan menyampaikan saran penerapannya dalam pembelajaran sastra di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifanalissi. Dengan metode deskriptif analisis peneliti mengugkapkan fakta-fakta yang tampak dengan memberi deskripsi kemudian disusul dengan analisis. Analisisnya berupa interpretasi untuk memberikan pemahaman secukupnya. Sedangkan pendekatan yang yang diguakan adalah pendekatan stilistika. Pendekatan stilistika digunakan dalam penelitian ini karena gaya bahasa erat kaitannya dengan stilistika.

Ketiga, Eko Arif Rohman (2015) dengan judul Analisis Gaya Bahasa Sarkasme dan Gaya Bahasa Metafora pada Wacana Kolom “ Sorak Suporter” Harian Salopos Edisi Januari-Maaret 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengelompokkan gaya bahasa sarkasme dan metafora, mengidentifikasi maksud sarkasme dan mengidentifikasi cara penulis membandingkan metafora pada waca kolom “Sorak Suporter” surat kabar harian Salopos edisi Januari-Maret 2011. Rangkaian penelitian adalah tahap demi tahap kegiatan penelitian dari awal sampai akhir. Adapun tahap-tahap penelitian antara lain: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyususnan laporan.

(20)

Keempat, Laudia Riska (2016) dengan judul Metafora dan Metonemia Dalam Novel Gelombang karya Dewi Lestari kelayakannya sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di SMA. Penelitian ini untuk mendeskripsikan metafora dalam novel Gelombang karya Dewi Lestari, mendeskripsikan metonimia dalam novel Gelombang karya Dewi Lestari dan kelayakannya sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di SMA. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah Novel Gelombang karya Dewi Lestari. Dan penelitian

Kelima, Dina Muhriani (2017) dengan judul Penggunaan Metafora Dalam Kumpulan Cerpen Bidadari Yang Mengembara karya A.S. Laksana kajian Stilistika. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan 1). Penggunaan metafora dalam kumpulan cerpen Bidadari Yang Mengembara karya A.S Laksana;2) efek penggunaan metafora dalam kumpulan cerpen Bidadari Yang Mengembara karya A.S Laksana. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). Penggunaan metafora mempersingkat narasi , memunculkan ketaksaan sehingga akan muncul berbagai pemahaman sesuai dengan interpretasi masing-masing pembaca melibatkan berbagai pilihan kata yang disediakan bahasa dan menjadi modus untuk berpikir dengan menyamakan suatu peristiwa dengan peristiwa lain. 2). Efek penggunaan metafora yaitu pengestetisan atau memperindah bahasa , memberi nilai rasa atau konotasi makna kata dan menciptakan gambaran peristiwa yang lebih hidup sehingga tidak membosankan bagi pembaca.

(21)

Dari kelima penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan bagi si peneliti yaitu: Pertama, Muliati (2014) persamaan dengan peneliti yang akan diteliti terletak pada kajian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu gaya bahasa metafora. Sedangkan perbedaannya dengan peneliti yang akan dilakukan terletak pada objek materi. Kedua, Ifuanah (2016) persamaan dengan peneliti yang akan dilakukan terletak objek materi berupa novel. Perbedaan peneliti ini tidak hanya menganalsisi penggunaan gaya bahas metafora dan gaya bahasa litotes saja. Namun, memaknai novel berdasarkan pada gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes serta menemukan amanat dari novel tersebut. Ketiga, Eko Arif Rohman (2015) persamaan dengan peneliti yang akan dilakukan terletak pada gaya bahasa yang akan dilakukan oleh sipeneliti yaitu gaya bahasa metafora. Perbedaan penelitian in terletak pada objek yang akan diteliti. Keempat, Laudia Riska (2016) persamaan dengan peneliti terletak pada objek materi berupa novel dan gaya bahasa metafora yang digunakan. Perbedaan peneliti yaitu terletak pada satu gaya bhaasa yaitu gaya bahasa metonimia. Kelima, Dina Muhrin (2017) persamaan dengan peneliti terletak pada gaya bahasa yanga akan dikaji. Perbedaan yaitu terletak pada objek materi.

Adapun beberapa penelitian gaya bahasa litotes yang dijadikan sebagai penelitian yang relevan, sebagai berikut:

Pertama, Slamet Ari Wibowo (2014) dengan judul Diksi Dan Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi Suatu Erita Dari Negeri Angina Karya Agus R Sarjono. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan kata-kata yang khas digunakan dalam kumpulan puisi “Suatu Cerita Dari Negeri Angin” karya Agus

(22)

R Sarjono. Kekhasan gaya penulisannya adalah penggunaan gaya yang biasa digunakan sehari-hari oleh masyarakat untuk mengungkapkan permasalahan sosial, politik, dan budaya. Jenis gaya bahasa yang diguanakan dalam kumpulan Puisi Suatu Cerita Dari Negeri Angin karya Agus R Sarjono yaitu:(1). Perbandingan meliputi hiperbola, personifikasi, simile, dan metafora (2) pertentangan meliputi litotes dan antithesis (3) sindiran berupa sarkasme dan (4) pertautan meliputi tautology, koresio, pars pro toto, dan metonimia.

Kedua, Winda (2016) dengan judul Gaya Bahasa Novel 9 Matahari Karya Adenita. Penelitian ini mendeskripsikan tema dan amanat, jenis-jenis gaya bahasa, makna gaya bahasa, pengaruh gaya bahasa terhadap tingkat keterbacaan dalam novel 9 matahari karya adenita. Dengan adanya penilitian ini mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berbahasa serta menegtahui gaya bahasa yang digunakan dalam novel dan menulis karya ilmiah sehingga tercipta tulisan yang baik dan benar. Hasil analisis data yang ditemukan dalam bentuk-bentuk gaya bahasa meliputi gaya bhasa sarkasme, asosiasi, hiperbola, personifikasi, litotes, simbolik, retoris, metafora, kontradiksi intermisus, metonimia, metonimis, anadiplosis,paralelisme, repetisi, ironi, tautotes, aforisme, eponym, pada novel 9 Matahari karya Adenita.

Ketiga, Mukhamad Khusnin (2012) dengan judul Gaya Bahasa Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habibubrrahman El Shirazy Dan Implementasinya Terhadap Pengajaran di SMA. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan stilistika. Pendekatan ini untuk menganalisis penggunaan system tanda yang mengandung ide, gagasan dan nilai estetis tertentu, sekaligus untuk

(23)

memahami makna yang dikandungnya. Dari hasil penelitian ini ditemukan jenis-jenis gaya bahasa dalam novel yang meliputi gaya bahasa klimaks, antiklimaks, paralelisme, antithesis, repetisi, hiperbola, solepsis, aliterasi, litotes, asonansi, eufemisme, pleonasme, pradoks, retoris, personifikasi, ironi, sarkasme, metafora, perumpaan/simile, dan metonimia.

Keempat, Erni (2014) dengan judul Analisis Gaya Bahasa Pada Kumpulan Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari (Suatu Tinjauan Stilistika). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Gaya Bahasa Dalam Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari (2) Efek penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Senyum Karyamin karya Ahmad Tohari (3) Citraan dalam kumpulan cerpen Senyum Karyamin karya Ahmad Tohari. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Bahasa figuratif terhadap terdiri atas metafora, simile, personifikasi, hiperbola, litotes, ironi, sarkasme, pleonasme dan gaya bhasa repetisi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 1) penggunaaan gaya bahasa mempersingkat narasi, memunculkan ketaksaan sehingga akan muncul berbagai pemahanman sesuai dengan interpretasi masing-masing pembaca, melibatkan berbagai pilihan kata yang disediakan bahasa dan menjadi modus untuk berpikir dengan menyamakan suatu peristiwa dengan peristiwa lain; 2) efek penggunaan gaya bahasa yaitu penggunaan gaya bahasa yang menimbulkan rasa ibu atau kasihan, perasaan marah atau jengkel, rasa senang serta efek perasaan sedih atau terharu. 3) citraan dalam cerpen memperkuat imajinasi gambaran, penginderaan, pikiran, menarik perhatian, serta membangkitkan intelektual dan emosi pembaca sehingga pembaca seakan berada

(24)

langsung dalam cerita tersebut. Kelima, Iva Afriana (2012) dengan judul Analisis Gaya Bahasa Dalam Novel Teratak Karya Evi Idawati. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Teratak karya Evi Idawati. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Gaya bahasa yang terdapat dalam novel Teratak karya Evi Idawati adalah sebagai berikut: a) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang meliputi: repetisi, anaphora, mesodiposis, antithesis; b) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang meliputi retoris, litotes,; c) gaya bahasa kiasan yang meliputi ; simile atau persamaan, metafora, ironi, personifikasi, sinentensia.

Dari penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan yaitu:

Pertama, Slamet Ari Wibowo (2014). Persamaan penelitian yang akan dilakukan terletak pada gaya bahasa yaitu gaya bahasa litotes. Perbedaan peneliti ini terletak pada objek materi yaitu puisi. Kedua, Winda (2016) persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak objek materi berupa novel. Perbedaan penelitian ini tidak hanya menganalisis gaya bahasa saja. Namun, penelitian ini meneliti tema dan amanat, makna gaya bahasa, dan pengaruh gaya bahasa dari novel tersebut. Ketiga, Mukhmad Khusnin (2012) persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada objek materi berupa novel. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu menganalisis 20 gaya bahasa. Keempat, Erni (2014). Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada gaya bhasa yaitu litotes. Perbedaan peneliti yang akan dilakukan terletak pada objek materi. Kelima, Iva Afriana (2012). Persamaan penelitian yang akan dilakukan terletak pada objek materi berupa novel. Perbedaan penelitian ini tidak hanya berpokus

(25)

pada gaya bahasa saja. Namun, peneliti ini banyak gaya bahasa yang dianalisis pada novel tersebut

2. Landasan Teori

a. Novel

Novel merupakan sebuah karya sastra yang dikategorikan dalam prosa fiksi. Hal tersebut dikarenakan mengungkapkan kehidupan manusia dengan segala permasalahannya dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya, yaitu puisi dan drama (Priyatni, 2012: 124.)

Nurgiyantoro (2010:10) mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Novel merupakan jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk naratif yang mengandung konflik tertentu dalam kisah kehidupan tokoh-tokoh dalam ceritanya.

Novel merupakan salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Pada dasarnya novel menceritakan hal luar biasa yang terjadi dalam

(26)

kehidupan manusia sehingga jalan hidup tokoh cerita yang ditampilkan dapat berubah (Rokhmansyah, 2014: 32). Menurut Stanton (2012: 90) novel mampu menghadirkan perkembangan suatu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa novel yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan dan sesamanya. Pengarang berusaha untuk menggambarkan realita yang terjadi dalam masyarakat melalui novelnya kepada pembaca. Sehingga tidak jarang novel menggambarkan suatu karakter bangsa atau negara. Pengarang dapat pula mengangkat sebuah peristiwa ke dalam novelnya berdasarkan peristiwa atau realita yang telah terjadi dalam suatu Bangsa dan Negara.

Novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang bentuk karya sastra yang sangat popular di dunia, bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang yang terkadang dianggap sebagai sebuah dokumen atau kasus sejarah, sebagai sebuah kejadian sebenarnya, sebagai sejarah hidup seseorang dengan zamannya, yang mengandung rangkian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan memperhatikan watak, keadaan waktu yang

(27)

berbeda pada setiap pelaku (tokoh) tertentu sehingga menimbulkan kesan bagi pembaca.

b. Unsur-unsurNovel

Novel mempunyai unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah:

1. Unsur Instrinsik

Unsur intrinsik ini terdiri dari : a. Tema

Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama untuk mendasari jalan cerita novel

b. Setting

Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini memiliki waktu, tempat, dan sosial budaya.

c. Sudut pandang d. Alur atau plot

Alur/ plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel.Alur dibedakan menjadi dua bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flashback progresif) yaitu terjadi ada kaitannya sedang berlangsung.

(28)

e. Penokohan

Peokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan gaya bahasa yang dominant dalam sebuah novel.

2. Unsur ekstrinsik

Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain, di luar unsur instrinsik. Unsur-unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran ini suatu karya sastra.

c. Ciri-ciri Novel

Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri novel, terdiri atas:

1. Ditulis dengan narasi atau penjelasan kemudin didukung dengan deskripsi untuk menggambarkan suasana kejadian atau peristiwa.

2. Alur ceritanya kompleks

3. Jumlah kata biasanya di atas 10.0000 kata. 4. Minimal jumlah halaman sebanyak 100 halaman 5. Minimal dibaca satu buah novel 2 jam

6. Skala novel lebih luas dibandingkan cerpen

7. Sifat dari novel adalah realistis karena pengarang yang lebih tahu dengan situasi yang digambarkan pada novel.

(29)

d. Jenis-jenis Novel

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis novel, terdiri atas: 1. Berdasarkan kejadian nyata dan tidak nyata

a. Novel fiksi adalah novel yang tidak nyata atau tidak ada kejadian di dunia. Novel ini hanya fiktif (karangan) dari pengarang.

b. Novel nin-fiksi adalah novel dari kejadian yang pernah ada atau ilmiah. Contohnya adalah Laskar Pelangi. 2. Berdasarkan genre cerita

a. Novel romantis, cerita yang digambarkan dalam novel ini berupa kasih saying dan cinta. Contohnya Ayat-ayat Cinta.

b. Novel horror/menyeramkan, novel ini berisi tentang cerita yang menakutkan. Contohnya Bangku Kosong. c. Novel misteri, novel ini berisi tentang cerita misteri.

Contohnya novel Agatha Christie.

d. Novel inspiratif, berisi tentang cerita kisah inspiratif. Contohnya Negeri 5 Menara

e. Novel komedi, novel ini berisi tentang cerita yang membuat kita ketawa. Contohnya Kambing Jantan. 3. Berdasrkan isi dan tokoh

1. Novel Teenlit, novel ini berisis tentang cerita remaja. Contohnya adalah novel Dealova.

(30)

2. Novel Chicklit, novel ini berisis tentang cerita perempuan muda dan permasalahan yang dihadapinya. Contohnya adalah Miss Jutek.

3. Novel Songlit, novel ini dibuat berdasarkan cerita dari sebuah lagu.

4. Novel dewasa, novel ini berisis tentang cerita orang dewasa. Contohnya adalah novel Saman dan Larung. e. Struktur Novel

Berikut ini terdapat bebrapa struktur novel, terdiri atas:

1. Abstrak, merupakan bagian ringkasan isi cerita yang biasanya dapat ditemukan pada bagian awal cerita dalam novel.

2. Orientasi, merupakan bagian penjelasan mengenai latar. Waktu, dan suasana. Seperti terjadinya cerita, terkadang juga berupa pembahasan penokohan atau perwatakan. 3. Komplikasi, merupakan urutan kejadian yang

dihubungkan oleh sebab akibat, dimana setiap peristiwa terjadi karena adanya sebab dan mengakibatkan munculnya peristiwan yang lainnya.

4. Evaluasi, merupakan bagian dimana konflik yang terjadi pada thap komplikasi terarah menuju suatu titik tertentu. 5. Resolusi, merupakan bagaian novel yang memunculkan

(31)

6. Koda, merupakan bagian akhir atau penutup cerita dalam novel.

3. Stilistika

Salah satu cara untuk menikmati karya sastra yakni melalui pengkajian stilistika. Stilistika adalah penggunaan gaya bahasa, khususnya dalam karya sastra. Bahasa sastra merupakan suatu ekspresi seorang penulis atau pengarang melalui teks sastra dalam mengeksploitasi bahasa sebagai bahan untuk karyanya agar memiliki keindahan dan sarat akan makna yang harmonis sehingga nikmat saat dibaca. Gaya bahasa tersebut mungkin disengaja dan mungkin pula timbul serta merta ketika penulis atau pengarang menuangkan idenya. Menurut peneliti apapun isi dari karya sastra jika dibungkus dengan gaya bahasa sastra akan semakin sangat indah, sebaliknya jika penulis atau pengarang tidak mementingkan gaya bahasa bisa saja karyanya monoton bahkan membuat bosan bagi pembacanya.

Istilah stilistika diserap dari bahasa Inggris Stylestic yang diturunkan dari kata style yang berarti gaya. Secara etimologi, istilah style atau gaya itu sendiri menurut (KBBI) yaitu ilmu kebahasan yang mempelajari gaya bahasa. Kajian stilistika itu sendiri sebenarnya dapat ditujukan terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa, tak terbatas pada sastra saja namun biasanya stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra (Chapnam, 2010: 279). Jadi, secara sederhana stilistika dapat diartikan sebagai ilmu gaya bahasa.

(32)

Penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra berlawanan dengan penggunaan gaya bahasa pada karya ilmiah. Gaya bahasa pada karya ilmiah pastinya menggunakan bahasa yang baik dan benar, pemilihan kata yang tepat, kalimat yang jelas, ini harus diperhatikan sekali agar tidak menimbulkan makna ambigu/ganda. Sedangkan pemakaian bahasa dalam karya sastra lebih memiliki kebebasan yang berasal dari kreativitas pengarang karena dimaksudkan agar dapat memiliki kekayaan makna. Menurut siswantoro (2010: 115), gaya bahasa (figure of speech) adalah suatu gerak membelok dari bentuk ekspresi sehari-hari atau aliran ide-ide yang biasa untuk menghasilkan suatu efek yang luar biasa.

Melalui etimologi di atas timbul beberapa definisi stilistika, yaitu: a). ilmu tentang gaya bahasa, b). ilmu interdispliner anatara linguistik dan kesusastraan, c). Ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, d). ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya. Menurut Abdul Chaer (2014: 16), stilistika adalah subdisplin linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra.

Berbagai manfaat dapat diperoleh dari stilistika bagi pembaca sastra, guru sastra, dan sastrawan. Manfaat menelaah sastra adalah sebagai berikut.

a) Mendapatkan ciri-ciri keindahan bahasa yang universal dari segi bahasa dalam karya sastra,

(33)

Menerangkan keindahan karya sastra dengan menunjukkan keselarasan penggunaan ciri-ciri keindahan dalam karya “… aku memang tak punya kelebihan yang bisa diandalkan , Gus. Tapi insyaAllah aku punya hati yang tulus”

Kalimat diatas termasuk gaya bahasa litotes karena merendahkan diri yang terdapat pada frasde tak punya kelebihan.

b) sastra,

c) Membimbing pembaca menikmati karya sastra dengan baik, d) Membimbing sastrawan dalam meningkatkan mutu karya

sastranya,

e) Kemampuan membedakan bahasa yang digunakan dalam satu karya sastra dengan karya sastra lain.

Di samping itu, kajian stilistika dapat juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal serta bagaimana pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk meperoleh efek khusus. Kajian stilistika pada hakikatnya adalah aktifitas mengeksplorasi bahasa terutama kreativitas penggunaan bahasa (Simpson, Via Nurgiyantoro 2014: 76). Hasil kajian stile akan memperkaya pengetahuan, pemahaman, dan wawasan kita terhadap bahasa dan penggunaan bahasa dalam suatu teks (sastra). Kajian stile membawa ke pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana bahasa dapat dikreasikan dan didayakan sedemikian rupa, baik melalui pengulangan, penyimpangan, penekanan, dan penciptaan ungkapan baru yang membuat komunikasi bahasa menjadi lebih segar.

(34)

Dengan demikian, menurut Abrams, (Nurgiyantoro, 2014:77) mengemukakan bahwa stilistika adalah sebuah pendekatan kajian sastra, jika kajian itu dilakukan pada bahasa sastra. Pendekatan itu dimaksudkan untuk menggantikan kritik yang bersifat subjektif dan impresif dengan analisis stile teks kesastraan yang lebih bersifat objektif dan ilmiah. Kajian dilakukan dengan mengkaji berbagai bentuk dan tanda-tanda linguistic yang dipergunakan deperti dalam struktur lahir sebuah wacana kesastraan.

Wellek dan Warren dalam Nurgiyantoro (2014: 97) mengemukakan bahwa analisis stilistika dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, dimulai dengan menganalisis secara sistematik terhadap system dan tanda-tanda linguistic dan kemudian menginterpretasikannya sebagai satu keseluruhan makna, dan itu dalam hubungannya dengan tujuan estetis sebuah teks sastra. Tanda-tanda linguistic yang dimaksud mencakup seluruh aspek kebahasaan yang membentuk stiole sebagaimana yang terdapat di dalam sebuah teks sastra.

Kedua, analisis dilakukan dengan mengkaji semua bentuk khusus linguistik yang menyimpang dari sistem yang berlaku umum. Analisis stilistika dilakukan dengan mengamati munculnya berbagai bentuk deviasi dan distorsi bahasa yag terdapat pada sebuah karya dan kemudian dibandingkan dengan pemakaian bahasa yang baku. Jadi, pada intinya kita membandingkan dan mengkontraskan bentuk-bentuk yang menyimpang dengan bentuk yang baku dan dari sinilah kemudian dicoba temukan fungsi estetisnya. Aspek bahasa yang menyimpang itu dapat berupa pengulangan

(35)

bunyi, inversi susunan kata, penghilangan afik, penggunaan makna konotasi dan lain-lain. Yang bertujuan menekankan dan meperjelas makna maupun mengaburkan makna.

Stilistika modern menunjukkan adanya perkembangan dalam dua displin yakni kajian stilistika tekstual dan kajian stilistika kontekstual. Kajian stilistika tekstual yaitu kajian yang menjadikan teks sebagai satu-satunya focus kajian. Artinya, dalam kajian stilistika sebuah teks tidak perlu dikaitkan dengan teks lain yang di luar teks itu sendiri. Kajian tekstual meliputi berbagai unsur yakni,; unsur bunyi (ciri prosodi, tekanan, rima, irama, dan lain-lain); aspek leksikal (diksi dengan segala permasalahannya, misalnya kriteria ketepatan pemilihannya); aspek struktur (morfologi, dan sintaksis dengan berbagai variasai untuk mencapai efek pengucapan); bahasa figuratif (pendayaan berbagai pemajasan); sarana retorika (penyiasatan struktur) dan lain-lain. Sedangkan kajian kontekstual yaitu bahasa sastra bukan hanya dikaji teksnya saja melainkan tidak terleppas dari konteks. Konteks akan mempengaruhi bahasa yang dipakai (Nurgiyantoro, “… aku memang tak punya kelebihan yang bisa diandalkan , Gus. Tapi insyaAllah aku punya hati yang tulus”

Kalimat diatas termasuk gaya bahasa litotes karena merendahkan diri yang terdapat pada frasde tak punya kelebihan.2014: 80-82).

(36)

4. Gaya Bahasa Metafora

Menurut Rimang, (2011: 83) metafora adalah perbandingan yang implisit jadi tanpa kata atau seperti atau sebagai diantara dua hal yang berbeda. Menurut Atlembend (Pradopo, 2010: 66) mengemukakan bahwa metafora adalah sesuatu hal yang sama, yang sesungguhnya tidak sama. Senada dengan pendapat sebelumnya Ratna (2016: 181) mengemukakan bahwa semua bentuk kiasan penggunaan bahasa yang dianggap menyimpang dari bahsa baku. Berdasrkan beberapa pengertian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa metafora adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hamper sama. Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah sebuah kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek; dan yang satu lagi merupakan perbandingan terhadap kenyataan tadi; dan kita menggantikan yang belakangan ini menjadi terdahulu. Gaya bahasa itu melihat sesuatu dengan perantara yang lain. Gaya bahasa metafora sebagai pembanding langsung tidak menggunakan kata-kata seperti dan lain-lain. Salah satu unsur yang dibandingkan, yaitu citra memiliki sejumlah komponen makna tersebut yang relevan dan juga dimiliki oleh unsur kedua, yaitu topik.

Keraf menyebut metafora termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Gaya ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal lain, seperti

(37)

mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa polos atau langsung seperti “Dia sama pintar dengan kakaknya” sedangkan bentuk yang satu lagi adalah perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan, seperti “ Matanya seperti bintang Timur”.

Berdasarkan contoh tersebut dapat dilihat perbedaan antara gaya bahasa langsung dan gaya bahasa kiasan. Keraf (2004:136) mengemukakan bahwa perbandingan biasa atau langsung mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas kata yang sama. Sedangkan perbandingan berupa gaya bahasa kiasan mencakup dua hal yang termasuk dalam kelas kata yang berlainan.

Keraf (2009: 137) mengemukakan bahwa untuk menetapkan apakah suatu perbandingan itu merupakan bahasa kiasan atau tidak, hendaknya diperhatikan tiga hak berikut:

1. Tetepkanlah terlebih dahulu kelas kedua hal yang diperbandingkan. 2. Perhatikan tingkat kesamaan atau perbedaan antara kedua hal

tersebut.

3. Perhatikan konteks dimana ciri-ciri kedua hal itu ditentukan. Jika tidak ada kesamaan maka perbandingan itu adalah bahasa kiasan. Gaya bahasa metafora merupakan sebuah sarana untuk mengekspresikan imajinasi puitik, sebuah sarana untuk mengekspresikan gaya retorik bentuk ekspresi khusus yang berbeda

(38)

disbanding yang terlihat pada bahasa biasa. Gaya bahasa metafora juga dimaknai seabagai sesuatu yang mersap kedalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya kedalam bahasa, tetapi juga kedalam pikiran dan tindakan. System konsep yang digunakan sebagai dasar untuk berpikir dan bertindak, pada dasarnya bersifat motoris. Ekpresi linguistik yang berbentuk gaya bahasa metafora itu ada pada diri manusia.

Bahasa yang menyediakan data pada hakikatnya akan menghasilkan prinsip-prinsip umum tentang pemahaman. Prinsip-prinsip umum seperti itu akan mencakup sisitem konsep individual atau konep kata tertentu. Prinsip-prinsip seperti itu kadang bersifat metaforis serta melibatkan pengalaman tentang satu pengalaman tertentu yang dikaitkan dengan pengalaman lain.

Pada dasarnya secara metforis, mengkonsepkan kalimat berdasarkan spasi (ruang) dengan elemen-elemen bentuk linguistic yang memunculkan property spesial (misalnya: panjang) dan relasi (misalnya: kerapatan). Oleh karena itu, gaya bahasa metafora spesial yang inheren di dalam sistem konsep secara otomatis akan menstrukturkan relasi antara bentuk dan isi. Aspek lain yang menyangkut makna kalimat merupakan konsekuensi dari konvensi arbitrer bahasa, yaitu aspek makna yang muncul berdasarkan usaha alamiah untuk membangun koherensi antara ujaran dengan system konsep, mencakup bentuk ujaran yang dipengaruhi oleh cara mengkonsepkan sesuatu berdasarkan spasi (ruang).

(39)

Keteraturan (Regularity) bentuk-bentuk linguistik tidak dapat dijelaskan hanya secara formal. Kebanyakan keteraturan seperti itu akan bermakna hanya pada saat dia pandang berdasarkan aplikasi metaphor konseptual ke konsep spesial bentuk linguistik. Dengan kata lain, sintaksis tidak lepas dari kata mkana, terutama aspek metaforis makna. Logika bahasa didasarkan pada koherensi antara ruang dan bentuk (spasial) bahasa dan system konsep, terutama aspek metaforis sistem konsep.

Gagasan tentang bagaimana gaya bahasa metafora dapat menciptakan kenyataan baru, akan bertentangan dengan pandangan tradisional. Alasannya adalah secara tradisional gaya bahasa bukan sebagai sarana untuk menstrukturkan soal konsep atau sebagai aktifitas sehari-hari yang ditampilkan. Sangat masuk akal jika berpendapat bahwa kata itu memang mengubah dunia. Perubahan-perunahan system konsep akan mengubah apa yang nayta dan apa saja yang memengaruhi cara memahami dunia juga mengubah tindakan-tindakan berdasrkan persepsi seperti itu.

Gagasan yang menganggap bahwa gaya bahasa metafora semata-mata persoalan bhasa dan hanya dipakai untuk mendeskripsikan realitas sesungguhnya berasal dari satu pandanagan bahwa apa yang nyata justru bersifat eksternal, terlepas dari cara manusia mengkonsepkan dunia studi tentang realitas seakan-akan hanya merupakan studi tentang aspek fisik dunia. Pandangan terhadap realitas seperti ini realitas

(40)

objektif meniadakan aspek realitas manusia terutama persepsi, motivasi, dan konsep yang ikut membentuk pa yang kita alami. Budaya juga muncul di dalam lingkungan fisik, bebeapa diantaranya sangat berbeda Hutan, Pulau, Kota, Gunung, dan lain-lain. Pada setiap kasus, terdapat lingkungan fisik dimana kita berinteraksi dengannya, setidaknya kita sudah berinteraksi dengan cara yang sangat baik. System konsep diri berbagai budaya sebagian bergantu ng pada lingkungan fisik yang dikembangkan.

Gaya bahasa metafora juga menciptakan kesamaan melalui penstrukturan pengalaman, metafora kemudian akan menciptakan pengalaman baru. Misalnya, kesamaan frustasi akibat cinta dengan frustasi akibat hasil kerja. Kedua keadaan ini beresensi sama, yaitu frustasi. Berdasrkan pengertian seperti ini, pengalaman frustasi akibat cinta akan sama dengan pengalaman lain yang juga penuh rasa frustasi. Apa yang ditambahkan oleh sebuah gaya bahasa metafora adalah bentuk frustasi serupa itu juga muncul pada kerjasama dengan orang lain di dalam seni. Kesamaan-kesamaan ini merupakan kesamaan gaya bahasa metafora.

Gaya bahasa metafora seperti halnya dengan yang dipakai secara konvenional, memiliki kekuatan untuk merumuskan realitas. Realitas ini dibentuk melalui jaringan pembatas yang koheren yang akan ikut mempertegas beberapa ciri realitas sekaligus menyembunyikan ciri-ciri lain.

(41)

Gaya bahasa metafora merupakan salah satu bentuk kreasi batinilah. Di dalam penggunaannya pasti diawali dengan persepsi terhadap dunia acuan maupun gambaran peristiwa yang dimetaforiskan. Persepsi itu sendiri merupakan pembentukkan tanggapan terhadap dunia luar yang secara langsung atau disertai oleh pemberian makna tertentu.

Menurut Ratna (2014: 188) mengemukakan bahwa metafora adalah pemakaian kata-kata atau kelompok kata bukan dalam pengertian sesungguhnya, melainkan berdasarkan persamaan atau perbandingan, seperti “pemuda adalah tulang punggung bangsa”. Perbandingan dan persamaan (metafora), berdampingan dan berdekatan (metonimia) inilah yang dianggap sebagai ciri pembeda antara sastra dengan bahasa ilmiah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metafora adalah salah satu gaya bahsa dalam Bahasa Indonesia, dan juga berbagai bahasa lainnya. Gaya bahasa ini merupakan ungkapan secara tidak langsung berupa perbandingan analogis. Seperti halnya majazi dalam bab kata dan makna (ilmu logika), makna yang terkandung dalam gaya bahasa metafora ini adalah suatu peletakan kedua dari makna asalnya, yaitu makna yang bukan menggunakan kata dari arti sesungguhnya, melainkan sebagai kiasan yang berdasrkan persamaan dan perbandingan. Hubungan antara sesuatu yang dinyatakan pertama dan

(42)

30

kedua hanya bersifat sugestif, tidak ada kata-kata penunjuk perbandingan secara eksplisit (Nurgiyantoro, 2004: 224).

Parera (2004: 119) membedakan empat kelompok pilihan citra, yakni:

1. Gaya bahasa metafora bercitra antropomorik merupakan satu gejala semesta. Para pemakai bahasa ingin membandingkan kemiripan pengalaman dengan apa yang terdapat pada dirinya atau tubuh mereka sendiri. Gaya bahasa metafora ini dalam banyak bahasa dapat dicontohkan dengan mulut botol, jantung kota, bahu jalan, dan lain-lain.

2. Gaya bahasa metafora bercitra hewan, biasanya digunakan oleh pemakai bahasa untuk menggambarkan suatu kenyataan di alam sesuai pengalaman pemakai bahasa. Gaya bahasa metafora dengan unsur binatang cenderung dikenakan pada tanaman, misalnya Kumis kucing, lidah buaya, kuping gajah. Gaya bahasa metafora dengan unsur binatang juga dikenakan dengan citra humor, ironi, peyoratif, atau citra konotasi yang luar biasa, misalnya fable dalam fable MMM yang dikutip oleh Parera terdapat nama-nam seperti Mr. Bebek, Bin Badak, Profesor Rimba (MPR), dan lain-lain. Dalam gaya bhasa metafora bercitra hewan diungkapkan oleh Parera, manusia disamakan dengan sejumlah tak terbatas binatang misalnya dengan anjing ,babi, kerbau, singa, buaya, dan seterusnya. Sehingga dalam bahasa Indonesia kita menegnal peribahasa

(43)

31

“seperti kerbaudicocok hidung”, ungkapan “buaya darat” dan ungkapan makian “anjing luh”.

3. Gaya bahasa metafora bercitra abstrak, adalah pengalihan ungkapan yang abstrak ke ungkapan yang lebih konkret. Seringkali ungkapan peralihan ini masih bersifat transparan tetapi dalam bebrapa kasus penelusuran etimologi perlu dipertimbangkan untuk memnuhi gaya bahasa metafora. Dicontohkan oleh Parera, secepat kilat suatu kecapaian yang luar biasa, moncong senjata ujung senjata dan lain-lain sebagainya.

4. Gaya bahasa metafora bercitra sinestesis, adalah salah satu tipe gaya bahasa metafora berdasarkan pengalihan indra, pengalihan dari satu indra ke indra yang lain. Dalam ungkapan sehari-hari orang-orang sering mendengar ungkapan “enak didengar” untuk musik walaupun makna enak sering dikaitkan dengan indra rasa sedap dipandang mata merupakan pengalihan indra dari indra rasa ke indra lihat.

Gaya bahasa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang sangat singkat. Gaya bahasa metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata seperti, bak, bagaikan dan sebagainya, tetapi persoalan pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Sesuai pendapat Eco (2014:181) mengemukakan metafora adalah majas yang paling

(44)

banyak dan paling yang intens dalam memanfaatkan perbandingan. Metafora didefinisikan melalui dua penegrtia, secara sempit dan luas. Pengertian secara sempit, metafora adalah majas seperti simile, epitet, hiperbola, dan sebagainya. Pengertian secara luas meliputi semua bentuk kiasan, penggunaan bhasa yang dianggap “menyimpang” dari bahasa baku.

Adapun jenis metafora terbagi aas dua bagian : 1. Metfora in Praesetia

Metafora In Praesetia merupakan salah satu jenis majas yang diana objek akan dibandingkan, disampakan bersamaan, denan pembandingnya jadi maknanya bersifat eksplisit.

2. Metafora In Absentia

Metafora In Absentia merupakan jenis mjas yang mengungkapkan sesuatu secara implisit. Jadi, terkadang disalh artikan oleh pembacanya karena bias terjadi penyimpangan makna.

5. Gaya Bahasa Litotes

Litotes menurut Keraf (2010: 132) adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal yang dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawn katanya. Sejalan dengan konsep Keraf, Nurgiyantoro (2014: 265) merumuskan

(45)

bahwa gaya litotes adalah gaya yang berkebalikan makna dengan gaya hiperbola. Jika hiperbola menkankan dengan cara berlebih-lebihan, gaya litotes justru mengecilkan fakta.dari sesungguhnya yang ada. Jadi, simpulkan bahwa litotes adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataan.

Ciri gaya bahasa litotes yaitu adanya penggunaan gabungan kata yang mengecilkan atau mengurangi dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya atau suatu pikiran yang dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya. Kata-kata yang digunakan berlawanan artinya dengan keadaan sebenarnya. Kata litotes berasal dari bahasa Yunani Kuno “lito” yang berarti kesederhanaan.

Menurut Rimang (2011:86) mengemukakan bahwa gaya bahasa litotes adalah gaya bahasa yang di dalamnya mengungkapkan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan dan litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya. Gaya litotes adalah salah satu jenis majas atau gaya bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengungkapkan perkataan dengan rendah hati dan lemah lembut. Biasanya hal ini dicapai dengan menyangkal lawan daripada hal yang ingin diungkapkan. Gaya bahasa litotes merupakan salah satu jenis gaya bahasa pertentangan dan biasanya

(46)

digunakan untuk menguatkan kesan lemah lembut dari setiap ungkapan yang disampaikan serta tujuan untuk merendahkan hati.

Gaya bahasa litotes mengurangi atau melemahkan kenyatan yang sebenarnya. Litotes bisa diartikan sebagai ungkapan sebagai ungkapan berupa menegcilkan fakta. Hal tersebut biasanya bertujuan untuk menjaga kesopanan atau menghaluskan. Gaya bahasa litotes sering dipakai dalam percakapan sehari-hari. Namun, terkadang juga bisa ditemukan gaya bahasa litotes ini dalam pidato, nasihat, ceramah, syair, dan puisi.

Gaya bahasa litotes adalah yang digunakan untuk mengungkapkan kata-kata dengan kesan yang penuh kerendahan hati. Gaya bahasa litotes adalah suatu kiasan atau gaya bahasa yang menyatakan ungkapan secara sederhana dengan menurunkan kualitas suatu fakta.

Gaya bahasa litotes adalah gaya bahasa yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan yang artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri, padahal maksudnya sangat tinggi. Gaya bahasa litotes adalah suatu gaya bahasa yang mengecilkan suatu hal yang positif menjadi negatif atau dalam kata lain mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Contoh:

1. Kalau saudara sempat, datanglah ke gubuk kami. 2. Terimalah hadiah yang tak seberapa dariku.

(47)

3. Silakan menikmati hidangan dari kami yang seadanya ini. 4. Kami dapat hidup karena usaha kecil-kecilan yang kami

jalani sekarang ini.

5. Apalah dayaku orang yang hanya memiliki cinta dan kasih saying ini, disbanding dia yang punya segalanya.

6. Aku hanya orang kecil dengan impian, asa, dan harapan yang terlalu besar

6. Ragam Gaya Bahasa

Berdasarkan penggunaannya gaya bahasa dapat dibedakan atas dua macam. Yang pertama ialah gaya bahasa dalam arti luas, dan yang kedua adalah gaya bahasa dalam arti sempit. Gaya bahasa dalam arti luas mencakup wilayah yang sangat luas, termasuk cara penyusuan ide, panjang pendeknya kalimat, rangkaian kata, dan rasa bahasa. Sedangkan gaya bahasa dalam arti sempit adalah pernyataan bahasa seseorang yang secara sadar atau tidak, dimaksudkan untuk mengunggah atau memikat perhatian pendengar atau pembaca terhadap suatu tertentu (Facharuddin, 2004: 49).

Gaya bahasa dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Tarigan dalam bukunya “Pengajaran Gaya Bahasa” (2009:5) dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, sebagai berikut.

a) Gaya bahasa perbandingan

Gaya bhasa perbandingan adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan dalam bentuk perbandingan untuk meningkatkan kesan terhadap pendengar atau pembaca. Dalam gaya bahasa perbandingan

(48)

terbagi atas sepuluh jenis, yaitu: perumpaan, metafora, personifikasi, deporsonifikasi, alegori, antithesis, pleonasme atau teotologi, periphrasis, antisipasi atau prolepis, dan koreksio atau epanortosis. b) Gaya bahasa pertentangan

Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan yang menunjukkan suatu pertentangan atau keadaan yang berlawanan dengan kondisi sebenarnya. Dalam gaya bahasa pertentangan dikelompokkan kedalam dua puluh jenis, yaitu: hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsisi zeugma (silepsis), satire, ineuendo, antifrasis, paradox, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof atau inverse, hipalase, apofasis atau preterisio, hysteron pro-teron, sinisme, dan sarkasme.

c) Gaya bahasa pertautan

Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan cara mempertautkan sesuatu lainnya. Dalam gaya bahasa pertautan dikelompokkan kedalam tiga belas jenis, yaitu: metonimia, sinekdoke, alusi, eifimisme,eponym, epitet, antonomasia, erotesis, paralelisme, ellipsis, gradasi, polisindeton, dan asyndeton.

d) Gaya bahasa perulangan

Gaya bahasa perulangan adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan cara mengulangi kata, kelompok kata, frase atau kalimat dengan maksud memberi penekanan pada suatu yang dimaksud. Dalam gaya bahasa perulangan dikelompokkan menjadi dua belas jenis, yaitu:

(49)

aliterasi, antanaklasis, kiasmus, tautotes, anaphora, epizeukis, episfora, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, asonansi, dan anadiplosis.

B. Kerangka Pikir

Novel adalah sebuah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang yang berada di sekelilingnya dan menonjolkan watak (karakter) dan sifat pada setiap pelaku. Bahasa merupakan media bagi pengarang untuk mengekspresikan gagasannya. Sedangkan bagi pembaca atau peneliti sastra, bahasa merupakan media untuk memahami karya sastra. Novel sebagai karya sastra yang dibangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik yang ada di dalam karya sastra dalam hal ini novel, yaitu: tema, amanat, plot/alur, penokohan/perwatakan, latar/setting, dan gaya bahasa. Unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang membangun karya sastra dan pada umumnya kemunculan unsur tersebut selalu bersamaan dalam setiap karya sastra ragm prosa (novel dan cerpen).

Stilistika merupakan salah satu alat yang bisa digunakan unyuk mengungkapkan makna yang terkandung dalam karya sastra. Stilistika adalah ilmu yang mengkaji tentang penggunaan gaya bahasa dan gaya bahasa suatu karya sastra.

Gaya bahasa metafora adalah suatu sarana untuk menmgekspresikan imajinasi puitik, sebuah sarana untuk mengekspresikan gaya retorik, bentuk ekspresi khusus yang berbeda disbanding yang terlihat pada bahasa biasa. Sedangkan gaya bahasa litotes adalah gaya bahasa yang merendahkan diri

(50)

terhadap orang yang diajak bicara. Kata-kata yang digunakan berlawanan artinya dengan keadaan yang sebenarnya. Sehingga penelitian ini mengkhususkan pada penggunaan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel Tuhan Maaf Engkau Ku Madu karya Aguk Irwan MN

(51)

Bagan Kerangka Pikir Novel Stilistika Perbandimgan Pertentangan Metafora Litotes Analisis Temuan 1. Metafora in Praesetia 2. Metafora in Absentia

(52)

40 A. Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian yang bersifat kualitatif. Data dalam penelitian dengan desain penelitian yang bersifat kualitataif diuraikan dengan menggunakan kata-kata. Penelitian ini akan mendeskripsikan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dalam novel Tuhan Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN dengan menggunakan kajian stilistika.

Menurut Sugiyono (2019: 9) bahwa metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.

B . Data dan Sumber Data 1. Data

Dari dalam penelitian ini adalah gaya bahasa metafora yang terdiri dari atas perbandingan dan pertautan dan dari gaya bahasa litotes terdiri atas pertentangan dan pengulangan dan berupa kata dan kalimat.

2. Sumber dataSumber data dalam penelitian ini adalah novel yang diterbitkan oleh Glosaria Media. Yogyakarta, tahun 2013, dan jumlh halaman 391

(53)

C. Definisi Istilah

Istilah dalam penelitian ini akan didefinisikan secara operasional. Adapun definisi yang dimaksud sebagai berikut.

1. Gaya bahasa metafora adalah suatu sarana untuk mengekspresikan

imajinasi puitik, sebuah sarana untuk mengekpresikan gaya retorik, bentuk ekspresi khusus yang berbeda dibandimg yang terlihat pada bahasa biasa. Yang terdiri dari dua jenis yaitu metafora in Prasetia dan metafora in Absentia yang terdapat dalam novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN.

2. Gaya bahasa litotes adalah gaya bahasa yang merendahkan diri terhadap orang yang merendahkan diri terhadap orang yang diajak bicara. Yang terdapat dalam novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik membaca, teknik menandai, dan teknik mencatat. Ketiga teknik tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Teknik membaca dilakukan dengan membaca dan mengamati kalimat setiap paragraf novel Tuhan Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN secara teliti untuk mendapatkan informasi yang jelas.

(54)

2. Teknik menandai yaitu menandai setiap yang dianggap penting dalam membaca.

3. Teknik mencatat, hasil pengamatan terhadap beberapa aspek kajian dalam stilistika yang terdapat dalam cerpen tersebut dicatat dalam kartu yang dipersiapkan. Setelah data telah selesai dicatat, selanjutnya diklasifikasi berdasarkan kategori yang telah ditemukan. Teknik catat yang dilakukan dengan mencatat dan mengklasifikasikan data. Data yang dicatat disertakan pula kode sumber datanya untuk pengecekan ulang terhadap sumber data yang dibutuhkan dalam rangka analisis data.

E. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam menganalisis pada penelitian ini adalah teknik analisis gaya untuk menentukan gaya bahasa novel berdasarkan teori stilistika. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi data yang menggambarkan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dari novel Tuhan Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN.

2. Mengklasifikasi data yang menggambarkan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dari novel Tuhan Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN.

3. Menganalisis data berdasarkan klasifikasi gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dari data yang

(55)

menggambarkan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dari novel Tuhan Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN.

4. Mendeskripsikan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa litotes dari data yang menggambarkan metafora dan gaya bahasa litotes dari Novel Tuhan Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN.

(56)

44 A. Hasil Penelitian

Sebagaimana telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan “ Gaya bahasa Metafora dan Gaya Bahasa Litotes dalam Novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN “ yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu karya Aguk Irawan MN.

a. Gaya Bahasa Metafora dan Jenis Metafora in Praesetia dan Metafora in Absentia dalam Novel Tuhan, Maaf Engkau Kumadu Karya Aguk Irawan MN.

Gaya bahasa metafora adalah perbandingan yang implisit tanpa menggunakan kata bandingan diantara dua hal yang berbeda. Gaya bahasa metafora lebih ringkas dan padat. Dengan demikian, gaya bahasa metafora memungkinkan penghematan kata sehingga lebih memadatkan cerita. Gaya metafora in Praesetia merupakan salah satu jenis majas, yang dimaana objek yang akan dibandingkan, disampaikan bersamaan, dengan pembandingnya jadi maknanya bersifat eksplisit. Sedangkan metafora in Absentia merupakan jenis majas yang mengungkapkan sesuatu secara implisit, jadi terkadang disalah artikan oleh pembacanya karena bisa terjadi penyimpangan makna. Dalam novel Tuhan, Maaf Engkau kumadu teks yang termasuk gaya bahasa metafora diidentifikasikan sebagai berikut.

(57)

Data 1:

“… tatkala gadis yang ada dalam lamunanya menoleh kebelakang dan menawarkan sesuatu yang masih terbungkus di buntalan plastik hitam” (halaman : 12)

Buntalan plastik hitam merupakan jenis metafora in Praesetia. Pada data 1, buntalan plastik hitam dinyatakan kantong plastik. Kantong plastik berarti suatu benda atau objek yang bisa dilihat secara konkret. Jenis metafora in praesetia ini menjadi objek yang akan disampaikan bersamaan dengan pembandingnya sehingga maknanya bersifat eksplisit. Pembaca akan mengetahui maksud perkataan tersebut yang melihat unsur yang telah digabungkan, yaitu kantong dan plastik.

Data 2:

“… dasar bujang sudah berumur, dikasih tahu malah cuek aja” (halaman: 18)

Bujang sudah berumur merupakan gaya bahasa metafora dari orang yang sudah beranjak usia. Gaya bahasa metafora memungkinkan munculnya ketaksaan tentang m akna kata bujang sudah berumur yang melekat pada kata lelaki. Disini membandingkan antara bujang sudah berumur dan orang yang sudah beranjak usia.

(58)

Data 3:

“… tak ada kata, selain seulas senyum menyungging di bibir gadis itu” (halaman: 39)

Senyum menyungging merupakan jenis metafora in absentia. Dalam hal ini, jenis metafora in absentia digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara implisit. Jadi, terkadang disalah artikan oleh pembaca. Maksud dari senyum menyungging tersebut adalah melukiskan senyum.

Data 4:

“… bukankah nama lain Hawa adalah ratu pertama kaum wanita yang tak lain bahasa Arabnya adalah Nisa? Dirinya mendadak sebagai Adam yang bergetar hatinya tatkala Allah mempersuntingkan dirinya dengan Hawa”(halman: 71)

Ratu pertama yang dimaksud adalah Hawa istri Nabi Adam. Data 4 merupakan analogi dari cerita Hawa istri Nabi Adam sebagai ratu pertama di muka bumi ini. Gaya bahasa metafora menjadi modus untuk berpikir dengan menyamakan suatu peristiwa dengan peristiwa lain.

Data 5:

“… sebenarnya bapak berat hati menjualnya, sebab tanah itu buat tali agar kita senantiasa teringat dengan kerabat-kerabat di jawa” (halaman: 89)

(59)

Buat tali dari data 5 tersebut adalah keadaan pengikat tali silaturahmi antara kerabat yang ada di Jawa. Gaya bahasa metafora digunakan untuk menyampaikan sesuatu secara berkias.

Data 6:

“… kini putra bangsa itu sedang menghirup udara baru setelah mengalami kepenatan di dalam burung besi itu”. (halaman: 91). Kata burung besi merupakan jenis metafora in praesetia dari kata pesawat. Jenis metafora ini memungkinkan munculnya ketaksaan dari makna kata burung dan besi yang melekat pada kata pesawat terbang.

Data 7:

“… aku harus hidup di atas keringatku sendiri” (halaan:97)

Keringat merupakan keringat yang keluar dari kulit tubuh manusia ketika melakukan suatu aktivitas. Keringat yang dinyatakan sedang menyentuh kulit. Hal ini berarti keringat diperbandingkan dengan manusia yang mampu menyentuh. Oleh karena itu, keringat termasuk jenis metafora in praesetia. Dengan demikian, jenis metafora in praesetia ini memungkinkan penggunaan narasi yang lebih singkat dan menciptakan gambaran peristiwa yang lebih hidup sehingga maknanya bersifat eksplisit.

Referensi

Dokumen terkait

Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba pada Moleong (2013, p.186), antara lain : mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,

jadwal tanam. Permasalahan lanjutan dari adanya pergeseran jadwal tanam adalah terjadi perubahan perhitungan potensi kebutuhan air pertanian, sehingga dapat menyebabkan

Pengolahan data dimulai dengan mengalokasikan jumlah serta kode kendaraan mana yang akan digunakan untuk melakukan pendistribusian tabung gas ke konsumen dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keuntungan dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi bahan mentah keripik singkong, efisiensi dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi

Pada bagian Awal karya ini menggambarkan pendidikan di surau pada masa lalu dengan melihat pada aspek kuatnya sosok guru tuo (guru tua) yang mengajarkan anak-anak belajar

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Mafra (2017), dengan variabel bebas penelitiannya yaitu kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap produktivitas

(1) menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan; (2) menentukan bobot

Tabel 21 Jumlah Kasus Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Buleleng Tahun 2013.. Tabel 22