• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Novel

Novel merupakan sebuah karya sastra yang dikategorikan dalam prosa fiksi. Hal tersebut dikarenakan mengungkapkan kehidupan manusia dengan segala permasalahannya dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya, yaitu puisi dan drama (Priyatni, 2012: 124.)

Nurgiyantoro (2010:10) mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Novel merupakan jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk naratif yang mengandung konflik tertentu dalam kisah kehidupan tokoh-tokoh dalam ceritanya.

Novel merupakan salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Pada dasarnya novel menceritakan hal luar biasa yang terjadi dalam

kehidupan manusia sehingga jalan hidup tokoh cerita yang ditampilkan dapat berubah (Rokhmansyah, 2014: 32). Menurut Stanton (2012: 90) novel mampu menghadirkan perkembangan suatu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa novel yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan dan sesamanya. Pengarang berusaha untuk menggambarkan realita yang terjadi dalam masyarakat melalui novelnya kepada pembaca. Sehingga tidak jarang novel menggambarkan suatu karakter bangsa atau negara. Pengarang dapat pula mengangkat sebuah peristiwa ke dalam novelnya berdasarkan peristiwa atau realita yang telah terjadi dalam suatu Bangsa dan Negara.

Novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang bentuk karya sastra yang sangat popular di dunia, bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang yang terkadang dianggap sebagai sebuah dokumen atau kasus sejarah, sebagai sebuah kejadian sebenarnya, sebagai sejarah hidup seseorang dengan zamannya, yang mengandung rangkian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan memperhatikan watak, keadaan waktu yang

berbeda pada setiap pelaku (tokoh) tertentu sehingga menimbulkan kesan bagi pembaca.

b. Unsur-unsurNovel

Novel mempunyai unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah:

1. Unsur Instrinsik

Unsur intrinsik ini terdiri dari : a. Tema

Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama untuk mendasari jalan cerita novel

b. Setting

Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini memiliki waktu, tempat, dan sosial budaya.

c. Sudut pandang d. Alur atau plot

Alur/ plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel.Alur dibedakan menjadi dua bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flashback progresif) yaitu terjadi ada kaitannya sedang berlangsung.

e. Penokohan

Peokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan gaya bahasa yang dominant dalam sebuah novel.

2. Unsur ekstrinsik

Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain, di luar unsur instrinsik. Unsur-unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran ini suatu karya sastra.

c. Ciri-ciri Novel

Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri novel, terdiri atas:

1. Ditulis dengan narasi atau penjelasan kemudin didukung dengan deskripsi untuk menggambarkan suasana kejadian atau peristiwa.

2. Alur ceritanya kompleks

3. Jumlah kata biasanya di atas 10.0000 kata. 4. Minimal jumlah halaman sebanyak 100 halaman 5. Minimal dibaca satu buah novel 2 jam

6. Skala novel lebih luas dibandingkan cerpen

7. Sifat dari novel adalah realistis karena pengarang yang lebih tahu dengan situasi yang digambarkan pada novel.

d. Jenis-jenis Novel

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis novel, terdiri atas: 1. Berdasarkan kejadian nyata dan tidak nyata

a. Novel fiksi adalah novel yang tidak nyata atau tidak ada kejadian di dunia. Novel ini hanya fiktif (karangan) dari pengarang.

b. Novel nin-fiksi adalah novel dari kejadian yang pernah ada atau ilmiah. Contohnya adalah Laskar Pelangi. 2. Berdasarkan genre cerita

a. Novel romantis, cerita yang digambarkan dalam novel ini berupa kasih saying dan cinta. Contohnya Ayat-ayat Cinta.

b. Novel horror/menyeramkan, novel ini berisi tentang cerita yang menakutkan. Contohnya Bangku Kosong. c. Novel misteri, novel ini berisi tentang cerita misteri.

Contohnya novel Agatha Christie.

d. Novel inspiratif, berisi tentang cerita kisah inspiratif. Contohnya Negeri 5 Menara

e. Novel komedi, novel ini berisi tentang cerita yang membuat kita ketawa. Contohnya Kambing Jantan. 3. Berdasrkan isi dan tokoh

1. Novel Teenlit, novel ini berisis tentang cerita remaja. Contohnya adalah novel Dealova.

2. Novel Chicklit, novel ini berisis tentang cerita perempuan muda dan permasalahan yang dihadapinya. Contohnya adalah Miss Jutek.

3. Novel Songlit, novel ini dibuat berdasarkan cerita dari sebuah lagu.

4. Novel dewasa, novel ini berisis tentang cerita orang dewasa. Contohnya adalah novel Saman dan Larung. e. Struktur Novel

Berikut ini terdapat bebrapa struktur novel, terdiri atas:

1. Abstrak, merupakan bagian ringkasan isi cerita yang biasanya dapat ditemukan pada bagian awal cerita dalam novel.

2. Orientasi, merupakan bagian penjelasan mengenai latar. Waktu, dan suasana. Seperti terjadinya cerita, terkadang juga berupa pembahasan penokohan atau perwatakan. 3. Komplikasi, merupakan urutan kejadian yang

dihubungkan oleh sebab akibat, dimana setiap peristiwa terjadi karena adanya sebab dan mengakibatkan munculnya peristiwan yang lainnya.

4. Evaluasi, merupakan bagian dimana konflik yang terjadi pada thap komplikasi terarah menuju suatu titik tertentu. 5. Resolusi, merupakan bagaian novel yang memunculkan

6. Koda, merupakan bagian akhir atau penutup cerita dalam novel.

3. Stilistika

Salah satu cara untuk menikmati karya sastra yakni melalui pengkajian stilistika. Stilistika adalah penggunaan gaya bahasa, khususnya dalam karya sastra. Bahasa sastra merupakan suatu ekspresi seorang penulis atau pengarang melalui teks sastra dalam mengeksploitasi bahasa sebagai bahan untuk karyanya agar memiliki keindahan dan sarat akan makna yang harmonis sehingga nikmat saat dibaca. Gaya bahasa tersebut mungkin disengaja dan mungkin pula timbul serta merta ketika penulis atau pengarang menuangkan idenya. Menurut peneliti apapun isi dari karya sastra jika dibungkus dengan gaya bahasa sastra akan semakin sangat indah, sebaliknya jika penulis atau pengarang tidak mementingkan gaya bahasa bisa saja karyanya monoton bahkan membuat bosan bagi pembacanya.

Istilah stilistika diserap dari bahasa Inggris Stylestic yang diturunkan dari kata style yang berarti gaya. Secara etimologi, istilah style atau gaya itu sendiri menurut (KBBI) yaitu ilmu kebahasan yang mempelajari gaya bahasa. Kajian stilistika itu sendiri sebenarnya dapat ditujukan terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa, tak terbatas pada sastra saja namun biasanya stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra (Chapnam, 2010: 279). Jadi, secara sederhana stilistika dapat diartikan sebagai ilmu gaya bahasa.

Penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra berlawanan dengan penggunaan gaya bahasa pada karya ilmiah. Gaya bahasa pada karya ilmiah pastinya menggunakan bahasa yang baik dan benar, pemilihan kata yang tepat, kalimat yang jelas, ini harus diperhatikan sekali agar tidak menimbulkan makna ambigu/ganda. Sedangkan pemakaian bahasa dalam karya sastra lebih memiliki kebebasan yang berasal dari kreativitas pengarang karena dimaksudkan agar dapat memiliki kekayaan makna. Menurut siswantoro (2010: 115), gaya bahasa (figure of speech) adalah suatu gerak membelok dari bentuk ekspresi sehari-hari atau aliran ide-ide yang biasa untuk menghasilkan suatu efek yang luar biasa.

Melalui etimologi di atas timbul beberapa definisi stilistika, yaitu: a). ilmu tentang gaya bahasa, b). ilmu interdispliner anatara linguistik dan kesusastraan, c). Ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, d). ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya. Menurut Abdul Chaer (2014: 16), stilistika adalah subdisplin linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra.

Berbagai manfaat dapat diperoleh dari stilistika bagi pembaca sastra, guru sastra, dan sastrawan. Manfaat menelaah sastra adalah sebagai berikut.

a) Mendapatkan ciri-ciri keindahan bahasa yang universal dari segi bahasa dalam karya sastra,

Menerangkan keindahan karya sastra dengan menunjukkan keselarasan penggunaan ciri-ciri keindahan dalam karya “… aku memang tak punya kelebihan yang bisa diandalkan , Gus. Tapi insyaAllah aku punya hati yang tulus”

Kalimat diatas termasuk gaya bahasa litotes karena merendahkan diri yang terdapat pada frasde tak punya kelebihan.

b) sastra,

c) Membimbing pembaca menikmati karya sastra dengan baik, d) Membimbing sastrawan dalam meningkatkan mutu karya

sastranya,

e) Kemampuan membedakan bahasa yang digunakan dalam satu karya sastra dengan karya sastra lain.

Di samping itu, kajian stilistika dapat juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal serta bagaimana pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk meperoleh efek khusus. Kajian stilistika pada hakikatnya adalah aktifitas mengeksplorasi bahasa terutama kreativitas penggunaan bahasa (Simpson, Via Nurgiyantoro 2014: 76). Hasil kajian stile akan memperkaya pengetahuan, pemahaman, dan wawasan kita terhadap bahasa dan penggunaan bahasa dalam suatu teks (sastra). Kajian stile membawa ke pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana bahasa dapat dikreasikan dan didayakan sedemikian rupa, baik melalui pengulangan, penyimpangan, penekanan, dan penciptaan ungkapan baru yang membuat komunikasi bahasa menjadi lebih segar.

Dengan demikian, menurut Abrams, (Nurgiyantoro, 2014:77) mengemukakan bahwa stilistika adalah sebuah pendekatan kajian sastra, jika kajian itu dilakukan pada bahasa sastra. Pendekatan itu dimaksudkan untuk menggantikan kritik yang bersifat subjektif dan impresif dengan analisis stile teks kesastraan yang lebih bersifat objektif dan ilmiah. Kajian dilakukan dengan mengkaji berbagai bentuk dan tanda-tanda linguistic yang dipergunakan deperti dalam struktur lahir sebuah wacana kesastraan.

Wellek dan Warren dalam Nurgiyantoro (2014: 97) mengemukakan bahwa analisis stilistika dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, dimulai dengan menganalisis secara sistematik terhadap system dan tanda-tanda linguistic dan kemudian menginterpretasikannya sebagai satu keseluruhan makna, dan itu dalam hubungannya dengan tujuan estetis sebuah teks sastra. Tanda-tanda linguistic yang dimaksud mencakup seluruh aspek kebahasaan yang membentuk stiole sebagaimana yang terdapat di dalam sebuah teks sastra.

Kedua, analisis dilakukan dengan mengkaji semua bentuk khusus linguistik yang menyimpang dari sistem yang berlaku umum. Analisis stilistika dilakukan dengan mengamati munculnya berbagai bentuk deviasi dan distorsi bahasa yag terdapat pada sebuah karya dan kemudian dibandingkan dengan pemakaian bahasa yang baku. Jadi, pada intinya kita membandingkan dan mengkontraskan bentuk-bentuk yang menyimpang dengan bentuk yang baku dan dari sinilah kemudian dicoba temukan fungsi estetisnya. Aspek bahasa yang menyimpang itu dapat berupa pengulangan

bunyi, inversi susunan kata, penghilangan afik, penggunaan makna konotasi dan lain-lain. Yang bertujuan menekankan dan meperjelas makna maupun mengaburkan makna.

Stilistika modern menunjukkan adanya perkembangan dalam dua displin yakni kajian stilistika tekstual dan kajian stilistika kontekstual. Kajian stilistika tekstual yaitu kajian yang menjadikan teks sebagai satu-satunya focus kajian. Artinya, dalam kajian stilistika sebuah teks tidak perlu dikaitkan dengan teks lain yang di luar teks itu sendiri. Kajian tekstual meliputi berbagai unsur yakni,; unsur bunyi (ciri prosodi, tekanan, rima, irama, dan lain-lain); aspek leksikal (diksi dengan segala permasalahannya, misalnya kriteria ketepatan pemilihannya); aspek struktur (morfologi, dan sintaksis dengan berbagai variasai untuk mencapai efek pengucapan); bahasa figuratif (pendayaan berbagai pemajasan); sarana retorika (penyiasatan struktur) dan lain-lain. Sedangkan kajian kontekstual yaitu bahasa sastra bukan hanya dikaji teksnya saja melainkan tidak terleppas dari konteks. Konteks akan mempengaruhi bahasa yang dipakai (Nurgiyantoro, “… aku memang tak punya kelebihan yang bisa diandalkan , Gus. Tapi insyaAllah aku punya hati yang tulus”

Kalimat diatas termasuk gaya bahasa litotes karena merendahkan diri yang terdapat pada frasde tak punya kelebihan.2014: 80-82).

Dokumen terkait