• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOTA BANDA ACEH

Dalam dokumen 6ea8dbc0 9be1 447b b1a3 0251fffe4bee (Halaman 194-199)

Program Pengembangan BOSDA adalah program yang bertujuan untuk mendorong daerah mengalokasikan BOSDA berbasis keadilan (equity) dan kinerja (performance). Untuk pengalokasian yang lebih berkeadilan dan berbasis kinerja, dikembangkan suatu formula yang kemudian disebut BOSDA berbasis formula. BOSDA berbasis formula adalah pengalokasian BOSDA yang mempertimbangkan karakteristik sekolah (besar kecil, tingkat keterpencilan, jumlah siswa, dan lain lain) dan prestasi sekolah (status sekolah unggulan, nilai ujian nasional (UN), capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan lain lain).

Dalam perkembangannya, BOSDA di Banda Aceh yang sudah berjalan sejak tahun 2011, perlu secara terpadu (gabungan) menganut prinsip-prinsip antara pemerataan dan proporsionalitas, yang dalam ilmu hukum dikenal dengan konsep Keadilan Komutatif (Justitia Commutativa) dan Keadilan Distributif (Justitia Distributiva).11 Dengan bersandarkan pada prinsip ini, maka dampak negatif bahwa sekolah besar akan semakin besar dan sekolah kecil akan semakin kecil, dapat dihindarkan sedemikian rupa sejak awal.

Disisi yang lain Pemerintah Kota Banda Aceh mempunyai harapan besar bahwa adanya BOSDA bisa menjadi daya ungkit untuk peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu penerapan BOSDA yang berbasis formula akan mengakomodasi 2 tujuan sekaligus, yaitu tujuan pemerataan alokasi dana, khususnya untuk sekolah kecil dan peningkatan mutu untuk semua sekolah penerima.

Untuk itu formula BOSDA akan menggunakan tiga variable sebagai penentu distribusi yaitu:

1. Alokasi Dasar, adalah alokasi dana yang sama besarnya untuk semua sekolah.

2. Alokasi Karakteristik Sekolah, adalah alokasi dana yang didasarkan pada besar kecilnya sekolah (yang ditentukan dengan ukuran jumlah siswa per sekolah), semakin kecil sekolah akan mendapat alokasi dana yang lebih besar .

3. Alokasi Reward, adalah alokasi dana yang didasarkan pada prestasi sekolah, semakin bagus dan bermutu suatu sekolah, akan mendapatkan alokasi dana lebih besar, sebagai insentif/reward.

11 Keadilan Kommmutatif adalah keadilan menyamaratakan, sedangkan Keadilan Distributif adalah keadilan berdasarkan prestasi atau kebutuhan.

Untuk keseluruhan alokasi BOSDA ditentukan kuota, yang besarnya menyesuaikan dengan plafon anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk BOSDA. Untuk setiap alokasi anggaran ditentukan berdasarkan kuota persentase, dimana pada tahap awal akan digunakan persentase sebagai berikut:

1. Alokasi Dasar sebesar 30%

2. Alokasi Karakteristik Sekolah (Alokasi Berdasarkan Kategori Sekolah)sebesar 60%, dan 3. Alokasi Reward sebesar 10 %.

Karakteristik sekolah dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yang didasarkan pada jumlah siswa per sekolah dengan 6 rombel, yaitu:

1. Sekolah Kecil, dengan jumlah siswa 90-168 orang (atau rata-rata 15-28 orang siswa per kelas)

2. Sekolah Sedang, dengan jumlah siswa diatas 169-240 orang (atau rata-rata di atas 28-36 orang siswa per kelas)

3. Sekolah Besar, dengan jumlah siswanya di atas 240 orang, dan biasanya jumlah rombelnya mencapai di atas 6.

Kuota 30% untuk variabel Alokasi Dasar dimaksudkan adalah 30% dari besaran pagu BOSDA dibagi sama rata untuk semua sekolah tanpa membedakan karakteristik sekolah (besar kecilnya sekolah). Kuota 60 % untuk variabel Alokasi Karakteristik Sekolah dimaksudkan adalah 60 % dari besaran pagu BOSDA akan didistribusikan secara proporsional ke sekolah-sekolah menurut karakteristik sekolah (besar kecilnya sekolah) dengan menggunakan angka perbandingan sementara yaitu:

1. Sekolah Kecil, dengan bobot 1 dan

2. Sekolah Sedang dan Sangat Besar, dengan bobot 2.

Pada tahap awal kesenjangan antara sekolah kecil dan sekolah besar tidaklah terlalu besar untuk menjaga tidak terjadi resistensi dari sekolah besar.Dibandingkan sebelumnya yang memberi porsi sangat besar untuk

sekolah besar, perbandingan ini sudah cukup signiikan.Namun demikian ke depannya perlu diberikan porsi

yang jauh lebih besar lagi untuk sekolah kecil.

Kuota 10 % untuk variabel Alokasi Reward dimaksudkan adalah 10 % dari besaran pagu BOSDA, yang akan di bagikan kepada sekolah-sekolah yang masuk dalam variabel Alokasi Reward, yaitu sekolah dengan keunggulan tertentu. Dinas Pendidikan perlu melakukan penilaian untuk melihat sekolah yang mengalami kinerja baik dengan kriteria tertentu merujuk pada kriteria Standar Nasional Pendidikan (SNP). Namun dalam tahap awal akan digunakan kategori keunggulan yang sudah ditetapkan pemerintah yaitu sekolah berstandar

nasional (SSN), sekolah mandiri (dulu RSBI) dan sekolah boarding. 10 % dari pagu BOSDA dibagikan kepada sekolah-sekolah dimaksud secara proporsional menurut sifat sekolah yang juga ditentukan oleh angka perbandingan :

1. Sekolah Boarding, dengan bobot 2, 2. Sekolah Mandiri, dengan bobot 2, dan 3. Sekolah SSN, dengan bobot 1.

Bentuk Formula yang dimaksudkan di atas, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Penerapan formula ini akan berpengaruh pada besaran nominal penerimaan BOSDA pada setiap sekolah. Kalau dibandingkan dengan skenario BOSDA sebelumnya maka setiap sekolah akan menerima dana yang hanya tergantung pada jumlah siswanya, sehingga sekolah besar dengan jumlah siswa yang banyak akan mendapatkan penerimaan jauh lebih besar. Dengan formula ini, sekolah besar tetap akan mendapatkan penerimaan yang lebih besar, tetapi derajat kesenjangannya sudah tidak terlalu jauh lagi dibanding sekolah kecil. Ke depan penerimaan sekolah kecil dapat semakin ditingkatkan lagi, seiring semakin besarnya upaya- upaya yang perlu dilakukan untuk mengejar ketertinggalan sekolah-sekolah kecil dibanding sekolah-sekolah besar. Sehingga pada gilirannya nanti, kemajuan pendidikan dapat berlangsung dan berkembang secara relative merata di semua sekolah secara bersama-sama.

Besaran BOSDA yang akan diterima sekolah dituangkan dalam tabel dan tabel ini merupakan lampiran Peraturan Walikota tentang Pengelolaan Dana BOSDA bagi sekolah-sekolah di Kota Banda untuk setiap tahun. Setiap tahun Walikota perlu mengeluarkan Keputusan dimaksud dengan mempedomani pada formula ini.

Dengan BOSDA berformula ini, diharapkan dapat menyelesaikan persoalan prinsip ketercukupan (khususnya di jenjang pendidikan dasar), meskipun masih menyisakan adanya kesenjangan penerimaan antara sekolah besar dan sekolah kecil yang sebenarnya dapat dikatakan sesuatu yang wajar. BOSDA berformula ini jelas akan memperbaiki pola distribusi yang lebih proporsional, berkeadilan dan sekaligus mengurangi jurang kesenjangan. Perbandingan pola distribusi yang didasarkan pada jumlah siswa dan pola distribusi berformula,

dapat dilihat pada graik di bawah ini.

Graik di atas memperlihatkan bahwa pendistribusian BOSDA Berformula (yang akan diterapkan—garis merah)

meskipun belum mengarah pada pendistribusian yang proporsional berkeadilan tetapi sudah memperbaiki pola pendistribusian BOSDA berdasarkan jumlah siswa yang justru menambah kesenjangan, meskipun tidak setinggi kesenjangan dari dana BOS. Secara bertahap ke depan perlu memperbaiki formula tersebut agar lebih berpihak pada sekolah-sekolah kecil (BOSDA Ideal).

Selain itu, bahwa penggunaan distribusi dana BOSDA berformula yang kiranya baru menjamin penerimaan sekolah yang lebih proporsional berkeadilan, namun tidak secara otomatis akan berdampak pada terwujudnya

peningkatan mutu pendidikan. Utamanya jika penggunaan dana BOSDA itu tanpa pengaturan penggunaan dan pengawasan yang didasarkan pada prinsip-prinsip tata-kelola manajemen sekolah yang baik dan bersih. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: partisipasi masyarakat sejak tahap-tahap perencanaan anggaran hingga pengawasan pelaksanaan program, yang harus dilaksanakan secara transparan, dimana seluruh informasi tentang program dan anggaran dapat diakses masyarakat secara terbuka dan akhirnya sekolah wajib pula memberikan pertanggungjawaban publik (akuntabilitas) secara terbuka dan terpercaya.

Untuk itu penggunaan BOSDA Berformula juga perlu diatur secara jelas dan tegas pemanfaatannya pada kegiatan-kegiatan yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.Selain itu, juga senantiasa dilaksanakan dalam sistem tata-kelola manajemen sekolah yang baik dan bersih (Good and Clean School Based Management). Untuk itu, pola alokasi penggunaan dana BOSDA adalah sebagai berikut:

1. Untuk Belanja Aparatur, maksimal 20%

2. Untuk Belanja Publik yang menunjang peningkatan mutu, seperti :

a. Kegiatan Peningkatan Mutu Pendidik (Guru) yang mencakup peningkatan sejumlah kompetensi (pedagogik, sosial, personal/kepribadian dan professional) baik melalui pelatihan khusus maupun pembinaan KKG/ MGMP:

b. Kegiatan Ekstra Kurikuler bidang akademik dan non-akademik; c. Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter dan Keagamaan Siswa; dan d. Kegiatan Pengembangan Minat dan Budaya Baca;

e. Kegiatan Penguatan Kapasitas Komite Sekolah;

f. Kegiatan Pembinaan Sistem Manajemen Sekolah yang berorientasi pada pelayanan Prima dan Terpercaya.

Agar BOSDA yang didistribusikan berjalan secara efektif, eisien dan tepat sasaran, maka diperlukan langkah-

langkah pengawasan khusus yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh. Dan secara bersama-sama perlu pula melibat masyarakat multi pihak yang kini telah tergabung dalam Forum Bersama Peduli Pendidikan Kota Banda Aceh.

Untuk berjalannya pengawasan tersebut, maka Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh perlu menyusun petunjuk teknis pengawasan dan pola pelibatan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok.Pengawasan dimaksud meliputi pengawasan program, pengawasan pelaksanaan dan pengawasan evaluasi pelaporan. Dalam hal ini, pengawasan dari masyarakat di sekolah menjadi aspek yang sangat penting untuk diadakan.

BAB IV

PENUTUP

Untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan di Kota Banda Aceh maka kebijakan pemberian BOSDA perlu dipertahankan dan untuk memberikan keadilan perlu dilakukan sedikit perubahan sistem perhitungan pembagian dana BOSDA. Sistem perhitungan dengan hanya menggunakan variabel jumlah murid seperti yang dipergunakan pada tahun-tahun sebelumnya dirasakan kurang memberikan rasa keadilan bagi sekolah- sekolah kecil. Dengan sistem yang lama, sekolah-sekolah kecil tidak akan mendapat perhatian yang lebih dan nyaris menutup kesempatan berkembang, sehingga bisa berdampak sekolah kecil akan semakin kecil, akan suka berkembang.

Sistem dengan Formula baru ini akan memberi perhatian lebih pada sekolah kecil, sekaligus membuka peluang untuk berkembang secara bersama dengan sekolah-sekolah sedang dan besar. Dengan pola ini maka sekolah kecil akan bisa didukung untuk lebih baik, sekolah unggulan-unggulan tetap mendapat dukungan, dan sekolah yang berprestasi akan mendapat penghargaan (reward) untuk terus dapat berkembang secara optimal.

***

Dalam dokumen 6ea8dbc0 9be1 447b b1a3 0251fffe4bee (Halaman 194-199)