• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN A Latar Belakang

Dalam dokumen 6ea8dbc0 9be1 447b b1a3 0251fffe4bee (Halaman 180-184)

Pasal 17 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh menegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan urusan wajib yang harus diemban oleh kabupaten/kota di Aceh. Dengan demikian, Kota Banda Aceh sebagai daerah otonom juga memiliki urusan wajib tersebut. Urusan wajib penyelenggaraan pendidikan dimaksud, menurut Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyangkut Pendidikan Dasar dan Menengah, juga melekat pada pemerintah kabupaten/kota.

Dalam kaitan dengan pendidikan dasar ini Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib

mengikuti pendidikan dasar, dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi pihak yang harus memastikan terselenggarakannya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat.

Berdasarkan aturan tersebut, maka Pemerintah (Pusat dan Daerah) bertanggung jawab untuk membangun

sekolah, membayar gaji guru, menyediakan sarana isik, fasilitas ruang kelas, dan peralatan kantor sekolah

dengan dana yang berasal dari APBD dan APBN. Daerah yang memiliki pendapatan asli daerah yang tinggi, akan memiliki peluang lebih besar untuk membantu pemenuhan kebutuhan dana penyelenggaraan sekolah.

Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan operasional non personalia pendidikan dasar selain dibiayai oleh Pemerintah Pusat yang disebut dengan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Pemerintah Kota Banda Aceh juga telah menyediakan dana penunjang guna membiayai operasional pendidikan lainnya pada setiap tahun

anggarannya, yang disebut dengan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). Hal ini didasarkan

pada konsep, bahwa Otonomi Daerah harus dideinisikan sebagai pelimpahan hak dan kewenangan bagi

Pemerintahan dan Rakyat di daerah untuk merencanakan program-program pembangunan daerah di semua sektornya secara otonom dan mandiri1.

Lebih lanjut, bahwa dasar hukum yang juga dapat digunakan dalam pembiayaan pendidikan adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, sebagaimana dimaksudkan

dalam Pasal 26 ayat (2). Yaitu pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan harus dialokasikan dalam anggaran Pemerintah Daerah. Selain itu, Pasal 39 ayat (3) dari PP tersebut, juga menyebutkan bahwa syarat pemberian bantuan pendanaan oleh Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya harus diatur dengan Peraturan Kepala Daerah (Perwal/Perbup).

B. Identiikasi Masalah

Sejak tahun 2011, satuan pendidikan dasar di Kota Banda Aceh selain mendapatkan dana BOS yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), juga memperoleh Dana Penunjang Pendidikan (BOSDA) dari Anggaran Pendapatan Belanja Kota Banda Aceh. Mulai tahun 2011 Pemerintah Kota Banda Aceh telah menyediakan dana penunjang pendidikan sebesar Rp. 17.804.205.000, yang dilanjutkan pada tahun 2012 sebesar 9.129.010.000,- dimana untuk BOSDA SD dan SMP Rp. 2. 723.010.000,- sedangkan untuk BOSDA SMA dan SMK sebesar Rp. 5.918.600.000,-.

Dana Penunjang Pendidikan Dasar yang disebut dengan BOSDA itu, didistribusikan kepada 71 Sekolah Dasar Negeri dan 19 Sekolah Menengah Pertama Negeri yang bernaung di bawah Pemerintah Kota Banda Aceh. Letak sekolah tersebut menyebar pada kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kota Banda Aceh.Lokasi dimaksud, ada yang berada pada pusat Kota Banda Aceh, dan ada pula yang berada di pinggiran Kota Banda Aceh. Sementara letak dari sekolah-sekolah tersebut telah mempengaruhi pada jumlah siswa yang bersekolah di situ.

Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang letaknya di pusat kota jumlah siswanya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang

letaknya di pinggiran kota. Akibatnya, sekolah-sekolah tersebut dapatlah kemudian diklasiikasikan ke dalam

tiga kategori, yaitu Sekolah Besar, Sekolah Sedang, dan Sekolah Kecil.

Pemberian BOS dan BOSDA kepada sekolah-sekolah selama ini, hanya didasarkan pada jumlah siswanya, sebagaimana dapat diketahui dari Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Banda Aceh Tahun 2012. Maka semakin banyak jumlah siswa, semakin besar pula jumlah BOS dan BOSDA yang diterima sekolah, dan sebaliknya, semakin sedikit jumlah siswa maka semakin kecil pula BOS dan BOSDA yang diterima sekolah.

Kondisi ini telah menyebabkan terjadinya kesulitan pengembangan bagi sekolah-sekolah kecil, bahkan untuk kebutuhan-kebutuhan yang minimal saja sekalipun dari sekolah tersebut terasa sulit terpenuhi.Sedangkan Sekolah Besar dan Sekolah Sedang, lebih memiliki peluang bagi pengembangan diri sekolah-sekolah tersebut. Realitas dimaksud telah mempengaruhi kepada minat orang tua dan calon siswa dalam memilih sekolah. Sekolah besar dan sedang telah menjadi prioritas pertama dan kedua dalam pemilih sekolah oleh para orang tua dan calon siswa, sedangkan sekolah kecil dipilih ketika calon siswa telah gagal diterima di sekolah besar dan sedang. Akhirnya kondisi ini telah menyebabkan ketidakmerataan mutu pendidikan pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang terdapat di Kota Banda Aceh.

Di sisi lain pemberian dana BOSDA dimaksud, dalam kenyataannya belum cukup memberi rangsangan bagi upaya peningkatan mutu Pendidikan Dasar di Kota Banda Aceh. Hal ini terjadi karena porsi penggunaan dana BOSDA lebih banyak ke Belanja Pegawai (dalam hal ini honorarium), dibandingkan pada pembiayaan untuk program peningkatan Mutu Pendidikan dan Mutu Layanan Pendidikan. Misalnya, pembiayaan bagi program- program peningakatan kapasitas Sumber Daya Guru dan pembiayaan atas usaha-usaha penertiban sistem tata-kelola sekolah yang partisipatif, terbuka, bertanggung-jawab dan adanya kepastian pelaksanaan aturan yang adil dan tidak diskriminatif.

C. Tujuan dan Kegunaan

Naskah akademik2 ini disusun untuk menjadi rujukan dasar bagi perancangan muatan Peraturan Wali Kota Banda Aceh tentang Dana Penunjang Pendidikan Berkeadilan, yang tentu penyusunannya harus dilandasi

pada tinjauan-tinjauan ilosois, sosiologis dan yuridis. Lantas, naskah akademik ini, diharapkan dapat

memberikan masukan nilai-nilai dan menjadi pedoman yang jelas dalam perancangan muatan-muatan

2 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan

menyebutkan, bahwa Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan

masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan

substansial aturan-aturan yang seharusnya dikandung dalam Peraturan Walikota nantinya. Sehingga terjalinlah harmonisasi dan sinkronisasi antara Peraturan Walikota tentang Dana Penunjang Pendidikan yang nantinya dirancang dan berbagai peraturan perundang-undangan lain yang relevan dengan prinsip-prinsip tata kelola dana BOSDA yang sesuai dengan tuntutan manajemen modern yang bersifat partisipatif, terbuka (transparent), bertanggung-jawab (akuntabel) dan memiliki tingkat kepastian penegakan hukum yang berkeadilan dan nondiskriminatif.

D. Metode Pendekatan

Proses penyusunan naskah akademik yang akan menjadi rujukan dan pedoman dasar dalam perancangan Peraturan Wali Kota Banda Aceh tentang Dana Penunjang Pendidikan Berkeadilan (BOSP) bagi Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh, telah melalui berbagai tahapan proses dan pendekatan, seperti apa yang akan diuraikan sebagai berikut:

(1) Adanya pertemuan reguler Forum Peduli Pendidikan Kota Banda Aceh untuk membahas seputar

persoalan pola distribusi dan pengaruh kontributif dana BOS bagi proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah. Forum Peduli Pendidikan Kota Banda Aceh ini terdiri dari para pihak yang meliputi: Dinas Pendidikan, MPD, Perwakilan Sekolah Jenjang SD dan SMP, Perwakilan Komite Sekolah jenjang SD dan SMP, PGRI, LSM Peduli Pendidikan, Media dan Perwakilan masyarakat. Dari diskusi intensif dalam Forum Multi Stakeholder inilah lahir sejumlah penilaian kritis terhadap dana BOS dan lahirnya gagasan-gagasan kreatif untuk menjadi solusi upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan. Rekomendasi utamanya adalah, bahwa dana BOS dan BOSDA harus dikelola secara lebih partisipatif, transparan, akuntabel dan berkeadilan, demi upaya meminimalisir kesenjangan kemajuan antar sekolah, untuk kemudian dapat membangun secara bersama-sama dan untuk kemajuan bersama dari semua sekolah yang ada di kota Banda Aceh.

(2) Dilakukannya penelusuran dan penelaahan dokumen secara kritis dan mengembangkan suatu analisis komprehensif menyangkut alasan-alasan dan tujuan-tujuan mendasar yang selama ini melatari kebijakan pengalokasian Dana Penunjang Pendidikan Dasar dalam APBK kota Banda Aceh;

(3) Melakukan diskusi-diskusi akademik dengan para pihak yang berkompeten, menyangkut aturan-aturan perundang-undangan baik pada tingkat nasional maupun daerah, menyangkut dasar hukum pengalokasian Dana Penunjang Pendidikan Dasar dan menyangkut kerangka pola distribusi dan mekanisme pengelolaan yang harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip Good Governance;

(4) Pengamatan atas realitas lapangan tentang praktek penyediaan dan distribusi Dana Penunjang Pendidikan Dasar oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, sesungguhnya memerlukan suatu sistem tata kelola yang benar, transparan, akuntabel dan partisipatoris.

BAB II

LANDASAN FILOSOFIS,

Dalam dokumen 6ea8dbc0 9be1 447b b1a3 0251fffe4bee (Halaman 180-184)