• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

E. Kreatinin

Diagram batang rata-rata kadar kreatinin serum tikus

sebelum dan setelah pemejanan karbon tetraklorida dosis

2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24, 48 dan 48 jam.……..

Diagram batang aktivitas kreatinin serum tikus putih

jantan Wistar pada kelompok perlakuan jam ke-1, 4, 6,

kontrol EMBPA, kontrol olive oil dan nefrotoksin 2

mL/kgBB……….………

Perbandingan kontrol olive oil jam ke-0 dan jam ke-48 pada kreatinin serum tikus putih jantan Wistar………

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok kontrol CCl4

2 mL/kgBB perbesaran 400x………...

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok kontrol

negatif olive oil 2 mL/kgBB perbesaran 400x yang 11 12 14 16 16 19 40 46 48 55

Gambar 12.

Gambar 13.

Gambar 14.

Gambar 15.

Gambar 16.

menunjukkan adanya DHET………

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok kontrol

negatif olive oil 2 mL/kgBB perbesaran 400x yang

menunjukkan adanya ITC………....

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok perlakuan 1

jam sebelum induksi CCl4 perbesaran 400x yang menunjukkan adanya perivaskulitis………...…..

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok perlakuan 4

jam sebelum induksi CCl4 perbesaran 400x………

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok perlakuan 4

jam sebelum induksi CCl4 perbesaran 400x yang

menunjukkan adanya DHET………

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok perlakuan 4

jam sebelum induksi CCl4 perbesaran 400x yang

menunjukkan adanya DHET………

56 56 59 60 61 61

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10.

Foto serbuk biji Persea americana Mill.………... Foto ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill….... Foto suspensi ekstrak metanol-air biji Persea americana

Mill. dalam CMC-Na 1%...

Surat pengesahan determinasi serbuk biji Persea americana Mill………...

Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC)……….

Analisis statistik kadar kreatinin serum pada uji

pendahuluan nefrotoksin karbon tetraklorida dosis 2

mL/kgBB………

Analisis statistik kadar kreatinin serum pada kelompok

perlakuan ekstrak metanol-air biji Persea americana

dosis 350 mg/kgBB pada tikus jantan Wistar terinduksi

karbon tetraklorida 2 mL/kgBB………

Analisis statistik kadar kreatinin serum pada kontrol

negatif olive oil dosis 2 ml/kgBB………...……

Data hasil pengecekan histologis ginjal pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol ekstrak metanol-air biji

Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB……….

Data hasil pengecekan histologis ginjal pada kelompok

kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB dan kelompok 69 69 69 70 71 72 79 84 87

Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22.

kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB……..

Foto mikroskopik ginjal kelompok kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB……….

Foto mikroskopik ginjal kelompok kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB………

Foto mikroskopik kelompok perlakuan ekstrak pemberian 1 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida 2 ml/kgBB………..

Foto mikroskopik kelompok perlakuan ekstrak pemberian 4 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida 2 ml/kgBB………..

Foto mikroskopik kelompok perlakuan ekstrak pemberian 6 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida 2 ml/kgBB………..

Perhitungan % nefroprotektif……….

Perhitungan konversi dosis untuk manusia………

Perhitungan konversi hari untuk manusia………..

Penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill… Hasil rendemen ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill………...

Bobot pengeringan ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill………...

Hasil pengukuran validitas dan reabilitas………

89 91 91 92 92 93 93 94 94 94 95 96 97

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang efek nefroprotektif ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. pada dosis 350 mg/kgBB secara jangka pendek pada waktu pemberian 1, 4 dan 6 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2 mL/kgBB konsentrasi 50% v/v dan juga mengetahui waktu efektif pemberian ekstrak untuk digunakan sebagai nefroprotektor.

Penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar umur 2-3 bulan dengan berat 150-250 gram. Terdapat 6 kelompok pada penelitian, yaitu kelompok I yang merupakan kelompok kontrol nefrotoksin CCl4 2 mL/kgBB, kelompok II adalah kelompok kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB.

Olive oil pada penelitian digunakan sebagai pelarut CCl4. Kelompok III merupakan kelompok kontrol ekstrak dosis 350 mg/kgBB. Kelompok IV, V, dan VI secara berturut-turut adalah kelompok perlakuan 1, 4, 6 jam pemberian ekstrak dosis 350 mg/kgBB sebelum pemejanan CCl4. Jumlah tikus yang digunakan untuk setiap kelompok adalah 5 ekor. Pengecekan dilakukan dengan mengukur kadar kreatinin serum pada waktu pencuplikan darah optimal yaitu pada 48 jam setelah pemejanan atau induksi CCl4. Metode analisis statistic dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov, Levene test, uji t-berpasangan, One way ANOVA dan uji

Scheffe.

Berdasarkan data yang diperoleh, ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB terbukti memiliki khasiat nefroprotektif pada tikus jantan Wistar terinduksi CCl4 2 mL/kgBB secara jangka pendek. Waktu efektif pemberian ekstrak untuk memberikan efek nefroprotektif berdasarkan data penurunan kadar kreatinin serum diketahui pada 1 jam sebelum pemejanan CCl4 dengan % efek nefroprotektif sebesar 90,5%.

Kata kunci : Biji Persea americana Mill., ekstrak metanol-air, nefroprotektif, jangka pendek, karbon tetraklorida

ABSTRACT

This study aimed to obtain information about the effects of methanol-water seed extract of Persea americana Mill. seed as nephroprotective agent at dose 350 mg/kgBW in short term 1, 4 and 6 hours administration of extract before exposured to carbon tetrachloride (CCl4) 50% v/v at dose of 2 mL/kgBW and also determined the effective time of extract as nephroprotective agent.

This study was experimentally pure with direct sampling design. This study used male Wistar rats aged 2-3 months and weight 150-250 g. There are 6 groups in this study, group I was nephrotoxins CCl4 2 mL/kgBW control group, group II was the negative control group (olive oil) 2 mL/kgBW. Olive oil was used as solvent of CCl4. Group III was extract control group at dose 350 mg/kgBW. While groups IV, V, and VI respectively were treated group 1, 4, 6 hours administration of extract at dose 350 mg/kgBB before exposure to CCl4. Each group used 5 rats. The test was done by measuring serum creatinine concentration at the optimum time of blood sampling (48 hours after CCl4 exposure). Statistical analysis was performed using the Kolmogorov-Smirnov test, Levene's test, Paired t-Test, One-way ANOVA and Scheffe test.

Based on the data that obtained, the methanol-water extract of Persea americana Mill. seed at dose of 350 mg/kgBW gave nephroprotective effect in male Wistar rats induced by CCl4 2 mL/kgBW in the short term. Effective time of administration of extract as nephroprotective agent based on the data of serum creatinine concentration was 1 hour before CCl4 exposure with 90.5% nephroprotective effect.

Keywords: Persea americana Mill. seed, Methanol-water extracts, nephroprotective, short-term, carbon tetrachloride

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Ginjal adalah organ yang berperan penting dalam fungsi metabolisme dan

terutama fungsi ekskresi dalam tubuh. Setiap hari ginjal memproses sekitar 200

liter darah untuk disaring dan menghasilkan sekitar 2,0 liter ekstra kelebihan air

yang mengandung limbah (Hadibroto dan Alam, 2007). Berdasarkan fungsinya

yang sangat penting, kesehatan dari ginjal haruslah terjaga dengan baik.

Kebanyakan bahan alam yang digunakan berasal dari tanaman. Persea americana Mill. atau dikenal dengan sebutan alpukat merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropis seperti Indonesia dan

memiliki banyak khasiat. Namun, sejauh ini pemanfaatan yang banyak dilakukan

terbatas pada buah dan daunnya saja, sedangkan biji Persea americana Mill. belum banyak dimanfaatkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Zuhrotun (2007), menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol,

flavonoid, triterpenoid, kuinon, saponin, tanin dan monoterpenoid serta

seskuiterpenoid.

Kandungan yang dimiliki biji alpukat atau Persea americana Mill. juga telah dinyatakan pada penelitian yang dilakukan oleh Carpena, Morcuende,

Andrade, Kylli, Estevez (2011) memiliki khasiat sebagai antioksidan. Antioksidan

sendiri dapat bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa

yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan akan terhambat

dimungkinkan biji alpukat juga memiliki khasiat sebagai pelindung organ ginjal

dari senyawa toksik atau dikenal dengan nefroprotektif. Untuk mengetahui adanya

kerusakan ginjal dapat diamati dengan mengukur kadar kreatinin di dalam darah.

Pada kegagalan ginjal, kreatinin akan ditahan bersama unsur nitrogen non protein

lainnya (Panjaitan, Handharyani, Chairul, Masriani, Zakiah, Manalu, 2007).

Senyawa xenobiotik yang dapat digunakan sebagai model untuk meneliti

aktivitas nefroprotektif adalah karbon tetraklorida (CCl4). CCl4 akan menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan, CCl4 dimetabolisme menjadi radikal bebas triklorometil yang pada akhirnya radikal bebas ini dapat menyebabkan kematian

sel (Panjaitan dkk, 2007). Oleh karena itu penelitian ini menggunakan CCl4 sebagai nefrotoksin (senyawa toksik untuk ginjal).

Penelitian dilakukan menggunakan hewan uji tikus putih jantan galur

Wistar yang memiliki kemiripan fisiologis dengan manusia dengan senyawa

nefroprotektif adalah ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. (biji buah alpukat) dosis 350 mg/kgBB secara jangka pendek. Jangka pendek yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pada waktu 1, 4 dan 6 jam pemberian

ekstrak metanol-air biji Persea ameicana Mill. 350 mg/kgBB dengan konsentrasi sebesar 7% b/v sebelum pemejanan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB, dengan

konsentrasi karbon tetraklorida sebesar 50% v/v. Pemilihan ekstrak metanol-air

berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Vionita (2013) dan penelitian

terkait efek antioksidan ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. (Carpena

et al., 2011). Dari hasil penelitian tersebut biji alpukat (Persea americana Mill.)

antioksidan dan dapat terambil dengan baik dengan menggunakan pelarut

metanol-air (70 : 30). Selain itu karena belum diketahuinya metabolit sekunder

apakah yang ada dalam biji Persea americana Mill. yang memiliki khasiat sebagai nefroprotektif secara pasti maka dipilih pelarut metanol yang dapat

mengekstraksi hampir keseluruhan metabolit sekunder yang ada dalam biji Persea americana Mill. (ekstraksi total).

Penelitian dilakukan secara jangka pendek dengan menggunakan dosis

350 mg/kgBB ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. sehingga dapat diketahui waktu efektif pemberian ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB untuk digunakan sebagai nefroprotektor. Dosis 350 mg/kgBB dipilih berdasarkan penelitian

Vionita (2013) yang menunjukkan dengan dosis 350 mg/kgBB, ekstrak

metanol-air biji Persea americana Mill. telah mampu memberikan efek nefroprotektif secara jangka panjang (6 hari pemberian ekstrak metanol-air secara berturut-turut

sebelum induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB) dengan cukup baik.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

a. Apakah ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB memiliki khasiat nefroprotektif terhadap tikus putih jantan galur Wistar

b. Berapa waktu efektif pemberian ekstrak metanol-air biji Persea americana

Mill. dosis 350 mg/kgBB sebagai nefroprotektif dilihat dari kadar kreatinin dan

gambaran histologis sel ginjal tikus jantan Wistar terinduksi karbon tetraklorida

2 mL/kgBB?

2. Keaslian penelitian

Penelitian tentang efek nefroprotektif ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB secara jangka pendek belum pernah dilakukan

sebelumnya. Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan biji Persea americana Mill. yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Arukwe et al. (2012). Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui kandungan dari biji, daun, dan buah Persea americana.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Carpena et al. (2011). Penelitian ini melakukan uji secara invitro mengenai aktivitas antioksidan, anti mikroba biji

Persea americana Mill.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Zuhrotun (2007). Penelitian tersebut menguji

aktivitas antidiabetes dari ekstrak etanol biji Persea americana Mill.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Vionita (2013). Penelitian ini melakukan uji

efek nefroprotektif ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. secara jangka panjang dengan menggunakan 3 peringkat dosis.

Pada penelitian yang akan dilakukan, penelitian dilakukan untuk menguji

secara jangka pendek dengan menggunakan dosis 350 mg/kgBB pada tikus putih

jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat kadar kreatinin

serum dan gambaran histologis ginjal sebagai data pendukung.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian bermanfaat untuk menambah pengetahuan

tentang tanaman yang memiliki khasiat nefroprotektif.

b. Manfaat praktis. Penelitian dapat memberikan informasi terkait waktu

efektif penggunaan ekstrak biji alpukat (Persea americana Mill.) secara jangka pendek sebagai dasar pengobatan nefroprotektif.

B.Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian dilakukan untuk menggali informasi mengenai khasiat ekstrak

metanol-air biji Persea americana Mill. sebagai nefroprotektor secara jangka pendek untuk pembangan ilmu kefarmasian.

2. Tujuan khusus

Penelitian dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang efek

nefroprotektif ekstrak metanol-air biji Persea americana Miil. dosis 350 mg/kgBB terhadap tikus jantan Wistar terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB

secara jangka pendek dan mengetahui waktu efektif pemberian ekstrak untuk

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan Morfologi Alpukat (Persea americana Mill.)

Taksonomi dari alpukat sebagai berikut.

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Persea

Spesies : Persea americana Mill (USDA, 2013).

Persea terdiri dari 200 jenis tumbuhan yang berasal dari bagian tropis Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di Indonesia Persea tumbuh di lahan terbuka pada ketinggian 200-1.000 m diatas permukaan laut. Tanaman ini disebut

avokad namun di Indonesia dikenal dengan alpukat. Alpukat berasal dari Amerika

tropis, Meksiko, Guatemala, dan Hindia Barat (Suhono dkk, 2010).

Morfologi alpukat berupa pohon besar dengan kulit batang berwarna

coklat, tinggi batang 8-20 m, dan diameternya 25-40 cm. Daun tunggal berwarna

hijau tua, berbentuk lonjong atau memanjang. Daun bertangkai dan mengumpul

pada bagian ujung ranting, berukuran 8 x 17 cm. Bunga berwarna putih

kekuningan dan wangi. Bunga berkelamin ganda. Benang sari berjumlah 12,

Buah alpukat berbentuk bulat atau lonjong seperti bola lampu. Buahnya

berwarna hijau, hijau kekuningan, dan cokelat keunguan. Buah alpukat berukuran

5-30 cm, dengan berat 100-600 g. Daging buahnya berwarna hijau kekuningan

atau kuning. Buah berdaging tebal, berminyakm terasa hambar atau sedikit manis.

Alpukat memiliki biji tunggal, berukuran besar, berbentuk bulat atau lonjong, dan

ditutupi oleh selaput biji (Suhono dkk, 2010).

Daging buah alpukat dapat dimakan segar. Secara tradisional, rebusan daun

alpukat digunakan untuk mengobati hipertensi, sakit kepala, kencing manis,

sariawan, nyeri lambung, nyeri saraf, dan meredakan rasa sakit (Suhono dkk,

2010).

B. Kandungan Fitokimia Biji Persea americana Mill.

Biji alpukat (Persea americana Mill.) mengandung berbagai macam senyawa metabolit sekunder. Salah satunya adalah senyawa golongan fenolik.

Senyawa fenolik dapat berfungsi sebagai antioksidan karena dapat mengalami

reaksi redoks, yang menyebabkan senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai agen

pereduksi, donor hidrogen, penetral radikal bebas dan pengkhelat logam. Kulit

dan biji Persea americana Mill. memiliki efek antioksidan yang cukup besar. Efek ini bergantung pada varietasnya. Ekstrak dari Persea americana tidak memiliki komponen yang toksik atau berbahaya. Metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa fenolik total untuk uji aktivitas antioksidan secara in vitro

dengan cukup baik (Carpena et al., 2011). Berikut adalah tabel kandungan senyawa fenolik total pada biji alpukat.

Tabel I. Total senyawa fenolik dalam kulit, daging buah, biji alpukat dalam ekstrak etil asetat, aseton, metanol

(Carpena et al., 2011). Tabel tersebut menunjukkan bahwa dalam ekstrak metanol dari Persea americana varietas Hass mengandung 3511b ± 988 (mg GAE/100 mg bahan kering) senyawa fenolik total sedangkan pada varietas Fuerte mengandung 4164b ± 1048 (mg GAE/100 mg bahan kering) senyawa fenolik total (Carpena et al., 2011). Meskipun varietas Fuerte dan Hass jarang dibudidayakan di Indonesia, namun dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa metanol dapat mengekstrak

senyawa fenolik dalan biji Persea americana Mill. dengan cukup baik.

Persea americana Mill. mengandung berbagai macam senyawa fitokimia, diantaranya adalah saponin, tanin, flavonoid, sianogenik glikosida, alkaloid, fenol,

steroid (Arukwe et al., 2012). Tabel II adalah tabel yang menunjukkan kandungan fitokimia pada daun, buah, dan biji Persea americana Mill. dan dengan mengetahui kandungan fitokimianya dapat diprediksi khasiat dari bagian daun,

buah dan biji Persea americana Mill. tersebut. Diketahui pada bagian biji mengandung senyawa fenolik lebih besar dari bagian daun dan buah sehingga

dimungkinkan biji Persea americana Mill. memiliki khasiat sebagai antioksidan yang baik (Arukwe et al., 2012).

Tabel II. Kandungan fitokimia dari Persea americana pada daun, buah dan biji

(Arukwe et al., 2012).

C. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan umumnya

ginjal manusia memiliki panjang 10-12 cm, lebar 5-6 cm, dan dan tebal 3-4 cm.

ginjal tersebut terletak pada bagian retro-peritoneal dekat dinding posterior

abdomen di bagian kiri dan kanan kolom vertebralis (Bloom dan Fawcett, 1994).

Komponen sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urin, dua

ureter yang membawa urin ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan

sementara dan uretra yang mengalirkan urin keluar tubuh (Sloane, 1995).

1. Fungsi ginjal

Ginjal memiliki banyak fungsi penting bagi tubuh, fungsi tersebut antara

lain, yaitu :

a. Pengeluaran zat sisa organik. Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin,

dan produk penguraian hemoglobin dan hormon.

b. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mengekskresi ion natrium,

dengan asupan dan ekskresinya melalui rute lain seperti pada saluran

gastrointestinal atau kulit.

c. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ginjal mengendalikan ekskresi

ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-) dan ammonium (NH4+) serta memproduksi urin asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.

d. Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoietin yang

mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.

e. Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang essensial bagi

pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin yang

merupakan komponen penting dalam sistem renin-angiotensin-aldosteron,

yang berperan dalam peningkatan tekanan darah dan retensi air.

f. Pengendalian terbatas terhardap konsentrasi glukosa darah dan asam amino

darah. Ginjal melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung

jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.

g. Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan

makanan, obat-obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh (Sloane, 1995).

Ginjal memproduksi urin yang mengandung zat sisa metabolik dan

mengatur komposisi cairan tubuh melalui 3 cara, yaitu filtrasi glomerulus,

reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus. Fungsi utama ginjal adalah untuk

mengekskresikan zat dari sisa metabolisme serta zat-zat lain yang berbahaya bagi

tubuh sambil mempertahankan konstituen darah yang masih berguna. Selain itu,

2. Anatomi dan fisiologi ginjal

Setiap ginjal (Gambar 1) dilingkupi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang

rapat dan membentuk pembungkus yang halus.di dalamnya terdapat

struktur-struktur ginjal yang berwarna ungu tua dan terdiri dari kortex pada bagian luar dan medula, disebelah dalam. Bagian medula tersusun atas 15-16 massa berbentuk

piramid yang disebut piramid ginjal. Puncak langsung mengarah ke hilum dan

berakhir di kalises. Kalises ini menghubungkannya dengan pelvis ginjal (Pearce,

2002).

Gambar 1. Gambar skema unsur-unsur struktural ginjal pada irisan ginjal yang terpotong dua. (Bllom dan Fawcett, 1994).

Dalam ginjal manusia terdapat sekitar 1 sampai 4 juta nefron. Nefron ini

merupakan unit pembentuk urin. Dalam setiap nefronnya terdapat komponen

tubular dan vaskular (kapilar). Komponen tersebut, yaitu tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus kontortus distal dan duktus koligen. Pada setiap ujung proksimal setiap nefron terdapat kapsula Bowman yang merupakan struktur berongga menyerupai bentuk mangkok. Di dalam bagian ini terdapat

Bowman dan glomerulus bersama-sama membentuk korpuskel ginjal (Bloom dan

Fawcett, 1994). Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai komponen ginjal :

a. Glomerulus. Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi

oleh kapsul epitel berdinding ganda yang disebut dengan kapsula Bowman.

(Sloane, 1995). Sedangkan kapsula Bowman merupakan suatu pelebaran nefron

yang dibatasi oleh epitel yang menyelubungi glomerulus (Gambar 2) untuk

mengumpulkan zat terlarut yang difiltrasi oleh glomerulus (Sherwood, 2006).

Filtrasi Ginjal terjadi apabila darah sistemik mengalir melalui glomerulus.

Laju filtrasi bergantung pada aliran darah arteri, tekanan darah arteri sistemik, dan

tekanan aliran internal dalam ginjal. Air dan mineral terlarut dengan ukuran

molekul kecil, terutama elektrolit bebas melewati saringan glomerulus. Sekitar

125 mL filtrat dihasilkan setiap menit, atau sekitar 140 L air per hari (Sacher dan

Richard, 2002).

Gambar 2. Foto mikroskopik glomerulus, kapsula Bowman, tubulus proksimal dan distal (SIU School of Medicine, 2005).

Gambar diatas adalah gambar mikroskopik dari glomerulus yang terdapat

Bowman (Bowman’s space). Pada bagian glomerulus tersebut terdapat sel-sel epitel viseralis termodifikasi atau disebut podosit (filtration membrane) yang terdapat pada bagian luar glomerulus dan menutupi kapiler. Podosit tersebut

berfungsi untuk membantu filtrasi cairan darah menjadi urin primer atau ultra

filtrat (Pardede, 2004). Terlihat pula pada bagian kapsula Bowman tersebut

terdapat sel-sel epitel sebagai pembatasnya (epithelium of Bowman’s capsule). Dibagian kapsula Bowman terhubung langsung dengan tubulus kontortus

proksimal (proximal tubule). Bagian yang berwarna hitam keunguan adalah inti sel. Sel-sel yang menyusun kapsula Bowman adalah sel-sel epitel gepeng. Pada

gambar tersebut terlihat bahwa sel-sel epitel gepeng kapsula Bowman menyatu

dengan sel-sel kuboid tubulus kontortus proksimal (Bloom dan Fawcett, 1994).

b. Tubulus kontortus proksimal. Hasil dari filtrasi glomerulus akan

Dokumen terkait