• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek nefroprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus jantan wistar terinduksi karbon tetraklorida.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek nefroprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus jantan wistar terinduksi karbon tetraklorida."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang efek nefroprotektif ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. pada dosis 350 mg/kgBB secara jangka pendek pada waktu pemberian 1, 4 dan 6 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2 mL/kgBB konsentrasi 50% v/v dan

juga mengetahui waktu efektif pemberian ekstrak untuk digunakan sebagai nefroprotektor.

Penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar umur 2-3 bulan dengan berat 150-250 gram. Terdapat 6 kelompok pada penelitian, yaitu kelompok I yang merupakan kelompok kontrol nefrotoksin CCl4

2 mL/kgBB, kelompok II adalah kelompok kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB.

Olive oil pada penelitian digunakan sebagai pelarut CCl4. Kelompok III

merupakan kelompok kontrol ekstrak dosis 350 mg/kgBB. Kelompok IV, V, dan VI secara berturut-turut adalah kelompok perlakuan 1, 4, 6 jam pemberian ekstrak dosis 350 mg/kgBB sebelum pemejanan CCl4. Jumlah tikus yang digunakan untuk

setiap kelompok adalah 5 ekor. Pengecekan dilakukan dengan mengukur kadar kreatinin serum pada waktu pencuplikan darah optimal yaitu pada 48 jam setelah pemejanan atau induksi CCl4. Metode analisis statistic dilakukan dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, Levene test, uji t-berpasangan, One way ANOVA dan uji Scheffe.

Berdasarkan data yang diperoleh, ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB terbukti memiliki khasiat nefroprotektif pada tikus jantan Wistar terinduksi CCl4 2 mL/kgBB secara jangka pendek. Waktu

efektif pemberian ekstrak untuk memberikan efek nefroprotektif berdasarkan data penurunan kadar kreatinin serum diketahui pada 1 jam sebelum pemejanan CCl4

dengan % efek nefroprotektif sebesar 90,5%.

(2)

ABSTRACT

This study aimed to obtain information about the effects of methanol-water seed extract of Persea americana Mill. seed as nephroprotective agent at dose 350 mg/kgBW in short term 1, 4 and 6 hours administration of extract before exposured to carbon tetrachloride (CCl4) 50% v/v at dose of 2 mL/kgBW and also

determined the effective time of extract as nephroprotective agent.

This study was experimentally pure with direct sampling design. This study used male Wistar rats aged 2-3 months and weight 150-250 g. There are 6 groups in this study, group I was nephrotoxins CCl4 2 mL/kgBW control group,

group II was the negative control group (olive oil) 2 mL/kgBW. Olive oil was used as solvent of CCl4. Group III was extract control group at dose 350

mg/kgBW. While groups IV, V, and VI respectively were treated group 1, 4, 6 hours administration of extract at dose 350 mg/kgBB before exposure to CCl4.

Each group used 5 rats. The test was done by measuring serum creatinine concentration at the optimum time of blood sampling (48 hours after CCl4

exposure). Statistical analysis was performed using the Kolmogorov-Smirnov test,

Levene's test, Paired t-Test, One-way ANOVA and Scheffe test.

Based on the data that obtained, the methanol-water extract of Persea americana Mill. seed at dose of 350 mg/kgBW gave nephroprotective effect in male Wistar rats induced by CCl4 2 mL/kgBW in the short term. Effective time of

administration of extract as nephroprotective agent based on the data of serum creatinine concentration was 1 hour before CCl4 exposure with 90.5%

nephroprotective effect.

(3)

EFEKNEFROPROTEKTIFJANGKAPENDEK

EKSTRAKMETANOL-AIRBIJIPersea americana Mill. TERHADAP

KADAR KREATININ DAN GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL TIKUS JANTAN WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan Oleh:

Liana Risha Gunawan

NIM : 108114039

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib

(Mazmur 139 : 14a)

Kupersembahkan karyaku ini untuk : Tuhan Yesusku, Bapa yang senantiasa menopangku dan mengangkatku saat kuterjatuh serta memberiku kekuatan. Ayah, Ibu dan Kakak tercinta atas segala doa, cinta dan perhatiannya. Sahabat-sahabatku tersayang Almamaterku Ketika kaki sudah tidak kuat berdiri : “BERLUTUTLAH”

Ketika Tangan sudah tidak kuat menggenggam : “LIPATLAH” Ketika kepala sudah tidak kuat ditegakkan : ”MENUNDUKLAH” Ketika hati sudah tidak kuat menahan kesedihan : “MENANGISLAH” Ketika hidup sudah tidak mampu untuk dihadapi : “BERDOALAH”

Di dalam setiap masalah : Ingatlah TUHAN YESUS selalu setia bersama kita”.

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat yang tiada henti,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “EFEK

NEFROPROTEKTIFJANGKAPENDEKEKSTRAKMETANOL-AIRBIJI

Persea americana Mill. TERHADAP KADAR KREATININ DAN

GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL TIKUS JANTAN WISTAR

TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA” dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini

tentunya tidak lepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada :

1. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing skripsi atas

segala kesabaran dalam membimbing, memberi masukan dan motivasi kepada

penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan

dan masukkan demi kemajuan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji skripsi atas

bantuan dan masukkan demi kemajuan skripsi ini.

4. Ibu Rini Dwiastuti, M.Si., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi

yang telah memberikan ijin dalam penggunaan fasilitas laboratorium untuk

(10)

5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan bantuan dalam

deteminasi serbuk biji Persea americana Mill.

6. Ibu drh. Ari selaku dokter hewan di laboratorium Imono yang telah membantu

dengan sabar dalam menyediakan hewan uji untuk penelitian ini.

7. Bapak Heru, Bapak Suparjiman dan Pak Kayatno selaku laboran bagian

Farmakologi dan Toksikologi, Pak Wagiran selaku laboran Farmakognosi

Fitokimia atas segala bantuan dalam pelaksanaan skripsi ini.

8. Keluarga terkasih, papa, mama dan kak Evan yang tidak pernah berhenti

memberikan dukungan, perhatian, saran selama ini.

9. Robert Dwijantara Putra atas semua bantuan, saran, dukungan dan perhatian

dalam segala hal selama ini baik dalam suka maupun duka.

10.“Tim Persea americana” Priscilla, Dara, Rotua, Ayu, Dian, Lydia, Ike kumala, Inneke, Irene, Yuditha, Ita, Angel, Dion atas semua bantuannya

11.Teman-teman Farmasi angkatan 2010, Ita, Ocha, Via, Juli, Cilla, teman-teman

kos Agatha dan semua pihak yang turut membantu.

Penulis ini menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna dan masih

banyak kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu farmasi.

Yogyakarta, November 2013

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….…. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….……...……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….……….. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……….……… vi

PRAKATA ……….……... vii

DAFTAR ISI ……….……… ix

DAFTAR TABEL ……….……… xiv

DAFTAR GAMBAR ……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xviii

INTISARI ……….……. xx

ABSTRACT……….…….………..……… xxi

BAB I. PENGANTAR ……….. 1

A. Latar Belakang ………. 1

1. Perumusan masalah ……….. 3

2. Keaslian penelitian ……… 4

3. Manfaat penelitian ……… 5

B. Tujuan Penelitian ……….. 5

1. Tujuan umum ………... 5

(12)

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ………... 6

A. Taksonomi dan Morfologi Alpukat ( Persea americana Mill. ) ……….. 6

B. Kandungan Fitokimia Biji Persea americana Mill. ……….... 7

C. Ginjal ………. 9

1. Fungsi ginjal ……….. 9

2. Anatomi dan fisiologi ginjal ……….………. 11

D. Gangguan Sistem Urinaria ……….………... 17

1. Pielonefritis dan infeksi saluran kemih ………. 17

2. Gagal ginjal ……… 17

3. Nekrosis tubular akut ……… 18

E. Kreatinin ………./………. 19

F. Karbon Tetraklorida (CCl4) ……..….…..……… 21

G. Ekstraksi ………... 22

H. Landasan Teori ………. 23

I. Hipotesis ………. 24

BAB III. METODE PENELITIAN ………... 25

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……… 25

B. Variabel dan Definisi Operasional ……….. 25

1. Variabel utama ……….. 25

2. Variabel pengacau terkendali ……… 25

C. Subyek dan Bahan Penelitian ……….. 27

1. Subyek penelitian ………. 27

(13)

2. Bahan penelitian ………... 27

D. Alat dan Instrumen Penelitian ………. 28

E. Tata Cara Penelitian ………. 29

1. Determinasi serbuk biji Persea americana Mill. ……… 29

2. Pengumpulan bahan ………. 29

4. Pembuatan ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. ….. 30

5. Penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill. ………. 31

6. Pembuatan larutan Natrium-Carboxy Methyl Cellulosa (CMC-Na) 1% ……….. 31

7. Pembuatan suspensi ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dalam CMC-Na 1% ……….. 31

8. Pembuatan larutan karbon tetraklorida (CCl4) konsentrasi 50% 32 9. Uji pendahuluan ……… 32

10. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji ……….. 33

11. Pembuatan serum ……… 33

12. Penetapan kadar kreatinin serum ……… 34

13. Pembuatan formalin 10% ……… 34

14. Pencuplikan organ ginjal tikus untuk pengamatan gambaran histologis ………. 34

F. Tata Cara Analisis Hasil ……… 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 36

A. Penyiapan Bahan ……….. 36

(14)

1. Hasil determinasi serbuk biji Persea americana Mill. ………… 36 2. Penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill. ………. 36 3. Hasil penimbangan bobot ekstrak metanol-air biji Persea americana

Mill. ……….. 37

B. Uji Pendahuluan ……….. 38

1. Penentuan dosis nefrotoksin karbon tetraklorida …...…………. 38

2. Penentuan waktu pencuplikan darah ………... 39

3. Penetapan lama pemejanan ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB ……….……….………… 42 4. Penetapan dosis ekstrak metanol-air Biji Persea americana Mill. 43 C. Hasil Uji Waktu Nefroprotektitf Ekstrak Metanol-Air biji Persea

americana Mill. ….………... 44 1. Kontrol negatif olive oil dosis 2 mL/kgBB ………... 46 2. Kontrol nefrotoksin (karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB) …... 48

3. Kontrol ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350

mg/kgBB ……….... 49

4. Kelompok perlakuan ekstrak metanol-air biji Persea americana

Mill. pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida

dosis 2 mL/kgBB ..………..………..……… 50

D. Gambaran Histologis Ginjal Tikus ………... 54

1. Gambaran histologis kelompok kontrol nefrotoksin karbon

tetraklorida (CCl4) 2 mL/kgBB ……… 54

(15)

Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB ………….………. 57

4. Gambaran histologis kelompok perlakuan ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB pada perlakuan 1 jam sebelum induksi CCl4……….……….. 58

5. Gambaran histologis kelompok perlakuan ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB pada perlakuan 4 jam sebelum induksi CCl4……… 59

6. Gambaran histologis kelompok perlakuan ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB pada perlakuan 6 jam sebelum induksi CCl4……….. 60

E. Rangkuman Pembahasan ……….. 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 64

A. Kesimpulan ………... 64

B. Saran ………... 64

DAFTAR PUSTAKA ………...…………. 65

LAMPIRAN ………... 68

(16)

DAFTAR TABEL

Total senyawa fenolik dalam kulit, daging buah, biji alpukat dalam

ekstrak etil asetat, aseton, metanol……….……….…...……….…

Kandungan fitokimia dari Persea americana pada daun, buah dan

biji………

Klasifikasi Acute Kidney Injury (AKI) berdasarkan AKIN pada

tahun 2005 dengan kriteria Cr serum dan UO………...……….

Rata-rata kadar kreatinin serum tikus setelah pemberian karbon

tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24, 48 dan

72 jam (n = 4)……….……….………...……….……

Hasil uji Scheffe kadar kreatinin serum tikus sebelum dan setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada selang

waktu 0, 24, 48 dan 72 jam……….……….……..………..

Rata-rata kadar kreatinin serum tikus putih jantan Wistar pada

kelompok perlakuan jam ke-1, 4, 6, kontrol EMBPA, kontrol

olive oil dan nefrotoksin 2 mL/kgBB (n = 5)……….…….… Hasil uji Scheffe kadar kreatinin serum tikus putih jantan Wistar pada ke perlakuan jam ke-1, 4, 6, kontrol EMBPA, kontrol olive

oil dan nefrotoksin 2 mL/kgBB……….………...…..…… Perbandingan kontrol olive oil jam ke-0 dan jam ke-48 pada

kreatinin serum tikus putih jantan Wistar ( n = 5 )……….………

Hasil penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill…………. Hasil rendemen ekstrak metanol-air Biji Persea americana Mill………

(17)

Tabel XI.

Tabel XII.

Bobot pengeringan ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill….. Hasil validitas dan reabilitas dilihat dari serum kontrol (range 1,09

- 1,71 mg/dL)……….….………..

96

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar skema unsur-unsur struktural ginjal pada irisan

ginjal yang terpotong dua………

Foto mikroskopik glomerulus, kapsula Bowman, tubulus

proksimal dan distal………

Foto mikroskopik tubulus kontortus proksimal (p), tubulus

kontortus distal………

Duktus koligens secara mikroskopik………...

Foto mikroskopik ginjal………...

Tahapan biosintesis dan metabolisme kreatinin…………..

Diagram batang rata-rata kadar kreatinin serum tikus

sebelum dan setelah pemejanan karbon tetraklorida dosis

2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24, 48 dan 48 jam.……..

Diagram batang aktivitas kreatinin serum tikus putih

jantan Wistar pada kelompok perlakuan jam ke-1, 4, 6,

kontrol EMBPA, kontrol olive oil dan nefrotoksin 2

mL/kgBB……….………

Perbandingan kontrol olive oil jam ke-0 dan jam ke-48 pada kreatinin serum tikus putih jantan Wistar………

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok kontrol CCl4

2 mL/kgBB perbesaran 400x………...

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok kontrol

(19)

Gambar 12.

Gambar 13.

Gambar 14.

Gambar 15.

Gambar 16.

menunjukkan adanya DHET………

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok kontrol

negatif olive oil 2 mL/kgBB perbesaran 400x yang

menunjukkan adanya ITC………....

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok perlakuan 1

jam sebelum induksi CCl4 perbesaran 400x yang

menunjukkan adanya perivaskulitis………...….. Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok perlakuan 4

jam sebelum induksi CCl4 perbesaran 400x………

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok perlakuan 4

jam sebelum induksi CCl4 perbesaran 400x yang

menunjukkan adanya DHET………

Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok perlakuan 4

jam sebelum induksi CCl4 perbesaran 400x yang

menunjukkan adanya DHET………

56

56

59

60

61

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Foto serbuk biji Persea americana Mill.………... Foto ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill….... Foto suspensi ekstrak metanol-air biji Persea americana

Mill. dalam CMC-Na 1%...

Surat pengesahan determinasi serbuk biji Persea americana Mill………... Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC)………. Analisis statistik kadar kreatinin serum pada uji

pendahuluan nefrotoksin karbon tetraklorida dosis 2

mL/kgBB………

Analisis statistik kadar kreatinin serum pada kelompok

perlakuan ekstrak metanol-air biji Persea americana

dosis 350 mg/kgBB pada tikus jantan Wistar terinduksi

karbon tetraklorida 2 mL/kgBB………

Analisis statistik kadar kreatinin serum pada kontrol

negatif olive oil dosis 2 ml/kgBB………...…… Data hasil pengecekan histologis ginjal pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol ekstrak metanol-air biji

Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB………. Data hasil pengecekan histologis ginjal pada kelompok

(21)

Lampiran 11.

kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB……..

Foto mikroskopik ginjal kelompok kontrol nefrotoksin

karbon tetraklorida 2 mL/kgBB……….

Foto mikroskopik ginjal kelompok kontrol negatif olive

oil 2 mL/kgBB………

Foto mikroskopik kelompok perlakuan ekstrak

pemberian 1 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida

2 ml/kgBB………..

Foto mikroskopik kelompok perlakuan ekstrak

pemberian 4 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida

2 ml/kgBB………..

Foto mikroskopik kelompok perlakuan ekstrak

pemberian 6 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida

2 ml/kgBB………..

Perhitungan % nefroprotektif……….

Perhitungan konversi dosis untuk manusia………

Perhitungan konversi hari untuk manusia………..

Penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill… Hasil rendemen ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill………...

(22)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang efek nefroprotektif ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. pada dosis 350 mg/kgBB secara jangka pendek pada waktu pemberian 1, 4 dan 6 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2 mL/kgBB konsentrasi 50% v/v dan

juga mengetahui waktu efektif pemberian ekstrak untuk digunakan sebagai nefroprotektor.

Penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar umur 2-3 bulan dengan berat 150-250 gram. Terdapat 6 kelompok pada penelitian, yaitu kelompok I yang merupakan kelompok kontrol nefrotoksin CCl4 2

mL/kgBB, kelompok II adalah kelompok kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB.

Olive oil pada penelitian digunakan sebagai pelarut CCl4. Kelompok III merupakan

kelompok kontrol ekstrak dosis 350 mg/kgBB. Kelompok IV, V, dan VI secara berturut-turut adalah kelompok perlakuan 1, 4, 6 jam pemberian ekstrak dosis 350 mg/kgBB sebelum pemejanan CCl4. Jumlah tikus yang digunakan untuk setiap

kelompok adalah 5 ekor. Pengecekan dilakukan dengan mengukur kadar kreatinin serum pada waktu pencuplikan darah optimal yaitu pada 48 jam setelah pemejanan atau induksi CCl4. Metode analisis statistic dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, Levene test, uji t-berpasangan, One way ANOVA dan uji

Scheffe.

Berdasarkan data yang diperoleh, ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB terbukti memiliki khasiat nefroprotektif pada tikus jantan Wistar terinduksi CCl4 2 mL/kgBB secara jangka pendek. Waktu

efektif pemberian ekstrak untuk memberikan efek nefroprotektif berdasarkan data penurunan kadar kreatinin serum diketahui pada 1 jam sebelum pemejanan CCl4

dengan % efek nefroprotektif sebesar 90,5%.

(23)

ABSTRACT

This study aimed to obtain information about the effects of methanol-water seed extract of Persea americana Mill. seed as nephroprotective agent at dose 350 mg/kgBW in short term 1, 4 and 6 hours administration of extract before exposured to carbon tetrachloride (CCl4) 50% v/v at dose of 2 mL/kgBW and also

determined the effective time of extract as nephroprotective agent.

This study was experimentally pure with direct sampling design. This study used male Wistar rats aged 2-3 months and weight 150-250 g. There are 6 groups in this study, group I was nephrotoxins CCl4 2 mL/kgBW control group,

group II was the negative control group (olive oil) 2 mL/kgBW. Olive oil was used as solvent of CCl4. Group III was extract control group at dose 350 mg/kgBW.

While groups IV, V, and VI respectively were treated group 1, 4, 6 hours administration of extract at dose 350 mg/kgBB before exposure to CCl4. Each

group used 5 rats. The test was done by measuring serum creatinine concentration at the optimum time of blood sampling (48 hours after CCl4 exposure). Statistical

analysis was performed using the Kolmogorov-Smirnov test, Levene's test, Paired t-Test, One-way ANOVA and Scheffe test.

Based on the data that obtained, the methanol-water extract of Persea americana Mill. seed at dose of 350 mg/kgBW gave nephroprotective effect in male Wistar rats induced by CCl4 2 mL/kgBW in the short term. Effective time of

administration of extract as nephroprotective agent based on the data of serum creatinine concentration was 1 hour before CCl4 exposure with 90.5%

nephroprotective effect.

(24)

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Ginjal adalah organ yang berperan penting dalam fungsi metabolisme dan

terutama fungsi ekskresi dalam tubuh. Setiap hari ginjal memproses sekitar 200

liter darah untuk disaring dan menghasilkan sekitar 2,0 liter ekstra kelebihan air

yang mengandung limbah (Hadibroto dan Alam, 2007). Berdasarkan fungsinya

yang sangat penting, kesehatan dari ginjal haruslah terjaga dengan baik.

Kebanyakan bahan alam yang digunakan berasal dari tanaman. Persea americana Mill. atau dikenal dengan sebutan alpukat merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropis seperti Indonesia dan

memiliki banyak khasiat. Namun, sejauh ini pemanfaatan yang banyak dilakukan

terbatas pada buah dan daunnya saja, sedangkan biji Persea americana Mill. belum banyak dimanfaatkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Zuhrotun (2007), menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol,

flavonoid, triterpenoid, kuinon, saponin, tanin dan monoterpenoid serta

seskuiterpenoid.

Kandungan yang dimiliki biji alpukat atau Persea americana Mill. juga telah dinyatakan pada penelitian yang dilakukan oleh Carpena, Morcuende,

Andrade, Kylli, Estevez (2011) memiliki khasiat sebagai antioksidan. Antioksidan

sendiri dapat bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa

yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan akan terhambat

(25)

dimungkinkan biji alpukat juga memiliki khasiat sebagai pelindung organ ginjal

dari senyawa toksik atau dikenal dengan nefroprotektif. Untuk mengetahui adanya

kerusakan ginjal dapat diamati dengan mengukur kadar kreatinin di dalam darah.

Pada kegagalan ginjal, kreatinin akan ditahan bersama unsur nitrogen non protein

lainnya (Panjaitan, Handharyani, Chairul, Masriani, Zakiah, Manalu, 2007).

Senyawa xenobiotik yang dapat digunakan sebagai model untuk meneliti

aktivitas nefroprotektif adalah karbon tetraklorida (CCl4). CCl4 akan menginduksi

peroksidasi lipid dan keracunan, CCl4 dimetabolisme menjadi radikal bebas

triklorometil yang pada akhirnya radikal bebas ini dapat menyebabkan kematian

sel (Panjaitan dkk, 2007). Oleh karena itu penelitian ini menggunakan CCl4

sebagai nefrotoksin (senyawa toksik untuk ginjal).

Penelitian dilakukan menggunakan hewan uji tikus putih jantan galur

Wistar yang memiliki kemiripan fisiologis dengan manusia dengan senyawa

nefroprotektif adalah ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. (biji buah alpukat) dosis 350 mg/kgBB secara jangka pendek. Jangka pendek yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pada waktu 1, 4 dan 6 jam pemberian

ekstrak metanol-air biji Persea ameicana Mill. 350 mg/kgBB dengan konsentrasi sebesar 7% b/v sebelum pemejanan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB, dengan

konsentrasi karbon tetraklorida sebesar 50% v/v. Pemilihan ekstrak metanol-air

berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Vionita (2013) dan penelitian

terkait efek antioksidan ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. (Carpena

et al., 2011). Dari hasil penelitian tersebut biji alpukat (Persea americana Mill.)

(26)

antioksidan dan dapat terambil dengan baik dengan menggunakan pelarut

metanol-air (70 : 30). Selain itu karena belum diketahuinya metabolit sekunder

apakah yang ada dalam biji Persea americana Mill. yang memiliki khasiat sebagai nefroprotektif secara pasti maka dipilih pelarut metanol yang dapat

mengekstraksi hampir keseluruhan metabolit sekunder yang ada dalam biji Persea americana Mill. (ekstraksi total).

Penelitian dilakukan secara jangka pendek dengan menggunakan dosis

350 mg/kgBB ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. sehingga dapat diketahui waktu efektif pemberian ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB untuk digunakan sebagai nefroprotektor. Dosis 350 mg/kgBB dipilih berdasarkan penelitian

Vionita (2013) yang menunjukkan dengan dosis 350 mg/kgBB, ekstrak

metanol-air biji Persea americana Mill. telah mampu memberikan efek nefroprotektif secara jangka panjang (6 hari pemberian ekstrak metanol-air secara berturut-turut

sebelum induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB) dengan cukup baik.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

a. Apakah ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB memiliki khasiat nefroprotektif terhadap tikus putih jantan galur Wistar

(27)

b. Berapa waktu efektif pemberian ekstrak metanol-air biji Persea americana

Mill. dosis 350 mg/kgBB sebagai nefroprotektif dilihat dari kadar kreatinin dan

gambaran histologis sel ginjal tikus jantan Wistar terinduksi karbon tetraklorida

2 mL/kgBB?

2. Keaslian penelitian

Penelitian tentang efek nefroprotektif ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB secara jangka pendek belum pernah dilakukan

sebelumnya. Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan biji Persea americana Mill. yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Arukwe et al. (2012). Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui kandungan dari biji, daun, dan buah Persea americana.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Carpena et al. (2011). Penelitian ini

melakukan uji secara invitro mengenai aktivitas antioksidan, anti mikroba biji

Persea americana Mill.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Zuhrotun (2007). Penelitian tersebut menguji

aktivitas antidiabetes dari ekstrak etanol biji Persea americana Mill.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Vionita (2013). Penelitian ini melakukan uji

efek nefroprotektif ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. secara jangka panjang dengan menggunakan 3 peringkat dosis.

Pada penelitian yang akan dilakukan, penelitian dilakukan untuk menguji

(28)

secara jangka pendek dengan menggunakan dosis 350 mg/kgBB pada tikus putih

jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat kadar kreatinin

serum dan gambaran histologis ginjal sebagai data pendukung.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian bermanfaat untuk menambah pengetahuan

tentang tanaman yang memiliki khasiat nefroprotektif.

b. Manfaat praktis. Penelitian dapat memberikan informasi terkait waktu

efektif penggunaan ekstrak biji alpukat (Persea americana Mill.) secara jangka pendek sebagai dasar pengobatan nefroprotektif.

B.Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian dilakukan untuk menggali informasi mengenai khasiat ekstrak

metanol-air biji Persea americana Mill. sebagai nefroprotektor secara jangka pendek untuk pembangan ilmu kefarmasian.

2. Tujuan khusus

Penelitian dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang efek

nefroprotektif ekstrak metanol-air biji Persea americana Miil. dosis 350 mg/kgBB terhadap tikus jantan Wistar terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB

secara jangka pendek dan mengetahui waktu efektif pemberian ekstrak untuk

(29)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan Morfologi Alpukat (Persea americana Mill.)

Taksonomi dari alpukat sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Persea

Spesies : Persea americana Mill (USDA, 2013).

Persea terdiri dari 200 jenis tumbuhan yang berasal dari bagian tropis Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di Indonesia Persea tumbuh di lahan terbuka pada ketinggian 200-1.000 m diatas permukaan laut. Tanaman ini disebut

avokad namun di Indonesia dikenal dengan alpukat. Alpukat berasal dari Amerika

tropis, Meksiko, Guatemala, dan Hindia Barat (Suhono dkk, 2010).

Morfologi alpukat berupa pohon besar dengan kulit batang berwarna

coklat, tinggi batang 8-20 m, dan diameternya 25-40 cm. Daun tunggal berwarna

hijau tua, berbentuk lonjong atau memanjang. Daun bertangkai dan mengumpul

pada bagian ujung ranting, berukuran 8 x 17 cm. Bunga berwarna putih

kekuningan dan wangi. Bunga berkelamin ganda. Benang sari berjumlah 12,

(30)

Buah alpukat berbentuk bulat atau lonjong seperti bola lampu. Buahnya

berwarna hijau, hijau kekuningan, dan cokelat keunguan. Buah alpukat berukuran

5-30 cm, dengan berat 100-600 g. Daging buahnya berwarna hijau kekuningan

atau kuning. Buah berdaging tebal, berminyakm terasa hambar atau sedikit manis.

Alpukat memiliki biji tunggal, berukuran besar, berbentuk bulat atau lonjong, dan

ditutupi oleh selaput biji (Suhono dkk, 2010).

Daging buah alpukat dapat dimakan segar. Secara tradisional, rebusan daun

alpukat digunakan untuk mengobati hipertensi, sakit kepala, kencing manis,

sariawan, nyeri lambung, nyeri saraf, dan meredakan rasa sakit (Suhono dkk,

2010).

B. Kandungan Fitokimia Biji Persea americana Mill.

Biji alpukat (Persea americana Mill.) mengandung berbagai macam senyawa metabolit sekunder. Salah satunya adalah senyawa golongan fenolik.

Senyawa fenolik dapat berfungsi sebagai antioksidan karena dapat mengalami

reaksi redoks, yang menyebabkan senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai agen

pereduksi, donor hidrogen, penetral radikal bebas dan pengkhelat logam. Kulit

dan biji Persea americana Mill. memiliki efek antioksidan yang cukup besar. Efek ini bergantung pada varietasnya. Ekstrak dari Persea americana tidak memiliki komponen yang toksik atau berbahaya. Metanol dapat digunakan untuk

mengekstrak senyawa fenolik total untuk uji aktivitas antioksidan secara in vitro

(31)

Tabel I. Total senyawa fenolik dalam kulit, daging buah, biji alpukat dalam ekstrak etil asetat, aseton, metanol

(Carpena et al., 2011). Tabel tersebut menunjukkan bahwa dalam ekstrak metanol dari Persea americana varietas Hass mengandung 3511b ± 988 (mg GAE/100 mg bahan kering) senyawa fenolik total sedangkan pada varietas Fuerte mengandung 4164b ± 1048 (mg GAE/100 mg bahan kering) senyawa fenolik total (Carpena et al., 2011). Meskipun varietas Fuerte dan Hass jarang dibudidayakan di Indonesia, namun dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa metanol dapat mengekstrak

senyawa fenolik dalan biji Persea americana Mill. dengan cukup baik.

Persea americana Mill. mengandung berbagai macam senyawa fitokimia, diantaranya adalah saponin, tanin, flavonoid, sianogenik glikosida, alkaloid, fenol,

steroid (Arukwe et al., 2012). Tabel II adalah tabel yang menunjukkan kandungan fitokimia pada daun, buah, dan biji Persea americana Mill. dan dengan mengetahui kandungan fitokimianya dapat diprediksi khasiat dari bagian daun,

(32)

dimungkinkan biji Persea americana Mill. memiliki khasiat sebagai antioksidan yang baik (Arukwe et al., 2012).

Tabel II. Kandungan fitokimia dari Persea americana pada daun, buah dan biji

(Arukwe et al., 2012).

C. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan umumnya

ginjal manusia memiliki panjang 10-12 cm, lebar 5-6 cm, dan dan tebal 3-4 cm.

ginjal tersebut terletak pada bagian retro-peritoneal dekat dinding posterior

abdomen di bagian kiri dan kanan kolom vertebralis (Bloom dan Fawcett, 1994).

Komponen sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urin, dua

ureter yang membawa urin ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan

sementara dan uretra yang mengalirkan urin keluar tubuh (Sloane, 1995).

1. Fungsi ginjal

Ginjal memiliki banyak fungsi penting bagi tubuh, fungsi tersebut antara

lain, yaitu :

a. Pengeluaran zat sisa organik. Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin,

dan produk penguraian hemoglobin dan hormon.

b. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mengekskresi ion natrium,

(33)

dengan asupan dan ekskresinya melalui rute lain seperti pada saluran

gastrointestinal atau kulit.

c. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ginjal mengendalikan ekskresi

ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-) dan ammonium (NH4+) serta

memproduksi urin asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.

d. Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoietin yang

mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.

e. Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang essensial bagi

pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin yang

merupakan komponen penting dalam sistem renin-angiotensin-aldosteron,

yang berperan dalam peningkatan tekanan darah dan retensi air.

f. Pengendalian terbatas terhardap konsentrasi glukosa darah dan asam amino

darah. Ginjal melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung

jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.

g. Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan

makanan, obat-obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh (Sloane, 1995).

Ginjal memproduksi urin yang mengandung zat sisa metabolik dan

mengatur komposisi cairan tubuh melalui 3 cara, yaitu filtrasi glomerulus,

reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus. Fungsi utama ginjal adalah untuk

mengekskresikan zat dari sisa metabolisme serta zat-zat lain yang berbahaya bagi

tubuh sambil mempertahankan konstituen darah yang masih berguna. Selain itu,

(34)

2. Anatomi dan fisiologi ginjal

Setiap ginjal (Gambar 1) dilingkupi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang

rapat dan membentuk pembungkus yang halus.di dalamnya terdapat

struktur-struktur ginjal yang berwarna ungu tua dan terdiri dari kortex pada bagian luar dan medula, disebelah dalam. Bagian medula tersusun atas 15-16 massa berbentuk

piramid yang disebut piramid ginjal. Puncak langsung mengarah ke hilum dan

berakhir di kalises. Kalises ini menghubungkannya dengan pelvis ginjal (Pearce,

2002).

Gambar 1. Gambar skema unsur-unsur struktural ginjal pada irisan ginjal yang terpotong dua. (Bllom dan Fawcett, 1994).

Dalam ginjal manusia terdapat sekitar 1 sampai 4 juta nefron. Nefron ini

merupakan unit pembentuk urin. Dalam setiap nefronnya terdapat komponen

tubular dan vaskular (kapilar). Komponen tersebut, yaitu tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus kontortus distal dan duktus koligen. Pada setiap ujung proksimal setiap nefron terdapat kapsula Bowman yang merupakan struktur berongga menyerupai bentuk mangkok. Di dalam bagian ini terdapat

(35)

Bowman dan glomerulus bersama-sama membentuk korpuskel ginjal (Bloom dan

Fawcett, 1994). Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai komponen ginjal :

a. Glomerulus. Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi

oleh kapsul epitel berdinding ganda yang disebut dengan kapsula Bowman.

(Sloane, 1995). Sedangkan kapsula Bowman merupakan suatu pelebaran nefron

yang dibatasi oleh epitel yang menyelubungi glomerulus (Gambar 2) untuk

mengumpulkan zat terlarut yang difiltrasi oleh glomerulus (Sherwood, 2006).

Filtrasi Ginjal terjadi apabila darah sistemik mengalir melalui glomerulus.

Laju filtrasi bergantung pada aliran darah arteri, tekanan darah arteri sistemik, dan

tekanan aliran internal dalam ginjal. Air dan mineral terlarut dengan ukuran

molekul kecil, terutama elektrolit bebas melewati saringan glomerulus. Sekitar

125 mL filtrat dihasilkan setiap menit, atau sekitar 140 L air per hari (Sacher dan

Richard, 2002).

Gambar 2. Foto mikroskopik glomerulus, kapsula Bowman, tubulus proksimal dan distal (SIU School of Medicine, 2005).

Gambar diatas adalah gambar mikroskopik dari glomerulus yang terdapat

(36)

Bowman (Bowman’s space). Pada bagian glomerulus tersebut terdapat sel-sel

epitel viseralis termodifikasi atau disebut podosit (filtration membrane) yang terdapat pada bagian luar glomerulus dan menutupi kapiler. Podosit tersebut

berfungsi untuk membantu filtrasi cairan darah menjadi urin primer atau ultra

filtrat (Pardede, 2004). Terlihat pula pada bagian kapsula Bowman tersebut

terdapat sel-sel epitel sebagai pembatasnya (epithelium of Bowman’s capsule). Dibagian kapsula Bowman terhubung langsung dengan tubulus kontortus

proksimal (proximal tubule). Bagian yang berwarna hitam keunguan adalah inti sel. Sel-sel yang menyusun kapsula Bowman adalah sel-sel epitel gepeng. Pada

gambar tersebut terlihat bahwa sel-sel epitel gepeng kapsula Bowman menyatu

dengan sel-sel kuboid tubulus kontortus proksimal (Bloom dan Fawcett, 1994).

b. Tubulus kontortus proksimal. Hasil dari filtrasi glomerulus akan

mengalir menuju tubulus kontortus proksimal. Tubulus ini bentuknya

berkelok-kelok dengan diameter 50-60 nm (Davey, 2002). Tubulus proksimalis terutama

berfungsi dalam proses reabsorpsi. Bagian ini mengembalikan sejumlah besar air

bersama dengan glukosa, asam amino, urea, kalsium, dan protein apapun yang

bocor melaui saringan glomerulus ke aliran darah. Tubulus proksimalis juga

mereabsorpsi sejumlah besar elektrolit terutama natrium, klorida, dan bikarbonat

(Davey, 2002). Panjang tubulus ini mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada

permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitel kuboid yang

(37)

c. Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai

desenden ansa Henle yang masuk ke dalam medula, membentuk lengkungan jepit

yang tajam (lekukan), dan membalik ke atas membentuk tangkai asenden ansa

Henle (Sloane, 1995).

d. Tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus distal sangat berliku dan

membentuk segmen terakhir nefron (Sloane, 1995). Tubulus proksimal dan distal

adalah tempat sekresi yang paling umum. Sekresi merupakan suatu proses yang

sangat selektif yang melibatkan transport pasif maupun transport aktif. Sebagai

contoh, sekresi terkontrol ion hidrogen dari cairan interstisial ke dalam tubula

nefron penting dalam mempertahankan pH yang konstan bagi cairan tubuh

(Sloane, 1995). Pada bagian ini juga terdapat kompleks jukstaglomerular yang

berfungsi dalam proses pengaturan tekanan darah dan kecepatan filtrasi

glomerulus (Bloom dan Fawcett, 1994).

Gambar 3. Foto mikroskopik tubulus kontortus proksimal (p), tubulus kontortus distal (d) (SIU School of Medicine, 2005).

Gambar diatas (Gambar 3) adalah gambar mikroskopik dari ginjal yang

menunjukkan tubulus kontortus proksimal, bagian dengan simbol huruf “p” dan

(38)

keunguan adalah inti sel dari sel epitel. Pada bagian tubulus kontortus distal dan

proksimal tersebut terdapat bagian berwarna keputihan yang merupakan ruang

yang terdapat di tubulus kontortus distal dan proksimal. Ruang tersebut

merupakan ruang (lumen tubulus) yang pada sistem urinaria berisi cairan hasil

filtrasi dari glomerus yang mengalami proses lebih lanjut untuk nantinya menjadi

urin.

Tubulus proksimal merupakan segmen terpanjang dari nefron dan

merupakan bagian terbesar dari korteks ginjal (Bloom dan Fawcett, 1994). Sel-sel

epitel tubulus proksimal adalah sel-sel epitel kuboid (simple cuboidal) yang memiliki brush border yang mencolok. Lumen segmen ini sering tampak tertutup oleh brush border sel epitelnya pada pengamatan secara histologis (Bloom dan Fawcett, 1994). Tubulus kontortus distal pada pengamatan secara mikroskopik

Nampak terdapat pada kutub vaskuler dari glomerulus (Gambar 1) diantara

artetiol aferen dan eferen (Bloom dan Fawcett, 1994). Sel-sel epitel tubulus

kontortus distal juga merupakan sel-sel epitel kuboid (simple cuboidal) (SIU

School of Medicine, 2005). Lumen tubulus kontortus distal terlihat lebih “bersih”

atau jelas apabila dibandingkan dengan lumen tubulus kontortus proksimal

(Gambar 3).

e. Tubulus koligen/duktus pengumpul. Duktus pengumpul membawa

filtrat kembali menuju medula dan pelvis renal. Duktus koligen akan menerima

cairan dan zat terlarut dari tubulus distal. Setiap duktus pengumpul yang berjalan

(39)

Gambar 4 menunjukkan gambar dari duktus koligen (disimbolkan dengan

“cd” ) secara mikroskopik. Duktus koligen ini tersusun atas sel-sel epitel kuboid

(simple cuboidal). Bagian yang berwarna keunguan menunjukkan inti selnya,

sitoplasmanya terlihat “bersih” (clear) dengan batas sel yang terlihat jelas (SIU

School of Medicine, 2005).

Gambar 4. Duktus koligens secara mikroskopik (SIU School of Medicine, 2005). Gambar 5 memberikan gambar mikroskopik dari ginjal secara

keseluruhan. Dari gambar terlihat tiga bagian penyusun ginjal, yaitu glomerulus

(“glom”) pada gambar yang diselubungi oleh suatu ruangan yang merupakan

kapsula Bowman (Bowman space), tubulus kontortus distal terlihat seperti ruang panjang (distal tubules) dan tubulus kontortus proksimal (proximal tubules)

(40)

D. Gangguan Sistem Urinaria

Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Pada

sistem urinaria dapat terjadi beberapa macam gangguan karena berbagai macam

faktor. Berikut adalah beberapa gangguan yang mungkin terjadi pada sistem

urinaria.

1. Pielonefritis dan infeksi saluran kemih

Pielonefritis Merupakan inflamasi ginjal pada pelvis ginjal, hal ini

disebabkan karena adanya infeksi bakteri (Sloane, 1995). Infeksi saluran kemih

(ISK atau UTI/urinary tract infection) menunjukkan infeksi pada kandung kemih (sistitis), uretra atau ureter, ginjal (pielonefritis) atau semua organ di atas (Fausto, Abbas, Kumar, Mitchell, 2006).

2. Gagal ginjal

Gagal ginjal akan menyebabkan ginjal kehilangan fungsinya. Gagal ginjal

tesebut dapat mengakibatkan terjadinya retensi garam, air, zat buangan seperti

nitrogen (urea dan kreatinin) dan penurunan drastis volume urin (oliguria). Gagal

ginjal yang tidak diobati dapat mengakibatkan kehilangan total fungsi ginjal dan

bahkan kematian. Gagal ginjal sendiri dibagi lagi menjadi 2 macam yaitu gagal

ginjal akut dan gagal ginjal kronik (Sloane, 1995).

a. Gagal ginjal akut. Pada gagal ginjal akut. Ginjal tidak lagi mampu

megekskresi limbah hasil metabolism tubuh hal ini biasanya karena hipoperfusi

ginjal. Sindrom ini dapat menyebabkan azotemia (uremia), yaitu akumulasi

(41)

ml/24 jam, dimungkinkan 9% dari gagal ginjal akut disebabkan oleh nefrotoksin

(Tambayong, 1999).

Gagal ginjal akut adalah suatu sindrom yang ditandai oleh penurunan

yang cepat pada laju filtrasi glomerulus (GFR) dalam waktu beberapa hari sampai

beberapa minggu disertai akumulasi zat sisa metabolisme nitrogen. Sindrom ini

sering ditemukan lewat peningkatan kadar kreatinin, ureum serum, disertai

dengan penurunan output urin. (Davey, 2002).

b. Gagal ginjal kronik. Berbeda dengan gagal ginjal akut, gagal ginjal

kronik bersifat progresif dan ireversibel. Progresi gagal ginjal kronik melewati 4

tahap, yaitu penurunan cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal dan end-stage renal disease (Baradero, Dayit, Siswadi, 2005).

3. Nekrosis tubular akut

Dua penyebab nekrosis tubular akut yang paling umum adalah isekmia

dan nefrotoksin. Agen nefrotoksin secara langsung merusak sel-sel tubuli,

koagulasi intravaskular, pengendapan kristal oksalat dan asam urat serta hipoksia

jaringan (Tambayong, 1999). Nekrosis Tubular Akut (ATN; Acute Tubular Necrosis) merupakan penyebab gagal ginjal akut yang paling sering ditemukan; penyakit ini ditandai oleh destruksi sel epitel tubulus ginjal karena iskemia atau

nefrotoksin (Fausto, Abbas, Kumar, Mitchell, 2006).

a. ATN iskemik. ATN iskemik merupakan lesi reversible yang timbul pada sejumlah keadaan klinis (misalnya, syok, sirkulasi yang kolaps, dehidrasi);

semua keadaan tersebut ditandai oleh periode aliran darah yang cukup ke dalam

(42)

b. ATN nefrotoksik. ATN ini dapat disebabkan oleh berbagai macam

obat (misalnya, gentamisin, sefalosporin, metoksifluran, siklosporin, media

kontras) dan toksin (misalnya, air raksa, timbal, arsen, metil alkohol, etilen glikol,

dan jenis jamur tertentu, insektisida serta herbisida) (Fausto, Abbas, Kumar,

Mitchell, 2006).

E. Kreatinin

Kreatinin difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin. Kadar

kreatinin sebesar 2,5 mg/dL dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin

serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus (Kee, 2008).

Kreatinin merupakan hasil metabolisme sel otot yang terdapat di dalam

darah setelah melakukan kegiatan. Ginjal akan membuang kreatinin dari darah ke

urin. Apabila terjadi penurunan fungsi ginjal maka kadar kreatinin di dalam darah

akan mengalami peningkatan. Kadar kreatinin normal di dalam plasma manusia

adalah 0,6 – 1,2 mg/dL (Hadibroto dan Alam, 2007).

Kreatinin merupakan indikator kuat bagi fungsi ginjal, peningkatan kadar

dua kali lipat dari serum normal menunjukkan penurunan fungsi ginjal sebanyak

50 %. (Amiria, 2008. Cit Saraswati 2011). Tahap biosintesis dan metabolisme

(43)

Kreatinin merupakan produk sisa yang diekskresikan oleh ginjal terutama

melalui filtrasi glomerulus. Konsentrasi kreatinin dalam plasma pada individu

sehat pada umumnya konstan, tidak terpengaruh oleh jumlah air yang diminum,

beban kerja dan kecepatan produksi urin. Kenaikan kadar kreatinin dalam plasma

selalu mengindikasikan adanya penurunan ekskresi yang disebabkan oleh adanya

gangguan fungsi ginjal (Sumaryono, 2008).

Bila glomerulus filtration rate (GFR) turun, maka kreatinin plasma meningkat. Kreatinin plasma merupakan indeks GFR yang lebih cermat karena

kecepatan produksinya terutama merupakan fungsi dari masssa otot yang sedikit

sekali mengalami perubahan (Price and Wilson, 2006) dengan kata lain, kadar

kreatinin tergantung pada masa otot dan tidak dipengaruhi diet, hidrasi, atau

katabolisme jaringan, kadar kreatinin merupakan indikator fungsi ginjal yang

lebih akurat daripada Blood Urea Nitrogen (BUN). Kadar kreatinin serum akan meningkat sesuai penurunan fungsi ginjal (Horne dan Swearingen, 2001).

Menurut Malole dan Pramono (1989) kadar kreatinin normal pada tikus adalah

0,2-0,8 mg/dL.

Tabel III adalah tabel klasifikasi Acute Kidney Injury atau gagal ginjal akut yang dibuat oleh Acute Kidney Injury Network (AKIN) pada tahun 2005 yaitu sebuah kolaborasi nefrolog dan intensivis internasional. Klasifikasi dibuat

berdasarkan kenaikan kadar kreatinin (Cr) serum dan penurunan urine output

(UO). Berdasarkan klasifikasi tersebut kenaikan kadar kreatinin serum ≥ 0,3

mg/dL sebagai ambang definisi dari AKI (AKI tahap I) karena dengan kenaikan

(44)

Penetapan batasan waktu terjadinya penurunan fungsi ginjal secara akut,

disepakati selama maksimal 48 jam. (Nainggolan dan Robert, 2010)

Tabel III. Klasifikasi Acute Kidney Injury (AKI) berdasarkan AKIN pada tahun 2005 dengan kriteria Cr serum dan UO

(Nainggolan dan Robert, 2010).

F. Karbon Tetraklorida (CCl4)

Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan xenobiotik yang lazim digunakan

untuk menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. CCl4 dimetabolisme oleh

sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) menjadi radikal bebas triklorometil (CCl3*).

Triklorometil dengan oksigen akan membentuk radikal triklorometilperoksi yang

dapat menyerang lipid membran endoplasmik retikulum dengan kecepatan yang

melebihi radikal bebas triklorometil. Selanjutnya, triklorometiloperoksi

menyebabkan peroksidasi lipid sehingga mengganggu homeostasis Ca2+, dan akhirnya menyebabkan kematian sel (Panjaitan dkk., 2007).

Karbon tetraklorida menginduksi terjadinya stress oksidatif, hal ini

memungkinkan karbon tetraklorida untuk digunakan sebagai nefrotoksin.

Terpapar karbon tetraklorida dalam jumlah besar dapat mengakibatkan kerusakan

(45)

pemetabolisme yang terdapat pada retikulum endoplasma (Moenim dan

El-Khadragy, 2012).

Karbon tetraklorida merupakan nefrotoksin yang cukup kuat, yang

menginduksi terjadinya stress oksidatif pada hewan uji di laboratorium. Mode

aksi dari karbon tetraklorida adalah propagasi radikal triklorometil (CCl3),

peroksidasi lipid dari sistem membran dan penipisan status antioksidan serta

kerusakan DNA pada ginjal tikus. Jaringan pada ginjal memiliki affinitas yang

sangat baik terhadap karbon tetraklorida karena adanya keberadaan sitokrom P450

pada bagian korteksnya (Moenim dan El-Khadragy, 2012).

Senyawa hidrokarbon-halogen merupakan agen nefrotoksik. Contoh dari

senyawa hidrokarbon halogen seperti trikloroetilen, karbon tetraklorida dan

kloroform. Gagal ginjal akut yang disebabkan karena senyawa

hidrokarbon-halogen dan glikol telah dilaporkan oleh (Nielsen dan Larsen, 1965).

G. Ekstraksi

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan cara

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir pelarut diuapkan

dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Republik Indonesia, 2005).

Ekstraksi dengan metode maserasi merupakan cara penyarian sederhana

yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari

(46)

diaduk (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010). Pada

metode ini, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel

sehingga isi sel akan larut akibat adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di

dalam sel dengan di luar sel. Larutan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak

keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (melalui proses

difusi pasif). Peristiwa tersebut terjadi secara berulang hingga terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selanjutnya,

endapan dipisahkan dan filtrat dipekatkan (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat

dan Makanan Republik Indonesia, 1986).

H. Landasan Teori

Ginjal adalah salah satu organ yang sangat berperan dalam sistem

ekskresi. Ginjal menerima 25% darah dari curah jantung, sehingga sering kontak

dengan zat kimia dalam jumlah besar (Stine and Brown, 1996). Pengecekan

fungsi ginjal dapat dilaksanakan dengan pengukuran kreatinin (Saraswati, 2011).

Penemuan obat-obatan bahan alam untuk melindungi ginjal dari

kerusakan atau gangguan fungsi dapat dilakukan dengan menggunakan hewan uji

terinduksi karbontetraklorida. Hal ini karena karbon tetraklorida (CCl4)

merupakan xenobiotik dapat digunakan untuk menginduksi peroksidasi lipid dan

keracunan (Panjaitan dkk, 2007). Biji Persea americana Mill. telah terbukti dapat memberikan efek antioksidan yang cukup baik karena di dalamnya terkandung

berbagai macam senyawa fitokimia, diantaranya adalah saponin, tanin, flavonoid,

(47)

Persea americana Mill. dengan cukup baik (Carpena et al, 2011). Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas ekstrak metanol biji Persea americana Mill. pada dosis efektif dalam menurunkan kadar kreatinin serum secara jangka pendek pada

waktu pemberian 1, 4, 6 jam sebelum induksi CCl4 dengan data pendukung

berupa gambaran histologis ginjal.

I. Hipotesis

Ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. pada dosis 350 mg/kgBB memiliki khasiat nefroprotektifterhadap tikus putih jantan galur Wistar terinduksi

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan

rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel utama

a. Variabel bebas. Variabel bebas dari penelitian ini adalah variasi

waktu pemberian ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill., terhadap hewan uji tikus putih jantan galur Wistar.

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dari penelitian ini adalah

efek nefroprotektif ekstrak metanol-air biji Perseae americana Mill., secara jangka pendek terhadap sel ginjal tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida 2

mL/kgBB.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dari

penelitian ini yaitu :

1. Hewan uji tikus jantan galur Wistar, berat badan 150-250 g, umur 2-3 bulan.

2. Cara pemberian ekstrak dilakukan secara per oral (p.o).

3. Bahan uji. Bahan uji yang digunakan berupa serbuk biji Perseae americana

Mill. yang diperoleh dari Padang, Sumatra Barat yang telah dideterminasi dan

(49)

4. Cara pemberian karbon tetraklorida dilakukan secara intraperitonial dengan

dosis 2 mL/kgBB.

5. Makanan dan minuman hewan uji penelitian. Makanan yang digunakan adalah

pakan ternak BR II dan AD II serta air minum berupa air hasil reverse osmosis.

b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau yang tidak

dikendalikan berupa kondisi patologis hewan uji.

3. Definisi operasional

Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :

a. Variasi waktu pemberian. Variasi waktu pemberian adalah perbedaan

waktu (selang waktu) pemberian ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dosis 350 mg/kgBB pada tikus putih jantan galur Wistar pada tiap kelompok

perlakuan secara per oral (p.o) sebelum pemejanan karbon tetraklorida 2

mL/kgBB. Variasi waktu yang digunakan, yaitu 1, 4 dan 6 jam sebelum

pemejanan karbon tetraklorida.

b. Efek nefroprotektif. Efek nefroprotektif adalah kemampuan ekstrak

metanol biji Perseae americana Mill. pada dosis 350 mg/kgBB untuk melindungi ginjal dari nefrotoksin karbon tetraklorida secara jangka pendek (1, 4 dan 6 jam

sebelum induksi CCl4.) yang ditandai dengan tolok ukur kuantitatif berupa kadar

(50)

C. Subyek dan Bahan Penelitian 1. Subyek penelitian

Subyek uji yang digunakan berupa tikus jantan galur Wistar, umur 2-3

bulan dengan berat badan berkisar antara 150-250 gram, diperoleh dari

Laboratorium Imono Fakultas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bahan penelitian

a. Bahan uji. Bahan uji adalah serbuk biji buah alpukat (Perseae americana Mill.). Bahan uji tersebut diperoleh dari Padang, Sumatera Barat yang telah diserbukkan, dideterminasi serta ditetapkan kadar airnya.

b. Bahan nefrotoksin. Bahan nefrotoksin adalah larutan karbon

tetraklorida (CCl4) (E. Merck, Darmstadt, Germany) yang dilarutkan dalam Olive Oil (merek dagang Bartoulli). Karbon tetraklorida diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Konsentrasi karbon tetraklorida yang digunakan adalah 50% dengan dosis 2

mL/kgBB.

c. Aquadest. Aquadest yang digunakan diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

d. Bahan pengesktrak. Bahan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi

serbuk biji alpukat adalah metanol teknis (PT. Brataco) dengan konsentrasi 99%

yang diencerkan hingga konsentrasi 70% menggunakan pengencer aquadest.

(51)

mengukur kadar kreatinin serum. Bahan terdiri atas dua reagen yaitu Reagen 1

dan Reagen 2 serta 1 serum standar.

f. Aquabidest. Aquabidest digunakan sebagai pencuci vitalab mikro dan

juga sebagai blanko dalam pengukuran kadar kreatinin serum. Aquabidest ini

diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Instrumental Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

g. Bahan pembuat preaparat ginjal. Untuk pembuatan preparat sel ginjal

digunakan formalin 10%, xilol, alkohol, lilin cetak, zat warna hematoksilin dan

eosin (E. Merck, Darmstadt, Germany) yang diperoleh dari Balai Penyidikan dan

Pengujian Veteriner (BPPV) Regional IV Wates-Yogyakarta.

h. Natrium-Carboxymethyl Cellulosa (CMC-Na). CMC-Na yang digunakan dalam bentuk serbuk, diperoleh dari Laboratorium Biofarmasetika

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Alat dan Instrumen Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Seperangkat alat gelas berupa gelas kimia, Erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur,

corong kaca, pipet tetes, pipet gondok, batang pengaduk, tabung reaksi (Pyrex,

Iwaki Glass)

2. Mortar dan stamper

3. Cawan porselen

4. Timbangan analitik

(52)

7. Vortex

8. Spuit per oral dan syringe 3 mL 9. Pipa kapiler

10.Corong Buchner

11.Vakum

12.Tabung eppendrof

13.Vitalab micro (Microlab 200, Merck)\

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi serbuk biji Persea americana Mill.

Determinasi serbuk biji Perseae americana Mill. dilakukan dengan mencocokan ciri-ciri serbuk biji Perseae americana Mill. dengan serbuk biji

Persea americana Mill. yang telah dideterminasi dengan menggunakan buku acuan determinasi. Determinasi dilakukan secara makroskopis termasuk

organoleptis serbuk dan secara mikroskopis. Determinasi dilakukan oleh Yohanes

Dwiatamaka, M.Si yang merupakan Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Pengumpulan bahan

Bahan uji yang digunakan adalah biji Perseae americana Mill. yang telah diserbukkan dan diperoleh dari Padang, Sumatera Barat, Bulan Januari 2013.

3. Pembuatan serbuk

(53)

dalam oven pada suhu 500 C selama 24 jam untuk mengoptimalkan proses pengeringan. Setelah kering, biji diserbukkan dan diayak dengan ayakan nomor

40. Pengayakan dilakukan agar kandungan fitokimia yang terkandung dalam biji

Persea americana Mill. lebih mudah tersekstrak karena luas permukaan spesifik yang kontak dengan pelarut semakin besar.

4. Pembuatan ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill.

Sebanyak 10 gram serbuk kering biji Persea americana Mill. diekstraksi dengan cara maserasi. Serbuk dilarutkan dalam 100 ml pelarut metanol 70% di

dalam Erlenmeyer bersumbat kaca. Ekstraksi dilakukan pada suhu kamar.

Perbandingan jumlah serbuk dan pelarut adalah 1:10. Campuran serbuk dan

pelarut kemudian digojong selama 1 menit, didiamkan dalam ruangan gelap dan

ditutup. Setiap harinya selama 5 hari berturut-turut pada jam yang sama dilakukan

penggojogan selama 1 menit. Kemudian dilakukan penyaringan dengan kertas

saring dengan bantuan pompa vakum. Ekstrak kemudian diuapkan dengan

menggunakan rotary evaporator pada suhu 70 0C hingga tidak ada lagi tetesan pada rotary evaporator. Hasilnya kemudian dipindahkan ke dalam cawan porselen yang telah ditimbang bobotnya terlebih dahulu. Selanjutnya, dipekatkan

dengan menggunakan penangas air pada suhu 70 0C. dilakukan penimbangan setiap harinya hingga bobot ekstrak tetap (selisih bobot penimbangan dan bobot

hasil penimbangan sebelumnya adalah sama). Kemudian ekstrak disimpan di

(54)

5. Penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill.

Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan cara susut

pengeringan. Sebanyak 5,0 g serbuk biji Persea americana Mill. ditimbang dan kemudian serbuk tersebut dimasukkan ke dalam alat moisture balance pada suhu 105 oC selama 15 menit dan kemudian dilakukan perhitungan kadar air berdasarkan selisih bobot sebelum dimasukkan ke dalam alat (sebelum

pemanasan) dengan sesudah dimasukkan ke dalam alat moisture balance (sesudah pemanasan) selisih tersebut merupakan kadar air serbuk yang diteliti.

6. Pembuatan larutan Natrium-Carboxy Methyl Cellulosa (CMC-Na) 1 %

Larutan CMC-Na 1% dibuat dengan cara menimbang 5,0 gram CMC-Na

serbuk yang telah digerus dalam mortar dan stamper terlebih dahulu. Serbuk kemudian ditaburkan secara merata di permukaan 200 mL aquadest di dalam

gelas kimia dan ditunggu hingga semua serbuk terbasahi, tanpa pengadukan.

Setelah semua serbuk CMC-Na terbasahi maka dilakukan pengadukan hingga

seluruh CMC-Na larut. Larutan CMC-Na kemudian dimasukkan ke dalam labu

takar 500 ml dan ditambahkan aquadest hingga batas tanda.

7. Pembuatan suspensi ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dalam CMC-Na 1%

Suspensi ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dibuat dengan konsentrasi 7% b/v. Pembuatan dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 3,5 g

ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. secara seksama. Ekstrak tersebut kemudian dilarutkan dengan menggunakan larutan CMC-Na 1% hingga seluruh

(55)

mL dan ditambah dengan larutan CMC-Na 1% hingga batas tanda, selanjutnya

digojog hingga homogen.

8. Pembuatan larutan karbon tetraklorida (CCl4) konsentrasi 50%

Larutan CCl4 dalam Olive Oil dibuat dengan cara melarutkan 25 mL CCl4

dalam labu takar 50 mL kemudian ditambahkan dengan Olive Oil hingga tanda. Digojog hingga homogen. Pengambilan CCl4 dilakukan dengan menggunakan

pipet gondok 25 mL.

9. Uji pendahuluan

a. Penetapan waktu cuplikan darah. Untuk mendapatkan waktu

pencuplikan darah dilakukan orientasi dengan 4 kelompok perlakuan waktu.

Masing-masing kelompok menggunakan sejumlah 5 ekor tikus. Kelompok I

diambil darah pada jam ke-0 atau sebelum dilakukan pemejanan karbon

tetraklorida (CCl4), kelompok II diambil darah pada jam ke-24 setelah pemejanan

CCl4 2 mL/kgBB, kelompok III diambil darah pada jam ke-48 setelah pemejanan

CCl4 2 mL/kgBB dan kelompok IV diambil darah pada jam ke-72 setelah

pemejanan CCl4 2 mL/kgBB. Setelah pengambilan darah, darah diukur kadar

kreatinin serum dan ditentukan waktu optimal pengukuran cuplikan darah

berdasarkan data kenaikan kreatinin serum.

b. Penetapan lama pemberian ekstrak metanol biji Persea americana

Mill. Lama waktu pemberian ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill dilakukan selama 1, 4, 6 jam pada hari yang sama sebelum dipejankan senyawa

Gambar

Tabel XII.
Gambar 12. Foto mikroskopik organ gijal tikus kelompok kontrol
Tabel tersebut menunjukkan bahwa dalam ekstrak metanol dari Persea
Tabel II. Kandungan fitokimia dari Persea americana pada daun, buah dan biji
+7

Referensi

Dokumen terkait

6 dan histamine yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-antibodi

Dalam hal ini menandakan bahwa bank sangatlah penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank dalam Pasal 1 angka 2 UU perbankan mendefinisikan fungsi bank

[r]

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana pada Program Studi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

• Untuk mengerjakan boneka memerlukan waktu 1jam pekerjaan tukang kayu dan 2 jam tukang poles sedang untuk kereta api diperlukan 1jam pekerjaan tukang kayu dan 1 jam

tambahan (oveldr), pelebaran jalan (rile,i,s), dimensi salumr drainase, dan rencana anggaran biaya. Pada lugas akhjr ini pe:rulis juga merencanakan jalan alternatif

Peran Perempuan Paska Perceraian di GPM Jemaat Kategorial Lanud Pattimura dari Perspektif Konseling

Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan bebas Fiskal Luar Negeri bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak