• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian kredit bermasalah

Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit. (Lukman, 2001:85).

Ada beberapa pengertian kredit bermasalah (Veitzal, 2005:476) yaitu:

a. Kredit yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai/memenuhi terget yang diinginkan oleh pihak kreditur,

b. Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi kreditur dalam arti luas,

c.Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga,

denda keterlambatan serta ongkos-ongkos kreditur yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan,

d. Kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumebr-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali kredit sehingga belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh kreditur,

e.Kredit dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi kreditur dalam arti luas,

f. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap kreditur, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga, pembayaran ongkos-ongkos kreditur yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan,

g. Kredit golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.

2.Penggolongan Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada kreditur akan memperoleh rugi yang potensial.

Ada beberapa penggolongan kredit bermasalah yaitu: a. Kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek

Kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek adalah kredit yang diberikan kepada nasabah yang sedang mengalami kesulitan yang setelah

diidentifikasi dan dievaluasi permasalahannya disimpulkan bahwa nasabah masih mempunyai harapan untuk memperbaiki kolektibitas kreditnya.

b. Kredit bermasalah yang sudah tidak mempunyai prospek

Kredit bermasalah yang sudah tidak mempunyai prospek adalah kredit yang diberikan kepada nasabah yang mengalami kesulitan yang setelah diidentifikasi dan dievaluasi permasalahannya disimpulkan bahwa nasabah sudah tidak ada harapan lagi untuk memperbaiki kolektibilitas kreditnya dan sumber pelunasan kreditnya hanya diharapkan dari usaha lain atau menjual jaminan/kekayaan perusahaan.

3. Sebab-sebab Terjadinya Kredit Bermasalah

Menurut Siamat (2001 : 175) ada beberapa indikasi yang dapat digunakan untuk mendeteksi awal kredit yang mengalami masalah. Indikasi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah dapat dibedakan dari dua sumber, indikasi internal dan eksternal. 1. Indikasi Internal, terdiri atas:

a) Perkembangan kondisi keuangan yang cenderung berlawanan dari proyeksi yang diharapkan.

b) Terjadi penundaan pembayaran cicilan pokok dan bunga. c) Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri. d) Meningkatnya penggunaan fasilitas overdraft.

e) Permintaan penambahan kredit tanpa menyertakan data-data keuangan yang lengkap dan mutahir.

f) Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang. g) Usaha nasabah terlalu ekspansif.

2. Indikasi Eksternal, terdiri dari :

a) Adanya penyelidikan dari lembaga keuangan lain.

b) Kreditur lain melakukan tindakan proteksi, misalnya penambahan dan pengikatan barang jaminan secara normal.

c) Kegagalan perusahaan membayar pajak.

d) Pemogokan buruh (pekerja) secara terorganisasi. e) Peluncuran produk baru oleh pesaing.

4. Penyelamatan Kredit Bermasalah

Sekalipun usaha-usaha pencegahan telah dilakukan agar kredit tidak macet atau bermasalah tidak mustahil bahwa kemacetan kredit tetap terjadi karena alasan-alasan tertentu. Bila kredit sudah bermasalah maka pertama-tama bank akan memikirkan dan mencari upaya penyelesaian kredit sesuai dengan jalur hukum.

Upaya-upaya penyelamatan kredit bermasalah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1. Rescheduling (Peninjauan kembali)

Yaitu melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit atau jangka waktu kredit, termasuk masa tenggang, baik perubahan angsuran maupun tidak.

2. Reconditioning (Persyaratan kembali)

Yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat-syarat perjanjian kredit yang tidak terbatas hanya pada perubahan jadwal angsuran ataupun jangka waktu kreditnya, perubahan ini tanpa tambahan kredit.

3. Restructuring (Penataan kembali)

Yaitu melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit, dapat berupa pemberian tambahan kredit atau melakukan penjadwalan atas seluruh atau sebagian dari tunggakan bunga.

Upaya represif ini hanya mungkin dilaksanakan jika debitur masih bersifat kooperatif, dalam arti masih ada niat debitur untuk menyelesaikan kredit, namun terbentur pada kemampuannya untuk dapat menyelesaikan dalam waktu singkat sebagaimana disepakati dalam perjanjian kredit.

5. Dampak Kredit Bermasalah

Menurut Siamat (2001:174) dampak negatif dari kredit bermasalah yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan operasi bisnis bank umum adalah sebagai berikut: a. Menurunkan profitabilitas usaha

Kredit bermasalah merupakan harta operasional bank yang tidak produktif. Tidak menghasilkan bunga dan penghasilan lain. Apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerugian. Bank yang dirongrong kredit bermasalah akan turun profitabilitasnya, akibatnya citra kesehatan operasi mereka di masyarakat, dunia perbankan, dan di mata bank sentral dapat menurun.

b. Menambah beban biaya operasional

Bank sentral mengkategorikan kredit bermasalah sebagai aktiva produktif bank yang diragukan kolektibilitasnya. Untuk menjaga agar para deposan tidak ikut merugi karena aktiva itu tidak dapat ditagih lagi, setiap bank sentral mewajibkan bank-bank umum untuk menyediakan cadangan penghapusan kredit bermasalah. Dengan kewajiban tersebut, sudah barang tentu semakin besar jumlah kredit bermasalah

yang dimiliki bank maka akan semakin besar pula cadangan penghapusan kredit bermasalah yang harus disediakan oleh bank.

c. Menurunkan persentase Capital Adequacy Ratio

Seperti halnya terjadi pada setiap jenis perusahaan, kerugian akan mengurang jumlah modal sendiri. Hanya saja pada bank umum kerugian itu akan membawa dampak yanmg lain, yaitu menurunkan persentase capital adequacy ratio (CAR). Apabila CAR turun sampai dibawah ketentuan pemerintah, bank yang bersangkutan harus menambah dana cair untuk menaikkan modal kerja sendiri mereka. Bilamana mereka tidak dapat melakukan hal itu, peringkat kesehatan operasi bisnis mereka di mata bank sentral akan mengalami penurunan.

6. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan kredit jangka menengah dan jangka panjang yang disediakan untuk membiayai pembelian rumah tinggal maupun ruko bagi nasabah perorangan maupun nasabah perusahaan yang memenuhi persyaratan dan memiliki kemampuan membayar kembali kredit dengan cara mengangsur.

Kredit Pemilikan Rumah akhir-akhir ini menjadi target pasar pelaku bisnis di sektor keuangan. Kredit perumahan merupakan salah satu kegiatan yang mengalami pertumbuhan yang cukup baik di antara kegiatan perbankan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyaluran kredit perbankan pada bisnis properti sebagai bagian dari kredit konsumsi. Bank melihat kondisi ini sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan sehingga persaingan dalam memperebutkan nasabah pun terjadi antar bank yang mengelola bisnis properti dalam kegiatan usahanya. Persaingan antar bank dalam memasarkan kredit perumahan terlihat dari banyaknya usaha yang dilakukan pihak bank dalam menawarkan produknya dengan mempromosikan keunggulannya masing-masing.

Persaingan paling umum antar bank terlihat pada penetapan tingkat suku bunga KPR yang ditawarkan kepada calon debitur.

Mulyono (2000:35) menjelaskan beberapa langkah stategis yang digunakan bank dalam menghadapi persaingan di sektor kredit konsumtif, antara lain:

1. Berusaha meningkatkan kepuasan nasabah dalam hal pelayanan kredit, misalnya dengan menyempurnakan sistem processing kredit sehingga mampu menghasilkan keputusan kredit yang cepat.

2. Menyederhanakan persyaratan aplikasi kredit yang dianggap tidak begitu penting. 3. Menetapkan suku bunga yang kompetitif dan disesuaikan dengan kondisi pasar. 4. Melakukan promosi yang menarik dan efektif.

5. Melakukan strategi penjualan proaktif melalui kerjasama dengan perusahaan atau institusi dan asosiasi dalam penyaluran kredit konsumtif.

6. Secara terus menerus meninjau perkembangan pasar.

Setiap bank yang mengelola kredit konsumtif khususnya kredit perumahan mempunyai perkembangan jumlah permintaan kredit perumahan yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permintaan KPR antara lain faktor turunnya suku bunga dan keadaan ekonomi yang secara makro dinilai baik. Lagipula kredit konsumtif merupakan penyaluran kredit yang risikonya lebih kecil jika dibandingkan dengan penyaluran kredit ke sektor riil, karena dalam bisnis ini yang menjadi agunan adalah aktiva tetap yang harganya selalu mengalami kenaikan.

BAB 3

Dokumen terkait