• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat diberikan oleh peneliti tentang penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pada hasil penelitian tersebut.

commit to user BAB II

GAMBARAN UMUM MUSEUM RADYA PUSTAKA

A. Sejarah Singkat Museum Radya Pustaka Surakarta

Museum Radya Pustaka merupakan salah satu museum tertua di Kota Surakarta. Pendirinya adalah Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV, pepatih dalem Keraton Surakarta Hadiningrat pada jaman pemerintahan Sri Paduka Paku Buwono IX. Didirikan pada hari Selasa Kliwon, tanggal 15 Maulud Ehe 1820 bertepatan tanggal 28 Oktober 1890. Semula museum berlokasi di Panti Wibowo yang merupakan salah satu ruangan kediaman di Kepatihan, namun atas prakarsa Pakubuwono X pada tanggal 1 Januari 1913 dipindahkan lokasinya ke Loji Kadipolo yaitu tempat dimana Museum sekarang berdiri di lokasi Jalan Slamet Riyadi 275 Solo. Loji ini khusus dibeli oleh Pakubuwono X dari seorang Belanda bernama Johanes Busselaar yang memang digunakan untuk museum.

B. Visi dan Misi Museum Radya Pustaka

Visi dan Misi Museum Radya Pustaka setelah dibentuknya pengelola Museum yang baru dengan manajemen yang baru, yaitu dengan Visi Museum Radya Pustaka menjadi media yang sangat baik dalam pendidikan, kepariwisataan, perlindungan benda-benda cagar budaya, maka Misi yang dijalankan adalah berupa:

1. Untuk mengembangkan kebudayaan Jawa.

2. Untuk mewujudkan sebuah museum menjadi objek wisata yang besar bagi wisatawan mancanegara maupun nusantara dan pelajar.

commit to user

3. Untuk menyimpan benda-benda cagar budaya di Museum Radya Pustaka. 4. Untuk menyimpan barang-barang antik dan naskah-naskah di Museum Radya

Pustaka.

5. Untuk menyimpan benda-benda cagar budaya baik yang masih asli maupun replika.

6. Untuk menjaga kebersihan di dalam dan diluar komplek Radya Pustaka. 7. Untuk mewujudkan keamanan di dalam Museum Radya Pustaka.

8. Untuk menjaga sumber daya manusia yang profesional dalam memanage Museum Radya Pustaka.

C. Struktur Komite dan Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka

Kasus pemalsuan dan pencurian arca yang melibatkan Ketua Komite yang waktu itu dipegang oleh KRH. Darmodipuro yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Hadi dan dua pegawainya yaitu Jarwadi seorang pegawai Museum yang bertanggungjawab memegang kunci ruangan Museum, dan Gatot sebagai Petugas keamanan Museum, maka Walikota Solo Joko Widodo beserta beberapa pihak terkait mengadakan pembentukan Komite Radya Pustaka yang baru. Berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 432.1/ 78/1/2008 yang di tandatangani oleh Walikota Solo, Joko Widodo pada tanggal 26 November 2008, susunan Komite Radya Pustaka yang baru yaitu:

Struktur Komite baru Museum Radya Pustaka

commit to user

Sumber : Museum Radya Pustaka

Gambar 2.1. Struktur Komite baru Museum Radya Pustaka

Setelah terbentuknya Komite Museum Radya Pustaka yang baru, berdasarkan Keputusan Komite Museum Radya Pustaka Surakarta Nomor KMRP/Ia/I/2009 yang di tandatangani oleh Ketua Museum yang baru yaitu Winarso Kalinggo pada tanggal 2 Januari 2009, maka menetapkan pembagian tugas karyawan Museum Radya Pustaka, yaitu sebagai berikut:

commit to user

Sumber: Museum Radya Pustaka

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka

D. Waktu Pelayanan, Denah, dan Jumlah Kunjungan Wisatawan Museum Radya Pustaka

Berikut adalah mengenai waktu pelayanan dan denah Museum Radya Pustaka Surakarta sebagai informasi kepada wisatawan yang hendak mengunjungi Museum:

Pelayanan Museum Radya Pustaka bagi wisatawan, yaitu:

· Hari Selasa-Kamis : 08.00-14.00 WIB

· Hari Jum’at-Sabtu : 08.00-13.00 WIB

· Hari Minggu : 08.00-14.00 WIB

· Hari Senin dan Hari Besar : Libur

Koleksi yang ada di museum ini diletakkan kepada tata ruang yang telah diatur sedemikian rupa. Koleksi tersebut antara lain:

1. Halaman Depan Perpustakaan Kurnia Heni Wati Keuangan dan Administrasi Widyastuti Fajarini Pemandu Soemarni Wijayanti Penjaga Museum Fajar Suryanto Penjaga Tiket / Portir Ruli Retina Ketua Museum Radya Pustaka Winarso Kalingga

commit to user

Di halaman depan, di depan gedung museum, para pengunjung akan menjumpai sebuah patung dada R. Ng. Rangga Warsita. Beliau adalah seseorang pujangga keraton Surakarta yang sangat termasyur dan hidup pada abad ke-19. Patung ini diresmikan oleh presiden Soekarno pada tahun 1953. di depan dan di belakang patung ini terdapat prasasti yang menggunakan aksara Jawa.

2. Ruang Pertama

Terdapat tempat pembelian tiket masuk dan ada beberapa meriam baroda dari masa VOC yang berasal dari abad ke-17 dan ke-18. Sementara itu ada pula beberapa meriam-meriam kecil milik Keraton Kartasura.

3. Ruang Kedua

Terdapat kolesi peralatan kesenian yang berupa koleksi wayang. Koleksi wayang yang dimiliki, antara lain Wayang Golek Menak, Wayang Krucil/Klitik, Wayang Suket, Wayang Kaper, Wayang Purwa, Wayang Madya, Wayang Gedhog, Wayang Beber.

4. Ruang Ketiga

Ruangan pada sisi sebelah kiri ini disebut sebagai ruang keramik karena memuat koleksi keramik, porselen dan gelas-gelas. Ada ruang penghubung yang berisikan meja-meja marmer, kursi-kursi dan meriam Lela. Adapun almari panjang yang ditata berbagai koleksi keris, pedang, dan tombak. Sedangkan sisi kanan disebut sebagai ruang senjata tradisional.

5. Ruang Keempat

Merupakan ruang penghubung. Ruang ini untuk menghubungkan ruang satu ke ruang yang lainnya.

commit to user

Ruang ini digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka atau biasa disebut Tosan Aji yang berupa keris, belati, mata tombak dan bermacam-macam pedang diantara milik Sunan Amangkurat III/Kartosuro dan gada besi milik Keraton Surakarta.

7. Ruang Keenam

Ruang ini adalah ruang perpustakaan. Ruang tersebut merupakan inti dari Museum Radya Pustaka. Karena bila ditilik dari artinya, Radya berarti negara atau keraton, Pustaka berarti perpustakaan. Perpustakaan ini sebagian besar koleksinya terdiri atas buku-buku dalam tulisan Jawa. Buku-buku tersebut berisi tentang pengetahuan dan kebudayaan terutama tentang sejarah, adat istiadat, kesenian, pranata mangsa dan lain-lain. Perpustakaan Radya Pustaka melayani masyarakat umumbaik mahasiswa, pelajar maupun perorangan. 8. Ruang Ketujuh

Merupakan ruang koleksi benda perunggu (ruang yang berhadapan dengan ruang perpustakaan). Ruangan ini menyimpan arca-arca maupun bentuk benda-benda lain seperti genta, padupan, cermin, dan sebagainya.

9. Ruang Kedelapan

Ruang ini merupakan ruangan memorial, merupakan ruang bekas kantor Gusti Panembahan Hadiwidjojo.

10.Ruang Kesembilan

Ruang ini disebut ruang etnografika, karena terdapat berbagai macam koleksi gamelan peninggalan Keraton Surakarta. Ruang etnografi menyajikan dua perangkat gamelan dengan laras slendro dan pelog, terdapat juga koleksi kremun dan tandu sesaji, jodang yaitu alat angkut yang dipikul manusia,

commit to user

mesin jam panggung taman Kartosuro, bermacam-macam kuluk, blangkon dan berbagai peralatan rumah tangga.

11.Ruang Kesepuluh

Ruangan ini merupakan ruang yang ditempati Kyai Rajamala. Sebuah patung kepala raksasa yang telah berusia lebih dari dua ratus tahun yang terbuat dari kayu jati yang diambil secara khusus dari hutan Donoloyo Wonogiri ini memiliki riwayat yang sangat panjang dan terkait erat dengan perjalanan sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Nama Rajamala sendiri diambil dari cerita Kerajaan Kicakapura, yakni dari nama telur kura-kura jelmaan Dewi Watari, seorang putri cantik pengawal Resi Indradewa. Patung tersebut jumlah sebenarnya adalah dua, yang satu lainnya disimpan di Keraton Surakarta. Patung ini ialah hiasan depan sebuah perahu yang dipakai untuk mengambil permaisuri Pakubuwono IV yang berasal dari madura. Kyai Rajamala bagi Museum Radyapustaka bukanlah sebuah benda koleksi biasa, sampai sekarang patung ini masih dianggap keramat dan sering diberi sesajian. Konon kalau lupa memberian sesajian patung ini akan mengeluarkan bau amis.

12.Ruang Kesebelas

Di ruang ini terdapat berbagai macam miniatur. Ada miniatur Keraton Surakarta, Masjid Agung Demak, Makam Imogiri, dan berbagai macam koleksi arca.

13.Ruang Keduabelas

Merupakan halaman belakang dan ruang administrasi atau kantor. Di sini dijumpai arca-arca batu dan batu nisan yang bertuliskan huruf Tionghoa.

commit to user

Denah Ruang Museum Radya Pustaka Surakarta ditunjukkan dengan gambar berikut ini:

Denah Ruang Museum Radya Pustaka

Halaman Depan Ruang I Teras/Tiket Ruang II Ruang Wayang Ruang II Ruang Wayang Ruang V Ruang Tosan Aji

Pusaka Ruang III Ruang Keramik Ruang VII Ruang Perunggu Ruang VI Ruang Perpustakaan Ruang X Ruang Rajamala Ruang VIII Ruang Memorial RUANG PENGHUBUNG RUANG IV Ruang IX Etnografi/Gamelan

commit to user

Sumber: Museum Radya Pustaka

Gambar 2.3 Denah Ruang Museum Radya Pustaka

Untuk jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Radya Pustaka.dari tahun terjadinya kasus (2007) hingga tahun pembuatan laporan penelitian ini (Mei 2010) dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2007

Bulan PENGUNJUNG Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah Januari 25 1424 1449 Februari 55 606 661 Maret 75 678 753 April 22 1322 1344 Mei 49 783 832 Juni 57 1128 1185 Juli 111 812 923 Agustus 108 610 718 September 146 540 686 Oktober 30 504 534 November

Museum di segel oleh Poltabes Solo Desember

Jumlah 678 8407 9085

commit to user

Tabel 2.2. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2008

Bulan PENGUNJUNG Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah Januari

(mulai dibuka kembali tanggal 14 Januari) 72 377 449 Februari 94 388 482 Maret 57 412 469 April 93 909 1002 Mei 100 429 529 Juni 74 811 885 Juli 123 589 712 Agustus 129 385 514 September 43 157 200 Oktober 38 389 427 November 48 625 673 Desember 834 165 999 Jumlah 1705 5636 7341

commit to user

Tabel 2.3. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2009

Bulan PENGUNJUNG Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah Januari 122 968 1090 Februari 85 641 726 Maret 70 593 663 April 177 1123 1300 Mei 118 521 639 Juni 100 1036 1136 Juli 131 1640 1771 Agustus 112 581 693 September 68 311 379 Oktober 73 1529 1602 November 88 1322 1410 Desember 106 1327 1433 Jumlah 1250 11592 12842

Sumber : Museum Radya Pustaka Surakarta

Tabel 2.4. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2010

Bulan PENGUNJUNG Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah Januari 61 800 861 Februari 72 1253 1325 Maret 83 1335 1418 April 184 1890 2074 Mei 62 1403 1465 Jumlah 462 6681 7143

Sumber : Museum Radya Pustaka Surakarta

Dapat dilihat dari Bulan November, Desember 2007, hingga awal Januari 2008 Museum ditutup hal ini adalah untuk keperluan penyidikan oleh pihak Kepolisian. Dan dari tabel kunjungan wisatawan Museum Radya Pustaka tahun 2008 mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawan hal ini dimungkinkan

commit to user

keasliannya karena adanya kasus pemalsuan dan pencurian arca yang telah terjadi di tahun 2007. Namun setelah tahun 2009 dengan telah dibentuknya perubahan internal Museum serta dilakukannya kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki citra negatif Museum, jumlah kunjungan Museum telah mengalami penigkatan.

E. Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca di Museum Radya Pustaka Surakarta

Kasus yang terjadi sekitar November 2007 yaitu mengenai pemalsuan dan pencurian arca, pertama kali dicurigai oleh salah satu pegawai Museum yang kemudian dilaporkan kepada Balai Pelestarian Peningglana Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Setelah BP3 melakukan pengecekan ke Museum ternyata benar bahwa arca tersebut terlihat berbeda dari aslinya, yang perbedaan tersebut dapat diamati dari warna dan ukurannya. Pihak BP3 kemudian membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang ditandatangani oleh Lambang Babar Purnomo yang saat itu menjabat sebagai Ketua Pokja Perlindungan di BP3 Jawa Tengah ke Poltabes Surakarta. Adapun koleksi arca yang telah dipalsukan yaitu Agastya, 2 arca Durga, Mahakala, Mahesa Sura Madini, dan Shiwa Mahadewa. Diketahui bahwa arca yang palsu, sebenarnya sebelumnya sudah di pesan dahulu di daerah Muntilan Jawa Tengah.

Atas adanya laporan tersebut, dari pihak Kepolisian melakukan penyidikan. Dan setelah benar adanya tentang penemuan arca palsu dan yang asli telah “keluar” dari Museum, maka pihak Kepolisian menyita arca-arca yang telah dipalsukan tersebut. Kasus ini mendapat perhatian serius dari Polda Jateng yang langsung menurunkan tim guna membackup aparat kepolisian Solo melanggar UU no. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

commit to user

Selanjutnya pihak Kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi dengan menanyai beberapa saksi-saksi yang dilakukan di ruang Kanit IV Ekonomi Poltabes Solo, yaitu dari pihak internal museum diantaranya pegawai Museum Soemarni Wijayanti, Indrayana, Ambarwati, Jarwadi, Gatot dan Kepala Museum yang saat itu dipegang oleh KRH. Darmodipuro yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Hadi, namun pada 27 Mei 2009 beliau telah wafat dikarenakan faktor usia dan kesehatan. Sedangkan saksi dari pihak eksternal museum, pihak Kepolisian memeriksa Heru seorang penjual barang antik, dari pihak BP3 diantaranya Ketua Pokja BP3 Lambang, Hugo Kraijger seorang WNA, dan seorang pengusaha Hashim Djojohadikusumo dikarenakan arca milik Museum Radya Pustaka yang dilaporkan dicuri ada di satu rumah di Jakarta Selatan yang merupakan kediaman milik pengusaha Hashim Djojohadikusumo.

Hashim Djojohadikusumo ikut dijadikan sebagai saksi dalam kasus ini dikarenakan kelima arca yang hilang ditemukan di kediaman Hashim. Pada 20 November 2007 tim Satreskrim Poltabes Solo bekerjasama dengan Polres Metro Jakarta Selatan melakukan penyitaan 5 arca milik Museum Radya Pustaka dari kediaman Hashim di Kemang Jakarta Selatan untuk dibawa kembali ke Solo. Dan pada 21 November 2007 pukul 16.00 WIB kelima arca tersebut sampai di Solo, arca-arca tersebut dibawa disebuah mobil bak terbuka dengan menggunakan jalur darat. Menurut asisten sekaligus orang kepercayaan Hashim yang diperkirakan mengetahui lalu lintas barang-barang koleksi di rumah Hashim, saat melakukan penyitaan kelima arca tersebut petugas Kepolisian tidak bertemu langsung dengna Hashim karena yang bersangkutan di luar negeri. Selain itu menurut pengelola sejumlah yayasan sosial milik Hashim yaitu Fadli Zon menyatakan bahwa Hashim tidak terlibat dalam kasus pembelian arca yang telah hilang dari Museum tersebut.

commit to user

Menurutnya Hashim sering membeli barang-barang kekayaan Indonesia di luar negeri diantaranya dibeli dari Belanda, New York, Hongkong untuk dibawa kembali ke Indonesia karena Hashim memang berencana membangun museum dan membawa kekayaan cagar budaya Indonesia di luar negeri untuk di kembalikan ke tanah air.

Setelah melakukan penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi, pihak Kepolisian menetapkan 4 tersangka dalam kasus ini. Dimana 3 diantaranya adalah 2 pegawai Museum dan yang 1 adalah Kepala Museum, sedangkan 1 tersangka lagi adalah dari luar Museum. Menurut Kepala Satuan Reskrim Poltabes Solo, Ajun Komisaris Syarif Rohman, tersangka-tersangka tersebut yaitu Jarwadi seorang pegawai Museum yang bertanggungjawab memegang kunci ruangan Museum dan Suparjo alias Gatot sebagai Petugas keamanan Museum yang keduanya bertindak sebagai eksekutor yang memindah dan mengganti arca yang asli dengan yang palsu, Mbah Hadi sebagai Kepala Museum yang mengawasi secara langsung saat pertukaran arca, dan dari luar Museum adalah Heru Suryanto seorang pedagang barang antik di Solo sebagai makelar penjual koleksi Museum. Menurut pengakuan tersangka, dari 5 arca buatan abad IV-IX yang hilang, yang dijual masing-masing Arca Ciwa Mahadewa seharga 35 Juta Rupiah, Arca Durgamahisasuramardhini seharga 200 Juta Rupiah, Agastya seharga 90 Juta Rupiah, Mahakala seharga 100 Juta Rupiah, dan Durga Mahisasuramardhini seharga 80 Juta Rupiah. Total penjualan sekitar 800 Juta Rupiah.

Pada 21 November 2007, Pemerintah Kota Solo, Komisi IV DPRD, Keraton Kasunanan Surakarta, Yayasan Radya Pustaka dan BP3 Jateng menggelar rapat koordinasi untuk membahas penagganan Museum Radya Pustaka. Hasil pertemuan itu menyepakati Museum Radya Pustaka ditutup untuk umum.

commit to user

Museum hanya beroperasi atau buka untuk kepentingan inventarisasi dan sepakat untuk segera melakukan inventarisasi benda-benda bersejarah di dalam Museum Radya Pustaka. Setelah itu dilanjutkan dengan membahas pengelolaan museum setempat kedepannya dalam sebuah presidium. Dalam pertemuan itu, Kepala BP3 Jateng Tri Hatmaji menginginkan agar ketika dilakukan inventarisasi juga didampingi oleh pengelola Museum, Yayasan Radya Pustaka, Pemkot, dan juga Poltabes Solo agar diperoleh data terbaru yang nantinya bisa diakses kepolisian untuk menelusuri keberadaan benda-benda bersejarah yang hilang dari Museum Radya Pustaka, dan selama proses inventarisasi tidak ditutup sehingga pelayanan masyarakat tetap berjalan agar inventarisasi ini juga tidak berkesan menghambat pelayanan masyarakat tersebut. Dalam inventarisasi digunakan hasil inventarisasi tahun 1992, sehingga bisa dilihat berapa kerusakan benda-benda bersejarah di Museum.

Pada tanggal 23 November 2007 tersangka Heru Suryanto, Suparjo alias Gatot, dan Jarwadi memeragakan adegan saat mengambil arca dalam rekonstruksi di Museum Radya Pustaka dilakukan rekonstruksi. Dijelaskan dalam adegan 1-3 tersangka Heru Suryanto masuk ke Museum ditemui saksi Ambarwati. Heru minta bertemu Mbah Hadi untuk berkonsultasi tentang hari baik dan hari buruk. Setelah itu Heru mulai membujuk Mbah Hadi bahwa ia berminat membeli arca di Museum tersebut. Adegan 4-10 Tersangka Heru melakukan pemotretan dan pengukuran 5 arca museum. Hal itu diketahui saksi Ambarwati dan Indrayana, keduanya adalah pegawai Museum. Adegan 11 Tersangka Heru menemui Mbah Hadi sambil membaa hasil pemotretan aca. Ia kembali menyatakan ingin membeli araca. Semula Mbah Hadi menolak, tapi setelah dijanjikan akan diganti dengan arca tiruan yang mirip, Mbah Hadi mau menjual arca. Adegan 12-13 Tersangka

commit to user

Heru dan Mbah Hadi melakukan transaksi jual beli arca di kediaman Mbah Hadi di Semanggi Solo. Di tempat tersebut, uang penjualan arca diserahkan ke Mbah Hadi. Adegan 14-28 Tersangka Heru, Mbah Hadi, Gatot dan Jarwadi mengganti arca Agastya asli dengan yang palsu. Arca yang asli kemudian dibawa kerumah Heru. Adegan 29-30 Hugo Kraijger seorang WNA melihat arca asli di rumah Heru di Gentan Baki Sukoharjo. Selanjutnya arca dibawa ke Jakarta.Adegan 11-30 terjadi di bulan Juli 2007 Pada adegan 31-67 adalah transaksi kembali dilakukan Mbah Hadi dan Heru. Para tersangka lalu mengambil arca Mahesa Sura Madini, Durga Mahesa Sura Mahini, Arca Siwa Mahadewa, Arca Mahakala dan diserahkan ke Hugo Kraijger. Kejadian tersebut terjadi pada September dan November 2007.

Pada 26 November 2007 Museum Radya Pustaka disegel untuk sementara waktu bagi masyarakat umum. Penyegelan dilakukan aparat untuk kepentingan penyidikan atas kasus pemalsuan dan pencurian arca, agar. tidak mengalami hambatan dengan kunjungan wisatawan yang datang. Petugas Kepolisian memasang garis polisi (Police Line) di pagar museum sebagai tanda larangan bagi masyarakat umum untuk memasuki kawasan tersebut.

Sampai pada proses persidangan kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka pada 19 Februari 2008 digelar di Pengadilan Negeri Solo. Walaupun Ketua Pokja Perlindungan di BP3 Jawa Tengah yang juga sebagai Ketua tim untuk penyelidikan Museum dan sebagai saksi ahli yaitu Lambang Babar Purnomo tewas hampir disaat proses persidangan, namun proses sidang tetap berjalan karena menurut Kasi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Solo, Tatang Agus menjelaskan bahwa keterangan Lambang sudah tercantum dalam berkas perkara. Lambang telah memberikan keterangan dibawah sumpah saat

commit to user

dilakukan pemeriksaan kasus ini. Dan dari keterangan tersebut dapat dibacakan didepan majelis hakim saat persidangan. Para tersangka dijerat Pasal berlapis yakni UU Cagar Budaya no.5/1992 dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun serta Pasal 363 KUHP dengan hukuman paling lama 7 tahun penjara. Pihak Kepolisian menjelaskan bahwa dari hasil otopsi atas meninggalnya saksi ahli Lambang Babar Purnomo, terdapat luka sayatan di kepala sedangkan leher bagian depan juga retak. Setelah Lambang wafat, maka saat proses persidangan digantikan oleh Dra. Zaimul Azzah M.Hum yang juga dari BP3 Jawa Tengah.

Untuk masa penahanan, Mbah Hadi divonis 1,5 tahun dipotong masa tahanan. Vonis tersebut lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) yakni selama 2 tahun. Ketua Majelis Hakim saat persidangan kasus tersebut, Ganjar Susilo ketika membacakan putusan di Pengadilan Negeri Solo menilai tindakan terdakwa telah merugikan pemerintah dan yayasan Radya Pustaka Solo. Yang meringankan hukuman terdakwa adalah terdakwa telah bekerja di museum selama 50 tahun dan usianya sudah tua. Sedangkan untuk terdakwa Jarwadi dan Gatot masing-masing divonis 1,2 tahun karena terbukti turut membantu memindahkan, memperdagangkan benda-benda cagar budaya. Untuk terdakwa Suryanto sebagai makelar penjualan 6 arca koleksi museum divonis 1,5 tahun dipotong masa tahanan. Selain Pasal 26 UU RI Nomor 5 Tahun 1992, terdakwa juga dikenai pasal 263 ayat 1 KUHAP tentang pemalsuan surat.

Setelah proses persidangan selesai, barang bukti arca palsu yang sebelumnya disimpan di Rubasan yaitu rumah untuk penyitaan barang-barang bukti kemudian dihancurkan dan arca yang asli telah ditemukan kemudian dikembalikan lagi ke Museum Radya Pustaka.

commit to user

Kemudian pada 27 Desember 2007 oleh Ketua Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemerintah Kota Surakarta Drs Handartono sudah membuka Museum Radya Pustaka tetapi sifatnya masih intern karena untuk pembersihan dan penataan koleksi yang ada. Dan pada awal tahun, tepatnya 14 Januari 2008 Museum Radya Pustaka kembali dibuka untuk umum, sekaligus dalam rangka menandai Visit Indonesia Year 2008, sehingga sudah bisa dikunjungi lagi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara seperti biasa.

commit to user BAB III

SAJIAN DAN ANALISIS DATA

Setiap perusahaan mempunyai citra yang disadari atau tidak telah melekat pada perusahaan tersebut. Citra yang baik merupakan perangkat kuat, bukan hanya untuk menarik wisatawan mengunjungi Museum, melainkan juga dapat memenuhi kepuasan pelanggan terhadap koleksi yang ada, fasilitas, dan pelayanan pegawai Museum, sehingga wisatawan berminat untuk berkunjung kembali ke Museum tersebut.

Menurut kalangan sejarawan Solo, menyebutkan 50 persen koleksi di Museum Radya Pustaka telah hilang dari tempat semula. Kalaupun ada yang tidak hilang, akan tetapi ada yang dipalsukan sehingga yang asli tidak terkesan hilang. Adanya arca imitasi sebagai pengganti benda-benda yang dicuri mengindikasikan bahwa tindak

Dokumen terkait