commit to user
MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI
CITRA MUSEUM
(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra
Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum Radya
Pustaka Surakarta)
Disusun untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Dalam
Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
YULI SETYOWATI
D1207651
S1 NON REGULER ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
commit to user
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Surakarta, 01 Juli 2010
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si
commit to user HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada Hari : Senin
Tanggal : 9 Agustus 2010
Panitia Penguji
1 Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si 19580617 198702 1 001
4 Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si
19620117 198601 2 001
(…..………...) Penguji II
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dekan
commit to user MOTTO
“ I DO MY BEST, AS BEST AS I CAN DO” (Yuli)
commit to user PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan Skripsi ini kepada:
1. Bapak dan Ibu..
2. Kakak-kakak ku (Maz Jarwo, Mbak Lia,
Maz Indra, Mbak Ila, Maz Cahyo, Mbak Dini, Mbak Maya, Mbak Mega)..
3. Keponakan-keponakan ku (Radit, Ian, Febio, Ius, Arya)..
4. Sahabat dan semua teman-teman di Ilmu Komunikasi generasi 2007..
ABSTRAK
commit to user
Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta). Program S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi F akultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar belakang penulisan Skripsi ini yaitu meski sudah nampak pengelolaan manajemen Museum seperti perubahan kebersihan dan kerapian gedung, perubahan struktur Komite, event-event yang dilakukan, namun demikian jumlah pengunjung masih rendah, hal ini sebagai indikasi belum dapat menarik minat pengunjung. Skripsi ini mengkaji tentang manajemen krisis dalam memperbaiki citra Museum oleh Komite Museum Radya Pustaka Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan yang dipertanyakan dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca pemalsuan dan pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta. Teori yang digunakan yaitu manajemen krisis yang didalamnya mencakup strategi Public Relations.
Penulisan Skripsi ini disajikan secara deskriptif kualitatif untuk memperoleh gambaran dan medeskripsikan tindakan strategi Public Relations dalam menghadapi krisis yang terjadi di museum pasca pemalsuan dan pencurian koleksi arca dalam memperbaiki citra Museum Radya Pustaka Surakarta yaitu strategi adaptif dan pengendalian program. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, studi pustaka dan dokumen. Data yang diperoleh dari penemuan-penemuan dikumpulkan dan disajikan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi adaptif yang dilakukan berupa perubahan internal museum yaitu dengan mengganti struktur Komite Museum, mengadakan publikasi ke sekolah dan instansi yang dilakukan dengan cara mengundang para siswa-siswi ataupun pegawai instansi mengunjungi museum, kerjasama dengan media massa agar ketika museum melaksanakan serangkaian event bisa diliput oleh pihak media massa, serta pengadaan event yang berupa Jamasan Rajamala, Ngisis Ringgit/ Wayang, Workshop Keris yang bertujuan untuk mendapatkan perhatian baik masyarakat umum maupun dari pakar budaya maupun pakar tosan aji.
commit to user ABSTRACT
Yuli Setyowati, 2010. Crisis Management in Improving the image of Museum (Qualitative Descriptive Study of Crisis Management in Post-F ixing Case Image Museum Arca F orgery and Theft of Library Collections Museum Radya Surakarta). S1 Non-Regular Program of Communication Sciences F aculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University of Surakarta.
The background this Thesis writing that is already visible even though the management of the Museum such as changes in the cleanliness and neatness of the building, changes in committee structure, events are conducted, however the number of visitors is still low, this is an indication not been able to attract visitors. This thesis is to study crisis management in improving the image of the Museum by the Committee of Museum Radya Pustaka staff only. This study aims to answer the question in question in this research, namely how the crisis management measures to improve the image of post-counterfeiting and theft of a collection of statues Museum Radya Pustaka of Surakarta. The theory used is the inside cover of crisis management public relations strategy.
Thesis Writing was presented to obtain a qualitative description and Public Relations medeskripsikan action strategies in facing the crisis that occurred in post-counterfeiting and theft of museum collections of statues in improving the image of Museum Radya Pustaka of Surakarta is an adaptive strategy and program control. Methods of data collection using interviews, library research and documentation. Data obtained from these findings were collected and presented descriptively. The results showed that adaptive strategies undertaken in the form of internal change by changing the structure of the museum is the Museum Committee, held a publication to schools and institutions by way of inviting students to visit museums or civil institutions, cooperation with mass media so that when the museum conducted a series of events be covered by the media, as well as a form of procurement event Jamasan Rajamala, Ngisis Ringgit / Puppet, Keris Workshop which aims to get the attention of both public and cultural experts and scholars from tosan aji.
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya
yang telah melindungi dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan Skripsi ini dengan judul “Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra
Museum (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki
Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum
Radya Pustaka Surakarta)”
Laporan Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
menyelesaikan studi bagi mahasiswa Program S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, Skripsi ini tidak
mungkin dapat terselesaikan dengan lancar dan baik. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama kepada:
1. Bapak Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
memberi petunjuk dan saran-saran serta pengarahan yang sangat berharga
sehingga selesainya penulisan Skripsi ini.
2. Ibu Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang
selama proses penyusunan Skripsi ini telah berkenan memberikan saran dan
kritiknya.
3. Bapak Winarso Kalingga selaku Ketua Komite Museum Radya Pustaka Surakarta
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meneliti dan mencari
commit to user
4. Bapak Djoko Daryoto selaku Sekretaris Komite Museum Radya Pustaka
Surakarta yang telah berkenan memberikan informasi melalui wawancara selama
penulis melakukan penelitian di Museum Radya Pustaka Surakarta
5. Ibu Soemarni Wijayanti selaku Pemandu Museum Radya Pustaka Surakarta yang
telah berkenan memberikan informasi melalui wawancara selama penulis
melakukan penelitian di Museum Radya Pustaka Surakarta.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penulisan Skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Skripsi masih belum
sempurna, oleh karena itu semua kekurangan, kritik dan saran dari pembaca akan
diterima dengan senang hati demi penyempurnaan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Skripsi ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Juli 2010
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Telaah Pustaka ... 5
1. Pengertian Krisis ... 5
a. Definisi Krisis ... 5
b. Tahapan Krisis... 6
commit to user
3. Krisis Public Relations ... 11
a. Langkah-langkah Mengatasi Krisis Public Relations ... 11
b. Peran Public Relations dalam Krisis ... 12
4. Manajemen Krisis ... 13
5. Definisi Citra ... 18
6. Media Relations (Hubungan Pers) di saat Krisis ... 20
a. Pengertian Media Relations ... 20
b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Media Relations ... 22
c. Bentuk Kegiatan Media Relations ... 24
F. Metode Penelitian ... 25
1. Jenis Penelitian ... 25
2. Lokasi Penelitian ... 27
3. Teknik Penarikan Sample... 27
4. Teknik Pengumpulan Data ... 28
5. Validitas dan Reliabilitas Data ... 28
6. Analisis Data ... 29
G. Sistematika Penulisan ... 31
BAB II GAMBARAN UMUM MUSEUM RADYA PUSTAKA ... 33
A. Sejarah Singkat Museum Radya Pustaka Surakarta ... 33
B. Visi dan Misi Museum Radya Pustaka Surakarta ... 33
C. Struktur Komite dan Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka Surakarta ... 34
commit to user
E. Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca di Museum Radya Pustaka
Surakarta ……….………. 45
BAB III SAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 53
1. Krisis Public Relations Museum Radya Pustaka Surakarta ... 54
2. Manajemen Krisis Museum Radya Pustaka Surakarta ... 61
3. Media Relations Museum Radya Pustaka Surakarta ... 67
BAB IV PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 85
commit to user DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2007 ... 42
Tabel 2.2. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2008 ... 43
Tabel 2.3. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2009 ... 44
commit to user DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Flow Model of Analysis ... 30
Gambar 2.1. Struktur Komite Baru Museum Radya Pustaka ... 35
Gambar 2.2. Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka ... 36
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Lampiran 2. Surat Keterangan dari Museum Radya Pustaka Surakarta
Lampiran Transkip Wawancara
Lampiran 3. Interview Guide untuk Perusahaan (bagian 1) Lampiran 4. Interview Guide untuk Perusahaan (bagian 2) Lampiran 5. Daftar Narasumber
Lampiran 6. Transkip Wawancara
Lampiran Dokumen
Lampiran 7. Keputusan Walikota Surakarta No 432.1 / 78 / 1 / 2008 tentang
Pembentukan Komite Museum Radya Pustaka
Lampiran 8. Keputusan Komite Museum Radya Pustaka Surakarta No KMRP/ Ia
/ I / 2009 tentang Pembagian Tugas Karyawan Museum Radya
Pustaka Surakarta
Lampiran 9. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum
Radya Pustaka Surakarta tahun 2007
Lampiran 10. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum
Radya Pustaka Surakarta tahun 2008
Lampiran 11. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum
commit to user
Lampiran 12. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum
Radya Pustaka Surakarta tahun 2010
Lampiran Gambar
Lampiran 13. Brosur Museum Radya Pustaka Surakarta
Lampiran 14. Tiket masuk Museum Radya Pustaka Surakarta
Lampiran 15. Ruangan Museum Radya Pustaka Surakarta
Lampiran 16. Koleksi Arca yang dipalsukan dan dicuri
Lampiran Artikel
Lampiran 17. Artikel Koran “Polisi Periksa Orang Dalam Museum”
Solopos 15 November 2007
Lampiran 18. Artikel Koran “Pemkot siap kelola Radya Pustaka”
Solopos 13 November 2007
Lampiran 19. Artikel Koran “Polisi Memburu Penyimpan Lima Arca”
Kompas 20 November 2007
Lampiran 20. Artikel Koran “Mbah Hadi terlibat langsung”
Solopos 20 November 2007
Lampiran 21. Artikel Koran “Pemkot-Keraton mulai sepakat Museum Radya
Pustaka ditutup untuk umum”
Solopos 22 November 2007
Lampiran 22. Artikel Koran “Hari ini dipanggil Poltabes Hashim bisa jadi
tersangka”
commit to user
Lampiran 23. Artikel Koran “Rekonstruksi pemalsuan arca”
Solopos 24 November 2007
Lampiran 24. Artikel Koran “Polisi curigai motif kecelakaan Saksi ahli kasus arca
ditemukan tewas”
Solopos 10 Februari 2008
Lampiran 25. Artikel Internet “7 Arca Bersejarah Museum Radya Pustaka Solo
Hilang“
www.detiknews.com.
Lampiran 26. Artikel Internet “Polisi Periksa Pemandu Museum Radya Pustaka“
www.kapanlagi.com.
Lampiran 27. Artikel Internet “Kepala Museum Solo Terlibat Langsung
Pemalsuan Arca“
www.detiknews.com.
Lampiran 28. Artikel Internet “Pemalsuan Arca Dilakukan atas Persetujuan
Kepala Museum Solo“
www.detiknews.com
Lampiran 29. Artikel Internet “Orang Jerman Diduga Terlibat Hilangnya 5 Arca di
Solo“
www.detiknews.com
Lampiran 30. Artikel Internet “Kasus Pencurian Arca di Museum Radya Pustaka,
Para tersangka saling tuding“
www.wawasandigital.com
Lampiran 31. Artikel Internet “Hashim Djojohadikusumo Jadi Saksi Kasus Arca
Museum Radya Pustaka“
commit to user
Lampiran 32. Artikel Internet “Museum Radya Pustaka Buka Kembali Awal
Januari“
www.antaranews.com
Lampiran 33. Artikel Internet “Pasca Pencurian Aarca Museum Radya Pustaka
Ramai Dikunjungi“
www.indosiar.com
Lampiran 34. Artikel Internet “Saksi Ahli Tewas, Kasus Museum Radya Pustaka
Tetap Jalan“
www.kapanlagi.com
Lampiran 35. Artikel Internet “Kasus Arca Museum Radya Pustaka mulai
Disidangkan“
www.wawasandigital.com
Lampiran 36. Press release Jamasan Chantik Kyahi Rajamala Museum Radya
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis tidak bisa diprediksi datangnya, ini dapat terjadi dimana saja, kapan
saja, dan pada siapa saja. Krisis tidak pernah memandang bulu karena bisa datang
tanpa menunggu kesiapan dalam menghadapinya. Dan ketika krisis yang tidak
pernah diperhitungkan terjadi, semua menjadi bingung, tanpa arah, dan kehilangan
kendali. Begitu pula dalam suatu perusahaan atau organisasi. Ketika terjadi krisis,
maka seluruh aktivitas organisasi bisa menjadi lumpuh.
Ada beberapa jenis krisis berdasarkan penyebabnya, salah satunya adalah
krisis yang terkait masalah kriminal. Krisis yang terkait masalah kriminal
belakangan sering terjadi. Krisis jenis ini merupakan ancaman besar untuk
beberapa industri misalnya industri Pariwisata. Seperti pada kasus pemalsuan dan
pencurian arca koleksi Museum Radya pustaka Surakarta. Museum Radya Pustaka
adalah merupakan salah satu museum tertua di Indonesia. Didalam museum
tersebut menyimpan banyak koleksi benda cagar budaya. Setelah dilakukan proses
penyelidikan oleh pihak Kepolisian setempat, kasus yang terjadi di Museum ini
diketahui bahwa motif utama kasus ini adalah bertujuan untuk mendapatkan uang
dari hasil pencurian beberapa arca yang kemudian dijual kepada kolektor benda
kuno. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, beberapa koleksi arca sebelumnya
dipalsukan yaitu dengan cara dibuat tiruannya yang dibuat semirip mungkin
dengan aslinya, baru setelah itu arca yang asli digantikan dengan arca yang palsu
commit to user
Kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya pustaka
Surakarta adalah suatu krisis bagi pihak Komite Museum, karena dengan adanya
kasus ini media mem-blow up berita tersebut di koran lokal dan nasional tentang beberapa koleksi arca yang dipalsukan dan dicuri, yang dihubungkan dengan pihak
internal terkait dalam kasus ini. Kasus ini berdampak pada munculnya citra negatif
di mata masyarakat mengenai keaslian koleksi di Museum Radya Pustaka, seperti
pada salah satu kutipan pernyataan di salah satu media cetak bahwa menurut
kalangan sejarawan Solo menyebutkan 50 persen koleksi di Museum Radya
Pustaka telah hilang dari tempat semula. Kalaupun ada yang tidak hilang, akan
tetapi ada yang dipalsukan sehingga yang asli tidak terkesan hilang. Adanya arca
imitasi sebagai pengganti benda-benda yang dicuri mengindikasikan bahwa tindak
kejahatan tersebut melibatkan jaringan profesional. Tidak sekedar mencuri, juga
terindikasi kuat adanya upaya menghilangkan jejak dengan membuat benda serupa,
agar terlihat seolah-olah benda-benda bersejarah di Museum Radya Pustaka
tersebut masih utuh (Kompas, 2007).
Dengan adanya kasus ini membuat Museum Radya Pustaka Surakarta
ditutup sementara untuk kasus penyelidikan. Penutupan sementara ini membuat
wisatawan yang ingin mengunjungi Museum menjadi tidak mendapatkan akses
masuk ke dalam Museum. Hal ini berimbas pada turunnya jumlah pengunjung
yang juga berpengaruh pada penurunan pendapatan museum yang didapat dari tiket
masuk Museum.
Kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka
Surakarta ini menuntut pihak Komite untuk melakukan suatu strategi agar bisa
keluar dari krisis tersebut sehingga dapat kembali memperbaiki citra Museum yang
commit to user
Relations yang dipilih dan dijalankan oleh pihak Museum berupa Strategi Adaptif dan melakukan Pengendalian Program.
Strategi adaptif adalah strategi untuk organisasi yang mengalami krisis,
dimana krisis itu tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian organisasi. Kesalahan itu
menyebabkan organisasi tidak mungkin bersifat defensive. Ia harus berani
mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan perubahan. Pihak
Museum menjalankan strategi tersebut dengan cara berupa melakukan
langkah-langkah seperti perubahan internal Museum, mengadakan publikasi baik di
sekolah-sekolah maupun instansi, melui media massa, serta publikasi melalui
pengadaan event-event seperti event Jamasan Rajamala, Ngisis Ringgit/Wayang,
Workshop Keris. Sedangkan Pengendalian Program adalah langkah penerapan
yang dilakukan menuju strategi adaptif, yaitu berupa pengangkatan pegawai baru
dan penegasan bagi pengunjung museum untuk membayar tiket masuk.
Meski sudah nampak pengelolaan manajemen Museum seperti perubahan
kebersihan dan kerapian gedung, perubahan struktur Komite, event-event yang
dilakukan, namun demikian jumlah pengunjung masih rendah, hal ini sebagai
indikasi belum dapat menarik minat pengunjung. Sehingga dalam penelitian ini
akan dibahas mengenai pilihan strategi dalam manajemen krisis yang dilakukan
oleh pihak Komite Museum Radya Pustaka dalam rangka memperbaiki citra
museum pasca pemalsuan dan pencurian arca.
Dari uraian di atas, maka penelitian mengambil judul “Manajemen Krisis
Dalam Memperbaiki Citra Museum (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen
Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan
commit to user B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimanakah langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca
pemalsuan dan pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan medeskripsikan
langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca pemalsuan dan
pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis
Mengetahui dan mendapatkan gambaran mengenai strategi Public Relations dalam manajemen krisis sebagai usaha untuk memperbaiki citra museum terkait pasca kasus pemalsuan dan pencurian arca di Museum Radya
Pustaka Surakarta.
2. Bagi Museum Radya Pustaka Surakarta
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat dan berarti mengenai strategi Public Relations pasca kasus pemalsuan dan pencurian arca dalam memperbaiki citra Museum Radya
commit to user E. Telaah Pustaka
1. Pengertian Krisis
a. Definisi Krisis
Kata krisis berasal dari bahasa Yunani “krisis”, yang berarti
“keputusan”. Ketika krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang
harus dilakukan. Bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan, ke bawah atau
ke atas, bertarung atau melarikan diri.
Dalam bahasa Cina, krisis diucapkan dengan “wei-ji” dan mempunyai dua arti, yaitu “bahaya” dan “peluang“. Two side in the same coin (Nova, 2009: 54).
Krisis Public Relations adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra dan kredibilitas
perusahaan. Banyak perusahaan berpikir bahwa krisis Public Relations
hanya akan menyerang perusahaan besar, padahal krisis dapat menyerang
siapa saja, baik individu, organisasi, maupun perusahaan, kapan dan
dimana saja.
b. Tahapan Krisis
Krisis bisa datang dari mana dan kapan saja. Bencana alam,
kesalahan manusia, dan kecelakaan industri dapat menyebabkan suatu
krisis. Kadang kadang, penyebab krisis adalah manajemen itu sendiri.
Manajemen bertanggung jawab untuk mencari pemecahan masalah dari
krisis yang timbul dengan menggunakan berbagai cara yang mungkin
dilakukan. Diawali dengan rasa percaya diri yang tinggi, menggunakan
commit to user
kemampuan untuk meminimalkan kemarahan dan ketakutan publik tanpa
membahayakan cash flow atau reputasi perusahaan. Jika seseorang manajer berhasil mengatasi krisis tanpa diketahui oleh publik maka
manajer tersebut telah membuktikan kapasitas dan kemampuannya (Nova,
2009:109).
Menurut Steven Fink, konsultan krisis terkemuka dari Amerika,
ada 4 tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenali dan dipahami
adalah sebagai berikut (Kasali, 1999: 225):
1). Tahap Prodromal
Krisis pada tahap ini sudah mulai muncul. Tahap prodromal
sering disebut pula warning stage karena memberi sirene tanda bahaya mengenai simtom-simtom yang harus segera diatasi. Mengacu pada
definisi krisis, tahap ini juga merupakan bagian dari turning point.
2). Tahap Akut
Inilah tahap ketika orang mengatakan: “telah terjadi krisis”.
Krisis yang akut sering disebut sebagai the point of no return. Kerusakan sudah mulai bermunculan, reaksi mulai berdatangan, isu
menyebar luas. Namun, beberapa besar kerugian lain yang akan
muncul amat tergantung dari para aktor yang mengendalikan krisis.
3). Tahap Kronik
Tahap ini sering juga disebut sebagai the clean up phase atau
the post mortem. Sering pula tahap ini disebut sebagai tahap recovery
commit to user
penggantian pemilik, mungkin masuk nama-nama baru sebagai pemilik
atau mungkin pula bangkrut dan perusahaan dilikuidasi.
4). Tahap Resolusi(penyembuhan)
Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih kembali) dan tahap
terakhir dari tahap krisis. Meski bencana besar dianggap sudah berlalu
tetap perlu berhati-hati, karena riset dalam kasus-kasus krisis
menunjukkan bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja pada tahap
ini. Krisis umumnya berbentuk siklus yang akan membawa kembali
keadaan semula (prodromal stage). Bila sedang dalam proses penyembuhan (tahap resolusi) tidak dapat menahan diri, dan bila
penyembuhan tidak tuntas benar, akan kembali lagi ke tahap
prodromal.
Tindakan apapun yang dilakukan adalah lebih baik daripada tidak
sama sekali. Hindari melakukan penyangkalan di hadapan publik dan
media, serta berbohong untuk menyembunyikan krisis karena ini dapat
membuat publik akan kehilangan kepercayaan dan masalah menjadi
berlipat ganda. Tindakan lain adalah memilih juru bicara yang terlatih,
untuk memperoleh simpati publik. Tidak semua data dan informasi harus
dipublikasikan karena dapat merugikan. Langkah terakhir adalah
melakukan investigasi penyebab awal krisis sehingga krisis yang sama
dapat dihindari di masa mendatang.
commit to user
Secara singkat publik dapat diartikan sekelompok orang yang memiliki
kepentingan yang sama. Sedangkan pengertian publik dalam Public Relations
secara lebih spesifik adalah sekelompok orang yang menjadi sasaran kegiatan
Public Relations artinya, kelompok yang harus senantiasa dihubungi dan diperhatikan dalam rangka pelaksanaan fungsi Public Relations (Kasali, 1999:10).
Di dalam Public Relations, terdapat 2 macam publik, yaitu (Moore, 1988: 5):
1). Publik Intern: Adalah publik yang meliputi orang-orang yang bekerja di
dalam atau membentuk bagian yang integral dari suatu
organisasi.
2). Publik Ekstern: Adalah orang-orang yang ada di luar kelompok yang
dilayani atau dipengaruhi, melayani atau mempengaruhi
organisasi.
Public Relations News menjelaskan lebih spesifik definisi mengenai hubungan masyarakat yang menekankan tanggung jawab khusus bahwa
Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, megidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur seorang individu
atau sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan menjalankan
suatu program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan
publik. Definisi berikutnya disarankan Public Relations adalah suatu filsafat sosial dari manajemen yang dinyatakan dalam kebijakan beserta
peristiwa-commit to user
peristiwa berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha
memperoleh saling pengertian dan itikad baik (Moore, 1988: 6).
Baskin Aronoff dan Lattimore mendefinisikan gambaran humas yang
lebih detail sebagai berikut (Lattimore, 1997:5)
“ Public Relations is a management function that helps achieve organizational, objective, define philosophy and facilities organization change. Public Relations practitioners communicate with all relevant internal and external publics to develop positive relationship and to create consistency between organizational goals and societal expectations; public relations practitioners develop, execute and evaluate organizational programs that promote the exchange of influence and understanding among an organization’s constituent parts and publics.”
Artinya Public Relations / Humas (Hubungan Masyarakat) adalah alat dari manajemen untuk membantu mencapai tujuan organisasi, merumuskan filosofi
organisasi dan menjadi fasilitator dalam perubahan sosial. Pejabat Humas
menjalin komunikasi dengan seluruh publik baik internal maupun eksternal
untuk membangun relasi yang positif dan untuk menjaga konsistensi dari
realisasi antara tujuan organisasi dan harapan dari lingkungan sosial di sekitar
organisasi. Pejabat Humas mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengembangkan, mengimplementasikan, serta melakukan evaluasi
kegiatan-kegiatan organisasi yang bertujuan mempertemukan dan menghasilkan rasa
saling pengertian antara organisasi dengan publiknya.
Graeme David Sterne menjelaskan bahwa Jo Shaw, J. White, Coombs,
commit to user
“Public relations was generally perceived as publicity to cultivate favourable perceptions for clients. This is consistent with the view that sees public relations as primarily media relations.”
Artinya Public Relations pada umumnya dianggap sebagai publisitas untuk menumbuhkan persepsi yang menguntungkan untuk klien. Hal ini konsisten
dengan pandangan bahwa melihat Public Relations sebagai hubungan utama dengan media (Jurnal: 2010, 4-31).
3. Krisis Public Relations
a. Langkah-langkah Mengatasi Krisis Public Relations
Ada banyak kasus krisis Public Relations yang terjadi. Dalam setiap krisis ada 5 langkah berikut penting untuk diketahui, yaitu (Nova,
2009:172):
1). Perusahaan yang sedang mengalami krisis sebaiknya cepat memberi respon kepada publik.
Bentuk respon ini bisa berupa memberitahukan kepada publik tentang kasus yang telah terjadi.
2). Perusahaan harus memberikan informasi yang jujur karena publik akan lebih mudah memaafkan kesalahan apabila perusahaan itu jujur daripada perusahaan tersebut berbohong.
3). Penting bagi perusahaan untuk selalu informatif karena seperti juga masyarakat, media akan menciptakan cerita versi mereka sendiri apabila perusahaan tidak memberikan informasi yang mereka perlukan. Rumor atau gosip bisa menyebabkan kehancuran yang lebih fatal, jadi lebih baik perusahaan mengatakan yang sebenarnya.Dalam memberikan informasi hendaknya secara bertahap dan runtut.
4). Penting untuk memperlihatkan kepada publik, karena publik akan memaafkan jika perusahaan peduli pada korban krisis.
5). Memelihara hubungan baik. Ini penting karena perusahaan bisa mempelajari banyak pendapat masyarakat dengan mendengarkan.
b. Peran Public Relations dalam Krisis
Krisis harus direspon dengan baik oleh perusahaan, biasanya dapat
commit to user
dengan publiknya. Disamping itu, Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasi sikap publik. Public Relations harus berperan dalam memberitahukan publik tentang apa yang terjadi, apa yang
sedang dan akan dilakukan perusahaan dan apa yang harus di lakukan oleh
publik. Bahkan pada waktu krisis telah selesai ditanggulangi, peran Public Relations adalah memperbaiki hubungan dan posisi perusahaan di masyarakat secara umum dan stakeholders secara khusus. Ini dapat dilakukan dengan pertemuan-pertemuan penting dengan pemerintah,
karyawan dan keluarganya, media internal perusahaan, media massa dan
melanjutkan strategi komunikasi jujur dan terbuka. Dalam hal ini harus
mencerminkan 2 hal, yaitu (Luhukay, 2008:25):
1. Tanggungjawab yang tinggi dari pihak manajemen organisasi terhadap
harkat atau nilai-nilai kemanusiaan. Upaya pencarian kambing hitam
atau pihak ketiga, menghindari media, berdiam diri alias off the record, ketidakjujuran, manipulasi data sebaiknya dihindari karena justru
berujung pada jatuhnya reputasi perusahaan.
2. Komunikasi yang dibangun atas dasar kejujuran dalam upaya
membangun hubungan yang baik dan kepercayaan publik terhadap niat
baik organisasi. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan
harus menjadi wilayah perhatian dari Public Relations.
4. Manajemen Krisis
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis,
yaitu (Kasali, 1999: 231):
commit to user
Untuk dapat mengidentifikasi suatu krisis, praktisi Public Relations perlu melakukan penelitian. Cara yang ditempuh untuk menidenifikasi krisis yaitu
memahami faktor-faktor penyebab krisis itu terjadi, bisa berupa hubungan
kerja yang buruk, terkait dengan masalah kriminal, pergantian manajemen,
dan lain sebagainya.
b. Analisis Krisis
Praktisi Public Relations sebelum melakukan komunikasi harus melakukan analisis atas masukan yang diperoleh. Analisis yang dilakukan mulai dari
analisis parsial sampai analisis integral yang kait mengkait.
c. Isolasi Krisis
Untuk mencegah krisis menyebar luas harus diisolasi, dikarantina sebelum
tindakan serius dilakukan. Tindakan isolasi ini bisa berupa suatu kegiatan
yang memerlukan penanganan khusus agar tidak terganggu dengan kegiatan
lain yang sedang berlansung.
d. Pilihan Strategi
Dalam buku Manajemen Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional oleh Morrisan menjelaskan Stephen Robbins (1990)
mendefinisikan strategi sebagai:
“ The determination of the basic long-term goals and objective of an enterprise, and the adoption of course of action and the allocation of resources necessary for carrying out this goals”
Artinya penentuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan
arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan). Berpikir strategis meliputi tindakan memperkirakan atau
membangun tujuan masa depan yang diinginkan, menentukan
commit to user
tujuan, serta merumuskan rencana untuk mencapai keadaan yang
diinginkan (Morrisan, 2008: 152).
Menurut Cultip-Center-Broom, perencanaan strategis bidang humas meliputi kegiatan (Morrisan, 2008: 153):
1. Membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program.
2. Melakukan identifikasi khalayak penentu (key publics).
3. Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang
akan dipilih.
4. Memutuskan strategi yang digunakan.
Perusahaan perlu melakukan penetapan strategi generik yang akan
diambil. Dalam manajemen krisis, ada 3 macam strategi yang bisa
diterapkan dalam menagani krisis yang disebut strategi generik, yaitu
Strategi Defensif, Strategi Adaptif, dan Strategi Dinamis (Kasali,1994:232).
Mengingat manajemen krisis dan kehumasan krisis bergerak dalam satu
formasi, keduanya harus bergerak kearah strategi yang sama, meskipun
masing-masing tetap memelihara ciri khasnya. Misalnya jika manajemen
krisis memilih bertindak defensif, kehumasan krisis juga harus memilih
strategi yang sama agar pilihan keduanya kompatibel satu sama lain. Akan
tetapi, penjabarannya strategi defensif oleh manajemen krisis berbeda
dengan penjabaran kehumasan krisis. Bila terdapat perbedaan strategi
commit to user
akan terjadi. Berikut adalah pilihan-pilihan strategi bagi kehumasan krisis
(Emeraldy dan Nasrullah, 2008:117):
1). Strategi Defensif
Strategi definsif atau strategi bertahan dapat dipilih apabila organisasi terancam oleh Koleks-1 atau Koleks-2, padahal organisasi sangat yakin tidak melakukan suatu kesalahan, baik prosedural maupun legal. Ancaman itu dapat dikategorikan sebagai usaha penggerogotan yang bila berhasil akan menimbulkan kekacauan dalam tubuh organisasi. Sementara itu, strategi adaptasi maupun dinamis dianggap terlalu memakan biaya dan diprediksi dapat merusak hubungan baik dengan pihak penggerogot.
2). Strategi Adaptif
Strategi Adaptif atau penyesuain diri cocok untuk organisasi yang mengalami krisis karena Kolin atau Koleks-1. Artinya, krisis itu tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian organisasi. Kesalahan itu menyebabkan organisasi tidak mungkin bersifat defensive. Ia harus berani mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan perubahan.
3). Strategi Dinamis
Strategi dinamis cocok untuk organisasi yang mengalami Krispa dan Kripadi: tingkat bahaya yang dihadapi organisasi sudah demikian serius sehingga perlu digunakan langkah-langkah khusus. Strategi dinamis memerlukan banyak unsur-unsur strategis, karena hal itu dianggap sebagai strategi yang mahal. Organisasi sebaiknya menilai secara akurat tingkat krisis yang sedang dialami sebelum memilih strategi ini agar tidak terjebak dalam pemborosan.
e. Program Pengendalian
Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju
strategi generik yang dirumuskan.
Dengan melakukan strategi yang tepat dapat memperbaiki kembali
citra yang sempat negatif di mata masyarakat, sehingga akan terbentuk
kembali citra positif seperti yang sudah terbentuk sebelum krisis tersebut
muncul.
Pada kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya
Pustaka Surakarta strategi yang tepat dilaksanakan adalah Strategi Adaptif.
commit to user
kelalaian yaitu pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum yang dilakukan
oleh pihak intern Museum sendiri, namun pihak Museum telah mengakui
kepada publik tentang kesalahan tersebut karena tidak mungkin Museum
bersifat defensive menutup-nutupi kesalahan ini.
Dalam pengertian Strategi Adaptif bahwa Museum telah mengalami
kelalaian. Akibatnya terjadi kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi
Museum. Kasus ini mendapat liputan luas oleh pers dan umumnya cenderung
memojokkan Museum tersebut. Opini yang berkembang di masyarakat
menjadi negatif. Pemberitaan pers yang tendensius membuat citra Museum
menjadi terpuruk. Oleh karena itu langkah-langkah yang perlu dilakukan
Museum dalam menangani krisis ini adalah (Emeraldy dan Nasrullah,
2008:123):
1. Membentuk tim baru yang bertugas memantau situasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan di kemudian hari.
2. Pemimpin Museum jangan sengaja menghilang untuk menghindari
tanggung jawab karena hal ini dapat semakin merugikan masa depan
Museum.
3. Untuk meluruskan pemberitaan, Museum perlu mengundang para
wartawan. Dalam hal ini pihak Museum tidak perlu bicara banyak apalagi
mengatur wartawan tentang apa yang hendak dilaporkan wartawan.
4. Pihak Museum mengumpulkan semua informasi berkaitan dengan kasus
pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum, yaitu koleksi yang
hilang, serta siapa yang terlibat dalam pemalsuan dan pencurian tersebut,
yang tentunya telah melalui penyelidikan dan penyidikan dari pihak
commit to user
5. Mengadakan konferensi pers yang tujuannya untuk menyampaikan
permintaan maaf kepada publik atas pencurian yang telah terjadi.
Konferensi pers ini diselenggarakan oleh pihak yang bertanggungjawab
atas pelaporan kasus pencurian dan pemalsuan arca koleksi Museum
kepada pihak Kepolisian.
Dalam Strategi Adaptif langkah-langkah yang diambil mencakup
hal-hal yang lebih luas, seperti: mengubah kebijakan, modifikasi opersional,
kompromi, meluruskan citra (Kasali, 1994:232).
5. Definisi Citra
Setiap perusahaan mempunyai citra yang disadari atau tidak telah
melekat pada perusahaan tersebut. Tidak sedikit barang atau jasa yang
dihasilkan perusahaan begitu kuat citranya di benak konsumennya. Citra dapat
dikatakan sebagai persepsi masyarakat dari adanya pengalaman, kepercayaan,
perasaan, dan pengetahuan masyarakat itu sendiri terhadap perusahaan,
sehingga aspek fasilitas yang dimiliki perusahaan, dan layanan yang
disampaikan karyawan kepada konsumen dapat mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap citra. Dengan demikian citra merupakan salah satu aset
terpenting dari perusahaan atau organisasi yang selayaknya terus menerus
dibangun dan dipelihara. Citra yang baik merupakan perangkat kuat, bukan
hanya untuk menarik konsumen dalam memilih produk atau perusahaan,
melainkan juga dapat memperbaiki sikap dan kepuasan pelanggan terhadap
perusahaan.
Citra perusahaan tidak bisa direkayasa, artinya citra tidak datang
commit to user
komunikasi dan keterbukaan perusahaan dalam usaha membangun citra positif
yang diharapkan. Upaya membangun citra tidak bisa dilakukan secara
serampangan pada saat tertentu saja, tetapi merupakan suatu proses yang
panjang. Karena citra merupakan semua persepsi atas objek yang dibentuk
oleh konsumen dengan cara memproses informasi dari berbagai sumber
sepanjang waktu. Citra Perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan
dapat tetap hidup dan orang-orang didalamnya terus mengembangkan
kreativitas bahkan memberikan manfaat yang lebih berarti bagi orang lain
(Kasali, 1999: 196).
Usaha untuk mempublikasikan kepada masyarakat mengenai strategi
yang dilakukan memerlukan kerjasama dengan media massa. Hal ini bertujuan
agar strategi yang telah diterapkan dalam kegiatan-kegiatan nyata dapat diliput
oleh pihak media massa sehingga bisa disebarkan secara cepat kepada
masyarakat luas. Dan masyarakat mengetahui mengenai usaha memperbaiki
citra negatif. Hal ini juga bermanfaat bagi pihak media massa yaitu pihak
media mendapat berita atas kegiatan sebagai usaha untuk memperbaiki citra
tersebut.
6. Media Relations (Hubungan Pers) di saat Krisis
a. Pengertian Media Relations
Media berita menjadi faktor utama dalam Public Relations yang mengontrol arus publisitas melalui saluran-saluran komunikasi umum yang
commit to user
media dan karena publisitas telah berperan lebih penting dalam Public Relations. Para redaktur menyadari bahwa bagian Public Realtions
merupakan sumber berita asli dan sumber informasi teknis, dan bahwa
mereka membantu mengembangkan kisah berita, gambar, artikel dan
bahan penunjang lainnya. Sedangkan para petugas Public Relations
memperoleh lebih banyak pengetahuan mengenai media masssa,
kebutuhan dan kebijaksanaan editorionalnya, khalayak, dan masalah
pengoperasionalnya (Moore, 1988: 181).
Media relations atau hubungan media adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun profesi humas suatu organisasi,
untuk menjalin pengertian dan hubungan baik dengan media massa, dalam
rangka pencapaian publikasi organisasi yang maksimal serta berimbang
/balance (Nova, 2009:208):
Dalam profesi humas, hubungan media seringkali juga dipahami
sebagai penanganan krisis, dengan memberitakan hal-hal positif tentang
perusahaan saat perusahaan sedang dilanda berita negatif. Pada saat krisis,
cara terbaik penaganan hubungan media oleh humas adalah mengakui dan
memperbaiki kesalahan dengan menginformasikan usaha-usaha ke depan.
Dalam hal ini baik media massa maupun humas berada dalam posisi saling
memanfaatkan dan saling diuntungkan (simbiosis mutualisme), karena
dengan liputan media maka adanya suatu krisis dapat memberikan citra
positif untuk organisasi dan disaat yang sama media massa mendapatkan
berita (Nova, 2009: 209).
commit to user
“ Media relations should not be used when issues and crises rise; it is essential to have constant liaison with top media owners in order to be informed about what is going on in the market.”
Artinya hubungan terhadap media sebaiknya tidak digunakan
ketika masalah dan krisis timbul; itu adalah penting untuk memiliki
hubungan yang konstan dengan pemilik media atas agar informasi tentang
apa yang terjadi di pasar.
b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Media Relations
Philip Lesley, penulis Public Relations Handsbook mengemukakan fungsi humas dalam hubungan dengan pers, yaitu sebagai berikut (Nova,
2009:210):
1). Fungsi pasif dan pelayanan
Fungsi pasif berarti pihak humas hanya menanggapi permintaan pers
dan tidak melakukan inisiatif tertentu.
Contohnya jika ada pihak media massa baik cetak maupun elektronik
yang datang untuk meliput, maka pihak Musem mempersilahkan dan
melayani dalam hal menjawab pertanyaan dari wartawan, dimana tanya
jawab ini biasanya dilakukan secara spontan.
2). Fungsi setengah aktif
Secara kontinyu humas mempersiapkan penyebaran info tentang
commit to user
Contohnya pihak Museum telah menyiapkan info yang menyangkut
krisis dalam Museum, sehingga jika ada pihak media massa baik cetak
maupun elektronik datang untuk meliput tentang kasus tersebut, tinggal
memberikan informasi yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh pihak
Museum.
3). Fungsi aktif
Dalam fungsi aktif, humas menggunakan inisiatif dalam mendekati
kalangan media.
Contohnya Pihak Museum mengundang pihak media massa baik cetak
maupun elektronik datang ke Museum secara langsung untuk
kepentingan konferensi pers. Yang menjadi juru bicara dalam
konfrensi pers ini adalah yang berkompeten menjelaskan tentang kasus
yang terjadi dan tentunya juga mampu untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang nantinya diajukan oleh pihak media massa, dalam hal
ini misalnya anggota yang termasuk didalam komite Museum, pegawai
Museum, atau bahkan dari pihak eksternal yang juga turut membatu
mengatasi krisis ini seperti Tim Investigasi Balai Pengelola Purbakala
Jawa Tengah.
Analisis Frank Jefkins pada tujuan pokok diadakannya hubungan
pers adalah untuk menciptakan pengetahuan dan pemahaman. Jadi, bukan
semata-mata menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan organisasi
atau klien demi mendapatkan citra produk atau sosok yang lebih indah
daripada aslinya di mata umum. Tidak seorangpun yang berhak untuk
commit to user
setidaknya dalam suatu masyarakat yang demokratis (Munandar: 1995,
171).
Adapun manfaat media relations adalah sebagai berikut (Nova, 2009:211):
1). Membangun pemahaman mengenai tugas dan tanggungjawab
organisasi dan media massa.
2). Membangun kepercayaan timbal balik dengan prinsip saling
menghormati dan menghargai serta kejujuran dan kepercayaan.
3). Penyampaian/ perolehan informasi yang akurat, jujur, dan mempu
memberikan pencerahan bagi publik.
Aktivitas untuk menjalin hubungan baik dengan pers dapat
dilakukan dengan mengirimkan siaran pers perusahaan ke media,
menyelenggarakan konferensi pers, memformulasikan isu penting di
organisasi yang menarik untuk media, menyelenggarakan ramah tamah
dengan media, menyelenggarakan kunjungan lapangan untuk pers,
menyelenggarakan acara-acara khusus, wawancara khusus, menyediakan/
menjadi narasumber media dan monitoring pemberitaan media.
commit to user
Dalam praktek hubungan pers terdapat beberapa bentuk kegiatan
yang melibatkan insan pers. Kegiatan ini baku dilakukan oleh lembaga
yang menguasai praktik-praktik kehumasan profesional, baik diluar negeri
maupun Indonesia. Bentuk kegiatan hubungan pers menurut Aceng
Abdullah dalam buku “Press Relations Kiat Berhubungan dengan Media Massa” adalah sebagai berikut (Nova, 2009:212):
1). Penyebaran siaran pers
Penyebaran siaran pers biasanya berupa lembaran siaran berita yang dibagikan kepada para wartawan atau media massa yang dituju. Siaran Pers memiliki fungsi yang sama dengan fungsi media massa. Kegiatan pembuatan dan penyebaran siaran Pers ini merupakan kegiatan hubungan pers yang paling efisien.
2). Konferensi pers atau jumpa pers
Konferensi Pers biasanya dilakukan menjelang, menghadapi ataupun setelah terjadi peristiwa penting dan besar.
3). Kunjungan pers
Kunjungan pers atau yang biasa disebut pers tour adalah mengajak wartawan untuk berkunjung ke suatu lokasi, baik yang berada di lingkungannya, maupun ke tempat lokasi yang memiliki kaitan erat dengan kiprah lembaga atau instansi terkait.
4). Resepsi pers
Resepsi pers adalah mengundang para insan media massa dalam sebuah resepsi atau acara khusus diselenggarakan untuk para pemburu berita. Acaranya bisa berupa jamuan makan, kemudian dilanjutkan dengan hiburan.
5). Peliputan kegiatan
Peliputan kegiatan merupakan kegiatan yang paling dikenal diantara kegiatan pers lainnya. Peliputan kegiatan dilakukan saat sebuah instansi mengadakan kegiatan tertentu, khususnya yang mempunyai nilai berita. Media massa diundang untuk meliput kegiatan tersebut. 6). Wawancara pers
Jika lima kegiatan diatas merupakan prakarsa dari organisasi maka wawancara pers merupakan inisiatif dari pihak media massa. Terdapat dua jenis wawancara, yaitu wawancara yang dipersiapkan dan wawancara spontan.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif yang didukung
commit to user
memaparkan suatu permasalahan/ keadaan/ peristiwa sebagaimana adanya
sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan untuk memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan yang
sebenarnya dari objek yang diteliti. Menurut Bogdan dan Taylor, “metodologi
kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan atau perilaku yang dapat diamati (Maleong,
2002:3).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur
statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Dalam penelitian
data kualitatif semua teknik pengumpulan data kualitas pelaksanaannya
tergantung penelitiannya sebagai alat pengumpulan data utamanya (peneliti
sebagai instrumen utama). Oleh karena itu sikap kritis dan terbuka sangat
penting, dan teknik pengumpulan data yang digunakan bersifat terbuka dan
lentur (menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang mungkin berubah
(Sutopo, 2002: 36).
Penelitian ini dapat dideskripsikan dengan melakukan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan mengumpukan
gejala-gejala yang mengindikasikan adanya kesenjangan antara harapan
(teori) dan kenyataan.
b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang
commit to user
c. Membuat perbandingan atau evaluasi antara teori yang ada dengan kondisi
lapangan.
d. Menemukan hal yang perlu dilakukan di lapangan dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman untuk menetapkan
rencana dan keputusan di masa yang akan datang.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Museum Radya Pustaka yang berlokasi di
Jalan Slamet Riyadi 421 Solo.
3. Teknik Penarikan Sample
Teknik penarikan sample yang dipakai peneliti adalah dengan teknik
Purposive Sampling yang mana peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya
untuk menjadi sumber data yang mantap. Sumber data yang digunakan dalam
Purposive Sampling sebagai yang mewakili informasinya (Sutopo, 2002:56). Dalam penelitian ini yang menjadi informan yaitu Sekretaris Komite yang baru
yang dipilih setelah terjadinya kasus dan Pemandu Museum yang menjadi staff
Museum dari terjadinya kasus hingga saat ini masih bekerja di Museum Radya
Pustaka Surakarta. Dengan demikian diharapkan peneliti mendapat informasi
secara akurat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
commit to user
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui strategi Public Relations yang dilakukan oleh pihak Museum Radya Pustaka dalam memperbaiki citra museum pasca pemalsuan dan pencurian arca, yaitu
dengan mewawancarai pihak internal Museum misalnya anggota Komite
Museum maupun dengan pegawai museum.
b. Studi Pustaka dan Dokumen
Dokumen yang digunakan oleh peneliti adalah dokumen yang resmi yang
berasal dari internal dan eksternal Museum. Dokumen internal adalah
dokumen yang berasal dari dalam Museum. Sedangkan dokumen eksternal
adalah bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial
misalnya majalah, buletin atau pernyataan dan berita yang disiarkan
melalui media masa.
5. Validitas dan Reliabilitas Data
Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa
yang ada dalam kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan memang
sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini mengusahakan hal
tersebut dilakukan dengan cara triangulasi data. Triangulasi data adalah bentuk
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data, untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data Ada 4
macam teknik triangulasi yaitu pemeriksaan terhadap sumber (data), metode,
peneliti, dan teori. Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah teknik
triangulasi sumber (data) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
commit to user
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakanya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
bersangkutan.
Sedangkan untuk Reliabilitas data dilakukan dengan reduksi data, yang
merupakan seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada
di dalam fieldnote (catatan dari lapangan).
6. Analisis data
Dalam penelitian ini data dianalisis secara deskriptif, dalam artian
data-data hanya dipaparkan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan berdasarkan
konsep-konsep yang ada. Analisis data penelitian ini menggunakan Flow Model of Analysis.
F low Model of Analysis
Masa Pengumpulan Data
↓
commit to user
↓
Data Display
↓
Conclusion Drawing
Gambar 1.1 Flow Model of Analysis
Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R n D, Alfabeta, 2009, hal 247
Data Reduction atau reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar
yang muncul dari fieldnote (catatan dari lapangan). Reduksi data dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, tentang
pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan, dan tentang cara pengumpulan
data yang dipakai. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data
berupa singkatan, coding, memusatkan tema, membuat batasan permasalahan, menulis memo. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian
kualitatif berlangsung dan merupakan bagian dari analisis.
Data display merupakan suatu penyajian data yang meliputi berbagai
jenis matriks, gambar, atau skema, jaringan kerja berkaitan dengan kegiatan
dan table sehingga dapat membentuk suatu rakitan organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.
Conclusion drawing/ penarikan kesimpulan adalah proses konklusi yang terjadi selama pengumpulan data dari awal hingga akhir kesimpulan
commit to user
pemikiran kedua yang timbul dalam pikiran peneliti pada waktu menulis
dengan melihat kembali fieldnote (catatan dari lapangan).
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, landasan teoritis, kerangka pemikiran, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM MUSEUM RADYA PUSTAKA
Bab ini berisi tentang sejarah singkat, visi dan misi, struktur Komite dan
struktur organisasi, waktu pelayanan, denah, dan jumlah kunjungan
wisatawan, serta kasus pemalsuan dan pencurian arca di Museum Radya
Pustaka Surakarta, baik yang diperoleh melalui wawancara secara
langsung dari pihak internal Museum, maupun eksternal yang berupa
informasi yang diperoleh dari media massa.
BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang sajian dan analisis data yang berisi pilihan strategi
Public Relations dalam manajemen krisis yang dilakukan oleh pihak Komite Museum Radya Pustaka dalam rangka memperbaiki citra
museum pasca pemalsuan dan pencurian arca.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat diberikan oleh
peneliti tentang penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pada hasil
commit to user BAB II
GAMBARAN UMUM MUSEUM RADYA PUSTAKA
A. Sejarah Singkat Museum Radya Pustaka Surakarta
Museum Radya Pustaka merupakan salah satu museum tertua di Kota
Surakarta. Pendirinya adalah Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV, pepatih
dalem Keraton Surakarta Hadiningrat pada jaman pemerintahan Sri Paduka Paku
Buwono IX. Didirikan pada hari Selasa Kliwon, tanggal 15 Maulud Ehe 1820
bertepatan tanggal 28 Oktober 1890. Semula museum berlokasi di Panti Wibowo
yang merupakan salah satu ruangan kediaman di Kepatihan, namun atas prakarsa
Pakubuwono X pada tanggal 1 Januari 1913 dipindahkan lokasinya ke Loji
Kadipolo yaitu tempat dimana Museum sekarang berdiri di lokasi Jalan Slamet
Riyadi 275 Solo. Loji ini khusus dibeli oleh Pakubuwono X dari seorang Belanda
bernama Johanes Busselaar yang memang digunakan untuk museum.
B. Visi dan Misi Museum Radya Pustaka
Visi dan Misi Museum Radya Pustaka setelah dibentuknya pengelola
Museum yang baru dengan manajemen yang baru, yaitu dengan Visi Museum
Radya Pustaka menjadi media yang sangat baik dalam pendidikan,
kepariwisataan, perlindungan benda-benda cagar budaya, maka Misi yang
dijalankan adalah berupa:
1. Untuk mengembangkan kebudayaan Jawa.
2. Untuk mewujudkan sebuah museum menjadi objek wisata yang besar bagi
commit to user
3. Untuk menyimpan benda-benda cagar budaya di Museum Radya Pustaka.
4. Untuk menyimpan barang-barang antik dan naskah-naskah di Museum Radya
Pustaka.
5. Untuk menyimpan benda-benda cagar budaya baik yang masih asli maupun
replika.
6. Untuk menjaga kebersihan di dalam dan diluar komplek Radya Pustaka.
7. Untuk mewujudkan keamanan di dalam Museum Radya Pustaka.
8. Untuk menjaga sumber daya manusia yang profesional dalam memanage
Museum Radya Pustaka.
C. Struktur Komite dan Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka
Kasus pemalsuan dan pencurian arca yang melibatkan Ketua Komite yang
waktu itu dipegang oleh KRH. Darmodipuro yang lebih dikenal dengan sebutan
Mbah Hadi dan dua pegawainya yaitu Jarwadi seorang pegawai Museum yang
bertanggungjawab memegang kunci ruangan Museum, dan Gatot sebagai Petugas
keamanan Museum, maka Walikota Solo Joko Widodo beserta beberapa pihak
terkait mengadakan pembentukan Komite Radya Pustaka yang baru. Berdasarkan
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 432.1/ 78/1/2008 yang di tandatangani oleh
Walikota Solo, Joko Widodo pada tanggal 26 November 2008, susunan Komite
Radya Pustaka yang baru yaitu:
Struktur Komite baru Museum Radya Pustaka
commit to user
Sumber : Museum Radya Pustaka
Gambar 2.1. Struktur Komite baru Museum Radya Pustaka
Setelah terbentuknya Komite Museum Radya Pustaka yang baru,
berdasarkan Keputusan Komite Museum Radya Pustaka Surakarta Nomor
KMRP/Ia/I/2009 yang di tandatangani oleh Ketua Museum yang baru yaitu
Winarso Kalinggo pada tanggal 2 Januari 2009, maka menetapkan pembagian
commit to user
Sumber: Museum Radya Pustaka
Gambar 2.2. Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka
D. Waktu Pelayanan, Denah, dan Jumlah Kunjungan Wisatawan Museum
Radya Pustaka
Berikut adalah mengenai waktu pelayanan dan denah Museum Radya
Pustaka Surakarta sebagai informasi kepada wisatawan yang hendak mengunjungi
Museum:
Pelayanan Museum Radya Pustaka bagi wisatawan, yaitu:
· Hari Selasa-Kamis : 08.00-14.00 WIB
· Hari Jum’at-Sabtu : 08.00-13.00 WIB
· Hari Minggu : 08.00-14.00 WIB
· Hari Senin dan Hari Besar : Libur
Koleksi yang ada di museum ini diletakkan kepada tata ruang yang telah
diatur sedemikian rupa. Koleksi tersebut antara lain:
commit to user
Di halaman depan, di depan gedung museum, para pengunjung akan
menjumpai sebuah patung dada R. Ng. Rangga Warsita. Beliau adalah
seseorang pujangga keraton Surakarta yang sangat termasyur dan hidup pada
abad ke-19. Patung ini diresmikan oleh presiden Soekarno pada tahun 1953. di
depan dan di belakang patung ini terdapat prasasti yang menggunakan aksara
Jawa.
2. Ruang Pertama
Terdapat tempat pembelian tiket masuk dan ada beberapa meriam baroda dari
masa VOC yang berasal dari abad ke-17 dan ke-18. Sementara itu ada pula
beberapa meriam-meriam kecil milik Keraton Kartasura.
3. Ruang Kedua
Terdapat kolesi peralatan kesenian yang berupa koleksi wayang. Koleksi
wayang yang dimiliki, antara lain Wayang Golek Menak, Wayang
Krucil/Klitik, Wayang Suket, Wayang Kaper, Wayang Purwa, Wayang
Madya, Wayang Gedhog, Wayang Beber.
4. Ruang Ketiga
Ruangan pada sisi sebelah kiri ini disebut sebagai ruang keramik karena
memuat koleksi keramik, porselen dan gelas-gelas. Ada ruang penghubung
yang berisikan meja-meja marmer, kursi-kursi dan meriam Lela. Adapun
almari panjang yang ditata berbagai koleksi keris, pedang, dan tombak.
Sedangkan sisi kanan disebut sebagai ruang senjata tradisional.
5. Ruang Keempat
Merupakan ruang penghubung. Ruang ini untuk menghubungkan ruang satu
ke ruang yang lainnya.
commit to user
Ruang ini digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka atau biasa
disebut Tosan Aji yang berupa keris, belati, mata tombak dan
bermacam-macam pedang diantara milik Sunan Amangkurat III/Kartosuro dan gada besi
milik Keraton Surakarta.
7. Ruang Keenam
Ruang ini adalah ruang perpustakaan. Ruang tersebut merupakan inti dari
Museum Radya Pustaka. Karena bila ditilik dari artinya, Radya berarti negara
atau keraton, Pustaka berarti perpustakaan. Perpustakaan ini sebagian besar
koleksinya terdiri atas buku-buku dalam tulisan Jawa. Buku-buku tersebut
berisi tentang pengetahuan dan kebudayaan terutama tentang sejarah, adat
istiadat, kesenian, pranata mangsa dan lain-lain. Perpustakaan Radya Pustaka
melayani masyarakat umumbaik mahasiswa, pelajar maupun perorangan.
8. Ruang Ketujuh
Merupakan ruang koleksi benda perunggu (ruang yang berhadapan dengan
ruang perpustakaan). Ruangan ini menyimpan arca-arca maupun bentuk
benda-benda lain seperti genta, padupan, cermin, dan sebagainya.
9. Ruang Kedelapan
Ruang ini merupakan ruangan memorial, merupakan ruang bekas kantor Gusti
Panembahan Hadiwidjojo.
10.Ruang Kesembilan
Ruang ini disebut ruang etnografika, karena terdapat berbagai macam koleksi
gamelan peninggalan Keraton Surakarta. Ruang etnografi menyajikan dua
perangkat gamelan dengan laras slendro dan pelog, terdapat juga koleksi
commit to user
mesin jam panggung taman Kartosuro, bermacam-macam kuluk, blangkon
dan berbagai peralatan rumah tangga.
11.Ruang Kesepuluh
Ruangan ini merupakan ruang yang ditempati Kyai Rajamala. Sebuah patung
kepala raksasa yang telah berusia lebih dari dua ratus tahun yang terbuat dari
kayu jati yang diambil secara khusus dari hutan Donoloyo Wonogiri ini
memiliki riwayat yang sangat panjang dan terkait erat dengan perjalanan
sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Nama Rajamala sendiri
diambil dari cerita Kerajaan Kicakapura, yakni dari nama telur kura-kura
jelmaan Dewi Watari, seorang putri cantik pengawal Resi Indradewa. Patung
tersebut jumlah sebenarnya adalah dua, yang satu lainnya disimpan di Keraton
Surakarta. Patung ini ialah hiasan depan sebuah perahu yang dipakai untuk
mengambil permaisuri Pakubuwono IV yang berasal dari madura. Kyai
Rajamala bagi Museum Radyapustaka bukanlah sebuah benda koleksi biasa,
sampai sekarang patung ini masih dianggap keramat dan sering diberi
sesajian. Konon kalau lupa memberian sesajian patung ini akan mengeluarkan
bau amis.
12.Ruang Kesebelas
Di ruang ini terdapat berbagai macam miniatur. Ada miniatur Keraton
Surakarta, Masjid Agung Demak, Makam Imogiri, dan berbagai macam
koleksi arca.
13.Ruang Keduabelas
Merupakan halaman belakang dan ruang administrasi atau kantor. Di sini
commit to user
Denah Ruang Museum Radya Pustaka Surakarta ditunjukkan dengan
commit to user
Sumber: Museum Radya Pustaka
Gambar 2.3 Denah Ruang Museum Radya Pustaka
Untuk jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Radya Pustaka.dari tahun
terjadinya kasus (2007) hingga tahun pembuatan laporan penelitian ini (Mei 2010)
dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 2.1. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2007
Bulan
Museum di segel oleh Poltabes Solo Desember
Jumlah 678 8407 9085