• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kronologi Berdirinya Gereja Batak Karo Protestan Km.7 Padang Bulan Medan

PADANG BULAN MEDAN

2.2 Sejarah dan Perkembangan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Km.7 Padang Bulan Medan

2.2.1 Kronologi Berdirinya Gereja Batak Karo Protestan Km.7 Padang Bulan Medan

Sebagai titik awal Sejarah Gereja Majelis GBKP Km.7 Padang Bulan Medan, diawali ketika beberapa dari etnis suku Karo yang berada di Simpang Gudang dan sekitarnya, ingin membuat kebaktian dan belajar alkitab, yaitu tentang kasih yang telah disampaikan di dalam Tuhan Yesus. Berhubung pada waktu itu, Gereja GBKP yang terdekat dengan wilayah Padang Bulan adalah GBKP Majelis Batang Serangan yang berada di kecamatan Medan Baru, sementara yang terdekat menuju arah Berastagi adalah GBKP Pancur Batu. Letak kedua gereja GBKP tersebut sudah terlalu jauh dari sepanjang Jamin Ginting.

23

Berhubung karena jarak untuk beribadah bagi orang Kristen yang bertempat tinggal di Jalan Jamin Ginting terlalu jauh ke Sei Batang Serangan dan ke arah Pancur Batu, maka muncullah inisiatif dari beberapa suku Karo yang bertempat tinggal di Simpang Pos/Simpang Kwala Padang Bulan, untuk membuka Kebaktian dan sekaligus belajar Agama Kristen. Sebagai pemrakarsa pada saat itu diantaranya adalah :

1. Bp. Rusia Sembiring 2. Bp. Ngarang Sembiring 3. Bp. Lukas Sembiring 4. Bp. Murni Ginting Manik 5. Kiras Tarigan Sahing Dengan tugas antara lain yaitu :

- Melakukan sensus dan pendataan bagi orang Kristen yang berada di Sumber Nongko, daerah Kaveleri, Simpang Kwala hingga Simalingkar. - Mengusahakan secepatnya membuka Kebaktian Minggu di sekitar

Simpang Kwala, mengingat jarak tempuh ke Batang Serangan dan Pancur Batu cukup jauh.

Untuk merealisasikan niat tersebut, maka pada akhir bulan Agustus 1955, dimulailah kebaktian pertama yang dilaksanakan di rumah Bp. Rusia Sembiring, dengan pelayanan pada saat itu adalah Pdt. Palem Sitepu (Alm).

Berhubung karena adanya pertambahan anggota dan keluarga yang turut mengikuti Kebaktian Minggu di tempat tersebut, menyebabkan kediaman rumah Pertua Bp. Rusia Sembiring tidak mampu lagi menampung jemaat, sehingga

24

dicarilah jalan keluar yang terbaik. Maka dijejakilaj sebuah Sekolah Rakyat, yang dipimpin oleh Bapak N. Kembaren pada waktu itu. Seiring dengan perjalanan waktu ditambah pula dengan jumlah anggota yang semakin besar, maka dirasa perlu untuk mencari tempat lain yang lebih mempu menampung jumlah anggota jemaat, sehingga dibentuklah Panitia Pembangunan Gereja yang terdiri dari :

Ketua ( I ) : Mabai Bangun Ketua ( II ) : E. K. Ginting Sekretaris : Mulia Sembiring Bendahara : Bapa Lukas Sembiring Anggota 1 : Bapa Ruben Sinuhaji

2 : Bapa Albert Tarigan

Sebagai hasil kerja dari Panitia Pembangunan tersebut, ditambah pula dengan berakhirnya masa pakai Rumah Sekolah Rakyat sebagai tempat beribadah, maka pada tahun 1960 Gereja secara darurat dibangundidirikan di Km.8 Padang Bulan. Mulai saat itu Kebaktian Jemaat dipindahkan dari Sekolah Rakyat ke Km.8 Padang Bulan. Sebagai pemilik dari tanah tersebut adalah Bapa Jendamuli Tarigan, dan tanah tersebut dibeli dengan cara diangsur oleh jemaat. Beberapa orang yang sangat berjasa dalam hal pendanaan pembangunannya adalah :

1.6.1 Kol. Nelang Sembiring 1.6.2 Nahud Bangun

1.6.3 Pulung Pandia 1.6.4 Bapa Albert Tarigan

25

Walaupun Kebaktian bagi orang dewasa telah dipindahkan ke Km.8 Padang bulan, akan tetapi Kebaktian untuk Anak Sekolah Minggu (KA-KR) tetap dilanjutkan/diteruskan di Sekolah Rakyat Simpang Kwala. Dan sebagai pengajar KA-KR pada waktu itu adalah :

1) Dame Br. Sembiring (+) 2) Muliana Br. Barus 3) Else Br. Sembiring 4) Siam Srubakti (+) 5) Ngatur Tarigan 6) Tammat Br. Sinulingga. Dll

Animo masyarakat Karo untuk belajar Firman Tuhan tetap terus meningkat seperti:

1) Tahun 1962, antara lain Sabarianna Br. Sembiring, Jendamalem Br. Surbakti, Tetap Sitepu, Pesing Sembiring, dll, ikut belajar Firman Tuhan yang dilayani oleh Pt.Kiras Tarigan Sahing dari daerah Simalingkar. Mereka semua belajar di suatu tempat di Jalan Saudara Pasar Mati Padang Bulan Medan. Usai belajar, maka pada akhir tahun 1963, mereka semua dibaptis di GBKP Padang Bulan, yang dilayani oleh Pendeta Sibero Tua. Perlu diketahui bahwa pada masa tersebut nama Gereja yang terdapat di Km.8 bernama “GBKP Padang Bulan, belum memakai Km.8. Hal ini dapat dilohat dari Cop Surat Baptisan yang dimiliki oleh anggota jemaat yang telah dibaptiskan.

26

2) Tahun 1964, ada lagi dibuka Pelajaran Agama di kediaman Pt. E.K. Ginting (Alm), dimana Pertua ini turut secara langsung sebagai Pengajar Firman Tuhan. Yang ikut belajar pada waktu itu tidak hanya berdomisili di sekitar Simpang Kwala, akan tetapi juga berasal dari Simpang Gabungan, seperti Sri Bima Depari (sekarang sudah menjadi Pertua di Gereja lain), Sukacita Sembiring Kembaren, Esther Br. Sembiring Kembaren. Waty Br. Bangun, Dasar Purba (dari Km.10), dll. Dan tepatnya pada tanggal 11 Juli 1965, mereka dibaptis (ada Baptisan Besar dan ada Baptisan Kecil) di GBKP Padang Bulan Medan. Dan sebagai Pelayan Tuhan yang melayani pada saat itu adalah Pendeta Sibero Tua (+). Termasuk yang dibaptis pada waktu itu adalah (baptisan kecil) adalah Kandirta Purba yang sekarang sudah menjadi Pertua.

Pada Tahun 1970 hingga 1980, merupakan sejarah pembenahan bagi jemaat GBKP Km.7 Padang Bulan Medan yang baru terlepas dari Majelis Km.8 serta mendapat Keputusan Sidang Klasis menjadi suatu Majelis yang telah diakui. Pembenahan maksudnya adalah adanya perubahan secara struktural yang jelas di dalam pembagian tugas, dan pengelolaan keuangan sesuai dengan Tata Gereja di dalam Kabktian, Tata Ibadah lebih memfokuskan kedekatan Jemaat dengan Tuhan, Sidang-sidang yang lebih sistematis menurut keperluan/kebutuhan Gereja dan umatnya dan sebagainya. Juga antara tahun 1970 hingga 1980, Perpulungen-perpulungen yang selama ini di bawah binaan Majelis GBKP Km.7 Padang Bulan Medanm akhirnya satu demi satu mulai dilepaskan agar menjadi perpulungen yang Mandiri, baik dari segi personalianya, maupun dari segi pendanaan serta

27

mengambuk keputusan-keputusan yang sistematis dan fragmatis. Keputusan-keputusan dari Pusat, secara perlahan-lahan mulai dijalankan dan disosialisasikan kepada jemaat, untuk meningkatkan mutu pelayanan bagi Pejabat-Pejabat Gereja, contohnya : mensosialisasikan mengenai Kerja Rani, Sehna Berita Simeriah man Kalak Karo, Minggu Zeding, Minggu Penjayon dan lain-lain.

Salah satu kegiatan Panitia Pembangunan Gereja pada masa ini yaitu pada Bulan Januari 1972, melaksanakan Pengecetan Gereja untuk pertama kali bekerjasama dengan Perguruan Yayasan SMP Masehi. Kerja sama ini dilakukan dengan pembiayaan 2:1, antara Panitia Pembangunan Gereja dengan Yayasan SMP Masehi.

Mengenai Panitia Pembangunan Gereja yang ada sejak Majelis GBKP Km.7 Padang Bulan Medan menjadi Runggun, tidak pernah mengalami perubahan (pemilihan) sampai tahun 1978. Tugas Panitia ini pada waktu itu adalah selain mengkoordinir Pengecatan Gereja yang bekerjasama dengan Yayasan perguruan Masehi, pemasangan asbes plafon pada bulan Juli tahun 1977, kemudian juga menjejaki PNP IX, bagaimana agar pertapakan yang kini dipakai sebagai tempat beribadah jemaat GBKP Km.7 Padang Bulan Medan, dapat menjadi milik sendiri. Pendekatan ini tetap dilakukan oleh Panitia dan BP Majelis Gereja, apakah nantinya pihak Perkebunan PNP IX mau ganti rugi atau dihibahkan kepada pihak Gereja. Karena tidak ada jawaban dari pihak PNP IX, mengingat bahwa Surat Perjanjian telah habis masa pakainya, maka Majelis Gereja merasa khawatir bila pihak Perkebunan PNP IX menarik kembali asetnya

28

yang mengakibatkan tempat beribadah umat GBKP Km.7 Padang Bulan Medan tidak ada lagi.

Untuk itu dalam Sidang Majelis Gereja pada tanggal 22 Januari 1978, dibentuklah 2 (dua) ke-Panitiaan Pembangunan Gereja Majenis GBKP Km.7 Padang Bulan Medan yaitu:

A. Panitia Pembangunan yang lama, yaitu: 1. Pt. Drs. Siam Surbakti

2. Dk. Bengkel Ginting 3. Dk. Nomon Sitepu

Mereka tetap bertuga untuk meneruskan perawatan bangunan Gereja serta segala peralatan alat-alat yang ada.

B. Panitia Pembangunan Gereja yang baru, yaitu: 1. Ketua (I) : Bapa Luther Sembiring 2. Ketua (II) : Bapa Edy Surya Ginting 3. Sekretaris (I) : Drs. Benyamin Tarigan 4. Sekretaris (II) : Salim Sembiring 5. Bendahara : Negeri Surbakti Dan sebagai Pembantu Umum adalah 1. Nande Ravenna Br.Sembiring 2. Jam Surbakti

3. Bapa Mehamat Barus 4. Lanee Sinulingga 5. Benteng Pelawi

29

6. K. Sembiring 7. Bapa Edison Purba 8. Bapa Mai Tarigan

9. Bapa Nggulung Sinulingga 10. Bapa Petrus Sembiring

Panitia Pembangunan Gereja yang baru ini, diberi tugas untuk mencari Pertapakan untuk Gereja, bilamana Gudang bekas PNP IX ditarik kembali oleh Perkebunan. Pertapakan yang diprioritaskan adalah sekitar daerah Pasar VI. Panitia diberi tugas selama 2(dua) tahun untuk mendapatkan pertapakan tersebut. Pertapakan yang dicari benar ada tetapi ticak sesuai dengan cara pembayarannya. Para pemilik tanah meminta dengan kontan, sementara pihak Gereja hanya sanggup membayar secara mencicil (angsur). Dan akhirnya pertapakan tersebut batal dibeli dan dicari tempat lain. Panitia Pembangunan yang baru dibentuk tersebut berakhir masa tugasnya setelah tahun 1980 tanpa ada penarikan kembali dari pihak perkebunan tentang gudang yang dipakai sebagai tempat beribadah jemaat GBKP Km.7.

Dalam rapat dengar pendapat, dengan beberapa anggota Majelis Gereja Km.7 Padang Bulan yang dilaksanakan tanggal 19 Maret 2011, di Gereja GBKP Km.7 Padang Bulan Medan diperoleh beberapa catatan dari narasumber tentang pemakaian gedung PNP IX yang sekarang telah menjadi gedung Gereja Majelis Km.7 Padang Bulan Medan. Dari beberapa narasumber tersebut, diperoleh keterangan/ informasi bahwa mereka pernah mengunjungi kantor perkebunan di Tanjung Morawa untuk mengusulkan agar Gudang PNP IX yang terletak di

30

Simpang Gudang dapat dipakai sebagai tempat beribadah. Demikian pula, diperoleh informasi bahwa pada pertengahan tahun 60-an ada beberapa tokoh masyarakat Karo datang menghadap Mr. Roga Ginting, SH untuk bersilaturahmi mendapatkan masukan bagaimana agar Gudang PNP IX dapat menjadi tempat beribadah bagi Masyarakat Karo di sekitarnya.

Beberapa tokoh masyarakat Karo tersebut yaitu : 1. Pt. Djaga Depari

2. Pt. Mayor Eka Ginting 3. Pt. Drs Siam Surbakti

4. Diaken bengkel Ginting Suka

Mereka ini meminta petunjuk kepada keluarga Mr. Roga Ginting,SH yang pada saat itu memiliki kedudukan sebagai salah seorang Direksi PNP IX.

Untuk meluruskan itu, mereka juga memohon kepada ibu Roga Ginting (Rugun Br. Purba,SH) agar dapat menghubungi Gubernur Sumatera Utara yang pada waktu itu dijabat oleh Roos Telaumbenua, karena pada waktu itu, ibu Rugun Br.Purba,SH adalah salah satu anggota DPRD tingkat I Sumatera Utara.

Untuk melaksanakan maksud dan tujuan pemakaian Gudang tersebut, maka pihak jemaat Majelis GBKP Km.7 yang diwakili oleh panitia Pembangunan Gereja yaitu Pt. Siam Surbakti dan Dk. Bengkel Ginting Suka mencoba melakukan secara prosedur melalui keluarga Roga Ginting,SH.

Untuk menguatkan argumentasi pemakaian Gedung PNP IX sebagai tempat ibadah, maka pertama-tama yang diusulkan oleh ibu Rugun Br. Purba,SH kepada panitia ialah membuat surat kepada Gubernur Kepada Daerah Sumatera

31

Utara. Surat panitia dibuat tanggal 24 Semptember 1966 dan tidak beberapa lama keluarlah izin tersebut dari PNP IX. Maka pada bulan Desember 1966, dilaksanakan Natal pertama Daerah I di gudang tersebut.

Sementara untuk Kebaktian Umum mulai dilaksanakan mulai 1 Januari 1967. Dengan demikian, jemaat yang ada di sekitar Simpang Kwala hingga Kaveleri mulai beribadah di Gereja Majelis Km.7 walaupun masih dalam bentuk perpulungen belum menjadi runggu.

Selain tempat ibadah, Gudang tersebut juga dipakai sebagai tempat pendidikan SMP dan SMA Masehi yang pada waktu itu dipelopori oleh :

1. Drs. Romanus Sibero 2. Drs. Siam Surbakti 3. Drs. Kabar Sitepu 4. M.N. Depari 5. K. Keliat 6. B. Ginting 7. M. Tarigan 8. A. Sinulingga

Pembukaan SMP Masehin dan penerimaan murid baru dimulai pada 10 Januari 1968. Dalam perjalanannya panitia pembangunan tetap bekerja untuk merenovasi gudang tersebut agar layak dipakai sebagai tempat beribadah. Sebagai prioritas yang dibutuhkan pada waktu itu adalah mencari tanah/ tempat untuk bisa mendirikan rumah pejabat Gereja. Tanah pertapakan tersebut diperoleh di Jalan Beringin Padang Bulan Medan yang dibeli dengan harga Rp. 7.500.000,-. Rumah

32

pejabat Gereja pun dibangun melalui swadaya jemaat/ lelang-lelang, dan pada 31 Maret 1991, rumah pejabat tersebut diresmikan secara liturgi Gereja.

Dalam perjalanannya dari waktu ke waktu, maka ditelusurilah bagaimana sebenarnya status pertanahan yang dipergunakan Gereja sebagai tempat beribadah. Dalam periodenisasi, Panitia Pembangunan Gereja tahun 1996-2000 tetap saling bertukar informasi dan mencari fakta-fakta sebagai masukan terhadap panitia. Pada tahun 1996 akhir, diperoleh kepastian bahwa Ketua Pembangunan Gereja (Balans Sebayang, SH, MA) yang menjabat sebagai K. Humas PNP IX mengecek buku arsip tentang aset pertanahan milik PNP IX yang ada di Kantor Pusat Tembakau Deli, nyata tidak ada lagi. Melihat keadaan ini, Ketua Panitia bersama Sekretaris mempersiapkan bahan mengingat pentingnya Pembangunan berskala besar atas pembangunan Gereja tersebut, maka Majelis menginstruksikan agar Panitia juga mencari jalan bagaimana tanah yang di depan samping gereja dan di belakang gereja dapat diperjualbelikan pemiliknya kepada Gereja. Untuk itu, Panitia berusaha mencari pendekatan secara kekeluargaan. Setelah ditunggu sekian lama, saudara Jaya Depari sebagai pemilik tanah di depan samping gereja menawarkan tanahnya tersebut kepada Sekretaris Panitia di Jambur Namaken dan hal ini tidak disia-siakan dan langsung memanggil Ketua agar secepatnya dilakukan negosiasi antara panitia dan pemilik tanah. Singkat cerita dibelilah tanah tersebut berukuran 4 x 20 meter seharga Rp. 26.000.000,- ditambah honor pembuatan akta perjanjian mengenai jual beli No.33 tanggal 29 Desember 1997 dengan biaya Rp. 300.000,-. Kemudian tanggal 24 Agustus 1998, atas pendekatan yang dilakukan oleh Ketua II yaitu Bapa Kawar Brahmana maka tanah yang di

33

belakang Gereja juga diperjualbelikan sehingga Panitia melakukan negosiasi bersama pemilik tanah dan secara perkiraan luasnya ±200 meter dengan harga Rp. 58.400.00,-. Dengan pertambahan ±200 meter, hal tersebut sudah sangat mengembirakan sehingga pembangunan secara sekala besar sudah dapat dimulai dengan terlebih dahulu merencanakan pengumpulan dana.

Dalam perjalanan/ kisah yang dilalui tentang aset tanah Gereja tersebut sunggu banyak lika-liku yang dijalani sampai kepada kepemilikan yang sah menjadi milik Gereja. Tanah pertapakan tersebut, telah dituangkan dalam suatu Surat SK Camat No. 593.21 / 003 / SKT / KB / 2008, demikian pula mengenai tanah Rumah Dinas Pendeta yang terletak di Jalan Beringin telah diterbitkan surat yaitu SK Camat No.28 / 594 / APH / MB / 1989 tanggal 6 Februari 1989.

2.2.2 Perkembangan Gereja Batak Karo Protestan Km.7 Padang Bulan