• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kronologi Perkara dan Isi Putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor 137/K/PDT.SUS-PKPU/2014

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.137K/PDT.SUS-PKPU/2014

A. Kasus Posisi

2. Kronologi Perkara dan Isi Putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor 137/K/PDT.SUS-PKPU/2014

Pemohon Kasasi yang dahulu sebagai Pemohon PKPU sebelumnya telah mengajukan Permohonan Pengesahan Perdamaian (Homologasi) dalam perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap Termohon Kasasi yang dahulunya sebagai Termohon PKPU di depan persidangan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang pada pokoknya berisi hal-hal berikut, yaitu :

Pada hari Selasa, tanggal 9 Juli 2013 Pengadilan Niaga Jkt Pusat telah dijatuhkan Putusan No. 36/ Pdt.Sus / PKPU/ 2013/ PN.Niaga.Jkt.Pst., yang amarnya menyatakan bahwa :

a. Mengabulkan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) sementara dari Pemohon pkpu selama 45 hari terhitung sejak tanggal putusan PKPU ini diucapkan

b. Menyatakan Termohon pkpu PT. Djakarta Lloyd (Persero) suatu Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Badan Hukum Perseroan Terbatas yang tunduk pada Undang-Undang Perseroan Terbatas Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 berkedudukan dan berkantor di Jalan Senen Raya No. 44 Jakarta Pusat 10410 kemudian berpindah alamat di Jalan Raden Saleh Raya Kav. 13-17 Lantai 10 unit 1 & 3 Jakarta Pusat 10430

berada dalam keadaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dengan segala akibat hukumnya

c. Menunjuk Saudara Dedi Fardiman sebagai Hakim Pengawas dari Hakim Niaga Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk mengawasi jalannya proses PKPU atas Termohon pkpu

1. Mengangkat:

a. Ir. B. Eryanto H Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus Nomor AHU.AH.04.03-20 tanggal 18 Maret 2010 beralamat di Jalan H. Hasan Nomor 36 B Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur 13790;

b. Anthony Prawira Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus Nomor AHU.AH.04.03-53 tanggal 18 Maret 2008 kemudian diperpanjang dengan Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus Nomor AHU.AH.04.03-63 tanggal 2 Mei 2013 berkantor di Kantor Hukum Anthony Prawira & Rekan beralamat di Jalan Tembaga Raya Nomor J/165 A, Kemayoran, Jakarta Pusat 10640;

c. Jamaslin Purba Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus Nomor AHU.AH.04.03-11 tanggal 12 Februari 2010 berkantor di James Purba & Partners beralamat di Wisma

Nugra Santana 12th Floor Suite 1205 Jalan Jenderal Sudirman Kav. 7-8 Jakarta 10220;

d. Otto Bismark Simanjuntak Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus Nomor AHU.AH.04.03-73 tanggal 4 Juli 2012 berkantor di OBS & Associates beralamat di IBEC Building Lantai 2 Jalan Wahid Hasyim No. 84-86 Jakarta Pusat Sebagai Tim Pengurus secara bersama-sama dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ini;

1) Menetapkan bahwa Sidang Permusyawaratan Majelis Hakim ditetapkan pada hari Kamis 22 Agustus 2013 Pukul 10.00 WIB bertempat di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Lantai 3 Jalan Gajah Mada No. 17 Jakarta Pusat

2) Memerintahkan Tim Pengurus untuk memanggil Pemohon Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan Kreditor yang dikenal melalui surat tercatat atau kurir agar datang pada sidang yang telah ditetapkan di atas 3) Menetapkan biaya pengurusan dan imbalan jasa bagi tim pengurus akan

ditetapkan kemudian setelah Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) berakhir

4) Menangguhkan biaya permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ini sampai dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dinyatakan selesai

Berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada hari Kamis tanggal 22 Agustus 2013 telah dijatuhkan Putusan Perpanjangan PKPU Sementara menjadi PKPU Tetap selama 60 (enam puluh) hari yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

1) Mengabulkan Permohonan Pemohon

2) Menetapkan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap (PKPUT) selama 60 (enam puluh) hari, terhitung sejak tanggal 22 Agustus 2013 sampai dengan tanggal 21 Oktober 2013

3) Menetapkan sidang pemeriksaan pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap (PKPUT) pada hari Senin tanggal 21 Oktober 2013, bertempat di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Lantai III, Jalan Gajah Mada No. 17, Jakarta Pusat

4) Memerintahkan Tim Pengurus untuk memanggil Debitor, Para Kreditor untuk hadir pada hari sidang yang telah ditentukan

5) Menetapkan biaya pengurusan dan imbalan jasa Tim Pengurus akan ditetapkan kemudian setelah Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang berakhir

6) Menangguhkan biaya perkara sampai dengan permohonan PKPU ini berakhir Berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada hari Senin tanggal 28 Oktober 2013 telah dijatuhkan Putusan Perpanjangan PKPU Sementara menjadi PKPU Tetap selama 45 (empat puluh lima) hari yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

1) Mengabulkan Permohonan Pemohon

2) Menetapkan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap (PKPUT) selama 45 (empat puluh lima) hari, terhitung sejak tanggal 22 Oktober 2013 sampai dengan tanggal 5 Desember 2013

3) Menetapkan sidang pemeriksaan pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap (PKPUT) pada hari Kamis tanggal 5 Desember 2013, bertempat di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Lantai III, Jalan Gajah Mada No. 17, Jakarta Pusat

4) Memerintahkan Tim Pengurus untuk memanggil Debitor, Para Kreditor untuk hadir pada hari sidang yang telah ditentukan tersebut di atas

5) Menetapkan biaya pengurusan dan imbalan jasa Tim Pengurus akan ditetapkan kemudian setelah Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang berakhir

6) Menangguhkan biaya perkara sampai dengan permohonan PKPU ini berakhir Berdasarkan laporan tertulis dari Hakim Pengawas tertanggal 4 Desember 2013, yang pada pokoknya menyampaikan laporan sebagai berikut:

1) Hakim Pengawas menyimpulkan secara garis besar dari keseluruhan pertanyaan maupun tanggapan para Kreditor yang hadir ternyata terdapat hal-hal mendasar yakni:

a) Terdapat sebagian Kreditor yang menginginkan Pemungutan Suara (voting) untuk diperpanjang dan sebagian menginginkan Pemungutan Suara (voting) tidak diperpanjang terhadap Proposal Rencana Perdamaian

b) Dengan adanya 2 pendapat tersebut di atas selanjutnya didalam pemungutan suara (voting) atas perpanjangan pkpu hasilnya pkpu tidak diperpanjang

c) Setelah Pemungutan Suara (voting) terhadapPerpanjangan PKPU dan hasilnya tidak disetujui untukdiperpanjang, kemudian dilanjutkan Pemungutan Suara (voting) kedua dengan agenda (voting) terhadap Proposal Rencana Perdamaian

d) Hasil dari Pemungutan Suara (voting) terhadap Proposal Rencana Perdamaian adalah sebagai berikut: Jumlah Kreditor yang hadir untuk memberikan suara pada pelaksanaan pemungutan suara (voting) atas Proposal Rencana Perdamaian adalah sebanyak 44 Kreditor terdiri dari 43 Kreditor Konkuren dan 1 Kreditor Separatis

e) Hasil Pemungutan Suara (voting) terhadap Proposal RencanaPerdamaian sebagai berikut:

1. Jumlah Kreditor yang memberikan persetujuan:

a. 1 Kreditor Separatis setuju (100%) b. 27 Kreditor Konkuren setuju (62,79%)

2. Jumlah Kreditor yang tidak memberikan persetujuan:

20 Kreditor Konkuren tidak setuju (37,21%)

3. Jumlah suara Kreditor yang memberikan persetujuan:

a. Kreditor Separatis sebesar Rp1.402.708.761,00 (100%) b. 35 Kreditor Konkuren sebesar 69,85 (Rp392.073.292.231,91)

4. Jumlah Kreditor yang tidak memberikan persetujuan:

a. Kreditor Konkuren 30,15 (Rp169.225.751.826,69)

Majelis Hakim telah menerima Laporan Proposal Perdamaian Revisi 27 November 2013 dari Debitor/Direktur Utama PT. Djakarta Lloyd (Persero) pada tanggal 5 Desember 2013 dan sebelumnya telah dilakukan pemungutan suara (voting) terhadap Proposal Rencana Perdamaian hasilnya telah disetujui.

Selanjutnya Debitor membenarkan apa yang ada dalam Laporan Hakim Pengawas sebagaimana tersebut di atas, dan memohon pada Majelis Hakim agar melakukan pengesahan perdamaian (Homologasi) yang telah disetujui oleh Debitor tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 284 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Pkpu.

Terhadap permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan Nomor 36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst . tanggal 19 Desember 2013 yang amarnya sebagai berikut:

1) Menyatakan sah dan mengikat secara hukum Perjanjian Perdamaian antara PT Djakarta Lloyd (Persero) (Debitor dalam PKPU) dengan Para Kreditor tertanggal 27 November 2013

2) Menyatakan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Nomor 36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. demi hukum berakhir

3) Menghukum Debitor PT. Djakarta Lloyd (Persero), Termohon PKPU dan seluruh Kreditor-Kreditor tunduk dan mematuhi serta melaksanakan isi Perjanjian tersebut

4) Menetapkan biaya pengurusan dalam Pkpu dan imbalan jasa fee Pengurus akan ditetapkan dalam penetapan tersendiri

5) Menghukum Debitor atau Termohon PKPU untuk membayar biaya permohonan ini sebesar Rp1.527.000,00 (satu juta lima ratus dua puluh tujuh ribu rupiah)

Sesudah putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut diucapkan dengan dihadiri oleh Pemohon PKPU, Termohon PKPU, Tim Pengurus dan Para Kreditor pada tanggal 19 Desember 2013, terhadap putusan tersebut Pemohon Pkpu melalui kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Desember 2013, mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 27 Desember 2013, sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 58 Kas/Pdt.Sus-PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.jo.Nomor 36/Pdt.Sus PKPU/ 2013 /PN .Niaga.Jkt.Pst.

yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, permohonan tersebut disertai dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 27 Desember 2013

Memori kasasi tersebut telah disampaikan kepada Termohon Pkpu dan kepada Para Tim Pengurus PT. Djakarta Llyod (Persero) pada tanggal 30 Desember 2013, kemudian Termohon PKPU dan Para Tim Pengurus PT. Djakarta Llyod (Persero)

mengajukan kontra memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat masing-masing pada tanggal 7 Januari 2014 dan 9 Januari 2014

Selanjutnya permohonan kasasi a quo beserta keberatan-keberatannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama dan diajukan dalam jangka waktu serta dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima

Keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya adalah sebagai berikut:

1) Dalam Putusan Perdamaian (Homologasi) Pengadilan Niaga pada Pengadilan Jakarta Pusat No.36/Pdt.SusPKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst, tanggal 19Desember 2013 Majelis Hakim telah melampui batas kewenangannnya, yaitu:

Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Pusat dalam Putusan Perdamaian (Homologasi) Pengadilan Niaga pada Pengadilan Jakarta Pusat No.

36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tanggal 19 Desember 2013 dalam pertimbangan hukumnya telah memutuskan sesuatu yang melampaui batas kewenangannya, bahwa pertimbangan yang terdapat pada halaman 9 (sembilan) alinea 1 (satu), menyebutkan:

“Setelah mendengar tanggapan Debitor dan Pengurus serta mempelajari isi Rencana Perdamaian tersebut Majelis berpendapat untuk mewakili Kreditor baik itu Perseroan atau suatu Badan Hukum dalam menggunakan hak suaranya dalam pelaksanaan voting atas proposal Perdamaian maka ia harus

dapat menunjukan surat kuasa yang asli agar dapat dipertanggungjawabkan secara hukum bahwa yang bersangkutan adalah mewakili Kreditor sehingga tidak merugikan hak dan Kreditor lainnya atas pertimbangan hukum tersebut, Majelis Hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara ini telah melampaui batas wewenang. Bahwa tidak seharusnya Majelis Hakim menghilangkan hak suara seorang Kreditor.”

Dengan alasan Kuasa Kreditor tersebut tidak membawa surat kuasa asli, padahal surat kuasa asli tersebut, pada saat Rapat Para Kreditor Pertama, telah ditunjukkan oleh seluruh Kuasa Kreditor, hak suara seorang Kreditor hilang sehingga tidak mendapatkan kesempatan melakukan voting seperti layaknya Kreditor Konkuren lainnya selanjutnya voting atas Proposal Perdamaian merupakan salah satu agenda yang sangat penting dalam Rapat Para Kreditor dan keputusannya bisa sangat descisive atau berpengaruh.

Bahwa pada saat pengambilan voting atas Proposal Perdamaian, Kuasa Hukum Para Kreditor tidak perlu untuk menunjukan kembali surat kuasa aslinya. Kemudian pada tanggal 3 Desember 2013 saat pengambilan voting atas Proposal Perdamaian, Kuasa Hukum Octagon Capital Asia, Ltd. tidak diperkenankan untuk menggunakan hak suaranya dalam pelaksanaan voting tersebut oleh Hakim Pengawas. Hal ini adalah berdasarkan keputusan atau pertimbangan Hakim Pengawas pada saat itu yang tidak memperkenankan Kuasa Hukum Octagon Capital Asia, Ltd untuk mengikuti voting karena tidak membawa surat kuasa asli.

2) Kemudian Majelis Hakim dalam pertimbangan Putusan Perdamaian (Homologasi) Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Pusat No.36/ Pdt. Sus/PK PU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst, tertanggal 19 Desember 2013 tidak memuat landasan hukumnya yang menimbulkan dampak kerugian bagi Para Kreditor sehingga jelas dan nyata bahwa Majelis Hakim dalam putusannya tersebut telah melampaui wewenangnya.

3) Pertimbangan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Pusat tersebut jelas-jelas telah bertentangan dengan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan:

“Segala putusan Pengadilan selain harus memuat alasan-alasan dan dasar putusan tersebut, memuat pula Pasal tertentu dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili”.

Dengan demikian Putusan Perdamaian (Homologasi) Pengadilan Niaga pada Pe ngadilan Negeri Pusat No.36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 19 Desember 2013 telah melampaui wewenangnya, yang dalam putusannya sama sekali tidak mencantumkan dasar hukum atau peraturan yang sehubungan dengan perkara a quo tersebut.

4) Selain dari itu terlihat pula keberpihakan Hakim Pengawas kepada Termohon Kasasi (PT. Djakarta Lloyd/Debitor dalam PKPU) pada saat Rapat Para Kreditor dalam agenda pengambilan suara atau voting atas proposal perdamaian, dimana Hakim Pengawas selalu mengatakan:

“apabila Termohon Kasasi (PT. Djakarta Lloyd/Debitor dalam pkpu) pailit belum tentu Termohon Kasasi dapat membayar seluruh jumlah tagihan Kreditor, karena Debitor hanya memiliki asset yang jumlahnya sedikit, harap dipertimbangkan” apa yang menjadikan dasar hukum sehingga Hakim Pengawas menyampaikan hal demikian lagi pula apa yang disampaikan oleh Hakim Pengawas tidak sesuai dengan fakta padahal menurut Proposal Perdamaian Termohon Kasasi tertanggal 27 November 2013 halaman 6 (enam) berdasarkan Neraca Laporan Posisi Histori Perusahaan, Termohon Kasasi pada tahun 2012 mempunyai asset kekayaan sejumlah Rp877.535.350,00 maka tidak ada alasan Termohon Kasasi untuk tidak dapat melakukan pembayaran kepada Para Kreditor, dengan demikian dalam hal ini sikap Hakim Pengawas seyogianya tidak mempengaruhi para Kreditor, yang menimbulkan keberpihakan Hakim Pengawas kepada Termohon Kasasi (Bukti 2 Pemohon Kasasi)

5) Pertimbangan putusan perdamaian (Homologasi) No.36/Pdt.SusPKPU/2013/PN .Niaga. Jkt.Pst, tersebut juga menunjukkan bahwasannya Majelis Hakim telah lalai dalam memenuhi ketentuan Pasal 178 ayat (1) HIR yang pada intinya menyatakan“Bahwa Hakim karena jabatannya atau secara ex officio wajib mencukupkan segala alasan hukum yang tidak dikemukakan para pihak”.

Hakim dalam Putusan Perdamaian (Homologasi) Pengadilan Niaga di Pengadil an Negeri Jakarta Pusat No. 36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga .Jkt.Pst., tanggal 19 Desember 2013, dalam putusannya harus memberikan alasan dan

pertimbangan yang memadai karena merupakan kewajiban bagi Majelis Hakim, sehingga dengan ketiadaan atau kurangnya alasan yang cukup jelas ini dapat menjadi dasar bagi Majelis Hakim Agung pada Tingkat Kasasi untuk membatalkan Putusan Perdamaian (Homologasi) Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 19 Desember 2013

6) Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas jelas dikatakan bahwa Majelis Hakim dalam Putusan Perdamaian (Homologasi) Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga. Jkt.Pst.

tanggal 19 Desember 2013 telah melampaui batas wewenang, maka sudah seharusnya Putusan Perdamaian (Homologasi) No. 36/

Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst. tanggal 19 Desember 2013 batal demi hukum.

Putusan Hakim

Putusan Perdamaian (Homologasi) Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 19 Desember 2013 telah salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku. Hal tersebut dapat dicermati dari beberapa hal berikut ini :

1) Berdasarkan Perjanjian Perdamaian tertanggal 27 November 2013 yang telah disahkan oleh Majelis Hakim dalam Putusan Perdamaian (Homologasi) Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.36/Pdt.Sus/PKPU/20 13/PN.Niaga.Jkt.Pst, tanggal 19 Desember 2013, besarnya jumlahtagihan

Pemohon Kasasi telah dipotong secara tidak adil atau disebut dikenakan “hair cut” sebanyak 90% oleh Termohon Kasasi, sedangkan untuk Kreditor Konkuren lainnya hanya di lakukan pemotongan (hair cut) sebanyak 32,5% dari jumlah tagihan, padahal Pemohon Kasasi termasuk kedalam Kreditor Konkuren, hal ini jelas-jelas sangat merugikan hak Pemohon Kasasi

2) Atas adanya perbedaan hair cut/pemotongan piutang yang berbeda kepada Pemohon Kasasi selaku Kreditor Konkuren, adalah suatu tindakan diskriminasi yang nyata dari Termohon Kasasi, yang menyebabkan kerugian terhadap hak Pemohon Kasasi, apa yang menjadikan dasar hukum adanya perbedaan diantara sesama Kreditor Konkuren, yaitu antara Pemohon Kasasi selaku Kreditor Konkuren dengan Kreditor- Kreditor Konkuren

3) Atas tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh Termohon Kasasi tersebut, Pemohon Kasasi telah menyampaikan keberatannya kepada Hakim Pengawas, Debitor (Termohon Kasasi) dan Tim Pengurus atas hair cut atau pemotongan jumlah tagihan Pemohon Kasasi yang besarnya sampai 90%. Keberatan tersebut disampaikan oleh Pemohon Kasasi pada saat Rapat Kreditor dengan acara Sosialisasi Proposal Rencana Perdamaian pada tanggal 27 November 2013, namun atas keberatan Pemohon Kasasi tersebut Hakim Pengawas tidak mempertimbangkan dan sama sekali tidak memperdulikannya seakan menutup mata saja atas kejadian tersebut

4) Selanjutnya terhadap hal tersebut di atas justru Majelis Hakim dalam putusannya memberikan pertimbangan pada halaman 9 (sembilan) mengenai keberatan 2

menyebutkan: “Bahwa persoalan tersebut adalah menyangkut hal yang bersifat teknis, pelaksanaan isi Perjanjian Perdamaian yang ternyata telah disetujui oleh mayoritas Para Kreditor lainnya” Pertimbangan tersebut jelas-jelas telah salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku karena perdamaian itu dicapai atas adanya tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi dengan cara melakukan hair cut terhadap tagihan Pemohon Kasasi sebesar 90% sedangkan kepada Kreditor Konkuren lainnya sebesar 32,5%, sehingga hal tersebut merupakan suatu “penipuan terhadap jumlah tagihan Pemohon Kasasi yang dilakukan oleh Termohon Kasasi, dan menimbulkan adanya persekongkolan dengan Kreditor yang satu atau lebih Kreditor lainnya yang hanya di hair cut sebesar 32,5%”;

5) Dengan adanya pemotongan tagihan atau hair cut atas tagihan Pemohon Kasasi sebesar 90% dan 32,5% untuk Kreditor Konkuren lainnya, adalah suatu tindakan nyata diskriminasi Termohon Kasasi yang dilakukan kepada Pemohon Kasasi, sehingga mengakibatkan timbulnya, suatu penipuan terhadap jumlah tagihan Pemohon Kasasi yang dilakukan oleh Termohon Kasasi dan dan menimbulkan adanya persekongkolan dengan Kreditor yang satu atau lebih Kreditor lainnya yang hanya di hair cut sebesar 32,5%. Bahwa seharusnya jika Termohon Kasasi mau melakukan pemotongan atau hair cut, haruslah dilakukan dengan asas keadilan tanpa diskriminasi karena Pemohon Kasasi adalah termasuk Kreditor Konkuren dan Termohon Kasasi adalah pihak yang berhutang dan wajib melakukan pembayaran hutangnya dengan semangat PKPU untuk keadilan

6) Atas tindakan diskriminasi Termohon Kasasi tersebut, Pemohon Kasasi telah pula menyampaikan keberatannya kepada Termohon Kasasi melalui Surat No.

163/JA-YS/S.K/XII/13 tertanggal 11 Desember 2013, perihal Keberatan atas hair cut/pemotongan utang terhadap MTN, untuk meminta agar Termohon Kasasi tidak membedakan pemotongan tagihan “hair cut” sesama Kreditor Konkuren termasuk tagihan milik Pemohon Kasasi (Bukti 3 Pemohon Kasasi)

7) Selanjutnya atas permintaan Pemohon Kasasi tersebut, Termohon Kasasi melalui suratnya tertanggal 16 Desember 2013 No. 159/Dirut/S/XII/2013 perihal Perubahan Penyelesaian Hutang kepada Julia Tjandra dan Jerry Farolan, Termohon Kasasi menyampaikan kepada Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Perkara No. 36/ Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga melalui Hakim Pengawas, mengenai persetujuan merubah hutang Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi, khususnya dalam hal pemotongan tagihan (hair cut) yang semula sebesar 90% menjadi 32,5%, sehingga sama seperti Kreditor Konkuren lainnya (Bukti 4 Pemohon Kasasi)

8) Terkait surat Termohon Kasasi tertanggal 16 Desember 2013 No.

159/Dirut/S/XII/2013 perihal Perubahan Penyelesaian Hutang kepada Julia Tjandra dan Jerry Farolan, Majelis Hakim tidak mempertimbangkannya dalam Putusan Perdamaian (Homologasi) Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga. Jkt.Pst, tanggal 19 Desember 2013. Bahwa dengan ini jelas dan nyata Majelis Hakim telah salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku

9) Selanjutnya berdasarkan Pasal 285 ayat (2) huruf C Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menyebutkan:“Pengadilan wajib menolak untuk melakukan mengesahkan perdamaian, apabila: Perdamaian itu dicapai karena penipuan, persekongkolan dengan satu atau lebih Kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa menghiraukan apakah Debitor atau pihak lain bekerja sama untuk mencapai hal ini”

Dengan demikian Pengadilan wajib menolak rencana perdamaian tersebut. Dan akibat hukumnya adalah Pengadilan wajib menyatakan Debitor Pailit sebagaimana tersebut dalam Pasal 285 ayat 3 Undang- Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

10) Berdasarkan hal-hal tersebut di atas jelas Majelis Hakim dalam Putusan Perdamaian (Homologasi) No. 36/Pdt.Sus/ PKPU/2013/ PN.Niaga.Jkt.Pst, tanggal 19 Desember 2013, telah salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku, maka sudah seharusnya Putusan No.36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Ni aga.Jkt.Pst. tanggal 19 Desember 2013 batal demi hukum.

Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 19 Desember 2013 telah lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan;

1) Pada tanggal 19 Desember 2013 dimana Majelis Hakim dalam perkara a quo mengesahkan perjanjian perdamaian sebagaimana tersebut dalam amar

putusan Perdamaian (Homologasi) No.36/Pdt.Sus/PKPU/2013/PN.Niaga.Jkt.P st, padahal pada saat itu Debitor dalam hal ini Termohon Kasasi tidak memberikan jaminan untuk pembayaran imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh para ahli dan pengurus

2) Bagaimana mungkin Termohon Kasasi dapat menjamin melaksanakan kewajibannya kepada Para Kreditor, sebagaimana dalam Perjanjian Perdamaian tertanggal 27 November 2013, apabila untuk pembayaran imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh para ahli dan pengurus saja Termohon Kasasi tidak dapat memberikan jaminan yang nyata;

3) Selain itu dikarenakan Termohon Kasasi tidak memberikan jaminan untuk pembayaran imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh para ahli dan pengurus seyogianya Pengadilan menolak mengesahkan Perjanjian Perdamaian, sebagaimana amanah dari Pasal 285 ayat (2) huruf D Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

3) Selain itu dikarenakan Termohon Kasasi tidak memberikan jaminan untuk pembayaran imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh para ahli dan pengurus seyogianya Pengadilan menolak mengesahkan Perjanjian Perdamaian, sebagaimana amanah dari Pasal 285 ayat (2) huruf D Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Dokumen terkait