• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari

Dalam dokumen TRISNA KUSUMAWATI A131008013 (Halaman 83-108)

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari

Astuti (2008) mengemukakan bahwa air lindi hasil luruhan sampah di TPA Putri Cempo yang dianalisis berasal dari bak penampungan ke saluran alami yang diambil pada kondisi musim hujan.

Tabel 9. Hasil Analisis Air Lindi TPA Putri Cempo Surakarta (Astuti, 2008)

Parameter Satuan Hasil

Analisis

Baku Mutu

Air Keterangan

FISIKA

Temperatur - 26 38 Di bawah Baku Mutu

Padatan

Tersuspensi mg/L 549 100 Melebihi Baku Mutu

Residu Terlarut mg/L 15755 2000 Melebihi Baku Mutu

KIMIA

pH - 8,67 6-9 Di bawah Baku Mutu

BOD mg/L 657 50 Melebihi Baku Mutu

COD mg/L 3159 100 Melebihi Baku Mutu

DO mg/L 3,1 - -

Phospat (PO4) mg/L 0,95 - -

Nitrat (NO3) mg/L 900 20 Melebihi Baku Mutu

Boron mg/L 1,97 - -

Amoniak (NH4) mg/L 168 - -

Kadmium (Cd) mg/L 0,36 0,05 Melebihi Baku Mutu

Krom (Cr) mg/L 0.38 0,5 Di bawah Baku Mutu

Tembaga (Cu) mg/L 1,96 2 Di bawah Baku Mutu

Aluminium (Al) mg/L 4,10 - -

Timbal (Pb) mg/L 0,00 0,1 Di bawah Baku Mutu

Mangan (Mn) mg/L 3,10 2 Melebihi Baku Mutu

Seng (Zn) mg/L 0,23 5 Di bawah Baku Mutu

Sianida (CN) mg/L 0,045 0,05 Di bawah Baku Mutu

Fluorida (F) mg/L 0,35 2 Di bawah Baku Mutu

Klorida (Cl) mg/L 837 800 Melebihi Baku Mutu

Nitrit (NO2) mg/L 27 1 Melebihi Baku Mutu

Besi mg/L 16,20 5 Melebihi Baku Mutu

Sisa Klor (Cl2) mg/L 1,41 1 Melebihi Baku Mutu

Sulfida (H2S) mg/L 0,096 0,05 Melebihi Baku Mutu

Phenol mg/L 0,1988 0,5 Di bawah Baku Mutu

Minyak dan Lemak mg/L 1016 10 Melebihi Baku Mutu

Deterjen mg/L 0,1782 - -

BAKTERIOLOGI

Koliform MPN/100

commit to user

Hasil analisis kualitas air lindi pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa 67,86% atau sebanyak 20 parameter yang diukur melebiki baku mutu, dan 32,14% atau 9 parameter masih di bawah baku mutu. Beberapa parameter yang melampaui baku mutu air adalah Padatan Tersuspensi, Residu Terlarut, BOD, COD, Nitrat, Kadmium, Mangan, Klorida, Nitrit, Besi, Sisa Klor, Sulfida, Minyak-Lemak, dan Koliform.

Analisis kualitas air tanah dilakukan berdasarkan parameter Fisika, Kimia, dan Biologi. Hasil pengukuran parameter kualitas air tanah dangkal dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil analisis air tanah di sekitar TPA menunjukkan bahwa dari 15 parameter yang dianalisis terdapat lima parameter yang melampaui baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 Tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, yaitu : padatan total terlarut, BOD, COD, Besi, dan Colliform fecal.

1. Bau, Rasa, dan Warna

Berdasarkan hasil pengukuran parameter Fisika (Tabel 10) diketahui bahwa air sumur yang dianalisis tidak berbau. Secara keseluruhan air sumur juga tidak berasa, hanya pada S1 air berasa asin. Air normal pada umumnya tidak memiliki rasa atau tawar (Fardiaz, 1992).

commit to user

Tabel 10. Hasil analisis kualitas air tanah di sekitar TPA Putri Cempo

Parameter Satuan BMAB (PerMen Kes 416/1990) BMAB (PPRI 82/2001) kelas I

Stasiun Pengambilan Air Sumur

Desa Sulurejo Desa Randusari

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 50 m* 100 m* 200 m* 300 m* 100 m* 200 m* 300 m* Parameter Fisika Bau - - - - - - - - - - Rasa - - - + - - - - - -

Warna - - - kuning jernih jernih jernih kuning jernih jernih

Suhu (°C) ⁰C dev 3⁰C dev 3⁰C 30,10 29,30 28,50 29,80 27,90 28,30 29,80

Residu Tersuspensi (TSS) mg/L 50 50 76,00 41,00 42,00 39,50 71,00 37,50 38,.00 Parameter Kimia Derajat keasaman (pH) - 6,5-9,0 6,0-9,0 6,58 6,50 6,77 6,42 7,38 7,12 6,40 Oksigen terlarut (DO) mg/L - 6 4,03 5,15 1,57 2,60 3,19 4,56 3,20 BOD mg/L - 2 48,54 1,42 1,94 8,00 4,06 1,97 2,30 COD mg/L - 10 86,79 3,76 5,34 22,76 13,03 5,57 8,28 Nitrat mg/L 10 10 2,03 1,32 2,44 0,92 1,40 1,34 6,66 Sulfat mg/L 400 400 105,00 16,84 17,45 11,94 100,90 10,16 10,50 Klorida mg/L 600 600 349,80 45,17 119,00 112,60 13,97 18,49 110,20 Besi (Fe) mg/L 0,3 0,3 0,26 0,005 0,006 0,006 0,87 0,006 0,006 Timbal (Pb) mg/L 0,05 0,03 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 Parameter Biologi Colliform fecal MPN/100 mL 50 1000 2400 2400 2400 2400 2400 1750 2400

Keterangan: BMAB : Baku Mutu Air Bersih

* adalah jarak sumur dari TPA Putri Cempo -/+ adalah ada/tidak ada bau, rasa, dan warna

commit to user

Warna kuning ditemui pada S1 dan S5, warna kuning pada air umumnya menunjukkan zat kimia yang terkandung dalam air. Warna pada air dapat disebabkan adaya bahan organik, anorganik, humus, dan ion-ion logam seperti besi dan mangan (Setiawan, 2008). Selain zat kimia yang terkandung dalam air, warna pada air diduga karena tekstur dinding sumur pada S1 dan S5 masih dalam bentuk batu bata dan tanah (Lampiran 4). Degradasi tanah dan bata juga berpengaruh terhadap warna air.

Air tanah di sekitar TPA yang diuji secara organoleptik dapat dikatakan masih layak konsumsi sesuai syarat PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, tetapi secara kimia dan biologi air tersebut belum tentu layak untuk dikonsumsi.

2. Suhu

Suhu merupakan suatu ukuran energi kinetik rata-rata dari molekul. Suhu dapat mempengaruhi sebagian besar proses, khususnya semua reaksi kimia. Kenaikan suhu pada perairan dapat mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi, sehingga memerlukan lebih banyak oksigen di dalam perairan. Kenaikan suhu suatu perairan alamiah umumnya disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sepanjang tebing aliran air tersebut. Dengan adanya penebangan tersebut mengakibatkan lebih banyak cahaya matahari yang dapat menembus ke permukaan aliran air dan akhirnya meningkatkan suhu di dalam air (Asdak, 2004).

commit to user

Gambar 11. Kondisi suhu air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Suhu air pada ketujuh sumur (Tabel 10) berkisar antara 27-30 ºC. Suhu terendah ditemukan pada S7 yaitu 27,90 ºC dan suhu tertinggi pada S1 yaitu 30,10 ºC. Kondisi tersebut masih sesuai dengan suhu yang direkomendasikan oleh baku mutu air kelas I PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, yaitu deviasi 3 ºC yang berarti deviasi suhu dari keadaan normal lingkungan. Ahmad (2004) menyebutkan bahwa suhu normal lingkungan adalah 27 ºC. Secara umum, suhu air dipengaruhi oleh kondisi lingkungan saat pengambilan air berlangsung serta letak sumur yang berada di bawah pohon juga berpengaruh terhadap air. Suhu air S5 (Gambar 11) lebih rendah dibandingkan suhu air dari sumur-sumur yang lain, hal ini dikarenakan letak sumur berada di tengah

Sulurejo: y = 9.10-5x2– 0,033x + 31,59 R2 = 0,983 Randusari: y = 0,009x +26,76 R2 = 0,899

commit to user

pekarangan belakang rumah dan berada di bawah pohon-pohon (Lampiran 4, gambar Sumur S5). Berdasarkan gambar 11, jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi suhu air sumur sebesar 98,3% dan di Randusari sebesar 89,9%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan suhu air sumur.

3. Padatan Total Terlarut (TSS)

Padatan total terlarut merupakan padatan yang menyebabkan kekeruhan pada air. Padatan tersebut tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung, contohnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Jika padatan terlarut dalam air tinggi, akan mengurangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen pada proses fotosintesis (Fardiaz, 1992).

Berdasarkan data pengukuran parameter (Tabel 10) diketahui bahwa nilai TSS pada S1 dan S5 melampaui baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, TSS pada S1 sebesar 76,00 mg/L dan TSS pada S5 sebesar 71,00 mg/L. Berdasarkan gambar 12 dapat diketahui bahwa dari S1-S4 dan dari S5-S7 terjadi penurunan nilai TSS, hal ini dikarenakan padatan yang tersuspensi mulai mengalami pengendapan sehingga semakin jauh jarak sumur dari TPA maka semakin rendah pula nilai TSS. Berdasarkan gambar 12 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi kadar TSS pada air sumur sebesar 76,5% dan di Randusari sebesar 86,9%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan TSS air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka kandungan TSS akan menurun.

commit to user

Gambar 12. Kondisi kadar TSS air sumur pada jarak tertentu Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Tingginya nilai TSS pada S1 dan S5 disebabkan adanya pengaruh rembesan air lindi sampah dari TPA karena jarak S1 dan S5 merupakan jarak sumur pada kedua Desa paling dekat dengan TPA, selain itu juga dipengaruhi oleh struktur tanah dan agregasi dari dinding sumur yang masih berupa tanah atau batu bata (Lampiran 4). Komponen padatan yang terlarut dapat berupa mineral, bahan-bahan organik dan berbagai jenis garam-garaman yang ada di alam atau terkandung di dalam tanah (ESP, 2007). Tidak semua unsur yang terkandung dalam padatan terlarut menyebabkan air keruh, tetapi air yang tidak keruh juga belum tentu bersifat baik untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, air tanah juga diuji berdasarkan parameter Kimia dan Biologi.

Sulurejo: y = 0,001x2– 0,544x + 94,21 R2 = 0,765 Randusari: y = 0,001x2– 0,845x + 138,5 R2 = 0,869

commit to user

Pengukuran parameter Kimia dilakukan karena kandungan kimiawi air limbah berhubungan erat dengan ion-ion dari suatu senyawa atau logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun. Air lindi sampah merupakan dekomposisi dari bahan organik sebagai pencemar artinya bahan organik dapat mengurangi kandungan oksigen atau bahan anorganik yang bersifat reduktor dapat mengurangi oksigen di dalam air. Sedangkan parameter Biologi dilakukan karena karakteristik sampah di TPA Putri Cempo didominasi oleh zat organik, proses dekomposisi zat organik sudah pasti dibantu oleh berbagai macam bakteri pengurai. Bakteri tersebut banyak terdapat di dalam air lindi sampah dan ikut merembes ke lapisan tanah, sehingga dapat mencemari air tanah dan menyebabkan berbagai macam penyakit.

4. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kualitas air. Berdasarkan data, pH air tanah dari ketujuh sampel masih memenuhi baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990. Hasil pengukuran (Tabel 10) diketahui bahwa besarnya pH air pada ketujuh sumur berkisar antara 6,40-7,38. Berdasarkan gambar 13 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi pH air sumur sebesar 52,2% dan di Randusari sebesar 94,7%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan pH air sumur, semakin jauh jarak

commit to user

Gambar 13. Kondisi pH air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Berdasarkan gambar 13 diketahui terjadi fluktuasi nilai pH, pH pada S5-S7 cenderung mengalami penurunan, hal ini dikarenakan semakin jauh jarak sumur dari TPA maka pH air akan semakin rendah. Nilai pH perairan dapat berfluktuasi karena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis, respirasi organism akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion perairan (Barus, 2002). Menurut Pohland dan Harper (1985), seiring dengan pertambahan umur tumpukan sampah pada tumpukan sampah akan terjadi fase fermentasi metana sebagai hasil dekomposisi biologis anaerobik yang hampir sempurna dengan nilai pH yang berfluktuasi

antara 7,5 – 9. Air dengan nilai pH kurang dari 6 dapat menimbulkan rasa tidak

Sulurejo: y = -10-5x2 + 0,004x + 6,311 R2 = 0,522 Randusari: y = -2.10-5x2 + 0,004x + 7,18 R2 = 0,947

commit to user

enak dan menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun, sedangkan pH tinggi (basa) dapat mengganggu pencernaan (Raini, 2004). ESP (2007) juga menyebutkan bahwa pH air dengan tingkat kebasaan dan keasaman yang tinggi dapat menyebabkan unsur-unsur logam yang terkandung dalam air larut, sehingga menyebabkan nilai COD meningkat dan kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air menurun.

5. Oksigen terlarut (DO)

Oksigen terlarut (DO) merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan mahluk hidup di dalam air sangat tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya, yaitu tidak boleh kurang dari 6 mg/L (Fardiaz, 1992). Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa besarnya DO dari ketujuh sumur berada di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001, yaitu DO air harus lebih dari 6 mg/L. DO terendah sebesar 1.57 mg/L dan tertinggi sebesar 4.56 mg/L. Nilai Jika konsentrasi DO terlalu rendah akan mengakibatkan organisme air mengalami kematian. Berdasarkan gambar 14 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi DO air sumur sebesar 63,4% dan di Randusari sebesar 93,5%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan DO air sumur, terjadi kenaikan dan penurunan kadar DO air sumur pada jarak yang berbeda.

commit to user

Gambar 14. Kondisi kadar DO air sumur pada jarak tertentu Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Penyebab utama rendahnya DO adalah adanya bahan-bahan buangan yang mengkonsumsi oksigen. Bahan-bahan tersebut terdiri dari bahan yang mudah dibusukkan atau dipecah oleh bakteri dengan adanya oksigen. Oksigen yang tersedia di dalam air dikonsumsi oleh bakteri yang aktif memecah bahan-bahan tersebut sehingga semakin tinggi kandungan bahan-bahan tersebut semakin berkurang konsentrasi oksigen terlarut (Fardiaz, 1992). Nilai DO yang rendah dapat diindikasikan adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang banyak yang masuk ke akuifer bebas sehingga air tanah dangkal tercemar (Erini, 1999).

Sulurejo: y = 5.10-5x2– 0,028x + 6,067 R2 = 0,634 Randusari: y = -0,000x2 + 0,054x – 0,91 R2 = 0,935

commit to user

Analisis parameter oksigen terlarut secara rinci sebab musababnya dianalisis dalam pengukuran BOD dan COD.

6. Kebutuhan oksigen biokimia (BOD)

Kebutuhan oksigen biokimia (BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan buangan di dalam air. Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel. Semakin besar angka indeks BOD suatu perairan, semakin besar pula tingkat pencemaran yang terjadi dimana jumlah oksigen terlarutnya sedikit. Sistem perairan alamiah umumnya mempunyai angka BOD berkisar antara 2-3 mg/L (Fardiaz, 1992).

Gambar 15. Kondisi kadar BOD air sumur pada jarak tertentu Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA Sulurejo: y = 0,002x2– 0,824x + 77,46 R2 = 0,784 Randusari: y = 0,000x2 - 0,057x + 8,57 R2 = 0,971

commit to user

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa dari ketujuh sumur terdapat 3 air sumur dengan nilai BOD yang melebihi baku mutu air adalah pada S1 (48,54 mg/L), S4 (8,00 mg/L), dan (S5 sebesar 4,06 mg/L). Nilai BOD yang tinggi menandakan tingginya bahan organik biodegradable yang menjadi beban perairan yang telah dioksidasi secara biologi. BOD yang tinggi juga berarti bahwa kandungan oksigen terlarut dalam air sedikit, kondisi ini mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme air termasuk mikroorganisme aerobik menjadi tidak dapat hidup dan berkembang biak, sebaliknya mikroorganisme anaerob akan

aktif memecah bahan-bahan buangan secara anaerob seperti H2S, amin, dan fosfor

(Hariyadi, 2001).

S1 dan S5 merupakan lokasi pengambilan air sumur dengan jarak paling dekat dengan TPA, sehingga kandungan air lindi yang merembes ke dalam sumur penduduk masih tinggi. Anomali nilai BOD yang tinggi ditemukan pada S4, ini merupakan jarak terjauh pengambilan air sumur di Desa Sulurejo (Gambar 15). Selain faktor air yang tercemar oleh lindi sampah dari TPA, diduga air sumur juga tercemar dengan adanya rembesan air lindi sampah domestik yang dibuang dipekarangan rumah dan letak sumur yang berdekatan dengan sungai. Sungai tersebut merupakan aliran sungai dari dalam TPA Putri Cempo yang mengalirkan air lindi secara langsung dari tumpukan sampah di TPA menuju ke aliran sungai Bengawan Solo. Berdasarkan gambar 15 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi BOD air sumur sebesar 78,4% dan di Randusari sebesar 97,1%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan pH air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka BOD air akan menurun.

commit to user

7. Kebutuhan oksigen Kimia (COD)

Kebutuhan oksigen biokimia (COD) menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi kimia di dalam badan air. Menurut Davis dan Cornwell (1991) bahwa semakin tinggi nilai COD, maka akan semakin banyak kadar oksigen terlarut yang diperlukan untuk proses kimiawi, akibatnya dapat mengurangi ketersediaan oksigen terlarut bagi kehidupan organisme perairan.

Gambar 16. Kondisi kadar COD air sumur pada jarak tertentu Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Tingginya kandungan COD pada air tanah sangat dipengaruhi oleh tingginya BOD. Akan tetapi kandungan COD selalu lebih tinggi dari BOD karena selain sumbernya dari bahan organik juga berasal dari bahan anorganik hasil degradasi mikrobia yang terakumulasi dengan air tanah (Sunu, 2004).

Sulurejo: y = 0,003x2– 1,505x + 140,1 R2 = 0,786 Randusari: y = 0,000x2 - 0,227x + 30,66 R2 = 0,989

commit to user

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa nilai COD pada 3 air sumur dari ketujuh air sumur yang diuji melebihi baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001, nilai COD yang tinggi terdapat pada S1 (86,79 mg/L), S4 (22,76 mg/L), dan S5 (13,03 mg/L). Sama seperti BOD dan mengacu pada gambar 16 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi COD air sumur sebesar 78,6% dan di Randusari sebesar 98,9%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan COD air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka COD air akan menurun.

nilai COD yang tinggi pada S1 dan S5 dikarenakan lokasi pengambilan air sumur yang berdekatan dengan TPA. Selain air lindi dari TPA yang mencemari air sumur pada S4, diduga adanya rembesan air lindi dari sampah domestik dan keberadaan sungai yang membawa air lindi dari dalam TPA merupakan penyebab tingginya nilai COD pada S4.

Nilai COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Fardiaz, 1992). Achmad (2004) juga mengemukakan bahwa nilai COD yang lebih tinggi dari BOD dikarenakan bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Akibat kandungan COD yang berlebihan pada air tanah akan sama halnya dengan kandungan BOD yaitu akan berpengaruh terhadap menurunnya kandungan oksigen terlarut (DO) sehingga akan berpengaruh terhadap penurunnya kualitas air tanah (Peavy 1986).

commit to user

8. Nitrat

Nitrifikasi, amonifikasi dan denitrifikasi merupakan proses mikrobiologi oleh karena itu sangat dipengaruhi oleh suhu dan aerasi. Proses nitrifikasi juga dipengaruhi oleh kadar oksigen terlarut >2 mg/L, pH optimum 8-9, bakteri nitrifikasi cenderung menempel pada sedimen atau bahan padatan lain, pertumbuhan bakteri nitrifikasi lebih lambat dari bakteri heterotrof, suhu optimum

20-25 ºC (Novotny dan Olem,1994 dalam Effendi, 2003). Menurut Alaerts dan

Santika (1987), nitrat dalam tubuh manusia direduksi menjadi nitrit yang dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah sehingga menyebabkan darah tersebut tidak dapat lagi mengikat oksigen, dan asam yang dibentuk dari nitrat dapat bereaksi membentuk nitrosamine (R-R-N-NO) yang dapat menyebabkan kanker.

Gambar 17. Kondisi kadar nitrat air sumur pada jarak tertentu Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

Sulurejo: y = -5.10-5 x2– 0,013x + 1,103 R2 = 0,519 Randusari: y = 0,000x2 - 0,081x + 6,831 R2 = 0,977

commit to user

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar nitrat yang terkandung pada ketujuh air sumur masih di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, yaitu berkisar 0,92-6,66 mg/L. Pada Gambar 17 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi nitrat air sumur sebesar 51,9% dan di Randusari sebesar 97,7%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan nitrat air sumur. Kadar nitrat pada S7 lebih tinggi dari yang lain, hal ini diduga selain kandungan nitrat dari rembesan air lindi TPA terdapat faktor lain seperti keberadaan kandang hewan ternak di dekat sumur dan aktivitas sumur yang sebelumnya digunakan secara bersamaan oleh warga untuk mencuci dan kegiatan lainnya. Kadar nitrat dipengaruhi oleh aktivitas sumber pencemar, aktivitas penggunaan sumur, dan tingkat pencucian serta aliran permukaan (Nursyamsi, 2006). Konsentrasi nitrat yang tinggi dalam air sumur merupakan salah satu indikasi adanya kandungan bahan-bahan organik yang terlarut dalam air tinggi, nitrat juga merupakan variabel pencemar dinamis sehingga dapat mengalami reduksi menjadi nitrit atau tereduksi secara lanjut menjadi amoniak (Trisnawulan, 2007).

9. Sulfat

Sulfat (SO4) merupakan senyawa anorganik yang dapat menyebabkan

iritan pada saluran gastro-intestinal pada kadar yang berlebih (Slamet, 2004). Umumnya senyawa sulfat berasal dari limbah organik yang mengandung sulfur dan terdegradasi secara anaerob membentuk H2S. Selanjutnya H2S teroksidasi menjadi sulfat yang berasal dari aktivitas fotosintesis bakteri.

commit to user

Gambar 18. Kondisi kadar sulfat air sumur pada jarak tertentu Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Dalam dokumen TRISNA KUSUMAWATI A131008013 (Halaman 83-108)

Dokumen terkait