• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Kualitas Gula yang Dihasilkan

Hal ini berkaitan dengan tujuan pemasaran gula oleh toke atau penampung. Harga gula yang tertinggi pada saat penelitian ialah di Kecamatan Sayur Matinggi dan Kecamatan Tanotombangan yang merupakan wilayah yang berada pada satu hamparan dan dekat dengan Kabupaten Mandailing Natal. Rata rata harga gula yang diterima petani lebih besar dibandingkan di Kecamatan lainnya yaitu sebesar Rp. 14.750 per kg. Gula dari daerah ini umumnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal di sekitar Kecamatan sehingga bentuk dan kualitasnya harus baik walaupun harganya lebih mahal. Sebagian produksi gula aren di daerah ini adalah untuk memenuhi kebutuhan industri makanan di Kabupaten Mandailing Natal.

Pangkal Pinang adalah salah satu daerah yang juga memproduksi gula aren. Tapi dari sisi kualitas, gula yang dihasilkan dari Pangkal Pinang masih lebih rendah dibandingkan dengan gula aren yang diproduksi di Palembang, maka gula

aren dari Palembang banyak diminati masyarakat Pangkal Pinang karena rasanya sangat manis, warna merah pada gula tersebut sangat menarik dan tidak mempunyai ampas, walaupun harganya lebih mahal dibandingkan gula lokal maupun gula aren dari daerah lain .

2. Tempat

Selain Kecamatan Sayur Matinggi dan Tanotombangan yang mudah terjangkau lalu lintas, umumnya daerah lain yang memproduksi gula seperti di sekitar Kecamatan Sipirok dan Kecamatan Marancar, lokasinya lebih sulit dijangkau dan relatif jauh sehingga biaya pengumpulan lebih tinggi ditambah umumnya pemasaran gula oleh toke dari daerah ke sentra industri rumah tangga yang memproduksi makanan di Kabupaten Labuhan Batu dan disekitar Kota Medan yang sangat jauh. Sentra industri biasanya lebih toleran mengenai bentuk gula dibanding sektor rumah tangga. Harga yang diterima petani di daerah ini berkisar Rp. 13.250 – Rp. 14.000 per kg.

Di Kabupaten Lebak, Banten, untuk memenuhi permintaan gula bagi konsumen, banyak pedagang gula aren berhubungan langsung dengan petani aren disekitarnya seperti dari Cijaku, Sobang maupun Panggarangan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat pasar Lebak 2013). Keadaan ini menguntungkan bagi petani aren karena harga yang diterima bisa lebih tinggi dibandingkan jika gula aren yang mereka produksi dijual melalui agen yang akan mengambil keuntungan dari harga yang berlaku.

Mendekati perayaan hari besar Islam harga gula akan naik di semua tempat yang memproduksi gula akibat naiknya jumlah permintaan, seperti di

Pangkal Pinang mendekati bulan Ramadhan tahun 2012, harga gula aren lokal naik jadi Rp. 20.000 dari Rp. 18.000 per kabung, gula asal Palembang menjadi Rp. 22.000 dari Rp. 18.500 per kilogran. Harga ini akan terus naik hingga lebaran

4.3.5. Rendemen Gula

Rendemen ialah jumlah nira yang dibutuhkan untuk memperoduksi gula aren, yang dinyatakan dalam persen (%). Di Tapanuli Selatan, penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa 1 liter nira menghasilkan gula aren sebanyak 16,66% .,yaitu setara dengan 167 gram gula aren, seperti yang dijelaskan dalam Lampiran 8.

Berdasarkan Lampiran 8, maka dapat dihitung rata-rata rendemen gula aren atas nira di Tapanuli Selatan adalah 16,66 persen dalam pengertian dari 100 liter nira akan menghasilkan 16,66 kilogram gula aren. Menurut Bank Indonesia (2008), rendemen gula di Kabupaten Lebak Provinsi Banten adalah 9,12 persen. Rendemen juga menyatakan kepekatan nira yang dihasilkan. Dengan demikian nira yang dihasilkan di Tapanuli Selatan, adalah lebih pekat dibandingkan di Kabupaten Lebak.

4.3.6. Tempat Pemasaran

Di Tapanuli Selatan ada tradisi, bahwa petani akan menjual gula sampai satu hari sebelum pekan di desanya atau di desa terdekat. Atau pada pagi hari, pada saat pekan belum ramai. Walupun ada juga petani yang menjual gulanya langsung pada hari dia selesai memasak gula. Namum pembayaran sebagai

penerimaan petani biasanya adalah satu hari sebelum pekan di desanya. Seluruh gula yang diproduksi, dibawa pulang kerumah kemudian disimpan sampai tiba waktunya untuk dijual, hal ini disesuaikan dengan kondisi pekan yang dilakukan secara tradisional di daerah masing-masing. Gula dijual kepada penampung di desanya yang disebut dengan toke. Lalu, gula yang dikumpulkan si toke dari beberapa petani akan dijemput oleh truck pengumpul milik toke dari kecamatan pada sore harinya. Biasanya ada 2-3 orang toke, dari tiap beberapa desa yang memproduksi gula. Hasil penjualan gula akan dibelanjakan untuk keperluan hidup selama seminggu dan keperluan usaha tani.

4.4. Penerimaan Petani

Berdasarkan Lampiran 6, diketahui bahwa rata-rata produksi gula petani aren di Tapanuli Selatan sebesar 7,38 kg per hari dan rata-rata harga yang diterima sebesar Rp. 14.082,50 per kg, maka seorang petani aren di Tapanuli Selatan setiap harinya rata–rata memperoleh penerimaan sebesar Rp. 103.889,85 per hariseperti yang digambarkan pada Lampiran 9.

Di Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tahun 2011, pengrajin gula aren memperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 606.650,00 per minggu atau setara Rp. 86.664,29 per hari (Yuliana et al, 2011), lebih kecil dari pada penerimaan petani aren di Tapanuli Selatan tahun pada 2014 pada saat penelitian ini dilakukan. Perbandingan penerimaan tertinggi dan terendah petani aren di Tapanuli Selatan seperti Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Penerimaan Tertinggi dan Terendah

Uraian

Per Hari Rata-Rata Produksi

Gula Merah (Kg/Hari)

Rat-Rata Harga Gula Merah (Rp/Kg.)

Penerimaan (Rp/hari)

Tertinggi 20,50 14.250 292.125

Terendah 2,50 14.750 36.875

Sumber : Data Primer,2014

Pada Tabel 4.5. diketahui bahwa penerimaan tertinggi petani aren adalah sebesar Rp. 292.125 per hari dengan rata-rata produksi gula sebanyak 20,50 kg per hari dan penerimaan terendah sebesar Rp. 36.875 per hari dengan menghasilkan gula hanya sebanyak 2,50 kg per hari. Penelitian ini juga meyimpulkan bahwa harga berpengaruh terhadap perbedaan penerimaan tertinggi dan terendah petani aren di Tapanuli Selatan. Perbedaannya ini juga disebabkan oleh perbedaan rata-rata produksi gula aren yang dipengaruhi oleh jumlah nira yang disadap dan rendemen gula aren.

4.5. Biaya Produksi 4.5.1. Biaya Tenaga Kerja 1. Sumber Tenaga Kerja

Petani aren di Tapanuli Selatan dalam melakukan aktifitas usahatani aren secara umum tidak memakai tenaga kerja upahan atau di luar keluarga. Semua jenis kegiatan dikerjakan sendiri walaupun ada beberapa responden yang kadang-kadang dibantu oleh istri dalam memasak gula aren, karena pekerjaan memasak gula aren masih memungkinkan dilakukan oleh sentuhan halus tangan perempuan. Selebihnya pekerjaan usahatani aren hanya bisa dilakukan oleh suami. Berdasarkan pengamatan, rata-rata seorang petani aren di Tapanuli Selatan

menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan usahatani aren selam 4 jam per hari. Yaitu pada pagi hari antara jam 9 dan jam 11, dan sore jam 4 dan jam 6. Diluar itu petani aren mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan usahatani lainnya yang umumnya mereka mengerjakan kegiatan di pertanaman padi dan karet.

Di Banten, anggota keluarga yang terlibat dalam kegiatan produksi aren terdiri dari suami dan istri dari rata-rata lima orang anggota keluarga pada usia produktif dengan pembagian jenis pekerjaan, memanjat pohon aren, mengangkut nira hingga mencari kayu bakar dilakukan oleh suami. Memasak nira menjadi gula dilakukan oleh istri. Alokasi waktu terbanyak dalam kegiatan produksi aren adalah untuk memasak gula hingga mencapai empat jam (Racman, 2009) .

Dokumen terkait