• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan Petani Gula Aren Dan Pengembangannya Pada Lahan Marginal Di Kabupaten Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan Petani Gula Aren Dan Pengembangannya Pada Lahan Marginal Di Kabupaten Tapanuli Selatan"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PETANI GULA AREN DAN PENGEMBANGANNYA

PADA LAHAN MARGINAL DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

T E S I S

Oleh :

EDDY MUZDAJAR BATUBARA 127003005/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PETANI GULA AREN DAN PENGEMBANGANNYA PADA LAHAN

MARGINAL

DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Perdesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

EDDY MUZDAJAR BATUBARA 127003005/PWD

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PETANI GULA AREN DAN PENGEMBANGANNYA

PADA LAHAN MARGINAL

DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Nama Mahasiswa : Eddy Muzdajar Batubara Nomor Pokok : 127003005

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. Rujiman , MA ) (

Ketua Anggota

Dr. Ir. Rahmanta , M.Si )

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Iic rer reg. Sirojuzilam, SE)(Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc )

(4)

ANALISIS FACTORS INFLUENCING THE INCOME OF PALM SUGAR FARMERS AND ITS DEVELOPMENT STRATEGI ON THE

MARGINAL LAND IN TAPANULI SELATAN DISTRICT

ABSTRACT

(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PETANI GULA AREN DAN PENGEMBANGANNYA

PADA LAHAN MARGINAL DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Faktor-faktor yang memengaruhiPendapatanPetaniGulaAren yang terdiridariProduksi, Harga, RendemandanJumlahBatangSadapan,kelayakanusahadan strategi PengembangannyaPadaLahanMarginaldi KabupatenTapanuli Selatan.Jenis data yang digunakandalampenelitianiniadalahmenggunakan data primer

dalambentukkuisionerdan data sekunder yang selanjutnyadijadikanbahananalisadalampenelitian.Data

diolahdenganAnalisisRegresi Linier Berganda, Return Cost Ratio danAnalisa

SWOT.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaproduksi, harga, rendemandanjumlahbatangsadapanberpengaruhpositif secara simultan

terhadappendapatanpetanigulaaren.Usaha gulaarenlayakuntuk di kembangkan di KabupatenTapanuli Selatan gunameningkatkanpendapatandankesejahteraanpetani,

selainitulahanmarginal yang selamainiditinggalkansebaiknyaditanamitanamanarengunamenghindarierositanahd

anjugaberfungsisebagaitanamankonservasi.

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan Tesis ini, Penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp,A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara .

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, MSc sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Iic rer reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Drs. Rujiman, MA. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

(7)

6. Bapak Prof. Dr. lic. rer.reg . Sirojuzilam,SE., Dr. H.B Tarmizi, SE, SU., dan Drs. Agus Suriadi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik bagi kesempurnaan tesis ini.

7. Bapak Ir. Heri Suliyanto, MBA, Kepala Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian Kementerian Pertanian atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).

8. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP), Dinas Perkebunan dan Peternakan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan.

9. Ayahanda Agusti Batubara dan Ibunda (Almh) Nilam Rangkuti yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dan senantiasa mendoakan penulis.

10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih untuk istriku tercintaRostiamar Siregar, juga anak-anakku Dystia Winnie Alam Fazary Batubara, Dytia Meylanie Fauziah Batubara, Dyta Niza Akbar Batubara, Mutyara Oktaviani Fazary Batubara, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat kepada penulis dalam mengikuti studi selama ini guna menyelesaikan pendidikan Magister di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).

(8)

12. Teman-teman PWD Sekolah Pascasarjana USU Angkatan 2012, yang penuh rasa persahabatan dan kekeluargaan dalam memberikan sumbangan pemikiran dan semangat selama perkuliahan hingga menjadi kenangan yang baik dan mengesankan.

13.Dan pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan namanya yang telah memberi semangat dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) dan penyelesaian tesis ini.

Sebagai penutup , penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan Saran dan Kritiknya untuk penyempurnaan tesis ini. semoga tesis ini bermanfaat sebagai bahan referensi untuk keperluan pengembangan ilmu pengetahuan kepada seluruh pembaca dan semua pihak yang memerlukannya Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.

Medan, Juli 2014 Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Eddy Muzdajar Batubara lahir di Siabu pada tanggal 29 Oktober 1972 Anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ayah Agusti Batubara dan Ibu almarhumah Nilam Rangkuti.

Tamat Sekolah Dasar Negeri 1 Padangmatinggi pada tahun 1986 di Padangsidimpuan. Melanjutkan ke SMP Negeri 5 di Padangsidimpuan dan tamat pada tahun 1989. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 3 Padangsidimpuan pada tahun 1992. Melanjutkan pendidikan pada tahun 1992 di Institut Pertanian Bogor (IPB) , Diploma III Program Studi Teknisi Usaha Ternak Pedaging (TUTD) dan tamat tahun 1995, pada Tahun 2009 melanjutkan ke Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusantara (UGN) dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian , Tahun 2012.

(10)

DAFTAR ISI

2.2.2. Kesesuaian Tempat Tumbuh Aren ... 19

2.2.3. Nilai Tambah Usaha Gula aren ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 31

3.1.1. Waktu Penelitian ... 31

3.1.2. Lokasi Penelitian ... 31

3.2. Metode Penelitian ... 31

3.2.1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.2.2. Teknik Sampling ... 32

3.2.3. Jenis Penelitian ... 33

(11)

3.2.5 Metoda Analisa Data ... 36

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 41

4.2. Keadaan Pertanaman Aren ... 45

4.2.1. Karasteristik Petani Aren di Tapanuli Selatan ... 45

4.2.2. Teknik Budidaya Aren ... 47

4.2.3. Penyadapan ... 49

4.2.4. Nira ... 50

4.2.4.1. Produktivitas Nira ... 50

4.2.4.2. Total Batang Aren Yang Disadap ... 51

4.2.4.3. Produktivitas Nira Perbatang ... 52

4.7. Analisa Pendapatan Usaha Gula Aren ... 68

4.7.1. Hasil Regresi Linier ... 70

4.8. Uji Asumsi Klasik ... 78

4.9. Analisis Usaha Gula Aren R/C Ratio ... 84

4.10. Analisa SWOT ... 85

4.10.1. Potensi Lahan Marginal Terhadap Tanaman Aren ... 87

4.10.2. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal ... 88

4.10.3. Hasil Evaluasi Faktor-Faktor Internal ... 90

4.10.4. Hasil Evaluasi Faktor-Faktor Eksternal ... 91

4.10.5. Matriks Internal-Eksternal ... 92

(12)

4.10.7. Matriks SWOT ... 94

4.10.8. Strategi Pengembangan Lahan Marginal dan Prospek Dimasa Yang Akan Datang ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1. Kesimpulan ... 98

5.2. Saran ... 99

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Luas Pertanaman Beberapa Komoditi Perkebunan Rakyat di

Kabupaten Tapanuli Selatan ... 4

2.1 Kesesuian Pertanaman Aren di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 20

2.2. Komposisi Kimia Nira Berbagai Tanaman Palmae ... 22

2.3. Luas Lahan Marginal Dengan Tingkat Kemiringan >60 Derajad di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 25

2.4. Bentuk Wilayah dan Kelas Lereng ... 27

3.1. Matrik SWOT ... 39

4.1 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Serta Jarak Ibukota Kecamatan Ke Ibukota Kabupaten ... 41

4.2. Data Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan dan Jumlah Desa Serta Jumlah Kelurahan Tahun 2013 ... 43

4.3. Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 44

4.4. Pengelompokan Umur Petani Aren di Tapanuli Selatan ... 46

4.5. Penerimaan Tertinggi dan Terendah ... 60

4.6. Analisis Descriptive Statistics ... 69

4.7. Model Summary ... 69

4.8. Anova ... 69

4.9. Coofficients ... 70

4.10. Collinearity Statistics ... 81

(14)
(15)

DAFTAR GAMBAR

No.Judul Halaman

2.1. Pohon Industri dan Produk Turunan Aren ... 18

2.2. Kerangka Pemikiran Analisa Potensi Gula Aren ... 29

4.1. Proses Pemasakan dan Pencetakan Gula Aren... 56

4.2. Histogram Dependent Variable ... 79

4.3. Normal P-P Plot of Regresion ... 80

4.3. Gambar Scatter Plot ... 84

4.4. Matriks SPACE ... 86

4.5. Matriks Internal-Eksternal ... 87

4.6. Posisi Pemanfaatan Lahan Marginal Pada Matriks I – E ... 92

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Daftar Isian Pertanyaan Responden/Kuisioner ... 105

2. Rata-rata Produksi Nira Responden dan Persentase Nira Penyadapan Pagi dan Sore ... 107

3. Rata-rata Total Batang Aren Yang disadap Responden dan Total Batang Aren Yang menunggu disadap ... 110

4. Rata-rata Produksi Nira Penyadapan Pagi Hari dan Sore Hari ... 113

5. Sebaran Rata-rata Produksi Nira Responden... 116

6. Sebaran Rata-rata Produksi Gula Aren responden ... 119

7. Sebaran Rata-rata Harga Gula Aren Responden ... 120

8. Sebaran Rata-rata Rendeman Gula Aren Responden ... 121

9. Sebaran Rata-rata Penerimaan Responden ... 124

10. Perhitungan Harga Kayu Bakar ... 127

11. Daftar Alat dan Bahan Yang Umum Dipakai Petani Aren Serta Lama Pemakaian ... 129

12. Besarnya Nilai Penyusutan Alat dan Bahan Yang Umum dipakai Petani Aren Selama Pemakaian Perhari ... 130

13. Besarnya Nilai Penyusutan Bahan dan Alat Yang Sering digunakan Terhadap Pengolahan Gula Aren ... 131

14. Rata-rata Total Biaya Produksi Gula Aren ... 133

15. Rata-rata Pendapatan Petani Aren ... 136

16. Data Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Gula Aren di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 139

17. Sebaran Rata-rata Analisis Return Cost Ratio (R/C Ratio ... 142

(17)

ANALISIS FACTORS INFLUENCING THE INCOME OF PALM SUGAR FARMERS AND ITS DEVELOPMENT STRATEGI ON THE

MARGINAL LAND IN TAPANULI SELATAN DISTRICT

ABSTRACT

(18)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PETANI GULA AREN DAN PENGEMBANGANNYA

PADA LAHAN MARGINAL DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Faktor-faktor yang memengaruhiPendapatanPetaniGulaAren yang terdiridariProduksi, Harga, RendemandanJumlahBatangSadapan,kelayakanusahadan strategi PengembangannyaPadaLahanMarginaldi KabupatenTapanuli Selatan.Jenis data yang digunakandalampenelitianiniadalahmenggunakan data primer

dalambentukkuisionerdan data sekunder yang selanjutnyadijadikanbahananalisadalampenelitian.Data

diolahdenganAnalisisRegresi Linier Berganda, Return Cost Ratio danAnalisa

SWOT.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaproduksi, harga, rendemandanjumlahbatangsadapanberpengaruhpositif secara simultan

terhadappendapatanpetanigulaaren.Usaha gulaarenlayakuntuk di kembangkan di KabupatenTapanuli Selatan gunameningkatkanpendapatandankesejahteraanpetani,

selainitulahanmarginal yang selamainiditinggalkansebaiknyaditanamitanamanarengunamenghindarierositanahd

anjugaberfungsisebagaitanamankonservasi.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian dengan segala kebijakannya di Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk (1) Meningkatkan produksi dan pendapatan petani, (2) Menambah lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran yang diharapkan dapat menekan kemiskinan, (3) Menjaga kelestarian sumber daya alam, dan (4) Meningkatkan devisa negara. Subsektor perkebunan merupakan salah dari satu subsektor pertanian yang secara tradisional telah mampu menghasilkan devisa bagi negara melalui ekspor hasil perkebunan. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini merupakan komoditi ekspor antara lain karet, kelapa sawit, teh, kopi dan tembakau. Sebagian besar tanaman perkebunan tersebut merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan besar baik milik pemerintah maupun milik swasta. Oleh karena itu, pertanian yang terdiri dari berbagai subsektor merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian, dapat dilakukan dengan agroindustri, salah satunya adalah dengan melihat potensi gula aren di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan (Pulungan,2013).

(20)

Sumatera Utara telah mencanangkan dua Kabupaten tersebut sebagai sentra pengembangan gula aren menjadi gula semut (brown sugar).

Agroindustri dapat diandalkan menjadi leading sektor atau sektor yang memimpin dalam perekonomian Indonesia, karena agroindustri (1) Memiliki pangsa pasar yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan sehingga kemajuan yang dicapai dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total, (2) Memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi, (3) Memilik keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar sehingga mampu menarik pertumbuhan banyak sektor lain, (4) Keragaman dan performannya berbasis sumber daya domestik sehingga efektif dalam membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan eksternal.

(21)

Dengan produk utamanya gula aren (sugar palm) , tanaman aren memiliki prospek ekonomi yang sangat baik karena sampai saat ini permintaan gula di Indonesia belum dapat dicukupi dengan produksi nasional. Menurut data dari Ditjend Perkebunan (2004), produksi gula dalam negeri Indonesia rata-rata adalah 2,1 juta ton pertahun , sementara tingkat konsumsi mencapai 2,7 juta ton. Data diatas menunjukkan bahwa usaha budidaya aren untuk produksi gula merupakan sebuah usaha yang secara ekonomis masih sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas untuk menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan diwilayah pedesaan sekaligus sebagai upaya konservasi dan pemanfaatan lahan-lahan marginal yang selama ini kurang mendapat perhatian yang serius (Indriyanto, 2012). Berdasarkan tempat tumbuh tanaman aren akan tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 9 – 2000 m dpl dengan curah hujan lebih dari min 1200 mm/tahun . Tanaman ini tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus dan tidak memerlukan pemeliharaan

yang intensif , dapat tumbuh pada tanaman liat, berlumpur dan berpasir, ( Balai Penelitian Tanaman Palma, 2010).

(22)

Kabupaten Tapanuli Selatan, yang termasuk dalam wilayah administrasi Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2010 memiliki tanaman aren seluas 388.00 ha , dan di tahun 2012 mengalami peningkatan yang tinggi di akibatkan adanya program pemerintah di tahun 2012 diadakan penanaman besar-besaran melalui kelompok tani maupun lingkup akademisi pendidikan, seperti Universitas Graha Nusanta (UGN). Beberapa komoditi perkebunan yang diusahakan petani di Kabupaten Tapanuli Selatan sebagaimana terlihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel1.1. Luas Pertanaman Beberapa Komoditi Perkebunan Rakyat di Tapanuli Selatan

No Komoditi Luas Pertanaman (ha)

2009 2010 2012

1 K a r e t 20.167,50 20.336,50 24.218,95

2 S a w i t 4.942,25 4.950,25 5.104,50

3 K a k a o 3.518,25 3.569,50 3.629,25

4 Kopi Robusta 2.818,00 2.913,75 3.123,75

5 Kemiri 501,00 503,00 500,50

6 Kelapa 414,00 415,50 348,50

7 A r e n 390,50 388,00 676,25

8 Pinang 310,50 311,75 305,50

9 Kulit Manis 362,75 281,75 281,25

10 Cengkeh 30,00 40,75 69,50

11 Kapulaga 8,50 8,50 8,50

12 K a p u k 5,36 5,26 5,00

13 P a l a 1,00 1,00 1,00

Total : 33.469,61 33.725,51 38,272.45

(23)

Data yang sederhana itu, juga menggambarkan bahwa komoditas aren masih mempunyai peluang untuk dikembangkan di Tapanuli Selatan. Dalam rangka pengembangan komoditi aren, upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, antara lain memberangkatkan rombongan petani aren, pengusaha gula merah dan pegawai dari Dinas terkait yang mewakili unsur perguruan tinggi yang ada di Kota Padangsidimpuan, untuk melakukan studi banding ke Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara dari tanggal 22 September– Oktober 2011, sebagai tindak lanjut studi banding diberikan pelatihan budidaya aren kepada petani peserta studi banding dan mahasiswa Fakultas Pertanian dari beberapa perguruan tinggi yang ada, yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian bibit aren kepada peserta pelatihan.

Berdasarkan pengamatan, aren di Tapanuli Selatan masih tumbuh secara alami, belum ada perlakuan dari petani terhadap tanaman aren yang memang tumbuh secara alami. Begitu juga dengan usaha pembuatan gula aren, masih sangat tradisional dengan mempergunakan teknologi yang sangat minim ataupun sederhana, bahkan cenderung merupakan usaha sampingan karena penyadapan aren dilakukan biasanya dua kali sehari pagi dan sore, sehingga di luar itu, petani masih bisa melakukan kegiatan usahatani lainnya. Penyadapan aren dilakukan secara perseorangan oleh masing-masing petani kemudian proses pemasakan gula aren dilakukan pada sore hari di sekitar lahan aren yang disadap.

(24)

sebagian tempat, ada juga petani yang menjual nira untuk dijadikan minuman tradisonal. Selain mengelola gula aren, petani juga mengelola komoditi lain umumnya adalah karet, padi dan salak. Namun, petani tidak mempunyai kemampuan untuk menghitung penghasilannya dari masing-masing usahataninya, sehingga kesulitan dalam menentukan tanaman aren apakah sebagai penghasilan utama atau sebagai penghasilan sampingan. Petani juga tidak mampu menganalisis penerimaannya dari usahatani aren. Dari hasil penerimaan yang di dapatkan, kebanyakan petani gula aren tidak mengetahui persis berapa pendapatan yang semestinya di terima petani gula aren setelah dikurangi biaya lainnya, seperti berapa besar bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah gula aren yang dihasilkan dan penggunaan alat-alat yang diperlukan untuk memproduksi gula aren tersebut , disamping berapa besar jumlah penyusutan peralatan yang digunakan setiap harinya dalam memproduksi gula aren tersebut. Dalam penelitian ini akan kita bahas apa-apa saja faktor yang mempengaruhi pendapatan petani gula aren di yang mana pengolahannya sebahagian besar masih bersifat tradisional dan turun temurun/warisan dari orang tua, serta apakah usaha produksi gula aren ini menguntungkan dan layak untuk di kembangkan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani aren di Kabupaten Tapanuli Selatan.

(25)

sedikit, dan produksi nira yang rendah. Beberapa waktu yang lewat, di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Marancar dan Kecamatan Angkola Barat, ada beberapa petani yang sengaja menebang tanaman aren yang tumbuh secara alami, supaya tidak mengganggu terhadap tanaman salak yang sedang diusahakan karena harganya sedang naik. Sekarang, hal itu merupakan sesuatu yang sangat disesali oleh petani, karena tanaman salak tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan, sementara aren yang terlanjur disingkirkan harus menunggu sekitar 7-12 tahun untuk bisa disadap kembali (Nasution, 2009).

(26)

pengelola dalam hal penerapan teknologi, (3) Kelembagaan sosial dan ekonomi yang mulai jauh dari kehidupan masyarakat, (4) Ke-tidakberpihak-an dari pemerintah berupa kebijakan yang tidak pro poor, pembangunan sarana dan prasarana yang tidak memadai, program yang tidak mengakar dari permasalahan yang dihadapi masyarakat desa serta tidak berkelanjutan.

Aren (Arenga pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang serbaguna, Sekalipun lebih dikenal sebagai tanaman hutan, aren telah mulai dibudidayakan secara baik oleh suku Batak Toba sejak awal tahun 1900. Tanaman ini tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia pada berbagai kondisi agroekosistem. Penyebaran dan pertumbuhan aren umumnya berlangsung secara alamiah. Di beberapa tempat, terutama yang memiliki kebiasaan membuat gula atau mengonsumsi minuman beralkohol, aren sudah sering ditanam secara sengaja, meskipun umumnya sebagai tanaman pinggiran atau tanaman sela di antara tanaman pepohonan yang sudah ada. Meskipun para petani penderes mengakui bahwa gula yang dihasilkan dari nira aren sangat menolong ekonomi mereka, perhatian pemerintah terhadap upaya pengembangan tanaman ini sangat terbatas dan tidak konsisten. Hal yang sama dijumpai pada lembaga-lembaga penelitian, penelitian tanaman aren umumnya dilakukan secara lebih mengarah kepada budidaya dan produksi tanaman aren.

(27)

Luas dan jumlah kawasan lahan kritis di Indonesia meningkat dengan laju yang makin tinggi, baik di dalam kawasan hutan maupun di kawasan pertanian dan pemukiman. Hal ini antara lain disebabkan karena eksploitasi sumberdaya alam, khususnya hutan, di masa lalu yang dilakukan secara tidak bijaksana. Seiring dengan itu, peningkatan jumlah penduduk telah mendorong perluasan areal pertanian ke kawasan hutan yang sudah dieksploitasi. Sebagian dari kawasan tersebut berada pada topografi berlereng dan telah mengalami kebakaran berulang sehingga terjadi peningkatan secara tajam areal lahan kritis, baik pada lahan yang masih termasuk kawasan hutan maupun dalam kawasan hutan yang sudah berubah menjadi kawasan pemukiman/pertanian. Kerusakan dan konversi hutan menyebabkan degradasi sumberdaya lahan makin meluas sehingga kemampuan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) menyerap air hujan makin menurun, cadangan air tanah makin menurun dan aliran permukaan makin meningkat. Akibatnya, erosi makin berat serta bencana banjir dan kekeringan makin sering terjadi. Sebagai gambaran, luas lahan kritis dalam kawasan pertanian/pemukiman meningkat dari sekitar 15 juta hektar pada tahun 1980 menjadi sekitar 20 juta pada tahun 2000 dan saat ini diperkirakan sudah mencapai 25 – 30 juta ha.

(28)

kondisinya tidak sesuai dan membutuhkan modal kembali untuk mengusahakannya agar dapat di manfaatkan kembali secara maksimal. Sumbangan kawasan pertanian dan pemukiman terhadap banjir dan penurunan cadangan air tanah saat ini di beberapa daerah sudah lebih besar daripada sumbangan kawasan hutan. Pada saat yang sama terjadi proses fragmentasi kepemilikan lahan karena sistem pewarisan, sehingga petani makin sulit memenuhi kebutuhannya dan makin tidak mampu menerapkan teknologi berbasis prinsip konservasi lahan. Dengan demikian , akan terjadi proses degradasi lahan pertanian yang makin parah dan proses peningkatan masalah banjir dan kekurangan air, sehingga tanaman aren tersebut di upayakan untuk ditanami pada lahan yang memiliki tingkat kemiringan yang tinggi, sehingga lahan tersebut dapat di gunakan untuk ditanami tanaman aren selain untuk meningkatkan pendapatan petani juga untuk menahan tingkat laju erositas tanah di lahan-lahan miring dan meningkatkan lahan-lahan yang mutunya rendah (Pulungan,2013).

Kedua proses degradasi lahan dan lingkungan tadi secara sistematis makin meningkatkan jumlah keluarga tani miskin di kawasan tersebut, sehingga mereka makin terdorong merambah hutan yang masih tersisa. Dengan demikian, jelaslah bahwa tanpa intervensi yang memadai, proses kerusakan lingkungan dan hutan akan terus berlanjut dan pada akhirnya menjadi bencana yang dahsyat bagi umat manusia.

(29)

tersebut, maka perlu dipilih jenis komoditas yang tepat agar di samping dapat berkembang baik pada kondisi lahan marginal, juga dapat memberikan pendapatan yang tinggi bagi petani serta pengembangan ekonomi secara regional atau kawasan.(Allorerung, 2007). Secara ekologis aren memiliki keunggulan sebagai tanaman konservasi. Tanaman aren bisa bertumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak, karenanya untuk penanaman aren tidak diperlukan kegiatan land clearing , aren adalah jenis pohon yang ramah lingkungan. Dengan akarnya sedalam 6-8 meter , pohon aren sangat efektif untuk menarik dan menahan air. Aren bisa tumbuh di dataran, lereng bukit dan gunung. Pohon aren dengan perakaran yang melebar sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya tingkat erositas tanah, demikian juga dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk ,akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah (Duryat, 2012).

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang pemanfaatan usaha gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan , maka timbul pertanyaan :

a. Apakah produksi, harga,rendeman dan jumlah batang sadapanberpengaruh terhadap pendapatanpetani aren.

b. Apakah usaha pengolahan gula aren menguntungkan dan layak di kembangkan di Kabupaten Tapanuli Selatan.

(30)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menganalisa Pendapatan Usahatani Aren di Kabupaten Tapanuli Selatan.

b. Menganalisa pembuatan gula aren apakah menguntungkan dan layak untuk diusahakan guna meningkatkan pendapatan petani aren di Kabupaten Tapanuli Selatan.

c. Mengupayakan Strategi pemanfaatan lahan marginal terhadap tanaman aren di Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan dalam pengembangan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi pada Program Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah Perdesaan (PWD) Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

b. Salah satu syarat untuk menempuh ujian Tesis di Program Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah Perdesaan (PWD) Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

c. Sumbangan pemikiran kepada pembuat kebijakan dalam usaha untuk mengembangkan komoditi aren di Kabupaten Tapanuli Selatan, dan

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penelitian Terdahulu

Leatemia ED, 2008.Analisis Finansial Usaha Agroindustri Gula Aren, di desa Tuhaha Kecamatan Saparua, Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Jurnal Ichsan Gorontalo Vol. 3 No 1 ), menggunakan Metode Analisis Usaha Tani dan Return Cost Ratio menunjukkan Penerimaan petani adalah sebesar Rp. 132.099 dalam satu kali proses produksi, Rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi gula aren ialah sebesar Rp. 84.577, Keuntungan petani sebesar Rp. 47.521 dalam satu kali proses produksi, Rata-rata produksi gula aren yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi adalah sebesar 12,54 kg dengan harga jual Rp. 10.555 per kg, sedangkan R/C sebesar 1,63.

(32)

Lay dan Heliyanto, 2010. Prospek Agro-Industri Aren di Minahasa, Sulawesi Utara, menghasilkan , Produksi nira 10-20 liter nira per pohon per hari, Rendemen gula 10 %, Kemampuan petani menyadap aren 5-10 pohon per hari, Pengembangan teknologi tradisional kurang menunjang perbaikan pendapatan petani, teknologi inovatif sangat berpeluang untuk digunakan dalam pengembangan agroindustri aren di pedesaan, penyediaan mesin pengolahan yang diproduksi dalam negeri akan sangat menunjang pengembangan agroindustri aren dan industri manufaktur serta perluasan lapangan kerja.

Pulungan, 2013. Analisis Usaha Gula Merah dan Kelayakan Usaha Pabrik Mini Gula Semut di Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara. 2013. Ilmu Ekonomi Pertanian. Program Pasca Sarjana. Universitas Andalas. Padang. Metode yang digunakan Return Cost Ratio, B/C Ratio, VPV , IRR dan Analisa Sensivitas menghasilkan R/C sebesar 2,21 dengan rata-rata keuntungan petani

Rp. 46.062,82 perhari. B/C Ratio sebesar Rp 1,27 dan NPV sebesar Rp 2.007.684.290 serta IRR sebesar 16,9 persen.

(33)

bersifat tradisional dan kesulitan dalam bibit unggul. Potensi tanaman aren untuk dijadikan etanol saat ini sudah cukup besar , dapat mencapai 1,43 juta KL bioetanol pertahun.

Duryat, Indriyanto, 2012. Produksi Nira Aren Sebagai Bahan Baku Gula Merah Dari Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdurrahman Di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Dari hasil penelitian diketahui bahwa produksi nira rata-rata yang dihasilkan oleh tanaman aren adalah 15,68 liter nira per tanaman per hari. Produktivitas tersebut tergolong sedang , karena produktivitas aren rata-rata 15-20 liter nira per pohon per hari. Variable penelitian diantaranya ketinggian tempat, kelerengan, jumlah malay dan diameter batang terhadap produksi nira. Diperoleh nilai koofisiensi determinasi sebesar 63 %.

Sopiannur, Mariati dan Juraemi, 2011. Studi Pendapatan Usaha Gula Aren di Tinjau Dari Jenis Bahan Bakar Di Dusun Giri Rejo Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mulawaman. Samarinda. Memberikan gambaran bahwa biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengrajin yang menggunakan kayu bakar sebesar Rp 1.606.110,06 per bulan , lebih besar jika dibandingkan dengan pengrajin pengguna briket batubara yaitu sebesar Rp 1.447.797,62 per bulan , sehingga pendapatan yang dihasilkan oleh pengrajin yang menggunakan kayu bakar sebesar Rp 1.813.889,40 per bulan , lebih kecil jika dibandingkan dengan

pendapatan pengrajin yang menggunakan briket batubara yaitu sebesar Rp 2.155.202,38 per bulan. Hal ini disebabkan harga bahan bakar kayu untuk

(34)

komersil yang berdampak lansung dengan ketersediaan bahan baku pembuatan gula aren.

Samudra, 2011. Strategi Pengembangan Agribisnis Aren di Kecamatan Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang. Strategi pengembangan agribisnis aren yang cocok dalam meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka , yaitu : (1) Membangun lahan

pembibitan tanaman aren, (2) Peningkatan luas lahan tanaman aren, (3) Memberikan penyuluhan tentang budidaya, (4) Membangun pabrik gula aren

secara kelompok dengan teknologi tepat guna, (5) Pelatihan pengolahangula aren yang berkualitas, (6) mengembangkan kawasan agroindustri berbasis aren, (7) Membangun sistem informasi yang berbasis website, (8) peningkatan fasilitas permodalan bagi petani, (9) Perhatian dan keseriusan pemerintah dalam pengembangan sistem agribisnis aren.

(35)

masih kurang, infrastruktur kurang dan lokasi aren yang jauh dan modal petani kurang.

Adisyahputra, 2011. Karasteristik Sifat Agronomi dan Daya Hasil Nira Tanaman Aren Pada Beberapa Wilayah Produksi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta. Secara kuantitatif jumlah nira, kadar gula dan produksi gula dari panen sore (hasil sadapan pagi) lebih tinggi dibandingkan hasil panen pagi (hasil sadapan sore) namun tidak terlalu signifikan. Penelitian ini lebih terarah kepada pengamatan karakter agronomi tanaman aren dan pengamatan daya hasil nira.

2.2.Potensi Tanaman Aren 2.2.1. Tanaman Aren

(36)

Gambar 2.1. : Pohon Industri dan Produk Turunan Aren ( disusun untuk tujuan penelitian ) Sumber : Bank Indonesia. 2008. (Diolah)

Menurut Pulungan 2013, Nira aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan diujungnya digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes. Cairan manis yang diperoleh dinamai nira, berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan yakni pagi dan sore

(37)

Burhanuddin (2005) menyebutkan, kucuran nira biasanya ditampung dalam bumbung (batang bambu sepanjang ± 1,5 meter) dan proses penampungan dapat berlangsung terus menerus selama tiga bulan. Setiap pohon dapat menghasilkan antara 10–15 liter nira setiap hari dengan dua kali penyadapan.

Dengan produk utamanya gula merah (sugar palm), tanaman aren memiliki Prospek ekonomi yang sangat baik karena sampai saat ini permintaan gula di indonesia belum dapat dicukupi dengan produksi nasional. Menurut data dari Dirjend Perkebunan (2004), produksi gula dalam negeri Indonesia rata-rata adalah 2,1 juta ton per tahun, sementara tingkat konsumsi mencapai 2,7 ton. Data di atas menunjukkan bahwa usaha budidaya aren untuk produksi gula merupakan sebuah usaha yang secara ekonomis masih sangat potensial. Karenanya tanaman aren sangat potensial dijadikan sebagai komoditas untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi angka kemiskinan di wilayah pedesaan sekaligus sebagai upaya konservasi.

2.2.2. Kesesuaian Tempat Tumbuh Aren

(38)

sepanjang tahun atau hujannya jatuh selama 7-10 bulan dalam setahun. Curah hujan mempengaruhi terhadap kelembaban tanah, (Soeseno, 1992)

Berdasarkan persyaratan tumbuh yang sudah diterangkan diatas, diketahui kondisi alam Kabupaten Tapanuli Selatan secara umum juga mempunyai kesesuaian untuk pertanaman Aren seperti yang dijelaskan pada Tabel 2.1. berikut :

Tabel 2.1. Kesesuaian Pertanaman Aren di Tapanuli Selatan

No Indikator Keadaan Di Tapanuli

Selatan Teori

1 Topografi Berbukit dan Mempunyai Lembah

Berbukit dan

Mempunyai Lembah

2 Curah Hujan 2.796 mm/tahun* Min 1.200 mm/tahun

3 Ketinggian 0 – 1.925,3 mdpl. 500 – 700 mdpl

4 Tanah Relatif Subur Tidak membutukan

kondisi tanah khusus Sumber Data : Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2013 (diolah)

(39)

dengan produksi nira perlu dikaji lebih lanjut untuk menjamin keberhasilan budidaya aren di masa yang akan datang.

Fungsi konservasi dari pembudidayaan tanaman aren diperoleh dari sistem perakarannya yang dalam dan melebar dipermukaan tanah sangat bermanfaat untuk mencegah erosi dan meningkatkan porositas tanah. Bahkan tanaman ini dapat tumbuh baik pada lereng-lereng bukit atau tebing sehingga dapat mencegah longsor. Sedangkan daunnya yang cukup lebat dan rapat dan batangnya yang tertutup lapisan ijuk sangat efektif untuk menahan turunnya aliran air hujan ke permukaan tanah. Sehingga selain dapat mencegah banjir juga dapat menjaga kecukupan sumber air tanah di musim kemarau. Memang aren adalah tanaman yang handal sebagai komponen sistem Agroforestry (Polnaja,2000).

2.2.3. Nilai Tambah Usaha Gula Aren

Umumnya, para petani mengusahakan gula aren dengan menggunakan teknologi yang sederhana. Sekalipun para petani masih dengan teknologi sederhana tersebut, para peneliti dari World Agroforestry Centre yang pernah berkunjungan ke Desa Paran Julu Kecamatan Sipirok tahun 2008 yang lalu berkesimpulan bahwa pengusahaan gula aren oleh petani sudah memenuhi tingkat keekonomiannya. Untuk meningkatkan nilai tambah usaha gula aren ini dapat diupayakan dengan teknologi yang lebih tepat, seperti pemilihan bibit, cara memanen, teknik mengolah dan cara pengepakan yang tepat.

(40)

mampu memasok gula aren secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. Pembinaan dan pengembangan yang terintegrasi mulai dari hulu sampai ke hilir haruslah dijadikan sebagai strategi peningkatan prospek usaha gula aren. Yaitu, mulai dari proses pembibitan, penanaman, panen, sampai pada pasca produksi seperti pengolahan nira menjadi gula, pengembangan peralatan masak serta strategi pemasaran.

Menurut (Anonim,2012) Hasil usaha gula aren ini jelas merupakan suatu usaha yang sangat mungkin dilakukan dan sangat menjanjikan. Selain keekonomiannya cukup memadai, juga prospek pasarnya masih tak terbatas. Sekalipun penerapan teknologi dalam pertanian aren dan usaha gula aren belum terlaksana dengan baik, tetapi hasil yang diharapkan sudah menunjukkan keuntungan. Dengan demikian, tanaman aren layak menjadi pilihan untuk terus dikembangkan menjadi tanaman produktif dalam rangka meningkatkan pendapatan petani di Wilayah Tapanuli Bagian Selatan .

Tabel 2.2. Komposisi Kimia Nira Barbagai Tanaman Palmae

Komposisi Nira Berbagai Tanaman Palmae (%)

Jenis Tanaman Kadar

Air Kadar Gula

Kadar Protein

Kadar Lemak

Kadar Abu

Aren 88.85 10.02 0.23 0.02 0.03

Lontar 87.78 10.96 0.28 0.02 0.10

Kelapa 87.78 10.88 0.21 0.17 0.37

(41)

2.2.4. Pendapatan

Usahatani, secara sederhana diartikan sebagai sebidang tanah dimana sebuah keluarga tani melakukan kegiatan pertanian untuk memperoleh hasil berupa penerimaan dari hasil pertanian. Penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang berlaku. Penerimaan, secara sederhana dapat digambaran dalam rumus matematika : TR = Y x Py, dimana TR = Total Revenue (penerimaan), Y = Jumlah produksi yang dihasilkan petani untuk satu produk, sedangkan Py ialah harga yang berlaku pada saat produk tersebut dijual oleh petani (Rahim dan Diah, 2008).

Menurut Soekartawi (2006) , biaya total (TC) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan. Total biaya produksi didapat dengan menjumlahkan Total biaya tetap (TFC) dan Total biaya variable (TVC). Dengan demikian biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

TC = TFC + TVC Dimana :

TC = Total Biaya / Total Cost

TFC = Total Biaya Tetap/ Total Fixed Cost TVC = Total Biaya /Variable Cost

(42)

Menurut Soedarsono, 2004. Pendapatan dihitung dengan menggunakan konsep pendapatan yaitu dengan cara mengurangi total penerimaan dengan total biaya. Pendapatan dapat ditentukan dengan rumus :

I = TR –TC Dimana :

I = Pendapatan/Income (Rp)

TR = Total Penerimaan / Total Revenew (Rp) TC = Total Biaya/Costs (Rp)

2.2.5. Rendeman Gula Aren

Pulungan (2013), Rendeman ialah jumlah nira yang dibutuhkan untuk memproduksi gula merah yang dinyatakan dengan persen (%). Rendeman merupakan salah satu alat ukur yang digunakan petani untuk mengetahui berapa jumlah air nira yang digunakan. diukur dalam satuan (liter) untuk mendapatkan berapa besar produksi gula aren yang dihasilkan dalam satuan (kilogram).

2.2.6. Lahan Marginal

(43)

yang tinggi dan tingkat kesesuaian lahan yang kurang baik. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang sudah dipengaruhi oleh berbagai aktifitas manusia ( Indriyanto, 2008). Luas lahan Marginal dengan tingkat kemiringan > 60 0

Tabel 2.3. Luas Lahan Marginal Dengan Tingkat Kemiringan >60 Derajad di Kabupaten Tapanuli Selatan

(Derajad) di Kabupaten Tapanuli dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut : Sumber Data : BP2KP Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012

(44)

2.2.7. Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan mencakup beberapa faktor yang dapat diukur atau ditaksir, seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, air tersedia, dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut saling berinteraksi, karena itu apabila karakteristik lahan digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan maka akan menimbulkan kesulitan. Untuk itulah diperlukan adanya perbandingan antara lahan dan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Masing-masing kualitas lahan mempunyai keragaman tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaian untuk penggunaan tertentu. Setiap kualitas lahan dapat terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan( Budiasa, 2011)

Penentuan karakteristik lahan yang berhubungan dengan tanah seperti tekstur, kedalaman efektif, , kejenuhan basa, reaksi tanah (pH), unsur hara (N, P2O5, K2O). Karakteristik lahan pada sistem penggunaan lahan jarang yang bersifat langsung. Contohnya, pertumbuhan tanaman tidak secara langsung dipengaruhi oleh curah hujan atau tekstur tanah tetapi dipengaruhi oleh ketersediaan air, dan unsur hara.

2.2.8. Kualitas Lahan

(45)

tertentu. Satu jenis kualitas lahan dapat disebabkan oleh beberapa karakteristik lahan (Budiasa, 2011).

2.2.9. Tofografi Lahan

Tofografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah dalam bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat diatas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat diatas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel.2.4.

Tabel 2.4. Bentuk Wilayah dan Kelas Lereng

No. Relief Lereng (%)

1. Datar < 3

2. Berombak/agak melandai 3-8

3. Bergelombang/melandai 8-15

4. Berbukit 16-30

5. Bergunung 30-40

6. Bergunung curam 40-60

7. Bergunung sangat curam ˃ 60

Sumber : Indriyanto, 2010.

(46)

matahari. Semakin tinggi tmpat diatas permukaan laut , maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman. Misalnya tanaman teh dan kina lebih sesuai pada daerah dingin atau daerah dataran tinggi, sedangkan tanaman karet, sawit dan kelapa lebih sesuai di daerah dataran rendah.( Budiasa, 2011).

2.3.Kerangka Pemikiran

Djamin, (1984) menyebutkan bahwa lazimnya suatu proyek mempunyai umur ekonomis (economic life) tahunan, dan manfaat (benefit) yang akan diperoleh dari modal investasi, baru akan dinikmati setelah beberapa tahun proyek tersebut berjalan (in operation). Dalam hubungan inilah demi tercapainya apa yang diharapkan dari suatu proyek tersebut serta perhitungan-perhitungan pendahuluan (fore-casting) yang didasarkan pada analisa benefit cost ratio adalah penting.

(47)

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Analisa Potensi Gula Aren

(disusun untuk kepentingan penelitian sesuai tujuan penelitian)

2.4. Hipotesis

Dalam sebuah penelitian hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian., apabila hipotesis telah diuji dan terbukti kebenarannya, hipotesis berubah menjadi kesimpulan dan dapat merupakan teori baru yang telah dilakukan

Variable Independent :

- Produksi - Harga - Rendeman

Strategi

Pemanfaatan Lahan Usaha Tani

Aren

Peningkatan Kesejahteraan

Petani Aren Kelayakan

Usaha

(48)

pengujiannya (Mardalis, 2009). Dalam menganalisa potensi gula aren di Tapanuli Selatan, peneliti memberikan hipotesis :

a. Produksi berpengaruh positif terhadap pendapatan petani gula aren. b. Harga berpengaruh positif terhadap pendapatan petani gula aren. c. Rendeman berpengaruh positif terhadap pendapatan petani gula aren.

d. Jumlah batang sadapan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani gula aren.

e. Usaha gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan (Maret-Mei 2014) dengan konsentrasi pada sentra-sentra produksi nira yang tersebar di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.1.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tapanuli Selatan yang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan dengan pertimbangan : (1) Kabupaten Tapanuli Selatan merupakandaerah sentra produksi gula aren, (2) Kondisi alam Tapanuli Selatan yang mempunyai kesesuaian untuk pertanaman aren, (3) Di Tapanuli Selatan, usahatani gula aren dilakukan secara tradisional.

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data

(50)

langsung terhadap objek analisis melalui diskusi yang melibatkan berbagai sumber, pakar, praktisi dan birokrat. Pengamatan secara langsung dilakukan untuk mengamati aktivitas petani aren dan produksinya, serta melihat tingkat kesesuaian lahan pertanaman aren di Kabupaten Tapanuli Selatan. Adapun untuk memperoleh informasi dan data yang lebih rinci dilakukan dengan mendatangi Dinas terkait serta narasumber lainnya untuk memperoleh masukan dan saran guna kesempurnaan penelitian.

3.2.2. Teknik Sampling

Responden ialah sebagian dari petani aren yang tersebar diseluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Teknik penarikan sampel adalah menggunakan pendapat atau pertimbangan tertentu dalam mengidentifikasi sampel yang mewakili . Petani aren yang dijadikan sampel adalah dengan kriteria : (1) Petani yang menyadap sendiri aren dan mengolahnya sendiri menjadi gula aren ataupun dibantu oleh keluarganya sendiri, (2) Pemilik lahan maupun penyewa lahan dimana aren disadap yang selanjutnya mengolah sendiri hasil sadapannya untuk di jadikan gula aren (3) Petani yang menyadap aren secara normal dengan sadapan satu mata sadapan, bukan pada dua mata sadapan pada batang yang aren yang sama, (4) Bersedia di wawancaraioleh peneliti untuk memberikan informasi yang diperlukan.

(51)

Purposive Sampling ataupun dengan pertimbangan tertentu, selain itu penelitian ini sangat cocok untuk penelitian kualitatif yang tidak melakukan generalisasi. Responden yang digunakan adalah petani gula aren yang tersebar di Kabupaten Tapanuli Selatan , sehingga sumber data yang diwawancarai adalah yang ahli terhadap pengolahan usaha gula aren. Akibat tidak tersedianya data populasi petani aren di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan sehingga tidak bisa dibuat kerangka sampel, pengambilan sampel diambil dari sebahagian petani aren yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Tapanuli . Penelitian yang dilakukan bersifat penelitian kualitatif, dimana penelitiannya bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis, bersifat interaktif , fleksibel dan menggunakan lingkungan alam sebagai sumber data. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 100 orang dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan jumlah sampel yang hampir sama dari setiap kecamatannya, selain itu sampel diambil dengan pertimbangan keterbatasan biaya, waktu dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti, selain itu disebutkan bahwa ukuran sampel 100 orang telah dapat memberikan ragam sampel yang stabil sebagai pendugaan ragam populasi (Sugiarto,2001). Selain itu metode pengambilan sampel penelitian juga mengikuti pendapat Roscoe (Sugiyono,2003) yang menyatakan berapapun jumlah populasinya dalam penelitian sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 hingga 500 orang/responden.

3.2.3. Jenis Penelitian

(52)

dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisa pendapatan petani aren dan pemanfaatan lahan-lahan marginal untuk ditanami tanaman aren di Kabupaten Tapanuli Selatan kemudian menganalisa data yang diperoleh berdasarkan Uji Regresi Linier Berganda yang sudah dipersiapkan sesuai dengan kepentingan penelitian serta untuk melihat kaitan variabel yang mempengaruhinya dan apakah usaha gula aren ini layak untuk diusahakan, dengan menggunakan analisa Return Cost Ratio (R/C) disamping itu untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman strategi pemanfaatan lahan-lahan marginal dengan menggunakan Metode Analisa SWOT (Strenght, Weakness, Oppurtinity dan Threats ) terhadap tanaman aren di Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.2.4. Defenisi Operasional Variable

Untuk keseragaman pemahaman agar tidak terjadi silang pendapat mengenai isi dan tujuan penelitian, maka disusun batasan atau pengertian dan satuan yang dipergunakan dari variabel penelitian sebagai berikut :

1. Tanaman Aren :

Tanaman perkebunan yang termasuk salah satu species multiguna (multi purpose tree ). Batangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter.

2. Pendapatan :

(53)

3. Produksi

Segala sesuatu yang dilakukan untuk menghasilkan gula arensetelah melewati proses produksi dan dapat menambah keuntungan petani, satuan : Kg

4. Harga :

Jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan /pembeli untuk memperoleh suatu produk. Satuan : Rp

5. Rendeman :

Jumlah nira yang dibutuhkan untuk memproduksi gula aren yang dinyatakan dengan persen (%).

6. Jumlah Batang Sadapan :

Banyaknya batang sadapan yang disadap untuk menghasilkan nira sebagai bahan pokok penghasil gula aren. Satuan : Batang.

7. Pemanfaatan Lahan Marginal :

Pemanfaatan lahan oleh petani aren yang memiliki mutu rendah dengan sifat tanah yang kondisinya tidak sesuai dan membutuhkan modal untuk

mengusahakannya. 8. Analisis Usaha Tani :

Bagaimana usaha gula aren bisa meningkatkan pendapatan petani gula aren sehingga menguntungkan dan layak untuk dibudidayakan dan di kembangkan. 9. Peningkatan Kesejahteraan Petani aren :

Meningkatnya kemampuan petani dalam memenuhi kehidupannya dari hasil yang didapatkannya atas jerih payahnya memproduksi gula aren.

(54)

Untuk menguji hipotesis a,b,c dan d digunakan Analisis Regresi Linier Berganda, Metode penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut :

Persamaan Regresi Linier Berganda :

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variable yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah yang memiliki distribusi normal. Untuk melihat normalitas digunakan uji statistik ( Erlina, 2011).

3.2.5.2.Pengujian Heteroskedastisitas

(55)

heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara ZRESID dan ZPRED.

Dasar analisanya dapat dilihat :

1) Jika titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar,kemudian menyempit), maka di identifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.2.5.3.Pengujian Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan penggangu pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian Durbin Watson (DW) .

3.2.5.4.Pengujian Multikolinearitas

(56)

3.2.5.5.Pengujian Hipotesis

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau di tolak, maka dilakukan pengujian terhadap variable-variable penelitian secara parsial dan simultan. Pengujian secara parsial digunakan uji statistik t , uji koofisien regresi dengan uji t ( t-test) di perlukan untuk mengetahui tingkat pengaruh variable independent terhadap variable dependent.

3.2.6. Untuk melihat usaha gula aren menguntungkan atau tidak pada hipotesis e digunakan Analisis Return Cost Ratio(R/C) yang didekati dengan persamaan :

a = R/C dimana :

R = Py.Y Py = harga yang berlaku, Y= Total produksi gula C = FC+VC FC= Biaya tetap, VC= Biaya Variable

Maka, a = (Py.Y) / (FC+VC)

Dengan kriteria kelayakan :

Jika, R/C ≥ 1 = Usaha gula aren menguntungkan (layak diusahakan) Jika, R/C < 1 = Usaha gula aren tidak menguntungkan (tidak layak

(57)

3.2.7. Untuk meningkatkan strategi penanaman tanaman aren pada hipotesis f digunakan Metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats). Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemanfaatan lahan dengan baik terhadap lahan-lahan marginal yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Analisis ini didasarkan kepada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisa SWOT membandingkan antara Faktor eksternal ; peluang dan ancaman dengan faktor internal ; kekuatan dan kelemahan. Analisa SWOT pada dasarnya mencakup analisis faktor eksternal dan faktor internal. Dalam analisis SWOT , dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal maupun eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masing-masing faktor tersebut, kemudian dilakukan skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian ditentukan fokus rekomendasi strategi .

(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Gambaran umum wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan mencakup geografi , batas wilayah, pemerintahan, penduduk, ketenagakerjaan serta pertumbuhan

ekonomi. Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu dari 33 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara dengan Ibukotanya iala

luas wilayah 4.444,82 kilometer persegi (km2). Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis 00.58

35” - 20.07

33” Lintang Utara dan 980.42

50” -

990

Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada ketinggian berkisar 0 – 1.985 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan yang tidak teratur sepanjang tahunnya. Kondisi penggunaan lahan di Kabupaten Tapanuli Selatan bervariasi, dan pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi lahan sawah, pekarangan dan bangunan, tegal/kebun, ladang dan pengembalaan. Salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah salak dengan jumlah produksi lebih banyak dari buah-buah lainnya.

.34

16” Bujur Timur, dengan wilayah perbatasan : Sebelah Utara berbatasan

(59)

Sebelum ada pemekaran tiga Kabupaten dan satu Pemerintahan Kota, Kabupaten ini awalnya merupakan Kabupaten yang amat besar dengan luas wilayah 12.275,80 km2 dan beribukota di

Secara garis besar, kabupaten ini dilintasi oleh Bukit Barisan dan banyak memiliki daerah pegunungan, sehingga memiliki daerah reservasi air seperti di kawasan hutan Batang Toru yang masih kaya akan flora dan fauna yang sudah langka seperti Kancil, Rusa, Kelinci, Harimau, Kucing Hutan, Tapir, Anggrek Hutan dan lain-lain (Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2013).

Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2013 sebesar 268.095 jiwa yang tersebar di empat belas kecamatan (BPS Tapanuli Selatan, 2013). Data keadaan penduduk dan luas wilayah Tapanuli Selatan serta kepadatan penduduk per kecamatan, seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan Serta Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Tahun 2013

No Kecamatan

(60)

Kecamatan Batang Angkola dengan jumlah penduduk 32.666 jiwa merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dengan persentase 12,18 persen dari total penduduk Tapanuli Selatan 268.095 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil ialah Kecamatan Aek Bilah yang hanya mempunyai jumlah penduduk sebanyak 6.450 jiwa, hanya 2,40 persen dari total jumlah penduduk. Dibanding dengan rata-rata jumlah penduduk Tapanuli Selatan sebesar 19.149,64 jiwa per kecamatan, jumlah penduduk Kecamatan Aek Bilah adalah termasuk kecil.

(61)

Tabel 4.2. Data Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan dan Jumlah Desa Serta Jumlah Kelurahan Tahun 2013

No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah

Kelurahan

Jumlah Desa

1. Batang Angkola Pintu Padang 6 30

2. Sayur Matinggi Sayur Matinggi 1 18

3. Angkola Timur Pargarutan 2 13

4. Angkola Selatan Simarpinggan 4 13

5. Angkola Barat Sitinjak 2 12

6. Batang Toru Batang Toru 4 19

7. Marancar Marancar 1 11

8. Sipirok Sipirok 6 34

9. Arse Arse Nauli 2 8

10. Saipar Dolok Hole Sipagimbar 2 12

11. Aek Bilah Biru - 12

12. Muara Batang Toru Huta Raja 3 6

13. Tanotombangan Angkola

Situmba

1 16

14. Angkola Sangkunur Simataniari 2 8

Jumlah : 36 212

Sumber : BPS Tapanuli Selatan Dalam Angka 2013

(62)

Tabel 4.3. Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian, 2013

No Mata Pencaharian

Jumlah Penduduk (Jiwa)

%

1 Pertanian 215.273 81,60

2 Lembaga Keuangan 22.345 8,47

3 Perdagangan 17.887 6,78

4 Lainnya 8.310 3,15

Total : 263.815 100,00

Sumber : BPS Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2013 (diolah)

(63)

4.2. Keadaan Pertanaman Aren

4.2.1. Karakteristik Petani Aren di Tapanuli Selatan

Melalui analisis data yang dilakukan diketahui rata-rata umur, jumlah tanggungan keluarga (JTK), pendidikan dan pengalaman mengusahakan aren dari petani aren di Tapanuli Selatan tahun 2014, menunjukkan bahwa petani aren di Tapanuli Selatan rata-rata mempunyai tanggungan keluarga antara 4 sampai 5 orang, pernah memperoleh pendidikan selama 8,59 tahun setara dengan kelas 3 SMP. Sedangkan pengalaman dalam mengusahakan aren rata-rata selama 9,48 tahun dan rata-rata umur petani aren ialah 40,55 tahun. Menurut Hanafie (2010), 49,3 persen angkatan kerja di Indonesia berada di sektor pertanian, dengan kualitas pendidikan hanya lulusan SD. Dengan demikian kualitas pendidikan petani aren di Tapanuli Selatan sedikit lebih bagus, karena rata–rata pernah memperoleh pendidikan hingga kelas tiga SMP. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja.

(64)

Tabel 4.4 . Pengelompokan Umur Petani Aren di Tapanuli Selatan

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Responden

(Orang) %

15 - 20 0 0

21- 25 1 1

26- 30 7 7

31 - 35 16 16

36- 40 26 26

41- 45 23 23

46- 50 22 22

51 - 55 4 4

> 55 1 1

Total : 100 100

Sumber : Data Primer, 2014

(65)

4.2.2. Teknik budidaya Aren 4.2.2.1.Perbanyakan Tanaman

Secara umum, aren bisa diperbanyak secara generatif (dengan biji), cara ini dapat menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah besar. Sehingga pembudidayaan aren dapat dilakukan secara besar-besaran dalam waktu yang singkat. Namun di Tapanuli Selatan, perkembangan tanaman aren masih berdasarkan seleksi alam. Belum ada upaya untuk membudidayakannya secara teknis. Sesuai dengan pernyataan Polnaja (2000), bahwa di Indonesia tanaman Aren masih tumbuh secara alami, belum banyak yang membudidayakan dengan cara-cara tertentu. Penyebarannya masih secara alamiah dan berkembang biak dengan biji.

Secara ekologis aren memiliki keunggulan sebagai tanaman konservasi. Tanaman aren bisa bertumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak, oleh karenanya untuk penanaman aren tidak diperlukan kegiatan land clearing. Aren merupakan sejenis pohon yang ramah lingkungan dan memiki perakaran yang sangat efektif menarik dan menahan air sehingga mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk , akan sangat ektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung ke permukaan tanah. (Indriyanto, 2012).

(66)

melakukan penelitian aren. Bibit yang dibeli dalam bentuk biji nantinya dan akan dibagikan kepada petani aren di daerah ini.

4.2.2.2.Pemeliharaan Tanaman Aren

Untuk pemeliharaan tanaman, petani aren di Tapanuli Selatan belum melakukan upaya untuk menjaga agar tanaman aren bisa tumbuh dan berproduksi secara optimun. Seperti melakukan pengendalian hama penyakit maupun penanggulangan tanaman pengganggu. Dari 100 responden yang diamati, tidak satupun responden yang melakukan pemeliharaan tanaman aren, seperti yang lazim dilakukan pada tanaman perkebunan lainnya.

(67)

4.2.3. Penyadapan

Di Kabupaten Tapanuli Selatan, petani menyadap aren dua kali sehari selama seminggu penuh. Umumnya sama dengan yang dilakukan petani aren di Indonesia. Pada pagi hari, responden yang diamati biasanya mulai melakukan aktifitas penyadapan mulai jam 9 pagi. Walaupun ada beberapa responden yang melakukan aktifitasnya jam 8 pagi, bahkan ada respoden yang melakukan penyadapan jam 7 pagi. Begitu juga pada sore hari, umumnya petani aren di Tapanuli Selatan memulai aktifitas penyadapan mulai jam 4 sore, walaupun ada yang memulai penyadapan pada jam 3 atau jam 5 .

Petani yang melakukan penyadapan lebih awal, jam 7 atau jam 8 pagi adalah dengan alasan untuk bisa mengerjakan pekerjaan usahatani lainnya yang mendesak dikerjakan setelah selesai mengerjakan aren, yang umumnya adalah usahatani padi atau karet. Beberapa Kecamatan lainnya seperti Kecamatan Marancar dan Angkola Barat ada yang mengusahakan usahatani salak. Begitu juga yang menyadap jam lima sore, karena sudah terlebih dahulu mengerjakan usahatani lainnya. Bagi petani yang menyadap jam tiga sore umunya adalah untuk mengejar waktu supaya bisa memasak dan mencetak gula selesai menyadap sore. Namun, menurut pengamatan dilapangan, waktu yang normal bagi petani aren untuk menyadap ialah pagi jam sembilan dan sore jam empat.

(68)

pada malai untuk menampung kembali kucuran nira. Hal ini dilakukan berulang ulang pagi dan sore. Nira yang sudah ditapung akan dikumpulkan di kuali untuk seterusnya akan langsung dimasak menjadi gula aren atau dipanaskan menjadi tangguli (suatu keadaan masakan gula yang dimasak tangung dengan tujuan untuk disimpan menunggu dimasak menjadi gula aren). Semua tangguli, dikumpulkan pada kuali yang selalu dipanaskan dengan menyerap panas dari kuali tempat pemasakan nira, menunggu dimasak menjadi gula.

Sewaktu menyadap, agar sampai pada malai yang disadap petani aren di Tapanuli Selatan memakai tangga bambu yang berdasarkan pengamatan ada dua jenis, yaitu (1) Bambu dilobangi sebagai pijakan kaki, dan (2) Pada bambu petani akan mengikat kayu kecil melintang, sebagai tempat pijakan kaki. Panjang bambu disesuaikan dengan ketinggian malai yang disadap. Sedangkan jarak lobang atau kayu yang diikat pada bambu sebagai pijakan kaki adalah sekitar 30 cm–40 cm.

4.2.4. Nira

4.2.4.1. Produktivitas Nira

(69)

Menurut Rachman (2009), dalam setahun tiap pohon aren dapat memproduksi 3-4 tandang bunga. Setiap tandan bunga mampu menghasilkan nira 300-400 liter per musim bunga (3-4 bulan), sehingga untuk satu pohon aren mampu menghasilkan nira 900-1.600 liter per tahun.

Menurut Balitka, 1992 pada Effendi,S. 2010. Kondisi penyadapan terbaik adalah pada umur 8-9 tahun saat mayang bunga sudah keluar. Penyadapan dapat di lakukan pagi dan sore, setiap tahun dapat disadap 3-12 tangkai bunga dengan hasil rata-rata 6,7 liter/hari atau sekitar 900-1600 liter/pohon/tahun, kualitas nira terbaik bila kadar sukrosa tinggi .

4.2.4.2.Total Batang Aren yang Disadap

Nira yang dihasilkan sebanyak 44,58 liter per hari untuk dua kali penyadapan pagi dan sore, diperoleh atas total penyadapan 11,91 batang aren setiap hari (jumlah ini setara dengan 6 batang aren yang disadap untuk sekali penyadapan), seperti yang digambarkan pada Lampiran 3. Hasil analisis data pada lampiran 3, menyimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah batang aren yang disadap pada pagi dan sore. Rata-rata batang aren yang dimiliki yang menunggu untuk disadap ialah sebanyak 4,75 batang dalam pengertian seorang petani aren di Tapanuli Selatan rata-rata memiliki jumlah batang aren yang menunggu untuk disadap antara 4-5 batang.

(70)

sebanyak 11,91 batang aren per hari untuk dua kali penyadapan pada batang yang sama, yaitu pagi dan sore. Sehingga rata-rata jumlah batang yang disadap 11,91/2 = 5,95 batang per hari. Di Tapanuli Selatan, batang aren yang disadap adalah antara 5-6 batang per hari. Ada perbedaan dengan penelitian Lay dan Heliyanto, yang mungkin disebabkan oleh rata-rata jumlah kepemilikan batang aren di Tapanuli Selatan yang sedang disadap oleh petani aren yang lebih sedikit sehingga kemampuan mereka seperti yang disebutkan oleh Lay dan Heliyanto belum yang sesungguhnya, karena hasil penelitian menunjukkan ada responden yang menyadap hingga 14-17 batang per hari, seperti pada Lampiran 3.Hal ini di karenakan sebahagian besar batang aren yang dimilki dari warisan orang tua cukup banyak sehingga usahanya lebih fokus dikerjakan oleh sebahagian besar keluarga tersebut dan tenaga kerja penyadap yang di gunakan lebih dari satu orang anggota keluarga, Cuma dalam analisa penulis nanti akan menghitung satu orang dalam keluarga tersebut karena dikategorikan sebagai usaha keluarga.

4.2.4.3.Produktivitas Nira per Batang

(71)

Perbandingan antara produktivitas nira pagi dan nira sore, dimana produksi nira pagi adalah 67,90 persen dan nira sore sebesar 32,10 persen, maka rata-rata satu batang aren di Tapanuli Selatan memproduksi nira pada penyadapan pagi 4,93 liter per batang dan pada penyadapan sore sebesar 2,38 liter/batang. Untuk sebaran rata-rata produktivitas nira dari 100 responden seperti pada Lampiran 5.

Burhanuddin (2005), mengatakan bahwa produksi nira pada malam hari yang dipanen pagi adalah lebih banyak daripada nira siang yang dipanen sore. Namun, jika dihitung berdasarkan jumlah jam yang dipakai, pada penelitian ini hal itu memang terbukti. Jika diasumsikan pada sore, nira disadap mulai jam 5 dan dipanen pagi jam 9, maka jumlah jam yang dipakai ialah 16 jam dan berdasarkan penelitian ini, nira yang dihasilkan ialah 4,93 liter. Nira yang disadap pagi dan dipanen sore, jumlah jam yang dipakai ialah 8 jam dengan rata rata produksi nira 2,38 liter. Sehingga produksi nira pada penyadapan pagi adalah 4,93 liter/ 16 jam adalah 0,31 liter/jam sedangkan untuk penyadapan sore sebanyak 2,38 liter/ 8 jam = 0,30 liter/jam. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa produksi nira per jam pada malam hari dan siang hari perbedaannya tidak signifikan.

4.3. Usaha Gula Aren di Tapanuli Selatan 4.3.1. Pengolahan Gula Aren

(72)

kali seminggu, tiga kali seminggu yang paling banyak empat kali seminggu. Kemudian, jumlah nira yang disadap tidak mempengaruhi jadwal kegiatan memasak gula, karena semua sudah terjadwal dan telah disesuaikan dengan kegiatan petani pada usahatani lainnya.

Pada saat akan memasak gula aren, petani akan terlebih dahulu memasak nira yang baru disadap, kemudian setelah keadaan nira yang dimasak sudah menjadi tangguli maka secara bertahap petani akan menggabungkan tangguliyangselalu dipanaskan ke dalam kuali tempat pemasakan gula hingga habis karena semakin lama akan semakin menyusut, sampai keadaan tangguli tersebut masak untuk menjadi gula aren.

Ciri ciri tangguliyang sudah masak dan siap dicetak menjadi gula aren salah satunya ialah, tangguli akan menggelegah pada keadaan panas tertentu, mengeluarkan buih dimana jika dibiarkan semua isi kuali akan habis, tumpah bersama buih. Untuk mengatasi ini, petani aren di Tapanuli Selatan mempunyai cara yaitu memasukkan satu butir kemiri yang sudah ditumbuk halus kedalam gelegah yang secara langsung akan menghentikan gelegah. Pada beberapa tempat sebagian petani ada yang memakai ampas kelapa atau beberapa jenis daun. Sewaktu memasak gula aren , petani di Tapanuli Selatan secara khusus melakukan pengadukan, seperti yang lazim dilakukan petani aren di beberapa tempat lain.

4.3.2. Pencetakan Gula Aren

(73)

permen karet, maka bisa dipastikan masakan gula sudah masak dan siap dicetak, setelah didinginkan dengan mengangkat kuali dari tungku api atau petani akan mengeluarkan kayu bakar dari dalam tungku untuk mendinginkan masakan gula.

(74)

Gambar 4.1. Proses Pemasakan dan Pencetakan Gula Aren

4.3.3. Produksi Gula Aren

Seorang petani aren di Tapanuli Selatan rata–rata setiap hari memproduksi gula sebanyak 7,38 kg per hari, seperti yang dijelaskan pada Lampiran 6.Dalam penelitian ini rata–rata jumlah gula terbanyak yang dihasilkan petani ialah 20,50 kg per hari dan yang terendah ialah 2,85 kg per hari. Rata-rata jumlah gula aren yang dihasilkan seorang petani aren di Tapanuli Selatan tidak berbeda jauh

Nira

Pemanasan

- Kuali - Tungku - Kayu Bakar

Penyaringan

Disimpan pada kuali yang lain sambil terus

dipanaskan Tangguli

Gula ½ jadi

Dimasukkan 1 butir kemiri yang ditumbuk Pemanasan

Lanjutan

Menggelegah

Pendinginan - Diangkat dari tungku - Diaduk

Pencetakan

Gambar

Tabel1.1.  Luas Pertanaman Beberapa Komoditi Perkebunan Rakyat di Tapanuli Selatan
Gambar  2.1.
Tabel 2.1. Kesesuaian Pertanaman Aren di Tapanuli Selatan
Tabel 2.2.  Komposisi Kimia Nira Barbagai Tanaman Palmae
+7

Referensi

Dokumen terkait

paten Minahasa. Pada umumnya petani gula aren masih melaku kan usaha secara tradisional dengan cara turun-temurun... Di lain pihak para petani telah diberikan penyuluhan ten tang

Metode yang digunakan dalam analisis terhadap peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap peningkatan pendatapan petani salak di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli

Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani bervariasi tergantung dari jumlah produk gula semut yang dihasilkan terutama untuk pengeluaran biaya tidak tetap misalnya

Penyebab rendahnya tingkat adopsi GAP tanaman kopi arabika oleh petani di Kabupaten Tapanuli Selatan antara lain: (1) pengalaman petani dalam mengelola usaha budidaya

Hasil identifikasi karakter fenotip daun tanaman aren dari 200 tanaman sampel yang tersebar di 20 desa pada 4 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan terbentuk

yang masih tumbuh liar sehingga produksi nira dan gula aren belum dapat. dimaksimalkan. Permasalahan mendasar yang dihadapi dalam

Analisis Keragaman Genetik Tanaman Aren ( Arenga pinnata Merr) di Tapanuli Selatan dengan Menggunakan Marka RAPD ( Random Amplified Polymorphic DNA ).. Program

Pada tahun 2012 memperoleh kesempatan mengikuti Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas beasiswa