• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Leatemia ED, 2008.Analisis Finansial Usaha Agroindustri Gula Aren, di desa Tuhaha Kecamatan Saparua, Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Jurnal Ichsan Gorontalo Vol. 3 No 1 ), menggunakan Metode Analisis Usaha Tani dan Return Cost Ratio menunjukkan Penerimaan petani adalah sebesar Rp. 132.099 dalam satu kali proses produksi, Rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi gula aren ialah sebesar Rp. 84.577, Keuntungan petani sebesar Rp. 47.521 dalam satu kali proses produksi, Rata-rata produksi gula aren yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi adalah sebesar 12,54 kg dengan harga jual Rp. 10.555 per kg, sedangkan R/C sebesar 1,63.

Bank Indonesia, 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK), Gula Aren (Gula Semut dan Cetak) di Kabupaten Lebak, Banten dengan menggunakan Metode Analisis Usaha Tani dan R/C Ratio menghasilkan Produksi gula aren semut = 12.500 kg per bulan, Produksi gula aren cetak = 1.250 kg per bulan, Rendemen gula cetak 9,2 %, Harga di pasar lokal sebesar Rp 8.000,- untuk gula semut dan Rp. 6.000,- untuk gula aren, Biaya investasi Rp. 259.200.000,Biaya operasional Rp. 1.107.017.500,Kebutuhan modal kerja Rp. 92.251.458,- per bulan, Hasil perhitungan pada discount factor 18 % dimana R/C ratio = 1,49, NPV = Rp. 171.023.442,IRR = 37,75 %.

Lay dan Heliyanto, 2010. Prospek Agro-Industri Aren di Minahasa, Sulawesi Utara, menghasilkan , Produksi nira 10-20 liter nira per pohon per hari, Rendemen gula 10 %, Kemampuan petani menyadap aren 5-10 pohon per hari, Pengembangan teknologi tradisional kurang menunjang perbaikan pendapatan petani, teknologi inovatif sangat berpeluang untuk digunakan dalam pengembangan agroindustri aren di pedesaan, penyediaan mesin pengolahan yang diproduksi dalam negeri akan sangat menunjang pengembangan agroindustri aren dan industri manufaktur serta perluasan lapangan kerja.

Pulungan, 2013. Analisis Usaha Gula Merah dan Kelayakan Usaha Pabrik Mini Gula Semut di Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara. 2013. Ilmu Ekonomi Pertanian. Program Pasca Sarjana. Universitas Andalas. Padang. Metode yang digunakan Return Cost Ratio, B/C Ratio, VPV , IRR dan Analisa Sensivitas menghasilkan R/C sebesar 2,21 dengan rata-rata keuntungan petani

Rp. 46.062,82 perhari. B/C Ratio sebesar Rp 1,27 dan NPV sebesar Rp 2.007.684.290 serta IRR sebesar 16,9 persen.

Efendi DS, 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga Pinnata Merr) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Menerangkan Tanaman aren memberikan potensi besar untuk dikembangkan dengan produk utama dijadikan gula, minuman, cuka dan alkohol. Nira Aren bisa dipakai sebagai bahan dasar produk etanol guna mendukung kebutuhan Bioenergi. Tanaman aren mudah beradaptasi terhadap berbagai tipe tanah dan termasuk tanaman konserasi hutan. Tantangan yang mesti dihadapi terhadap tanaman ini adalah minimnya inpud teknologi, rendahnya manajemen produksi, Kurangnya mesin pengolahan, pemasaran masih

bersifat tradisional dan kesulitan dalam bibit unggul. Potensi tanaman aren untuk dijadikan etanol saat ini sudah cukup besar , dapat mencapai 1,43 juta KL bioetanol pertahun.

Duryat, Indriyanto, 2012. Produksi Nira Aren Sebagai Bahan Baku Gula Merah Dari Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdurrahman Di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Dari hasil penelitian diketahui bahwa produksi nira rata-rata yang dihasilkan oleh tanaman aren adalah 15,68 liter nira per tanaman per hari. Produktivitas tersebut tergolong sedang , karena produktivitas aren rata-rata 15-20 liter nira per pohon per hari. Variable penelitian diantaranya ketinggian tempat, kelerengan, jumlah malay dan diameter batang terhadap produksi nira. Diperoleh nilai koofisiensi determinasi sebesar 63 %.

Sopiannur, Mariati dan Juraemi, 2011. Studi Pendapatan Usaha Gula Aren di Tinjau Dari Jenis Bahan Bakar Di Dusun Giri Rejo Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mulawaman. Samarinda. Memberikan gambaran bahwa biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengrajin yang menggunakan kayu bakar sebesar Rp 1.606.110,06 per bulan , lebih besar jika dibandingkan dengan pengrajin pengguna briket batubara yaitu sebesar Rp 1.447.797,62 per bulan , sehingga pendapatan yang dihasilkan oleh pengrajin yang menggunakan kayu bakar sebesar Rp 1.813.889,40 per bulan , lebih kecil jika dibandingkan dengan

pendapatan pengrajin yang menggunakan briket batubara yaitu sebesar Rp 2.155.202,38 per bulan. Hal ini disebabkan harga bahan bakar kayu untuk

komersil yang berdampak lansung dengan ketersediaan bahan baku pembuatan gula aren.

Samudra, 2011. Strategi Pengembangan Agribisnis Aren di Kecamatan Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang. Strategi pengembangan agribisnis aren yang cocok dalam meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka , yaitu : (1) Membangun lahan

pembibitan tanaman aren, (2) Peningkatan luas lahan tanaman aren, (3) Memberikan penyuluhan tentang budidaya, (4) Membangun pabrik gula aren

secara kelompok dengan teknologi tepat guna, (5) Pelatihan pengolahangula aren yang berkualitas, (6) mengembangkan kawasan agroindustri berbasis aren, (7) Membangun sistem informasi yang berbasis website, (8) peningkatan fasilitas permodalan bagi petani, (9) Perhatian dan keseriusan pemerintah dalam pengembangan sistem agribisnis aren.

Sjah, Setiawan dan Ichsan, 2012. Potensi Pendukung dan Penghambat Pengembangan Aren di Nusa Tenggara Barat. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Potensi tanaman aren di Provinsi Nusa Tenggara Barat cukup besar untuk digunakan dalam berbagai keperluan, terutama dalam bentuk gula aren. Selain fungsi ekonomi , aren juga berfungsi secara ekologi dan sosial. Potensi besar dan berganda tersebut didukung oleh berbagai faktor termasuk iklim, lahan yang cocok dan luas, tersedianya sumber daya manusia, praktik budidaya, agroindustri , pasar yang telah berkembang. Namun demikian tantangan untuk pertanaman aren juga tidak kecil, termasuk informasi tentang pemanfaatan aren masih terbatas dan pembinaan petani aren masih kurang, sistem budidaya aren

masih kurang, infrastruktur kurang dan lokasi aren yang jauh dan modal petani kurang.

Adisyahputra, 2011. Karasteristik Sifat Agronomi dan Daya Hasil Nira Tanaman Aren Pada Beberapa Wilayah Produksi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta. Secara kuantitatif jumlah nira, kadar gula dan produksi gula dari panen sore (hasil sadapan pagi) lebih tinggi dibandingkan hasil panen pagi (hasil sadapan sore) namun tidak terlalu signifikan. Penelitian ini lebih terarah kepada pengamatan karakter agronomi tanaman aren dan pengamatan daya hasil nira.

2.2.Potensi Tanaman Aren

Dokumen terkait