• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

2. Kualitas Hasil Audit

Kualitas hasil kerja berhubungan dengan seberapa baik sebuah

pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Bagi auditor, kualitas kerjanya dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan

yang dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar

dari setiap pekerjaan yang diselesaikan (Tan dan Alison 1999, dalam

Mardisar 2007:5). Sedangkan menurut Irahandayani (2003) kualitas kerja

auditor dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: berkualitas (dapat

dipertanggungjawabkan) dan tidak berkualitas (tidak dapat

De Angelo (1998) dalam Alim (2007:4), kualitas audit

didefinisikan sebagai probabilitas auditor menemukan dan melaporkan

tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Deis

dan Giroux (1992) masih dalam artikel yang sama melakukan penelitian

tentang empat hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas

audit, yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap

suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan

audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang diberikan akan

semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka

kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah yang

banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien,

semakin sehat kondisi keuangna klien maka akan ada kecenderungan klien

tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikiuti standar, dan (4)

review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor

tesebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak

ketiga.

Kualitas jasa auditor internal dalam proses pelaksaaan pemeriksaan

intern sangat ditentukan oleh kemampuan auditor internal menerapkan

norma pemeriksaan intern dalam menjalankan tugasnya Institute of

Internal Auditors dalam Boynton (2007) telah menetapkan lima standar

praktik pemeriksaan yang mengikat anggota-anggotanya, yang meliputi

pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan, dan pengelolaan bagian pemeriksaan

intern.

Norma pemeriksaan intern tersebut merupakan indikator yang

menentukan kualitas jasa auditor internal dalam melaksanakan praktik

pemeriksaan. Kalau dikaitkan dengan tugas auditor internal yang

melakukan penilaian atas efektivitas pengendalian intern perusahaan,

semakin lengkap indikator tersebut dipatuhi oleh auditor internal, semakin

berkualitaslah hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal dan

semakin meningkatlah pengendalian intern yang berlaku dalam

perusahaan.

AAA Financial Accounting Commite (2000) dalam Elfarini (2007)

menyatakan bahwa :

“Kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakanfungsi dari persepsi mereka atas independensi

dan keahlian auditor.”

Seorang auditor memberikan opini sesuai dengan prosedur audit yang

telah dijalankan. Opini yang diberikan auditor tidak mencerminkan

kualitas audit.

a. Hasil Audit Internal

Dalam Oktaviani (2009:25), hasil audit internal dapat memberikan

berbagai jenis layanan kepada organisasi, yaitu membantu

1) Pengendalian Akuntansi Internal

Pengendalian internal merupakan proses yang dipengaruhi oleh

dewan direksi, manajer serta personel lain dalam suatu entitas yang

dirancang untuk memberikan jaminan yang layak berkaitan dengan

pencapaian berbagai tujuan dengan kategori: (1) efektifitas dan

efisiensi operasi, (2) reliabilitas laporan keuangan, dan (3) ketaatan

terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku

(Sawyer, 1998 dalam Tugiman, 2002).

2) Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan

Pencegahan, pendeteksian penyimpangan dan penyalahgunaan

wewenang pada semua pelaksanaan tugas unsur-unsur departemen

yang terkait dengan bidang tugas suatu entitas.

3) Pemeriksaan Keuangan

Pemeriksaan keuangan merupakan visi yang dibuat untuk

mewujudkan pemerintahan yang baik (Good Governance) serta

bebas dari praktek korupsi,kolousi, dan nepotisme.

4) Pemeriksaan Ketaatan

Pemeriksaan ketaatan dilakukan dengan penelaahan atas

kontrol keuangan dan operasi serta transaksi untuk melihat

kesesuaiannya dengan aturan, standar, regulasi, dan prosedur yang

5) Pemeriksaan Operasional

Pemeriksaan operasional dilakukan dengan cara telaah

komprehensif atas fungsi yang bervariasi dalam perusahaan untuk

menilai efisiensi dan ekonomi operasi dan efektifitas fungsi-fungsi

tersebut dalam mencapai tujuannya.

6) Pemeriksaan Manajemen

Penelaahan atas semua aktivitas sesuai dengan perspektif

manajemen atau konsultan manajemen. Audit berorientasi

manajemen memfokuskan diri pada membantu organisasi

mencapai tujuannya (Sawyer, 2005:27)

7) Pemeriksaan Kontrak

Kontrak kontruksi atau operasi seringkali melibatkan uang

dalam jumlah besar. Kontrak operasi bisa memberikan jasa atau

operasi terprogram. Manajemen mungkin tidak begitu memahami

biaya kontruksi dan operasi seperti produksi yang dilakukan

sendiri, oleh karena itu auditor internal bisa sangat membantu

dalam mengaudit kontrak seperti ini (Sawyer, 2005:294)

8) Pemeriksaan Sistem Informasi

Teknologi memilik dampak yang sangat besar terhadap apa dan

bagaimana audit dilakukan. Auditor internal modern harus

mengetahui bagaimana data berawal, bagaimana proses

pengolahannya, dan dimana letak risiko keamanannya. Dengan

pemrosesan data elektronik, semua auditor internal membutuhkan

paling tidak beberapa keahlian. Pengamanan data telah menjadi

risiko yang besar yang dihadapi oleh organisasi modern (Sawyer

2005:32).

9) Pengembangan Kualitas Internal

Kontrol yang baik tidak hanya melindungi organisasi tetapi

juga karyawan. Manajemen bertanggung jawab secara moral;

bahwa tidak ada celah untuk melakukan kecurangan. Kebanyakan

karyawan akan menghargai operasi yang dikendalikan dengan baik

(Sawyer 2005:69). Oleh karena itu, kualitas pengendalian internal

harus terus dikembangkan menjadi lebih baik lagi.

10) Hubungan dengan Entitas di Luar Perusahaan

Evaluasi yang dilakukan dengan penelaahan atas hubungan

organisasi dengan pihak lain di luar organisasi. Misalnya evaluasi

atas perjanjian dan hasil yang telah dicapai dari penerusan atau

pemberian pinjaman pemerintah dan kredit program kepada salah

satu sektor BUMN. Evaluasi ini dilakukan untuk menetukan

apakah manfaat yang diinginkan telah tercapai. Hasil dari evaluasi

ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangannya dalam

3. Pemanfaatan Teknologi Informasi a. Pengertian Teknologi Informasi

Ada banyak definisi dari Teknologi Informasi, Supriyanto

(2007) menyebutkan salah satunya diambil dari Information

Technology Training Package ICA99 yang diterbitkan olehAustralian

National Training Authority (ANTA), mendefinisikan:

“The Information Technology Industry is defined as technology development and application of computers and communications based technology for processing, presenting and managing data and information. This includes computer hardware and component manufacturing, computer software development and various computer related service, together with communications equipment

component manufacturing and services.”

Pengertiannya sebagai berikut:

“Teknologi Informasi Industri terdefinisikan sebagai

pengembangan teknologi dan aplikasi dari komputer dan teknologi berbasis komunikasi untuk memproses penyajian, mengelola data dan informasi. Termasuk didalamnya pembuatan hardware komputer dan komponen komputer, pengembangan software komputer dan berbagai jasa yang berhubungan dengan komputer, bersama-sama dengan perlengkapan komunikasi, pembuatan

komponen dan jasa.”

Wardiningsih (2009) mendefinisikan:

“Teknologi Informasi didefinisikan sebagai teknologi yang

digunakan untuk memperoleh, menyajikan, dan memanfaatkan data. Perkembangan teknologi informasi dapat menunjang pembuatan-pembuatan keputusan didalam organisasi-organisasi modern yang memungkinkan pekerjaan-pekerjaan didalam

organisasi dapat diselesaikan secara cepat, akurat, dan efisien.”

membantu bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang

berhubungan dengan pemrosesan informasi; (2) tidak hanya terbatas

pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang

digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi juga mencakup

teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi; (3) teknologi

yang menggabungkan komputasi (computer) dengan jalur komunikasi

berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.

Menurut Triwahyuni (2003) dalam Nugroho (2008), teknologi

informasi adalah gabungan antara teknologi komputer dan teknologi

komunikasi. Penjelasan teknologi yang mendasari teknologi informasi

adalah sebagai berikut:

a. Teknologi Komputer

Teknologi komputer adalah teknologi yang berhubungan

dengan komputer seperti printer, pembaca sidik jari, dan bahkan

CD-Rom. Komputer adalah mesin serbaguna yang dapat dikontrol

dengan program, digunakan untuk mengolah data menjadi

informasi. Program adalah deretan intruksi yang digunakan untuk

mengendalikan komputer sehingga komputer dapat melakukan

tindakan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pembuatnya. Data

adalah bahan mentah bagi komputer yang dapat berupa angka

maupun gambar. Informasi adalah bentuk data yang telah diolah

b. Teknologi Komunikasi

Teknologi komunikasi atau teknologi telekomunikasi

adalah teknologi yang berhubungan dengan komunikasi jarak jauh.

Termasuk dalam kategori ini adalah telepon, radio, dan televisi.

Teknologi informasi merupakan suatu teknologi yang digunakan

untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,

menyusun, menyimpoan, memanipulasi data dalam berbagai cara

untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi

yang relevan, akurat, dan tepat waktu. teknologi informasi

digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintah dan

merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.

b. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang

diharapkan oleh pengguna sistem informasi dalam melakukan

tugasnya, pengukuran berdasarkan intensitas pemanfaatan, frekuensi

pemanfaatan, dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang

digunakan (Jin, 2003).

Kell (2001) dalam Sasongko (2008) menjelaskan manfaat dari

penerapan sistem teknologi informasi, antara lain:

1. Penerapan system teknologi informasi dapat memberikan

pengolahan data yang konsisten dibandingkan dengan system

manual karena terdapat keanekaragaman pengolahan transaksi

2. Pelaporan akuntansi yang menggunakan komputer dapat

meningkatkan efektivitas manajemen perusahaan dalam

menganalisis, mensupervisi, dan mereview kegiatan operasional

perusahaan.

Pemanfaatan teknologi informasi menurut Thompson et

al.(1991) dalam Jin (2003) merupakan manfaat yang diharapkan oleh

pengguna system informasi dalam melaksanakan tugasnya atau

perilaku dalam menggunakan teknologi pada saat melakukan

pekerjaan. Pengukurannya berdasarkan intensitas pemanfaatan,

frekuensi pemanfaatan, dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang

digunakan. Pemanfaatan teknologi informasi yang tepat dan didukung

oleh keahlian personil yang mengoperasikannya dapat meningkatkan

kinerja perusahaan maupun kinerja individu yang bersangkutan.

Lucas dan Spitler (1999) sebagaimana dikutip oleh Jin (2003)

mengemukakan bahwa agar teknologi informasi dapat dimanfaatkan

secara efektif. Anggota dalam organisasi harus dapat menggunakan

teknologi informasi dengan baik sehingga memberikan kontribusi

terhadap kinerjanya. Oleh karena itu sangat penting bagi anggota untuk

mengerti dan memprediksi kegunaan system tersebut. Investasi yang

paling besar dalam teknologi informasi tidak akan bermanfaat apabila

teknologi tersebut tidak diterima oleh anggota organisasi. Tingkat

teknologi tersebut atau tidak memanfaatkannya secara maksimal sesuai

dengan kemampuannya.

Secara garis besar, teknologi informasi dikelompokkan menjadi

dua bagian, yaitu: perangkat lunak (software) dan perangkat keras

(hardware). Perangkat keras menyangkut pada peralatan-peralatan

yang bersifat fisik, seperti memori, printer, dan keyboard. Adapun

perangkat lunak terkait dengan intruksi-intruksi untuk mengatur

perangkat keras agar bekerja sesuai dengan tujuan intruksi-intruksi

tersebut (Supriyati, 2006).

Sugeng dan Indrianto (1998) mendefinisikan pemanfaatan

teknologi informasi sebagai perilaku menggunakan teknologi dalam

menyelesaikan tugas. Pemanfaatan teknologi informasi merupakan

keputusan individu untuk menggunakan atau tidak teknologi yang

bersangkutan yang dipengaruhi oleh faktor yang menjadi

antecedentnya.

Tujuan dan lingkup keseluruhan suatu audit tidak berubah bila

audit dilaksanakan dalam suatu lingkungan system informasi

komputer. Namun, penerapan prosedur audit mungkin mengharuskan

auditor untuk mempertimbangkan teknik-teknik yang menggunakan

komputer dengan istilah Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK)

atau Computer Assisted Audit Techniques (CAAT), yang digunakan

untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses audit (IAI,

Menurut IAI (2009) TABK dapat digunakan dalam berbagai prosedur

audit dibawah ini:

a. Pengujian rincian transaksi dan saldo, seperti penggunaan

perangkat lunak audit menguji semua transaksi dalam file

komputer.

b. Prosedur review analitik, seperti penggunaan perangkat lunak audit

untuk mengidentifikasi fluktuasi yang tidak biasa.

c. Menguji pengendalian atas pengendalian umum system informasi

komputer.

d. Mengakses komputer

e. Mengelompokkan data berdasarkan kriteria.

f. Membuat laporan

Audit teknologi informasi memiliki ciri digunakannya alat

audit berbantuan komputer (Computer Assisted Audit Tools-CAAT),

atau istilahnya yang lebih modern dan lengkap adalah alat dan teknik

audit berbantuan komputer (Computer Assisted Audit Tools-CAATT).

CAATT memungkinkan para auditor melihat jejak audit apa pun yabg

ada dalam bentuk elektronik yang biasanya tidak dapat dilihat oleh

orang lain dan karenanya memungkinkan untuk menganalisis berbagai

transaksi, peristiwa, serta saldo melalui sistem tersebut (Singleton,

Dokumen terkait