• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2.3 Kualitas Kimiawi Air Kolam Renang

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan pada air kolam renang di keempat kolam renang yang menjadi lokasi penelitian diperoleh data bahwa bahwa koliform total di air kolam renang D tidak memenuhi baku mutu koliform total yang diperbolehkan.

Angka koliform total di kolam renang D tidak sesuai dengan baku mutu kualitas air kolam renang, artinya pemberian klorin yang dilakukan tidak dapat membunuh dan mematikan bakteri pathogen yang ada di dalam air kolam renang. Hal ini didukung dengan jumlah sisa klor pada air yang tidak sesuai dengan baku mutu kualitas air kolam renang. Perbaikan jumlah dan waktu pemberian klorin harus dilakukan agar dapat menghindari adanya angka koliform total pada air kolam renang.

Koliform total merupakan parameter yang penting dalam kualitas air kolam renang yang jumlahnya di air kolam renang harus sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang. Sumber – sumber air di alam umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan maupun air tanah. Jumlah

dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoan. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari harus bebas dari bakteri patogen (Juli Soemirat, 2009). Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004).

5.2.3.2 Jumlah Kuman

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan pada air kolam renang di keempat kolam renang yang menjadi lokasi penelitian diperoleh data bahwa jumlah kuman pada keempat air kolam renang yang diteliti memenuhi baku mutu jumlah kuman yang diperbolehkan.

Sesuai dengan standar kualitas air pada PERMENKES RI (1990) jumlah kuman /1 ml air adalah 0 – 200. Bila jumlah koloni melebihi 200 dalam 1 ml air akan banyak mengakibatkan infeksi pada kulit ataupun jaringan selaput lendir seperti dermatitis, kurap air dan konjungtivitis. Jumlah kuman di kolam renang harus sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang.

5.3 Keluhan Penyakit Kulit

Hasil penelitian berdasarkan kuisioner yang telah diberikan kepada 25 orang responden di setiap kolam renang menunjukkan bahwa pada kolam renang A, B dan D ada pengunjung yang mengalami keluhan penyakit kulit. Sedangkan pada kolam renang C tidak ada responden yang mengalami keluhan penyakit kulit.

Keluhan penyakit kulit dapat dialami oleh pengguna kolam renang, hal ini data disebabkan oleh kualitas air yang tidak baik, hal ini berkaitan dengan peran air dalam hal memindahkan penyakit seperti. Menurut Kusnoutranto (2000) air berperan dalam memindahkan penyakit melalui cara Water Washed , dimana dapat terjadi penularan penyakit berhubungan dengan air yang digunakan untuk kebersihan, dimana salah satu gangguan kesehatan yang dapat terjadi adalah adanya keluhan kesehatan kulit dan infeksi kulit.

Penelitian yang dilakukan oleh Adriyani (2009) tentang kualitas air dan keluhan kesehatan pengguna kolam renang di Sidoarjo juga menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung kolam renang Tirta Krida (51,6%) dan GOR Sendang Delta (74,2%) menyatakan adanya keluhan kesehatan yang dialami setelah berenang. Adapun keluhan kesehatan ini berupa adanya iritasi mata, iritasi kulit dan terjadinya kecelakaan saat berenang.

Menurut hasil penelitian berdasarkan kuisioner yang telah diberikan kepada responden, keluhan penyakit kulit dialami oleh pengguna kolam renang yang intensitas berenangnya sebanyak 4 kali dalam sebulan atau dapat dikatakan sering menggunakan kolam renang. Namun, dapat dikatakan bahwa jumlah pengguna kolam renang yang mengalami keluhan penyakit kulit tergolong kecil jika dibandingkan dengan banyaknya responden yang diteliti. Asumsi peneliti, pengguna kolam renang tidak mengalami keluhan penyakit kulit dikarenakan waktu kontak dengan air kolam renang yang sedikit hal ini dapat dilihat di lapangan, bahwa pengunjung yang berenang tidak berlama – lama berenang, sering melanjutkan kegiatan yang lain misalnya duduk di pinggiran kolam renang, duduk di pondokan. Selain itu para pengunjung selalu memanfaatkan pancuran

bilas, mandi dan menggunakan sabun setelah selesai berenang di kolam renang, hal ini yang dapat mencegah terjadinya keluhan penyakit kulit pada para pengguna. Sehingga meskipun kualitas air kolam tidak cukup baik, para pengguna kolam renang tidak mengalami keluhan penyakit kulit.

Keluhan kesehatan kulit yang dialami oleh pengguna kolam renang dapat dikarenakan oleh kualitas air kolam renang yang kurang baik hal ini dapat kita lihat dari hasil penelitian yang diperoleh dari Laboratorium BTKLPP Kota Medan. Penelitian yang dilakukan oleh Permana (2012) tentang hubungan sisa klor dengan keluhan iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang hotel di wilayah kota Yogyakarta menunjukkan bahwa ada hubungan antara sisa klor dengan keluhan iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang hotel di wilayah kota Yogyakarta.

Kadar sisa khlor air kolam renang yang tidak sesuai dengan baku mutu memiliki peran yang sangat penting, mengingat kadar sisa khlor yang telah ditetapkan diharapkan menjadi ukuran yang sesuai dan efektif untuk mendesinfektan air kolam renang, sehingga pengelola kolam renang harus memperhatikan jumlah sisa khlor air kolam renang sesuai dengan baku mutu air kolam renang.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa peranan pengguna kolam renang juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya menurunnya kualitas air kolam renang, hal ini dapat dilihat dari fakta yang terjadi di lapangan bahwa tidak sedikit pengguna kolam renang yang buang air kecil dan meludah langsung di dalam kolam renang sewaktu berenang. Adanya keluhan kesehatan kulit yang dialami oleh pengguna kolam renang juga disebabkan oleh perilaku pengguna

kolam renang, pihak pengelola kolam renang pada keempat kolam renang yang menjadi lokasi penelitian menyediakan fasilitas sanitasi pancuran bilas untuk digunakan oleh pengunjung yang menggunakan kolam renang sehingga dapat membersihkan diri setelah selesai berenang di kolam renang, hal ini menjadi tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi gangguan kesehatan kulit yang mungkin akan dialami oleh pengguna kolam renang, selain itu pemasangan papan pengumuman bahwa ada larangan bagi pengguna kolam renang yang sedang menderita penyakit kulit untuk berenang juga dapat menjadi salah satu langkah pencegahan terkontaminasinya air kolam renang dengan bakteri dan kuman, sehingga harapannya dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya keluhan penyakit kulit terhadap pengguna kolam renang.

Dokumen terkait