• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengolahan dan Kualitas Air Serta Keluhan Penyakit Kulit di Beberapa Kolam Renang Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Pengolahan dan Kualitas Air Serta Keluhan Penyakit Kulit di Beberapa Kolam Renang Kota Medan"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: bagaimana cara mengambil koin di dalam air kolam renang

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Depkes RI, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 / MENKES / PER / IX /1990, tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air , Jakarta.

________ , 2005. Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi, Jakarta

Djuanda, H., Mochtar, dan Siti, A., 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Cetakan Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta

Ferdianus. 2007. Analisa Kualitas Air Beberapa Kolam Renang di Kota Medan Tahun 2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Fregert, S. 1988. Kontak Dermatitis. Yayasan Essential Medika, Jakarta.

Graham, R. 2005. Lecture Notes Dermatologi. 8th ed. Penerbit Erlangga. Jakarta. Harini, 2007. Air Bersih Yang Dilupakan. http://www.buletincf.com.18 September

2012

Himawan, W. 2007. Kajian Kualitas Air Kolam Renang Umum Tirtomoyo Manahan dan Tirtomoyo Jebres Surakarta. Skripsi. Universitas

Negeri Semarang.

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=7622 13

Oktober 2012

Koren, H dan Bisesi, M. 2002, Handbook of Environmental Health. Fourth Edition. Lewis Publisher. Florida

Kusnoputranto, H. 2000. Kesehatan Lingkungan, Edisi Revisi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta

(19)

Nining, I 2004. Pengaruh Jumlah Pemakai Kolam Renang Terhadap Kadar Sisa Khlor Di Kolam Renang Umbang Tirta Di Kotamadya Yogyakarta. Skripsi. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/8095/. 13 Oktober 2012

Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat., Penerbit Rineka Cipta. Jakarta __________, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Penerbit

PT Rineka Cipta. Jakarta.

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Penerbit Alfabeta. Bandung

Rosdiana M. 2012. Kualitas Air dan Keluhan Iritasi Mata Serta Kulit Pada Pengguna Kolam Renang Kenjeran Surabaya. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya. http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=adl

nfkm-adln-rosdianama-2772 . 13 Oktober 2012

Soemirat, J . 2001. Kesehatan Lingkungan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta _________, 2009. Kesehatan Lingkungan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air. Cetakan ketiga. PT Alumni. Bandung Sutrisno. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta

Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta

Warlina, 2004. Pencemaran Air, Sumber, Dampak dan Penanggulangannya, Institut Pertanian Bogor,

http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/lina_warlina.pdf . 10 Juni 2012

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui sistem pengolahan dan kualitas air serta keluhan penyakit kulit di beberapa kolam renang Kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kolam renang yang terdapat di Kota Medan, adapun alasan pemilihan lokasi adalah :

1. Kota Medan merupakan lokasi yang memiliki jumlah kolam renang yang cukup banyak dan dengan rata-rata jumlah pengunjung yang tinggi setiap hari, hal ini menunjukkan bahwa berenang merupakan kegiatan yang cukup digemari oleh masyarakat Kota Medan.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang tipe pertukaran air, kualitas air kolam renang dan keluhan penyakit kulit pada pengguna kolam renang di Kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan November 2013.

3.3 Populasi, Sampel dan Objek Penelitian

3.3.1 Populasi

(21)

(Ridwan, 2005). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pengguna ke-empat kolam renang yang menjadi objek penelitian yang jumlahnya tidak dapat diketahui dengan pasti.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah responden pengguna kolam renang. Oleh karena populasi tidak diketahui maka perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus (Lemeshow, 1997) sebagai berikut :

Z21-α/2p (1-p) n =

d2 keterangan :

n = Jumlah sampel minimal Z21-α/2 = Derajat Kemaknaan p = Proporsi

d = Tingkat Presisi/ Deviasi

Dengan persen kepercayaan yang diinginkan 95% ; Z21-α/2= 1,960 ; p = 0,5 ; d = 0,1 maka diperoleh besar sampel minimal :

1,9602 . 0,5. 0,5 n =

0,12 n = 96,04 Orang

(22)

Adapun teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini sesuai dengan metode accidental sampling. Dimana teknik accidental sampling yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2005). Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah pengguna kolam renang yang ditemui pada ke-empat kolam renang dan yang telah sesuai dengan kriteria sampel.

3.3.3 Kriteria Sampel

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah :

a. Umur responden ≥ 12 tahun

b. Intensitas berenang > 1 kali

c. Berenang/kontak dengan air ≥ 30 menit

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat dimasukkan atau tidak layak untuk diteliti. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :

a. Responden yang tidak kooperatif / menolak untuk diwawancara. b. Responden yang menderita penyakit kulit.

3.3.4 Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian adalah

1. Kolam renang yang merupakan gelanggang renang umum yang terdapat di Kota Medan, meliputi 2 kolam renang pemerintah dan 2 kolam renang swasta. 2. Air kolam renang pada gelanggang renang umum yang terdapat di Kota Medan,

(23)

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti berupa data: 1. Hasil wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan alat bantu kuisioner yang berisi pertanyaan tentang tanggal lahir, jenis kelamin, intensitas berenang di kolam renang dan keluhan penyakit kulit pengguna kolam renang.

2. Hasil observasi dan wawancara dengan petugas/pengelola kolam renang untuk mengetahui sistem pengolahan air dan karakteristik kolam renang. 3. Pemeriksaan kualitas air kolam renang di BTKL (Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan) Kota Medan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Bagian Kesehatan lingkungan data yang diambil berupa data mengenai kolam renang dan lokasinya yang terdapat di Kota Medan.

3.5 Defenisi Operasional

1. Karakteristik kolam renang adalah identitas kolam renang yang bersangkutan meliputi nama dan alamat kolam, waktu pengoperasian, tarif, jumlah dan luas kolam, sumber air dan rata – rata jumlah pengunjung perhari, dan fasilitas umum untuk pengunjung yang disediakan oleh masing – masing kolam renang.

(24)

3. Kualitas air kolam renang adalah kualitas air pada kolam renang yang telah diperiksa di BTKL (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan) untuk mengetahui apakah sudah atau belum memenuhi syarat kesehatan yaitu sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang.

4. Kualitas fisik adalah kualitas fisik air kolam renang yang sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang yaitu bau, benda terapung, dan kejernihan air kolam renang.

5. Kualitas kimia adalah kualitas kimia air kolam renang yang sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang yaitu Aluminium, CaSO3, Oksigen terabsorbsi (O2), pH, Sisa Chlor, Tembaga sebagai Cu.

6. Kualitas mikrobiologi adalah kualitas mikrobiologi air kolam renang yang sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang yaitu Koliform total dan jumlah kuman.

(25)

8. Umur adalah lamanya responden hidup sejak lahir sampai ulang tahun terakhir pada saat melakukan penelitian (dalam tahun).

9. Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden apakah responden pria atau wanita.

10. Jangka waktu penggunaan kolam renang adalah jumlah kehadiran responden berenang di kolam renang dalam satu bulan atau dalam setahun.

3.6 Pelaksanaan Penelitian

Sampel air kolam renang diambil pada 1 titik pengambilan karena pada dasarnya kualitas air kolam renang bersifat homogen pada setiap sudut kolam renang. pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel yang sesuai dengan prosedur pengambilan sampel.

Sampel kemudian diperiksa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit ( BTKLPP ).

3.6.1 Pemeriksaan Parameter Fisika Air Kolam Renang

1. Bau : Air kolam renang bebas dari yang mengganggu

2. Benda Terapung : Air kolam renang bebas dari benda terapung

3. Kejernihan : Penilaian terhadap kejernihan air kolam renang dilakukan dengan meletakkan piringan sechi pada dasar kolam yang terdalam, air dinilai jernih apabila piringan sechi dapat terlihat jelas dari tepi kolam pada jarak lurus 7 m.

3.6.2 Pemeriksaan Parameter Kimiawi Air Kolam Renang

1. Aluminium

(26)

1. Larutan Standar Al 1000 mg/L 2. Air suling

3. Asam Nitrat, HNO3 pekat 4. Kertas saring

5. Gas Argon Peralatan :

1. Inductively Couple Plasma ( ICP ) 2. Pemanas Listrik

3. Pipet volume 3, 5, 10, 25 ml 4. Labu ukur 1000 ml

5. Corong

6. Erlenmeyer 250 ml Persiapan Sampel :

a. Pengujian Aluminium Terlarut

1. Saring sampel sebanyak 50 ml ke dalam Erlenmeyer 250 ml 2. Filtrat hasil saringan siap untuk diuji

b. Pengujian Aluminium Total

1. Masukkan 50 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml

2. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat dan panaskan perlahan – lahan sampai sisa volumenya 15- 20 ml

(27)

4. Lanjutkan penambahan asam dan pemanasan sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam sampel menjadi agak putih/jernih

5. Tambahkan lagi 2 ml HNO3 pekat dan panaskan kira – kira 10 menit 6. Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam Erlenmeyer 7. Sampel siap untuk di uji.

Pembuatan Larutan Baku Alumunium

a. Pembuatan Larutan Baku Alumunium 5 mg/L

1. Pipet 5 ml larutan baku Al 1000mg/L ke dalam labu ukur 1000 ml 2. Tambahkan Air Suling sampai tepat tanda tera

b. Pembuatan Larutan Kerja Alumunium

1. Pipet 0, 3, 5, 10, 15, 25 ml larutan baku Al 5 mg/L ke dalam labu ukur 1000 ml

2. Tambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar Alumunium 0 ; 0.015 ; 0.025 ; 0.050 ; 0.075 ; 0.125 mg/L 3. Masukkan masing – masing larutan kerja tersebut ke dalam

Erlenmeyer 250 ml Prosedur Analisa

a. Atur alat ICP dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar Alumunium

b. Isapkan larutan baku dan larutan sampel satu per satu ke dalam alat ICP melalui pipa injeksi alat.

(28)

Analisa Oksigen Terabsorbsi dilakukan dengan metode : SNI 06-6989.14-2004

Bahan :

1. Mangan Sulfat, MnSO4.4H2O ; MnSO4.2H2O atau MnSO4.H2O 2. Air suling

3. Natrium Hidroksida, NaOH atau Kalium Hidroksida, KOH 4. Natrium Iodida, NaI atau Kalium Iodida, KI

5. Amilum / Kanji 6. Natrium Azida, NaN3 7. Asam salisilat

8. Asam sulfat , H2SO4 pekat 9. Sodium thiosulfat, Na2S2O3.5H2O 10.Kalium dikromat, K2Cr2O7

Bahan :

1. Botol winkler 250 ml atau 300 ml 2. Buret 25 ml

3. Pipet volume 5 ml, 10 ml, dan 50 ml 4. Pipet ukur 5 ml

5. Erlenmeyer 125 ml 6. Gelas piala 400 ml 7. Labu ukur 1000 ml

Prosedur Analisa

(29)

2. Tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml alkali iodida azida dengan ujung pipet tepat di atas permukaan larutan

3. Tutup segera dan homogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna 4. Biarkan gumpalan mengendap 5 menit sampai dengan 10 menit

5. Tambahkan 2 ml H2SO4 pekat, tutup dan homogenkan hingga endapan larut sempurna

6. Pipet 50 ml, masukkan ke dalam Erlenmeyer 150 ml

7. Titrasi dengan Na2S2O3 dengan indikator amilum / kanji sampai warna biru tepat hilang

3. Derajat Keasaman ( pH )

Analisa derajat keasaman menggunakan metode : SNI 06-6989.11-2004 Bahan :

1. Larutan penyangga pH 4, 7, dan 10 2. Air suling

Peralatan : 1. pH meter 2. Tisu 3. Gelas ukur

Prosedur Analisa

1. pH meter dibilas dengan air suling 2. pH meter dibilas dengan sampel

3. Hidupkan pH meter, dan celupkan ke dalam gelas ukur yang telah berisi sampel. Pastikan bagian elektroda dari pH meter terendam sampel

(30)

5. Catat hasil pembacaan, matikan alat pH meter

6. Bilas pH meter dengan air suling dan keringkan dengan kertas tisu 4. Klor Bebas ( Cl2 )

Analisa klor bebas ( Cl2 ) menggunakan metode : Spektrofotometri Bahan :

1. Air Suling

2. DPD Free Chlorine Powder Pillow

Peralatan : Spektrofotometer UV- vis DR 4000 (HACH) Prosedur Analisa

1. Pilih program analisa untuk free chlorine atau dengan menekan angka 1470

2. Layar spektrofotometer akan menampilkan tulisan : HACH PROGRAM : 1470 Chlorine, DPD – HR

3. Isi kuvet dengan 10 ml sampel ( sebagai blanko )

4. Masukkan kuvet yang berisi blanko tersebut ke dalam spektrofotometer, tutup dan tekan tombol ZERO

5. Isi kuvet yang kedua dengan 10 ml sampel

6. Tambahkan 1 bungkus DPD Free Chlorine Powder Pillow, kocok selama 20 detik untuk pencampuran sempurna

7. Segera keluarkan kuvet yang berisi blanko tadi, dan ganti dengan kuvet yang berisi sampel. Tutup dan baca konsentrasi klor bebas yang terbaca di layar spektrofotometer.

(31)

Analisa Tembaga ( Cu ) menggunakan metode : Standard Method 19th ed. 1995

Bahan :

1. Larutan standar tembaga 1000mg/l 2. Air suling

3. Asam Nitrat, HNO3 pekat 4. Kertas saring

5. Gas Argon Peralatan :

1. Inductively Couple Plasma ( ICP ) 2. Pemanas listrik

3. Pipet volume 3, 5, 10, 25 ml 4. Labu ukur 1000 ml

5. Corong

6. Erlenmeyer 250 ml Persiapan Sampel

a. Pengujian Tembaga Terlarut

1. Saring sampel sebanyak 50 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml 2. Filtrate hasil saringan siap untuk diuji

b. Pengujian Tembaga Total

1. Masukkan 50 ml sampel ke dalam Erlenmeyer 250 ml

(32)

3. Tambahkan lagi 5 ml HNO3 pekat, tutup erlenmeyer dengan kaca arloji dan panaskan lagi

6. Kesadahan ( CaCO3 )

Analisa kesadahan menggunakan metode : SNI 06-6989.12-2004 Bahan :

1. Indikator Eriochrome Black T ( EBT ) 2. Larutan penyangga pH 10 ± 0.1

3. Larutan standar Kalsium Karbonat ( CaCO3 ) 0.01 M

4. Larutan baku Dinatrium Etilen Tetra Asetat Dihidrat 0.01 M Peralatan :

1. Buret 50 ml

2. Labu Erlenmeyer 250 dan 500 ml 3. Labu ukur 250 ml dan 1000 ml 4. Gelas ukur 100 ml

5. Pipet volume 10 dan 50 ml 6. Pipet ukur 10 ml

7. pH meter 8. Pemanas listrik 9. Neraca listrik 10.Neraca analitik 11.Gelas arloji 12.Mortir

(33)

1. Ambil 25 ml sampel, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, encerkan dengan air suling sampai volume 50 ml

2. Tambahkan 1 ml s/d 2 ml larutan penyangga pH 10 ± 0.1 3. Tambahkan seujung spatula 30mg s/d 50 mg indicator EBT

4. Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0.01 M secara perlahan sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru

5. Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan

6. Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 ml, encerkan sampel dengan airsuling dan ulangi langkah 1 s/d 5.

3.6.3 Pemeriksaan Parameter Mikrobiologi Air Kolam Renang

1. Koliform Total Bahan :

1. Lauryl Tryptose Broth ( LTB )

2. Brilliant Green Lactose Broth ( BGLB ) Peralatan :

1. Inkubator 2. Autoclave 3. Tabung Reaksi 4. Tabung Durham 5. Pipet 10 ml 6. Pipet 1 ml

Cara Uji

(34)

1. Siapkan 5 tabung reaksi untuk setiap masing – masing volume sampel : 10 ; 1 ; 0,1 ml, dalam masing – masing tabung, masukkan tabung durham dengan posisi terbalik.

Dengan konsentrasi media LTB : 71,2 gr/L ~ 10 ml ( double strength ) Dengan konsentrasi media LTB : 35,6 gr/L ~ 1 ; 0,1 ml (single strength )

2. Masukkan sampel yang sudah di homogenkan secara aseptic ke dalam masing – masing media LTB

3. Pastikan sampel dengan media bercampur rata

4. Inkubasikan pada suhu 35oC ± 0,5 oC selama 2 x 24 jam, reaksi dinyatakan positif bila terbentuk asam/gas dalam tabung fermentasi (tabung durham)

5. Kemudian tabung – tabung yang positif dilanjutkan ke test penegasan. B. Test Penegasan

1. Setiap tabung yang positif pada test perkiraan di homogenkan, kemudian dipindahkan dengan OSE/LUP ke dalam media BGLB 2. Inkubasikan pada incubator dengan suhu 35oC ± 0,5 oC selama 2 x 24

jam ± 2 jam

3. Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk gas dalam tabung fermentasi 4. Hitung MPN Total Coliform dengan menggunakan tabel MPN dari

jumlah tabung dengan media BGLB yang positif. 2. Jumlah Kuman

(35)

1. Inkubator 2. Autoclave 3. Tabung Reaksi 4. Pipet 10 ml 5. Pipet 1 ml 6. Cawan Petridis

Cara Kerja :

1. Pipet 1 ml sampel ke dalam cawan petridis

2. Tuangkan media nutrin agar sebanyak 15 ml kemudian tutup rapat lalu di aduk dengan menggerakkan cawan mengikuti gerakan angka delapan agar sampel dan media tercampur rata

3. Biarkan media nutrin agar membeku lalu inkubasikan dalam incubator dengan posisi terbalik pada suhu 35 oC ± 0,5 oC selama 2 x 24 jam ± 3 jam 4. Hitung jumlah koloni yang tumbuh pada media nutrin agar dengan

menggunakan colonicounter.

3.7 Aspek Pengukuran

3.7.1 Aspek Pengukuran Variabel Sistem Pengolahan Air Kolam Renang

(36)

3.7.2 Aspek Pengukuran Variabel Kualitas Air Kolam Renang di

Laboratorium

Merupakan standarisasi besaran dalam suatu pengukuran, dengan menilai konsentrasi unsur- unsur yang harus ada dalam air baik secara maksimum maupun minimum dan dibandingkan dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang.

1. Syarat fisik air kolam renang

Merupakan syarat – syarat yang ditetapkan dipandang dari segi fisiknya yang dapat dicapai oleh panca indera manusia dengan parameter yang diperiksa : a. Tidak berbau artinya air tersebut bebas dari bau – bauan yang

mengganggu.

b. Kejernihan air kolam artinya air kolam renang jernih dengan tembus lihat sampai sekurang – kurangnya 7 meter dalamnya.

c. Benda terapung artinya air kolam renang tersebut harus bebas dari benda terapung.

2. Syarat kimia air kolam renang

Merupakan syarat – syarat kimia yang ditetapkan pada parameter kimia air kolam renang. Parameter kimia air yang diperiksa:

a. Aluminium

Syarat minimum yang diperbolehkan : 0 mg/l Syarat maksimum yang diperbolehkan : 0,2 mg/l

(37)

Syarat minimum yang diperbolehkan : 0 mg/l Syarat maksimum yang diperbolehkan : 0,1 mg/l c. pH

Syarat minimum yang diperbolehkan : 6,5 mg/l Syarat maksimum yang diperbolehkan : 8,5 mg/l d. Sisa Chlor

Syarat minimum yang diperbolehkan : 0,2 mg/l Syarat maksimum yang diperbolehkan : 0,5 mg/l e. Cu (Tembaga)

Syarat minimum yang diperbolehkan : 0 mg/l Syarat maksimum yang diperbolehkan : 1,5 mg/l f. Kesadahan

Syarat minimum yang diperbolehkan : 50 mg/l Syarat maksimum yang diperbolehkan : 500 mg/l 3. Syarat mikrobiologi air kolam renang

Merupakan syarat – syarat kimia yang ditetapkan pada parameter kimia air kolam renang. Parameter kimia air yang diperiksa:

a. Total koliform adalah 0/100 ml b. Jumlah kuman 0 – 200 per 1 ml

3.7.3 Aspek Pengukuran Variabel Keluhan Penyakit Kulit

(38)

terasa panas pada permukaan kulit) yang dirasakan pengguna kolam renang setelah berenang di kolam renang, dengan kriteria:

1. Mengalami keluhan kesehatan kulit, jika responden mengalami keluhan kesehatan kulit yaitu perubahan warna dan batas yang jelas berupa muncul bintik – bintik kemerahan, kehitaman, bercak kehitaman, terdapat benjolan pada permukaan kulit, benjolan yang berair, benjolan yang bernanah, muncul ruam – ruam dan bersisik dan adanya indikasi terasa panas pada permukaan kulit.

2. Tidak mengalami keluhan kesehatan kulit, jika responden tidak mengalami keluhan kesehatan kulit yaitu perubahan warna dan batas yang jelas berupa muncul bintik – bintik kemerahan, kehitaman, bercak kehitaman, terdapat benjolan pada permukaan kulit, benjolan yang berair, benjolan yang bernanah, muncul ruam – ruam dan bersisik dan adanya indikasi terasa panas pada permukaan kulit.

3.8 Analisis Data

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kolam Renang

4.1.1 Kolam Renang A

Kolam renang A merupakan kolam renang umum milik pemerintah yang pengelolaannya diserahkan kepada yayasan KONI. Kolam renang A ini digunakan oleh masyarakat umum, pelajar dan digunakan juga untuk pelaksanaan pertandingan – pertandingan renang. Karakteristik kolam renang A meliputi : 1. Lokasi kolam renang

Kolam renang Selayang berada di Jalan dr. Mansur, Kec. Medan Baru Kota Medan, tidak jauh dari lokasi Universitas Sumatera Utara.

2. Waktu pengoperasian

Kolam renang A dapat digunakan pada pukul 06.00 - 18.00 wib setiap harinya.

3. Tarif

Kolam renang A mengenakan tarif yang berbeda kepada pengguna kolam renang berdasarkan usia pengguna, dan tarif yang berbeda kepada pengguna yang bergabung sebagai anggota klub renang di kolam renang A. Adapun tarif yang dikenakan adalah Rp.8000,- per orang pada hari Senin sampai hari Jumat dan Rp.11.000,- per orang pada hari Sabtu dan Minggu.

4. Kondisi fisik kolam renang

(40)

dengan kedalaman 10 – 30cm dan 2 kolam renang dewasa dengan kedalaman 1,2m hingga 5m.

5. Sumber air kolam renang

Sumber air yang digunakan pada kolam renang A adalah PDAM 6. Rata – rata jumlah pengguna kolam renang

Jumlah pengguna kolam renang A diketahui berdasarkan jumlah tiket yang laku terjual. Rata – rata jumlah pengguna kolam renang bervariasi, pada hari kerja senin – jumat umumnya lebih sedikit yaitu sekitar 200 orang dan pada hari sabtu-minggu ataupun hari libur lebih banyak yaitu sekitar 400 orang. 7. Fasilitas kolam renang

Untuk menunjang keamanan dan kenyamanan para pengunjung dan pengguna kolam renang, maka kolam renang A dilengkapi dengan berbagai fasilitas kolam renang seperti :

a) Tempat penitipan barang atau pakaian yang terpisah antara perempuan dan laki – laki.

b) Ruang ganti pakaian yang terpisah antara perempuan dan laki – laki. c) Pancuran bilas ( shower ) yang terpisah antara perempuan dan laki – laki d) Parit khlor untuk mencuci kaki perenang

e) Tempat sampah di areal kolam renang f) Papan pengumuman

4.1.2 Kolam Renang B

(41)

pelajar sebagai sarana ekstrakulikuler olahraga renang. Karakteristik kolam renang B meliputi :

1. Lokasi kolam renang

Kolam renang B berada di Jalan Sutomo Ujung No. 4 Medan, 2. Waktu pengoperasian

Kolam renang B dibuka pada pukul 06.30 wib untuk kemudian dilakukan vakum untuk membersihan kotoran yang mengendap pada dasar lantai kolam renng, kolam renang baru dapat digunakan oleh pengunjung pada pukul 08.00 - 17.45 wib setiap harinya.

3. Tarif

Kolam renang B mengenakan tarif yang berbeda kepada pengguna kolam renang. Adapun tarif yang dikenakan kepada pengunjung pada hari senin - jumat adalah Rp. 8.500,- dan pada hari sabtu, minggu dan hari libur adalah Rp. 11.500,-. Harga yang dikenakan sudah termasuk biaya asuransi jiwa kepada para pengunjung. Adapun tarif sebagai anggota klub renang di kolam renang B adalah Rp. 75.000,- dengan biaya tersebut setiap anggota dapat berenang setiap hari di kolam renang renang B.

4. Kondisi fisik kolam renang

(42)

5. Sumber air kolam renang

Air yang digunakan pada kolam renang B adalah air yang bersumber dari PDAM Kota Medan

6. Rata – rata jumlah pengguna kolam renang

Jumlah pengguna kolam renang B diketahui berdasarkan jumlah tiket yang laku terjual. Rata – rata jumlah pengguna kolam renang B bervariasi, pada hari kerja senin – jumat umumnya lebih sedikit yaitu sekitar 350 orang, dan pada hari sabtu-minggu ataupun hari libur lebih banyak yaitu sekitar 800 orang.

7. Fasilitas kolam renang

Untuk menunjang keamanan dan kenyamanan para pengunjung dan pengguna kolam renang, maka kolam renang B dilengkapi dengan berbagai fasilitas kolam renang seperti :

a) Tempat penitipan barang atau pakaian yang terpisah antara perempuan dan laki – laki.

b) Ruang ganti pakaian yang terpisah antara perempuan dan laki – laki. c) Pancuran bilas ( shower ) yang terpisah antara perempuan dan laki – laki d) Parit khlor untuk mencuci kaki perenang

e) Tempat sampah di areal kolam renang f) Papan pengumuman

g) Tempat penyewaan baju renang dan ban renang dengan tarif Rp.10.000,-

4.1.3. Kolam Renang C

(43)

Kolam renang berada di Jalan Imam Bonjol No. 17 Medan. 2. Waktu pengoperasian

Kolam renang dapat digunakan pada pukul 06.00 - 20.00 wib setiap harinya. 3. Tarif

Kolam renang C mengenakan tarif yang berbeda kepada pengguna kolam renang berdasarkan usia pengguna, anggota klub renang atau tidak, dan terdapat perbedaan tarif yang dikenakan pada hari senin sampai dengan hari sabtu dan tarif yang dikenakan pada hari minggu dan hari libur nasional. Adapun tarif yang dikenakan kepada pengguna dalam kategori anak pada hari senin s/d sabtu sebesar Rp.22.000,- dan tarif yang dikenakan pada pengguna dalam kategori dewasa pada hari senin s/d sabtu sebesar Rp.25.000,-.

Tarif yang dikenakan juga berbeda pada hari minggu dan libur nasional pada kedua kategori pengguna kolam, pada hari minggu dan libur nasional tarif yang dikenakan pada pengguna dalam kategori anak sebesar Rp.25.000,- dan tarif yang dikenakan kepada pengguna dewasa sebesar Rp.30.000,-.

Tarif yang berbeda juga diberikan kepada pengguna kolam renang yang terdaftar sebagai anggota klub renang, anggota klub renang yang mendaftar secara pribadi dikenakan biaya sebesar Rp.250.000,-/bulan, berpasangan (2 orang) sebesar Rp.425.000,-/bulan dan keluarga (3-4 orang) dikenakan biaya Rp.800.000,-/bulan.

4. Kondisi fisik kolam renang

(44)

menggunakan tangga pada bagian dalam kolam renang. Bagian yang memiliki kedalaman rendah dengan kedalaman terendah yaitu 10 cm, sedangkan pada bagian tengah kolam banyak digunakan oleh pengguna dewasa, bagian terdalam kolam memiliki kedalaman 1,8 meter.

5. Sumber air kolam renang

Air yang digunakan pada kolam renang adalah air yang bersumber dari PDAM Kota Medan

6. Rata – rata jumlah pengguna kolam renang

Jumlah pengguna kolam renang diketahui berdasarkan jumlah tiket yang laku terjual. Rata – rata jumlah pengguna kolam renang sekitar 80 orang per hari. 7. Fasilitas kolam renang

Untuk menunjang keamanan dan kenyamanan para pengunjung dan pengguna kolam renang, maka kolam renang dilengkapi dengan berbagai fasilitas kolam renang seperti :

a) Tempat penitipan barang atau pakaian yang terpisah antara perempuan dan laki – laki.

b) Ruang ganti pakaian yang terpisah antara perempuan dan laki – laki. c) Pancuran bilas ( shower ) yang terpisah antara perempuan dan laki – laki d) Parit khlor untuk mencuci kaki perenang

e) Tempat sampah di areal kolam renang f) Papan pengumuman

(45)

4.1.4. Kolam Renang D

Kolam renang D merupakan usaha pribadi milik – yang dibuka untuk digunakan oleh masyarakat umum sebagai sarana olahraga renang dan rekreasi keluarga. Karakteristik kolam meliputi :

1. Lokasi kolam renang

Kolam renang berada di Jalan Jamin Ginting KM 14,5 Medan 2. Waktu pengoperasian

Kolam renang dapat digunakan pada pukul 10.00 - 18.00 wib setiap harinya. 3. Tarif

Kolam renang mengenakan tarif sebesar Rp. 40.000,- per orang bagi pengunjung yang datang pada hari Senin - Jumat , sedangkan pada hari Sabtu, Minggu serta hari libur nasional dikenakan tarif sebesar Rp. 60.000,- per orang. Tarif ini berlaku sama kepada pengunjung anak dewasa dan anak – anak, namun pihak pengelola kolam renang membebaskan biaya kepada anak – anak dengan tinggi badan dibawah 80cm.

4. Kondisi fisik kolam renang

(46)

5. Sumber air kolam renang

Air yang digunakan pada kolam renang adalah air tanah dari sumur bor yang ada di lokasi kolam renang.

6. Rata – rata jumlah pengguna kolam renang

Jumlah pengguna kolam renang diketahui berdasarkan jumlah tiket yang laku terjual. Rata – rata jumlah pengguna kolam renang bervariasi, pada hari kerja senin – jumat umumnya lebih sedikit yaitu sekitar 80 orang dan pada hari sabtu-minggu ataupun hari libur lebih banyak yaitu sekitar 200 - 300 orang. 7. Fasilitas kolam renang

Untuk menunjang keamanan dan kenyamanan para pengunjung dan pengguna kolam renang, maka kolam renang dilengkapi dengan berbagai fasilitas kolam renang seperti :

a) Tempat penitipan barang atau pakaian yang terpisah antara perempuan dan laki – laki.

b) Ruang ganti pakaian yang terpisah antara perempuan dan laki – laki. c) Pancuran bilas yang terpisah antara perempuan dan laki – laki d) Parit khlor untuk mencuci kaki perenang

e) Tempat sampah di areal kolam renang f) Papan pengumuman

g) Waterboom setinggi 30 meter dengan 3 jalur yang dapat digunakan oleh para pengunjung.

h) Wahana bermain anak di kolam renang anak.

(47)

j) Jasa penyewaan ban dengan biaya yang berbeda sesuai dengan ukuran ban, ban single yang hanya dapat digunakan oleh satu orang pengunjung dengan biaya Rp. 15.000,- , ban double dengan biaya Rp. 25.000,- dan ban triple dengan biaya Rp. 30.000,-.

k) Pondokan untuk bersantai setelah berenang dengan biaya Rp. 60.000,- per pondokan.

4.2 Sistem Pengolahan Air Kolam Renang

4.2.1 Sistem Pengolahan Air Kolam Renang A

Kolam renang A merupakan kolam renang yang cara pertukaran airnya dilakukan sesuai dengan tipe resirkulasi dimana air kolam renang secara terus – menerus masuk kedalam sistem pengolahan air dan kembali lagi kedalam kolam, mengingat lokasi yang jauh dari sumber mata air dan penghematan biaya operasional sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan cara yang lainnya.

Karena cara pertukaran air yang dilakukan dengan cara resirkulasi maka diperlukan suatu sistem pengolahan air kolam renang untuk memastikan kualitas air yang baik dan sesuai dengan standar baku mutu kualitas air kolam renang. Kolam renang yang cara pertukaran airnya secara resirkulasi memiliki 2 jenis sistem pengolahan air kolam renang yaitu sistem skimmer dan sistem overflow dan kolam renang A merupakan kolam renang dengan sistem skimmer.

(48)

akan dialirkan kedalam filter air kolam renang untuk mengalami proses penyaringan melalui sistem saringan pasir (sand filter) untuk menjaga kebersihan dan kejernihan air kolam renang.

Pemberian desinfektan dan bahan kimia lain untuk pengolahan kolam renang seperti kaporit juga dilakukan di bak kontrol ini agar kaporit dan bahan kimia lainnya yang diberikan dapat merata sebelum akhirnya dipompakan kembali kedalam kolam renang, namun petugas kolam renang A melakukan pemberian kaporit juga dilakukan dengan langsung menyiramkan kaporit yang telah dicairkan kedalam kolam renang pada pagi hari. Adapun dosis bahan desinfektan yang diberikan adalah 5 kg pada kolam dewasa utama dengan volume air ±1300m3, 3 kg pada kolam kedua dengan volume air ±500m3 dan 1kg kedalam kolam renang anak dengan volume air ±70m3.

Proses pembersihan kolam renang juga dilakukan dengan melakukan pengendapan kotoran air kolam dengan menambahkan tawas di air kolam renang, penambahan tawas n terusi sebagai bahan kimia pengolahan air dilakukan setelah selesai jam pengunjung sesaat sebelum proses resirkulasi air dihentikan dan pada pagi harinya sebelum kolam renang di buka untuk pengunjung, pihak pengelola telah terlebih dahulu melakukan penyedotan kotoran yang mengendap pada dasar lantai kolam renang sehingga pengguna kolam renang akan merasa nyaman menggunakan kolam renang.

4.2.2 Sistem Pengolahan Air Kolam Renang B

(49)

pengolahan air dan kembali lagi kedalam kolam, mengingat lokasi kolam renang yang berada di pusat kota Medan, jauh dari sumber mata air dan penghematan biaya operasional sehingga juga tidak memungkinkan untuk menggunakan cara yang lainnya.

Demikian juga dengan sistem pengolahan air di kolam renang B, dilakukan sesuai dengan cara kerja pengolahan air kolam renang dengan sistem skimmer sama dengan yang dilakukan di kolam renang A. Pengolahan air kolam renang B dimulai dengan mengalirnya air yang dihisap melalui lubang skimmer box yang letaknya tepat di bagian paling atas permukaan air kolam renang, yang kemudian air dialirkan kedalam suatu bak kontrol (skimmer box) yang kemudian akan dialirkan kedalam sebuah sumur yang dilengkapi dengan sand filter berisi pasir kuarsa/ pasir putih dan batu koral untuk menjaga kebersihan dan kejernihan air kolam renang.

Proses pembersihan air kolam renang juga dilakukan dengan proses vakum yang dilakukan untuk menyedot endapan kotoran yang terdapat di dasar kolam renang, yang telah terlebih dahulu diberi bahan kimia seperti tawas dan terusi untuk koagulan dan pembersih air kolam. Proses ini dilakukan setiap pagi setiap harinya sebelum kolam renang dibuka untuk pengunjung.

(50)

kilogram per kolamnya setiap hari dengan volume air ±1200m3. Pemberian kaporit dilakukan setiap pagi.

Pemberian kaporit ini juga dilakukan berbeda pada hari minggu maupun hari libur nasional. Jumlah pengunjung bertambah hampir dua kali lipat dari jumlah pengunjung pada hari kerja sehingga dilakukan pemberian kaporit tiga kali sehari pada masing - masing kolam dengan jumlah kaporit yang biasa diberikan.

4.2.3 Sistem Pertukaran Air Kolam Renang C

Sistem pertukaran air di kolam renang C juga merupakan sistem resirkulasi yang artinya air yang digunakan secara terus menerus diolah menggunakan suatu sistem pemompaan air. Namun pada sistem pengolahannya kolam renang ini berbeda dengan kolam renang A dan kolam renang B, hal ini dikarenakan kolam renang C merupakan kolam renang Overflow.

Kolam renang dengan sistem sirkulasi overflow ditandai dengan air kolam yang melimpah baik pada satu sisi atau keseluruhannya. Air kolam yang melimpah mengalir kedalam saluran gutter overflow dan berakhir pada balancing tank yang merupakan tempat penampungan air yang mengalir melalui saluran gutter overflow. Air yang ada di balancing tank ini dengan menggunakan mesin pompa masuk kedalam filter untuk mengalami proses penyaringan kotoran air kolam renang sehingga air yang masuk kedalam kolam renang melalui lubang inlet merupakan air yang bersih.

(51)

kimia dalam proses pengolahan air ini dilakukan pada malam hari langsung ke dalam kolam renang setelah kolam renang tidak lagi digunakan oleh pengunjung.

4.2.4 Sistem Pertukaran Air Kolam Renang D

Sistem pertukaran air di kolam renang ini juga menggunakan sistem resiskulasi seperti yang dilakukan pada kolam renang lainnya, namun dalam sistem pengolahannya sama seperti kolam renang A dan B yaitu dengan kolam renang dengan sistem skimmer.

Sistem pengolahan air di kolam renang ini sesuai dengan cara kerja pengolahan air pada kolam renang A dan B, dimulai dengan mengalirnya air yang dihisap melalui lubang skimmer yang kemudian air dialirkan kedalam suatu bak kontrol (skimmer box) yang kemudian akan dialirkan kedalam sebuah sumur yang dilengkapi dengan filter untuk menjaga kebersihan dan kejernihan air kolam renang yang kemudian akan dialirkan kembali kedalam kolam renang melalui lubang inlet. Selain proses tersebut, air kolam renang Hairos Indah juga melalui tahapan penyedotan kotoran yang mengendap di dasar kolam, proses ini dilakukan pada pagi hari sebelum kolam renang dibuka untuk pengunjung.

(52)

4.3 Kualitas Air Kolam Renang

Pemeriksaan kualitas air kolam renang dilakukan untuk mengetahui kualitas air masing – masing kolam renang, yang kemudian akan dibandingkan dengan standar baku mutu kualitas air kolam renang sesuai dengan PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 416/MENKES/PER/IX/1990 Lampiran III mengenai Daftar Persyaratan Air Kolam Renang.

4.3.1 Kualitas Fisika Air Kolam Renang

Tabel 4.1. Kualitas Fisika Air Kolam Renang Kota Medan.

No. Parameter Baku Mutu

(53)

kolam renang menunjukkan bahwa pada permukaan air kolam renang C dan kolam renang D tidak bebas dari benda terapung. Hasil pengamatan secara langsung di lokasi kolam renang menunjukkan bahwa pringan sechi yang diletakkan pada lantai dasar air keempat kolam renang pada lokasi penelitian dapat terlihat dengan jelas.

4.3.2 Kualitas Kimiawi Air Kolam Renang

Tabel 4.2. Kualitas Kimiawi Air Kolam Renang Kota Medan.

No. Parameter Baku Mutu

(54)

kolam renang D parameter aluminium, oksigen terabsorbsi, dan sisa klor tidak memenuhi syarat baku mutu.

4.3.3 Kualitas Mikrobiologi Air Kolam Renang

Tabel 4.3. Kualitas Mikrobiologi Air Kolam Renang Kota Medan.

No. Parameter Baku Mutu

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan koliform total dalam air pada keempat air kolam renang yang dilakukan di laboratorium BTKL Medan menunjukkan bahwa koliform total di air kolam renang D tidak memenuhi baku mutu koliform total yang diperbolehkan. Pada parameter jumlah kuman, jumlah kuman pada keempat air kolam renang yang diteliti memenuhi baku mutu jumlah kuman yang diperbolehkan.

4.4 Karakteristik Responden

4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur pengguna kolam renang yang menjadi responden sangat beragam. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur pengguna kolam renang dapat dilihat pada tabel 4.4. dibawah ini.

(55)

2. 18 – 23 6 (24%) 5 (20%) 7 (28%) 15 (60%)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa responden dengan jumlah tertinggi di kolam renang A dan kolam renang B berada di rentang usia 12 – 17 tahun mengingat kedua kolam renang ini memang digunakan untuk sarana

pembelajaran olahraga renang yang diadakan oleh beberapa sekolah, sehingga pengguna dengan usia tersebut banyak ditemui di kolam renang A dan kolam renang B. Di Kolam renang C pengguna kolam renang cukup merata jumlahnya pada semua rentang usia, hal ini disebabkan dari keberadaan kolam renang yang bukan merupakan kolam renang sebagai sarana pelatihan olahraga renang seperti kolam renang A dan kolam renang B. Jumlah responden tertinggi di kolam renang D berada pada rentang umur 18 – 23 sama seperti kolam renang C, kolam renang ini juga bukan merupakan kolam renang sebagai sarana pembelajaran olahraga renang ditambah dengan lokasinya yang jauh dari pusat kota dan harga yang cukup mahal maka mayoritas responden yang ditemui merupakan pengguna dengan usia dewasa.

4.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pengguna kolam renang dapat dilihat pada tabel 4.5. dibawah ini.

Tabel. 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Empat Kolam Renang Kota Medan

No. Jenis Kelamin Responden

Jumlah Responden

(56)

A B C D responden terbanyak adalah responden dengan jenis kelamin perempuan.

4.4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jangka Waktu Penggunaan Kolam Renang

Distribusi responden berdasarkan jangka waktu pengunaan kolam renang pengguna kolam renang dapat dilihat pada tabel 4.6. dibawah ini.

Tabel. 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jangka Waktu Penggunaan Kolam Renang di Empat Kolam Renang Kota Medan

No.

(57)

responden dengan jangka waktu penggunaan kolam renang satu kali dalam sebulan.

4.5 Keluhan Penyakit Kulit

4.5.1 Keluhan Penyakit Kulit Pengguna Kolam Renang

Distribusi responden berdasarkan ada atau tidaknya keluhan penyakit kulit pada pengguna kolam renang dapat dilihat pada tabel 4.. dibawah ini.

Tabel. 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Penyakit Kulit di Empat Kolam Renang Kota Medan

No. Keluhan Penyakit Kulit Jumlah Responden

(58)

3. Lamanya keluhan dirasakan (hari)

a. 1 – 3 hari 2 (100%) 3 (100%) 2 (100%)

b. 4 - 6 hari c. ≥ 1 minggu

Jumlah 2 (100%) 3 (100%) 2 (100%)

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa di kolam renang A, B dan D ada responden yang mengalami keluhan penyakit kulit sedangkan di kolam renang Hermina tidak ada responden yang mengalami keluhan penyakit kulit. Responden yang mengalami keluhan penyakit menderita beberapa gejala berupa gatal – gatal, munculnya bintik merah pada kulit dan munculnya benjolan – benjolan berair pada kulit. Lamanya keluhan dirasakan oleh responden yang mengalami keluhan penyakit kulit adalah sama yaitu selama kurang dari 3 hari.

4.6 Tindakan Pengobatan

4.6.1 Tindakan Pengobatan Responden di Empat Kolam Renang yang Mengalami Keluhan Penyakit Kulit

(59)

Tabel. 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Ada atau Tidak Tindakan Pengobatan di Empat Kolam Renang Kota Medan

No. Keluhan Penyakit Kulit

Jumlah Responden Kolam

Renang A

Kolam Renang

B

Kolam Renang

D 1. Tindakan Pengobatan

a. Ya 1 (50%) 0 (0%) 0 (0%) b. Tidak 1 (50%) 3 (100%) 2 (100%)

Jumlah 2 (100%) 3 (100%) 2 (100%)

2. Rujukan Tindakan Pengobatan

a. Puskesmas 1 (100%)

b. Praktek Dokter Spesialis.Kulit c. Rumah Sakit

d. dll

Jumlah 1 (100%)

(60)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Sistem Pengolahan Air Kolam Renang

Sistem pengolahan air kolam renang diberlakukan untuk kolam renang yang tipe pertukaran airnya merupakan tipe resirkulasi, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pertukaran air kolam renang pada keempat kolam renang pada dasarnya sama, yaitu dengan menggunakan sistem pertukaran air tipe resirkulasi, dimana air kolam yang sudah digunakan akan kembali di alirkan ke dalam kolam renang setelah mengalami beberapa proses pengolahan air. Tipe resirkulasi dianggap sebagai cara yang paling memungkinkan untuk dilakukan, karena lokasi kolam renang yang berada jauh dari sumber air, karena itu tidak memungkinkan untuk dilakukan sistem dengan tipe pertukaran air yang lain yang membutuhkan jumlah air bersih yang cukup banyak. Selain dianggap lebih mudah dilakukan, tipe resirkulasi juga dapat lebih meringankan biaya operasional kolam renang.

(61)

akan dialirkan menuju sand filter yang kemudian akan dipompakan kembali kedalam kolam melalui inlet.

Kolam renang A, B dan D merupakan kolam renang dengan sistem skimmer yaitu kolam renang yang air kolamnya tidak melimpah keluar dari kolam karena tingginya air kolam renang berada dibawah bagian dinding tertinggi kolam renang. Kolam renang dengan sistem skimmer ini tidak membutuhkan balancing tank, namun kolam renang dengan sistem skimmer tetap membutuhkan sebuah bak penampungan yang dikenal dengan bak control (skimmer box) yang menjadi tempat penampungan air yang telah dihisap melalui lubang skimmer yang berada tepat sejajar dengan permukaan air kolam renang kolam renang. Bak penampungan/ bak kontrol ini juga berfungsi untuk menjadi tempat pemisah sampah – sampah dan kotoran yang mengapung yang ikut masuk melalui lubang skimmer kolam renang agar tidak masuk ke dalam bak penampungan akhir yang dilengkapi dengan saringan pasir (sand filter).

Kolam renang A, B, C dan D dalam pelaksanaan sistem pengolahan airnya sudah sesuai dengan sistem pengolahan air yang seharusnya, demikian halnya dengan pemberian desinfektan dan bahan kimia untuk pengolahan air kolam renang sudah sesuai dengan aturan sistem pengolahan air kolam renang yang ada untuk memaksimalkan kualitas air yang dihasilkan dalam sistem pengolahan air yang telah dilakukan.

(62)

untuk mendesifektan air kolam renang. Kolam renang A, kolam renang B dan D melakukan penambahan jumlah kaporit, yaitu 2 sampai 3 kali lipat dari jumlah kaporit yang biasa diberikan. Adapun penambahan ini dilakukan apabila pengunjung sedang sangat ramai di akhir pekan ataupun di hari libur, berbeda dengan ketiga kolam renang tersebut, Kolam renang C tidak pernah memberikan jumlah/ dosis yang berbeda dari jumlah yang biasa dilakukan, hal ini disebabkan tidak pernah terjadi pelonjakan jumlah pengunjung yang terlalu signifikan sehingga dianggap tidak terlalu diperlukan penambahan jumlah desinfektan dan bahan kima untuk pengolahan air.

Kaporit dan bahan kimia lainnya tersebut dapat diberikan melalui bak kontrol agar desinfektan dan bahan kimia yang diberikan dapat merata di air kolam ketika akan dipompakan menuju inlet kolam renang, namun pada praktek dilapangan pihak pengelola kolam renang memberikan kaporit sebagai desinfektan dan bahan kimia lainnya seperti tawas, HCl, terusi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas air kolam renang langsung ke dalam air kolam renang, sehingga kemungkinan bahan kimia yang telah diberikan tidak merata pada seluruh air kolam renang.

(63)

Cara pemberian desinfektan dan bahan kimia juga harus diperhatikan agar merata di seluruh bagian kolam renang, demikian juga dengan waktu pemberian bahan kimia, secara khusus kaporit yang dapat menguap akibat paparan sinar matahari, perlu dilakukan pemeriksaan berkala dalam sehari agar memastikan sisa khlor di air kolam renang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan untuk memaksimalkan proses desinfeksi. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiayati, Ika Nining (2004) yang dilakukan di kolam renang Umbang Tirta Yogyakarta bahwa kadar sisa khlor pada kolam renang 75% dipengaruhi oleh jumlah pengunjung, dan 25% dipengaruhi oleh faktor lain seperti : sinar matahari, waktu kontak, suhu air, pH, mikroorganisme dan jumlah khlor aktif yang ada.

Proses yang terjadi dalam sistem pengolahan yang dilakukan oleh pihak pengelola kolam renang dimaksudkan untuk menjaga agar kualitas air kolam renang tetap baik. Air merupakan salah satu media yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan penyakit kulit, karena itu baik kualitas fisik, kimiawi dan mikrobiologi air kolam renang harus tetap baik dan sesuai dengan syarat PermenkesNo.416/MENKES/PER/IX/1990.

5.2 Kualitas Air Kolam Renang

(64)

5.2.1 Kualitas Fisika Air Kolam Renang

Pemeriksaan kualitas fisik air kolam renang sesuai dengan syarat Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 mencakup tiga parameter yaitu apakah air kolam renang bebas dari bau yang mengganggu, apakah air kolam renang bebas dari benda terapung, dan bagaimana kejernihan air kolam renang.

Pemeriksaan bau pada air kolam renang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Medan yang dilakukan dengan metode Organoleptis menunjukkan bahwa keempat air kolam renang pada lokasi penelitian bebas dari bau yang mengganggu. Tidak adanya bau yang menggganggu menunjukkan bahwa air kolam renang pada keempat kolam renang yang menjadi lokasi penelitian bebas dari adanya bahan – bahan organik yang dapat membusuk serta senyawa kimia yang dapat menyebabkan bau pada air. Air kolam renang yang bebas dari bau menunjukkan bahwa air kolam renang keempat kolam renang dengan parameter bau telah Memenuhi syarat Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990. Kolam renang yang bebas dari bau merupakan salah satu alasan pengunjung untuk merasa nyaman selama menggunakan kolam renang.

(65)

renang. Hal ini berbeda dengan kolam renang A dan kolam renang B yang disekitar kolamnya tidak terdapat pepohonan, sehingga kecil kemungkinan adanya daun - daun mengapung pada air kolam renang. Namun demikian disekitar kolam renang D terdapat Saringan Daun (Leaf Cather) alat penyaring berupa kayu panjang yang pada bagian ujungnya terdapat wadah untuk mengambil sampah atau benda – benda terapung yang ada di air kolam renang. Dari hasil penelitian melalui pengamatan langsung yang telah dilakukan maka kualitas fisika air kolam renang dengan parameter benda terapung di kolam renang A dan kolam renang B telah memenuhi syarat Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990. Adanya benda terapung pada air kolam renang mengganggu estetika sehingga mengakibatkan kurangnya minat pengguna kolam untuk menggunakan kolam renang.

Pemeriksaan kualitas fisik air kolam renang yang terakhir adalah kejernihan air kolam renang, pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan piringan keramik sechi yang diletakkan di lantai dasar kolam renang dan harus terlihat dengan jarak penglihatan 7 meter dari tepi kolam renang. Dan dari pengamatan pemeriksaan yang dilakukan, piringan sechi yang diletakkan pada lantai dasar keempat kolam renang dapat terlihat dengan jelas, sehingga disimpulkan bahwa kejernihan air kolam renang pada keempat kolam renang yang menjadi lokasi penelitian telah Memenuhi syarat PermenkesNo.416/MENKES/PER/IX/1990.

(66)

mikroorganisme di air kolam renang dapat berkembangbiak dengan baik, hal ini tentu akan membahayakan bagi kesehatan pengguna kolam renang sebagaimana menurut Soemirat (2009) air memiliki peranan terhadap penularan penyakit.

5.2.2Kualitas Kimiawi Air Kolam Renang

5.2.2.1 Aluminium

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar Aluminium yang terdapat pada air kolam renang A dan kolam renang C memenuhi syarat baku mutu kadar Aluminium dalam air kolam renang, sedangkan pada kadar aluminium pada air kolam renang B dan D tidak memenuhi syarat baku mutu kadar Aluminium pada air kolam renang.

(67)

Keberadaan Al dalam air kolam renang harus sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang, hal ini dikarenakan Al dalam air yang melebihi kadar maksimum yang ditentukan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Dalam dosis yang tinggi Al dapat menyebabkan luka pada usus, Al dalam bentuk debu dapat menyebabkan gangguan pada paru – paru dan Al dalam air dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Soemirat, 2009).

5.2.2.2 Kesadahan (CaSo3)

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar kesadahan air kolam renang B dan kolam renang D memenuhi syarat baku mutu kesadahan air kolam renang sedangkan kesadahan air kolam renang A dan C tidak memenuhi syarat baku mutu kesadahan pada air kolam renang.

Kesadahan air disebabkan karena adanya Calsium, Magnesium, dan Ferum dalam jumlah yang besar dalam air. Kesadahan air kolam renang salah satunya disebabkan oleh pemberian kaporit (Ca(ClO)2) sebagai desinfektan air kolam renang.

Untuk itu perlu pemeriksaan yang rutin terhadap angka kesadahan air kolam renang, pemantauan pemberian kaporit agar diperoleh dosis yang tetap yang diharapkan dapat tidak menyebabkan tingginya nilai kesadahan air kolam, namun juga tidak mengurangi nilai atau jumlah sisa khlor di air sehingga proses desinfeksi tidak terganggu.

(68)

Kolam Renang dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi pengguna kolam renang . Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32+ mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh Endapan kalsium karbonat CaCO3. Kesadahan yang terlalu tinggi akan menambah nilai pH air , kesadahan terlalu rendah menyebabkan alkalinitas air juga rendah dan akan mengganggu penyusunan ikatan antara koloida dengan aluminat dimana gugus hidrofobik koloida akan tetap melayang dan sukar bereaksi dengan koagulan mengakibatkan massa atom relatif ringan sehingga kotoran – kotoran sukar mengendap. Kesadahan air yang tinggi dapat menyebabkan sabun yang akan digunakan sulit berbusa selain itu dapat menyebabkan kerusakan berupa pengendapan pada bagian dinding pipa pada sistem pengolahan air kolam renang (Soemirat, 2009).

5.2.2.3 Oksigen Terabsorbsi

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar oksigen terabsorbsi air pada keempat air kolam renang tidak memenuhi syarat baku mutu yang telah ditetapkan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar oksigen terabsorbsi pada keempat kolam renang melebihi kadar baku mutu yang ditetapkan.

Oksigen terabsorbsi adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di air sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (Salmin, 2000).

(69)

halnya dengan bakteri – bakteri dalam air akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi pengguna kolam renang. Jumlah Oksigen terabsorbsi dalam air harus memenuhi PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang.

5.2.2.4 pH

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar pH air pada keempat air kolam renang yang dilakukan di laboratorium BTKL Medan menunjukkan bahwa pH air pada kolam renang A, B dan C tidak memenuhi syarat baku mutu dan pH air kolam renang D memenuhi syarat baku mutu pH air kolam renang.

pH air kolam renang harus sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang hal ini dapat dilihat dengan kaitannya dengan keberadaan pH air yang tidak sesuai yang akan menyebabkan gangguan kesehatan kepada masyarakat pengguna kolam renang. Adapun pH air yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan korosi pada dinding pipa sistem pengolahan air kolam renang sehingga dapat merusak kualitas air kolam renang.

(70)

H dan OH nya akan genap atau sama. Tidak akan terdapat ion H melebihi OH begitu pula sebaliknya, dan asam pada H+ akan "diatasi" dengan basa pada OH-, keseimbangan antara ion hidrogen dan hidroxide ini yang membuat sebuah larutan normal atau dengan kata lain tidak terlalu asam ataupun basa. Oleh karena itu, air yang benar-benar murni selalu normal karena tidak ada kandungan kimia lain yang mengganggu keseimbangan H/OH.

Dengan kondisi air kolam renang yang bukan merupakan air yang murni dan mendapat penambahan berbagai senyawa kimia lain ke dalam air, maka sangat besar kemungkinan pH air tidak dapat netral atau sesuai dengan syarat baku mutu pH air yang telah ditetapkan, untuk itu untuk memperoleh nilai pH air yang sesuai dapat dilakukan dengan pemberian Soda Ash, pemberian Soda Ash pada air kolam renang dimaksudkan untuk menaikkan pH air kolam renang agar sesuai dengan baku mutu kualitas air kolam renang. Jika hasil test pH air dinyatakan masih dibawah nilai baku mutu, maka dilakukan pemberian soda ash pada air kolam renang sedikit demi sedikit hingga nilai pH nya sesuai dengan baku mutu.

(71)

masih terdapat bakteri dalam air kolam renang. Klorin dapat bekerja secara efektif sebagai desinfektan jika berada dalam air dengan pH 7 (Elly, 2007).

5.2.2.5 Sisa Chlor

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar sisa chlor air kolam renang pada keempat air kolam renang tidak memenuhi syarat baku mutu kadar sisa chlor yang ditetapkan. Penelitian yang dilakukan oleh Adriyani (2009) tentang kualitas air dan keluhan kesehatan pengguna kolam renang di Sidoarjo juga menunjukkan hasil yang sama, hasil penelitian yang dilakukan di kolam renang Tirta Krida dan GOR Sendang Delta Sidoarjo ini menunjukkan bahwa pada kedua kolam renang didapatkan hasil bahwa sisa kadar chlor tidak sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang.

(72)

waktu pemberian klorin di air kolam renang. Pemberian klorin sebaiknya dilakukan pada sore hari menjelang malam, sebab sinar matahari yang panas dapat mengurangi kadar klorin dalam air akibat penguapan yang terjadi, dan untuk memastikan kadar sisa khlor agar sesuai dengan baku mutu sebaiknya dilakukan pengecekan secara berkala agar tujuan utama pemberian desinfektan dapat tercapai.

Sisa chlor merupakan parameter yang penting dalam kualitas air kolam renang yang jumlahnya di air kolam renang harus sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang. Apabila sisa chlor dalam air berlebih maka dapat berikatan dengan ion natrium yang ada di dalam air sehingga menimbulkan rasa asin dan merusak pipa – pipa ada sistem pengolahan air kolam renang. Sebaliknya jika sisa chlor air kurang, maka tidak dapat membunuh bakteri dalam air sehingga menjadi penyebab tersebarnya penyakit melalui air yang didistribusikannya (DEPKES RI, 1991).

5.2.2.6 Tembaga (Cu)

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan diperoleh data bahwa kadar Cu dalam air pada keempat air kolam renang tersebut memenuhi baku mutu kadar Cu yang diperbolehkan.

(73)

Renang. Hal ini dikarenakan sifat dari Tembaga (Cu) dalam air yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan dapat merusak berbagai peralatan yang digunakan di kolam renang, antara lain dapat menyebabkan korosi pada pipa yang digunakan pada sistem pengolahan air kolam renang, yang kemudian dapat mengganggu kualitas air kolam renang, selain itu sifatnya yang beracun dapat mengganggu saluran pencernaan bila tertelan.

5.2.3 Kualitas Kimiawi Air Kolam Renang

5.2.3.1 KoliformTotal

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan pada air kolam renang di keempat kolam renang yang menjadi lokasi penelitian diperoleh data bahwa bahwa koliform total di air kolam renang D tidak memenuhi baku mutu koliform total yang diperbolehkan.

Angka koliform total di kolam renang D tidak sesuai dengan baku mutu kualitas air kolam renang, artinya pemberian klorin yang dilakukan tidak dapat membunuh dan mematikan bakteri pathogen yang ada di dalam air kolam renang. Hal ini didukung dengan jumlah sisa klor pada air yang tidak sesuai dengan baku mutu kualitas air kolam renang. Perbaikan jumlah dan waktu pemberian klorin harus dilakukan agar dapat menghindari adanya angka koliform total pada air kolam renang.

(74)

dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoan. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari harus bebas dari bakteri patogen (Juli Soemirat, 2009). Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004).

5.2.3.2 Jumlah Kuman

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium BTKLPP Kota Medan pada air kolam renang di keempat kolam renang yang menjadi lokasi penelitian diperoleh data bahwa jumlah kuman pada keempat air kolam renang yang diteliti memenuhi baku mutu jumlah kuman yang diperbolehkan.

Sesuai dengan standar kualitas air pada PERMENKES RI (1990) jumlah kuman /1 ml air adalah 0 – 200. Bila jumlah koloni melebihi 200 dalam 1 ml air akan banyak mengakibatkan infeksi pada kulit ataupun jaringan selaput lendir seperti dermatitis, kurap air dan konjungtivitis. Jumlah kuman di kolam renang harus sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 pada Lampiran III Daftar Persyaratan Air Kolam Renang.

5.3 Keluhan Penyakit Kulit

(75)

Keluhan penyakit kulit dapat dialami oleh pengguna kolam renang, hal ini data disebabkan oleh kualitas air yang tidak baik, hal ini berkaitan dengan peran air dalam hal memindahkan penyakit seperti. Menurut Kusnoutranto (2000) air berperan dalam memindahkan penyakit melalui cara Water Washed , dimana dapat terjadi penularan penyakit berhubungan dengan air yang digunakan untuk kebersihan, dimana salah satu gangguan kesehatan yang dapat terjadi adalah adanya keluhan kesehatan kulit dan infeksi kulit.

Penelitian yang dilakukan oleh Adriyani (2009) tentang kualitas air dan keluhan kesehatan pengguna kolam renang di Sidoarjo juga menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung kolam renang Tirta Krida (51,6%) dan GOR Sendang Delta (74,2%) menyatakan adanya keluhan kesehatan yang dialami setelah berenang. Adapun keluhan kesehatan ini berupa adanya iritasi mata, iritasi kulit dan terjadinya kecelakaan saat berenang.

(76)

bilas, mandi dan menggunakan sabun setelah selesai berenang di kolam renang, hal ini yang dapat mencegah terjadinya keluhan penyakit kulit pada para pengguna. Sehingga meskipun kualitas air kolam tidak cukup baik, para pengguna kolam renang tidak mengalami keluhan penyakit kulit.

Keluhan kesehatan kulit yang dialami oleh pengguna kolam renang dapat dikarenakan oleh kualitas air kolam renang yang kurang baik hal ini dapat kita lihat dari hasil penelitian yang diperoleh dari Laboratorium BTKLPP Kota Medan. Penelitian yang dilakukan oleh Permana (2012) tentang hubungan sisa klor dengan keluhan iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang hotel di wilayah kota Yogyakarta menunjukkan bahwa ada hubungan antara sisa klor dengan keluhan iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang hotel di wilayah kota Yogyakarta.

Kadar sisa khlor air kolam renang yang tidak sesuai dengan baku mutu memiliki peran yang sangat penting, mengingat kadar sisa khlor yang telah ditetapkan diharapkan menjadi ukuran yang sesuai dan efektif untuk mendesinfektan air kolam renang, sehingga pengelola kolam renang harus memperhatikan jumlah sisa khlor air kolam renang sesuai dengan baku mutu air kolam renang.

(77)
(78)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Kolam renang A, B dan D memiliki beberapa kolam yang dipisahkan antara kolam anak dan kolam dewasa, sedangkan pada kolam renang C hanya ada satu kolam yang kedalamannya berbeda dan dipisahkan dengan keberadaan tangga pada dasar kolam. Sumber air dari PDAM dan sumur Bor. Keempat kolam renang menyediakan fasilitas yang cukup baik dan memadai.

2. Sistem pengolahan air di kolam renang A, B dan D dilakukan sudah sesuai dengan aturan pengolahan air yaitu dengan sistem skimmer (air kolam tidak penuh). Sistem pengolahan air di kolam renang C dilakukan sudah sesuai dengan aturan pengolahan air yaitu dengan sistem Overflow (air kolam meluap).

(79)

terabsorbsi (2,43 mg/l), pH air (5,08), dan sisa klor (0,043 mg/l). Di kolam renang D yaitu belum bebas dari benda terapung, Aluminium (0,455 mg/l), oksigen terabsorbsi (2,43 mg/l), sisa klor (0,046 mg/l) dan jumlah koliform total (9,3/100ml).

4. Ada keluhan penyakit kulit yang dialami oleh pengguna kolam renang A, kolam renang B dan kolam renang D. Tidak ada keluhan penyakit kulit yang dialami oleh pengguna kolam renang C.

6.2. Saran

1. Pada pihak pengelola kolam renang agar lebih memperhatikan sistem pengolahan air yang dilakukan demi memperoleh air kolam renang yang kualitasnya memenuhi syarat PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Memperhatikan proses pemberian desinfektan dan bahan kimia yang lain agar merata pada seluruh bagian kolam renang, mengontrol kadar sisa klor dan pH air serta melakukan pemeriksaan kualitas air menyeluruh secara rutin.

2. Kepada Dinas Kesehatan agar secara rutin melakukan pemeriksaan kualitas air kolam renang.

3. Untuk pengguna kolam renang agar memanfaatkan fasilitas sanitasi diri yang diberikan oleh pihak pengelola kolam renang sebagai bentuk pencegahan terhadap kemungkinan mengalami gangguan kesehatan kulit setelah berenang.

Gambar

Tabel 4.1. Kualitas Fisika Air Kolam Renang Kota Medan.
Tabel 4.2. Kualitas Kimiawi Air Kolam Renang Kota Medan.
Tabel 4.3. Kualitas Mikrobiologi Air Kolam Renang Kota Medan.
Tabel. 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Empat Kolam Renang  Kota Medan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian : Pengolahan Air Kolam Renang Menggunakan Metode Elektrokoagulasi dengan Elektroda Alumunium - Grafit Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil

Berdasarkan hasil penelitian, pemeriksaan, dan pengamatan di lapangan dan uji laboratorium dalam pengambilan sampel pada kolam renang Tirta Lontara Makassar yang dilakukan

Renang adalah olahraga yang meningkatkan kulitas hidup dan kesehatan manusia. Tanpa disadari, sebaliknya aktifitas di kolam renang atau tempat rekreasi lainnya tersebut

Judul Penelitian : Pengolahan Air Kolam Renang Menggunakan Metode Elektrokoagulasi dengan Elektroda Alumunium - Grafit Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil

Satu kolam renang umum yang terletak di pusat kota Tangerang diperiksa pada bulan November – Desember 2016 dengan penambahan dua parameter pemeriksaan selain

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang analisis kadar residu klorin pada air kolam renang umum di Kota Kupang dapat disimpulkan bahwa kadar residu klorin pada kolam renang

penelitian ini tidak dapat dikatakan bahwa sumber asal air berkontribusi terhadap tingginya jumlah angka kuman dan koliform total yang terdapat di kolam renang

penelitian ini tidak dapat dikatakan bahwa sumber asal air berkontribusi terhadap tingginya jumlah angka kuman dan koliform total yang terdapat di kolam renang