• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.4 Kualitas Pembelajaran

UNESCO (1996) menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh dunia pendidikan yaitu: belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know), belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do), belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together), belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning to be). Empat pilar tersebut harus diterapkan dalam kegiatan pembelajaran agar kualitas pembelajaran dapat tercapai dengan baik (Hamdani, 2011: 195).

Kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula (Uno Hamzah, 2010: 153). Sedangkan menurut Etzioni (dalam Daryanto, 2012: 58) kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas, mecakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian, efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, tetapi dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran

seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

Dengan pemahaman tersebut, dapat dikemukakan tentang aspek-aspek efektivitas belajar diantaranya sebagai berikut: (1) peningkatan pengetahuan; (2) peningkatan keterampilan; (3) perubahan sikap; (4) perilaku; (5) kemampuan adaptasi; (6) peningkatan integrasi; (7) peningkatan partisipasi; dan (8) peningkatan interaksi kultural. Hal ini penting untuk dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar.

Menurut Depdiknas (2004) Indikator kualitas pembelajaran adalah perilaku pembelajaran guru (teacher educator’s behavior), perilaku dan dampak belajar siswa (studentteacher’s behavior), iklim pembelajaran (learning climate), materi pembelajaranyang berkualitas, kualitas media pembelajaran, dan sistem pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dikatakan berkualitas jika selama proses pembelajaran tersebut memberikan pengaruh terhadap perubahan tingkah laku baik dari segi sikap, pengetahuan dan keterampilan bagi siswa.

Dalam penelitian ini aspek yangdiamati dan ditelitiadalahperilaku pembelajaran guru (teacher educator’s behavior), perilaku dan dampak belajar siswa (studentteacher’s behavior).Alasan mengapa ketiga hal tersebut yang

diteliti oleh peneliti karena keterampilan guru merupakan sentral/pusat dalam pembelajaran itu sendiri. Keterampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran, menentukan materi pembelajaranyang berkualitas, mengendalikan ilkim pembelajaran, menggunakan model pembelajaran pembelajaran dapat digunakan untuk mengendalikan aktivitas siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Hal ini juga berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan di SDN Pakintelan 03 Kota Semarang yaitu hasil belajar siswa rendah disebabkan kurangnya keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran masih belum terlihat.

Berikut ini uraian komponen kualitas pembelajaran yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar.

2.1.4.1. Keterampilan guru

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru karena profesi ini menuntut penguasaan disiplin ilmu tertentu terutama mengenai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Dengan pemahaman mengenai keterampilan dasar mengajar diharapkan guru dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

1. Keterampilan bertanya

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting bagi siswa karena pertanyaan yang baik dan terstruktur dapat memberikan dampak positif bagi siswa, antara lain:

a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar; b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu

masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan;

c. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dihadapi; d. Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik dapat

menuntun siswa untuk dapat menemukan jawaban yang baik pula (Usman, 2011: 74).

Adapun komponen-komponen dalam keterampilan bertanya antara lain: (1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat; (2) pemberian acuan; (3) pemusatan; (4) pemindahan giliran; (5) penyebaran; (6) pemberian waktu berpikir (Anitah, 2008: 7.8-7.10).

2. Keterampilan memberi penguatan

Penguatan adalah respon yang diberikan guru terhadap perilaku siswa yang baik, menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan perilaku yang baik tersebut. Penguatan dapat dibagi menjadi penguatan verbal dan non verbal. Penguatan verbal merupakan penguatan yang paling mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yang dapat diberikan dalam bentuk komentar, pujian,dukungann, pengakuan atau dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah

laku dan penampilan siswa. Sedangkan penguatan non verbal dapat ditunjukkan dengan menggunakan mimik dan gerakan badan, gerak mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan dan pemberian simbol atau benda (Anitah, 2011: 7.34).

3. Keterampilan mengadakan variasi

Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajarmengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga, dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antuasiasisme, serta penuh partisipasi(Usman, 2013: 85).

Pada dasarnya, variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yakni;

a. Variasi dalam gaya mengajar guru yang meliputi: (1) variasi suara; (2) pemusatan perhatian; (3) kesenyapan; (4) mengadakan kontak pandang; (5) gerakan badan dan mimik; (6) perubahan dalam posisi guru.

b. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa yang meliputi: (1) kegiatan klasikal; (2) kegiatan kelompok kecil; (3) kegiatan berpasangan dan; (4) kegiatan perorangan.

c. Variasi dalam penggunaan media atau alat pengajaran meliputi (1) variasi pembelajaran alat bantu yang dapat dilihat; (2) variasi alat bantu pembelajaran yang dapat didengar dan; (3) variasi alat bantu pembelajaran yang dapat diraba dan dimanipulasi (Anitah,2008: 7.40-7.47).

4. Keterampilan menjelaskan

Usman (2013: 88-89)berpendapat bahwa keterampilan menjelaskan dalam pengajaran dapat diartikan sebagai penyajian informasi secara lisan untuk adanya hubungan sebab akibat atau sesuatu yang belum diketahui. Pemberian penjelasan merupakan aspek penting dalam kegiatan pembelajaran karena melibatkan interaksi guru dan siswa akan tetapi guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan di dalam kelas sehingga hal ini perlu untuk dibenahi.

Keterampilan memberikan penjelasan dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan menyajikan penjelasan. Keterampilan merencanakan penjelasan mencakup 2 sub komponen yaitu merencanakan isi pesan (materi) dan menganalisis karakteristik penerimaan pesan. Sedangkan keterampilan menyajikan penjelasan memegang peranan penting dalam pelaksanaan rencana penjelasan yang sudah baik. Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: (1) kejelasan; (2)penggunaan contoh dan ilustrasi; (3) pemberian tekanan dan; (4) balikan (Anitah,2008: 7.55-7.58).

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya. Sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk

mengakhiri pelajaran. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar (Usman, 2013: 91).

Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran sebagai berikut:

a. Keterampilan membuka pelajaran yang meliputi: (1) menyampaikan langkah-langkah pembelajaran; (2) menimbulkan motivasi; (3) memberi acuan dan (4) membuat kaitan.

b. Keterampilan menutup pelajaran meliputi: (1) meninjau kembali (mereview); (2) menilai (mengevaluasi); (3) memberi tindak lanjut. 6. Keterampilan membimbing kelompok kecil

Pengelolaan kelas pada dasarnya pengaturan orang dan barang yang memungkinkan terciptanya dan terpeliharanya kondisi belajar yang optimal. Agar guru dapat membimbing diskusi kelompok secara efektif ada komponen keterampilan yang perlu dikuasi guru. Keenam komponen keterampilan tersebut adalah antara lain: (1) memusatkan perhatian; (2) memperjelas masalah dan uraian pendapat; (3) menganalilis pandangan; (4) meningkatkan urunan; (5) menyebar kesempatan berpartisipasi; (6) menutup diskusi.

7. Keterampilan mengelola kelas

Anitah (2011: 8.36) berpendapat keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi kelas agar

belajar menjadi lebih optimal. Kondisi belajar yang optimal sangat menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran. Keterampilan ini menekan guru untuk dapat mencegah ataupun mengembalikan terjadinya gangguan yang muncul ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

Adapun komponen keterampilan mengelola kelas terdiri dari keterampilan yang bersifat preventif dan keterampilan yang bersifat represif. Keterampilan yang bersifat represif, berkaitan dengan usaha mengatasi gangguan yang muncul. Keterampilan yang bersifat preventif berkaitan dengan usaha mencegah terjadinya gangguan yang dapat ditunjukkan dengan:(1) sikap tanggap; (2) membagi perhatian; (3) memusatkan perhatian kelompok;(4) memberikan petunjuk yang jelas menegur dan; (5) memberi penguatan.

8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

Usman (2013: 98) berpendapat bahwa mengajar kelompok kecil dan perseorangan dapat diartikan sebagai kegiatan guru dalam mengajar banyak siswa, baik itu perseorangan maupun kelompok kecil yang berkisar antara 3- 8 orang dengan cara bertatap muka selama pembelajaran. Agar dapat mengelola kegiatan kelompok kecil dan perseorangan, guru harus menguasai 4 kelompok komponen keterampilan sebagai berikut:

a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi b. Keterampilan mengorganisasikan

d. Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran (Anitah, 2008: 8.56-8.62).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa keterampilan mengajar adalah kerampilan guru dalam membelajarkan siswanya dengan menggunakan bahan ajar yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa dengan menggunakan model pembelajaran tertentu agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan guru yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran

Scramble berbantuan media CD Interaktif adalah keterampilan membuka, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi kelompk kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dan keterampilan menutup pelajaran.

Teori-teori keterampilan belajar yang telah diuraikan diatas digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrumen penelitian setelah dipadukan dengan model Scramble berbantuan media CD Interaktif untuk mengamati kekurangan dan kelebihan keterampilan guru dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini, indikator keterampilan guru yang sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Scramble berbantuan media CD Interaktif diantaranya yaitu: (1) melaksanakan kegiatan awal pembelajaran; (2) menampilkan media CD Interaktif; (3) menjelaskan materi sesuai dengan topik; (4) membimbing menggunakan media CD Interaktif; (5) memberikan penghargaan pada siswa yang menjawab dengan cepat dan benar; (6)

mengelola kelas agar tetap kondusif; (7) membimbing menyusun kata acak tentang proses pembentukan tanahpada kartu jawaban; (8) membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok; (9) menutup kegiatan pembelajaran.

2.1.4.2. Aktivitas Siswa

Menurut Sardiman (2011: 99-100) dalam kegiatan pembelajaran seorang guru dapat diibaratkan sebagai umpan yang bertugas menumbuhkan rasa ingin tahu siswa akan suatu hal. Hal ini menunjukkan bahwa yang seharusnya mendominasi adalah aktivitas siswa.Dalam belajar diperlukan adanya aktivitas baik yang bersifat fisik maupun mental. Kedua aktivitas tersebut haruslah saling terkait karena dapat mempengaruhi keoptimalan dalam belajar.

Diedrich(dalam Sardiman, 2011: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emosional activites, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa sangat menentukan pola aktivitas belajar. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses belajar baik fisik maupun mental yang merupakan satu kesatuan tidak dapat terpisahkan. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, berpendapat, mengerjakan tugas tugas yang relevan, menjawab pertanyaan guru atau siswa dan bisa dengan bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Siswa melakukan aktivitas dengan tujuan memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman. Aktivitas siswa yang dilaksanakan dalam penerapan model Scrambleberbantuan media CD Interaktif diantaranya visual activities, oral activities, listening activities,

writing activities, motor activities, mental activities, emosional activites.

Berdasarkan pendapat yang dikemukan Diedrich di atas, telah digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrumen penelitian setelah dipadukan dengan model Scramble berbantuan media CD Interaktif untuk mengamati kekurangan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Adapun Indikator aktivitas siswa yang dibahas dalam penelitian tindakan kelas dengan model

Scramble berbantuan media CD Interaktif diantaranya: (1) kesiapan siswa menerima pembelajaran; (2) memperhatikan penyajian materi melalui CD Interaktif; (3) menyimak penjelasan seputar materi yang dipelajari; (4) menggunakan media CD interaktif; (5) menyusun huruf acak tentang proses pembentukan tanah pada kartu jawaban (6) melakukan diskusi dengan teman

secara berkelompok; (7) mempresentasikan hasil diskusi kelompok; (8) melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran.

2.1.4.3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i dan Anni, 2011: 85). Sedangkan menurut Usman (2007: 34) hasil belajar siswa yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Benjamin Bloom (dalam Poerwanti, 2013:1.23-1.30) mengelompokkan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif dan non kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ranah afektif dan ranah psikomotor.

Hasil belajar Taksonomi Bloom 2001 (Rochmat, 2012: 4) dapat diklasifikasikan menjadi 3 ranah domain yaitu :

1. Ranah kognitif berhubungan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Di tahun 1990-an, tim ahli psikologi yang dipimpin Anderson dan Sosniak (Truschel, 2008) mengkaji kembali taksonomi Bloom dan menyusun kembali (update) taksonomi Bloom pada ranah kognitif yang dipandang relevan untuk abad-21. Hasilnya dikenal dengan sebutan revisi taksonomi Bloom. Keenam tingkatan ranah kognitif hasil dimodifikasi digambarkan dengan skema berikut.

Gambar 2.1 Perbandingan Taksonomi Bloom dan Revisi Taksonomi Bloom

a. Mengingat (remembering) meliputi: menegaskan (define), meniru

(duplicate), mendaftar (list), mengingat (memorize),menyebutkan

(recall), mengulang (repeat), and meniru pernyataan (reproduce state). b. Memahami (Understanding) meliputi: mengklasifikasikan (classify),

mendiskripsikan (describe), mendiskusikan (discuss), menjelaskan

(explain), mengidentifikasi (identify), menunjukan (locate),mengenal

(recognize), melaporkan (report), memilih (select), menterjemahkan

(translate), and memparafrasekan (paraphrase).

c. Mengaplikasikan (Applying) meliputi: memilih (choose),

mendemostrasikan (demonstrate), bermain peran (dramatize),(employ),

mengilustrasikan (illustrate), menginterpretasikan (interpret), mengoperasikan (operate), menjadwal (schedule), mendesain (sketch),

memecahkan (solve), menggunakan (use), and menulis (write).

d. Menganalisis (Analyzing) meliputi: memberikan apresiasi (appraise), membandingkan (compare), mengkontraskan (contrast), mengkritik

(criticize), membedakan (differentiate), membedakan (discriminate),

membedakan (distinguish), mencontohkan (examine), melakukan percobaan (experiment), menanyakan (question), menguji coba (test assemble), mengkonstruksi (construct), membuat (create), mendesain

(design), mengembangkan (develop), memformulasikan (formulate).

e. Penilaian (Evaluating) meliputi: mengapresiasi (appraise), berpendapat

(argue), mempertahankan (defend), memutuskan (judge), memilih

(select), mendukung (support), menilai (value), and mengevaluasi

(evaluate).

f. Mencipta (Creating) meliputi: mengkombinasikan (assemble), mengkonstruksi (construct), membuat (create), mendesain (design), mengembangkan (develop), memformulasikan (formulate), and menulis (write).

2. Ranah afektif berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan emosi. Aspek yang meliputi ranah afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian

(organization) dan karakterisasi (caracteristic).

3. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan- kegiatan atau keterampilan motorik. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originality).

Guna mengukur ketercapaian hasil belajar, maka perlu di buat standar nilai yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat di lihat dari nilai ketuntasan yang telah ditetapkan. Nilai ketuntasan adalah nilai yang menggambarkan proporsi dan kualifikasi penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah dikontrakkan dalam pembelajaran (Poerwanti, dkk, 2008:6.16).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa setelah ia mengalami kegiatan belajar, perubahan perilaku tersebut meliputi pengetahan, sikap dan keterampilan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji tiga ranah hasil belajar yaitu hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah hasil belajar kognitf dapat berupa data nilai hasil evaluasi yang diberikan pada siswa untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran. Ranah afektif adalah sikap yang ditunjukkan siswa saat mengikuri proses pembelajaran. Sedangkan ranah psikomotorik dapat terlihat dari aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung.

Dokumen terkait