• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL SCRAMBLE BERBANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SDN PAKINTELAN 03 KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL SCRAMBLE BERBANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SDN PAKINTELAN 03 KOTA SEMARANG"

Copied!
264
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA

MELALUI MODEL

SCRAMBLE

BERBANTUAN

MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V

SDN PAKINTELAN 03 KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Disajikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

RUWI ROHIALAM

1401411481

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ruwi Rohialam

NIM : 1401411481

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Ilmu Pendidikan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Scramble Berbantuan Media CD Interaktif Pada Siswa Kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang” adalah benar-benar hasil karya peneliti, bukan karya orang lain dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,... 2015 Peneliti,

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Scramble Berbantuan Media CD Interaktif Pada Siswa Kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Jum’at

tanggal : 10 Juli 2015

Semarang, 15 Juni 2015

Mengetahui,

Ketua Jurusan PGSD Dosen Pembimbing I

Dra. Hartati, M.Pd Drs. Jaino, M.Pd

(4)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Ruwi Rohialam, NIM 1401411481, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Scramble Berbantuan Media CD Interaktif Pada Siswa Kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang” telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, pada:

hari : Jumat

tanggal : 10 Juli 2015

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Drs. Moch Ichsan, M.Pd. NIP 195006121984031001 Penguji Utama,

Sutji Wardhayani, S.Pd, M.Kes. NIP 195202211979032001

Penguji I, Penguji II,

Dra. Wahyuningsih, M.Pd. Drs. Jaino, M.Pd.

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki

ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib

baginya memiliki ilmu”. (HR. Tirmidzi)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles)

PERSEMBAHAN

Skrispsi ini saya persembahkan kepada :

Kedua orang tuaku “Bapak Sugiyono dan Ibu Sri Suparmi” yang tercinta.

Terimakasih atas doa, dukungan, kasih sayang dan pengorbanan yang telah

diberikan kepada saya tiada hentinya.

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui model Scramble Berbantuan Media CD Interaktif Pada Siswa Kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan SI Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dalam penyususnan skripsi ini penulis tentunya tidak lepas dari kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof Dr Fathur Rokhman M. Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang; Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan studi;

2. Prof. Dr.Fakhruddin M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian;

3. Dra. Hartati, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini;

4. Drs. Jaino, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan serta motivasi yang berharga bagi penulis;

5. Sutji Wardhayani, S.Pd, M.Kes, Dosen Penguji utama sekaligus dosen pendamping yang telah memberikan masukan dan saran selama penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini dapat terlesesaikan dengan baik;

6. Dra. Wahyuningsih, M.Pd, Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan saran selama penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini dapat terlesesaikan dengan baik;

(7)

8. Anik Dwi Wahyuni,S.Pd, guru kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang yang telah membantu peneliti selama melakukan penelitian;

9. Seluruh keluarga besar SDN Pakintelan 03 yang telah membantu dalam kelancaran selama penelitian;

10. Semua pihak yang memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam membuat penyusunan Skripsi ini, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi dan memperbaiki Skripsi ini dikemudian hari. Semoga Skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin.

Semarang, ... Peneliti

(8)

ABSTRAK

Ruwi Rohialam. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model

Scramble Berbantuan media CD Interaktif pada Siswa Kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I.Drs. Jaino, M.Pd. 366 Halaman.

Berdasarkan hasil observasi di kelas V SDN Pakintelan 03 kota Semarang permasalahan dalam pembelajaran IPA yang ditemukan adalah: kegiatan pembelajaran kurang mengaktifkan siswa dan kurang mengoptimalkan penggunaan media maupun penerapan model pembelajaran yang inovatif, kurang menekankan kerja siswa individu dalam suatu kelompok belajar, kurang dapat bekerja sama dalam kelompok dan hanya mengandalkan teman dalam kelompoknya saja. Permasalahan tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa sehingga perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Pakintelan 03 kota Semarang? Tujuan penelitian adalah meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Pakintelan 03 kota Semarang dengan menggunakan model Scramble berbantuan media CD Interaktif.

Penelitian tindakan kelas terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan dua kali pertemuan pada setiap siklusnya. Subjek penelitian adalah guru dan 30 siswa kelas V SDN Pakintelan 03. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, dan non tes. Hasil observasi keterampilan guru siklus I memperoleh skor 24,5 dengan kriteria baik. Pada siklus II memperoleh skor 30 dengan kriteria sangat baik. Data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan keterampilan guru. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I memperoleh skor rata-rata 20 dengan kriteria cukup. Siklus II meningkat dengan skor rata-rata 24,1 dengan kriteria baik. Data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas siswa. Ketuntasan belajar klasikal siklus I adalah 60%. Kemudian meningkat pada siklus II meningkat menjadi 82%.

Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran scramble

berbantuan media CD Interaktif dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor pada siswa kelas VA SDN Pakintelan 03 kota Semarang pada mata pelajaran IPA. Saran bagi guru yaitu guru hendaknya menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan minat belajar siswa.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK... ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Manfaat ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18

2.1 Kajian Teori ... 18

2.1.1 Hakikat Belajar... 18

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 19

2.1.3 Hakikat Pembelajaran ... 20

2.1.4 Kualitas Pembelajaran ... 23

2.1.5 Hakikat IPA ... 37

2.1.6 Model Scramble ... 42

2.1.7 Pembelajaran IPA Berbantuan Media CD Interaktif ... 47

(10)

2.1.9 Penerapan Model Model Scramble dengan Media CD Interaktif

dalam Pembelajaran IPA ... 60

2.2 Kajian Empiris ... 64

2.3 Kerangka Berfikir ... 70

2.4 Hipotesis Tindakan ... 73

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 74

3.1 Rancangan penelitian ... 74

3.2 Prosedur Penelitian ... 77

3.3 Subjek Penelitian ... 85

3.4 Variabel Penelitian ... 85

3.5 Data danTeknik Pengumpulan Data ... 86

3.6 Teknik Analisis Data ... 89

3.7 Indikator Keberhasilan... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 96

4.1.1 Pemaparan Hasil Penelitian ... 96

4.1.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I pertemuan 1... 97

4.1.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I pertemuan 2 ... 118

4.1.1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II pertemuan 1... 142

4.1.1.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II pertemuan 2 ... 158

4.2 Pembahasan... 184

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 184

4.3 Implikasi Hasil Penelitian... 209

4.3.1 Implikasi Teoritis ... 210

4.3.2 Implikasi Praktis ... 210

4.3.3 Implikasi Pedagogis ... 211

BAB VPENUTUP... 213

5.1 Simpulan ... 213

5.2 Saran ... 215

(11)

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Kriteria Ketuntasan Belajar ... 92

3.2 Kategori keberhasilan Keterampilan Guru dan aktivitas siswa ... 93

3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Guru ... 93

3.4 Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa ... 93

3.5 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Ranah Afektif ... 94

3.6 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Ranah Psikomotor ... 94

4.1 Data hasil observasi keterampilan guru siklus I pertemuan 1 ... 103

4.2 Data hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 ... 108

4.3 Data hasil belajar ranah kognitif siklus I pertemuan 1 ... 112

4.4 Data hasil belajar ranah afektif siklus I pertemuan 1 ... 114

4.5 Data hasil belajar ranah psikomotor siklus I pertemuan 1 ... 115

4.6 Data hasil observasi keterampilan guru siklus I pertemuan 2 ... 125

4.7 Data hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 2 ... 130

4.8 Data hasil belajar ranah kognitif siklus I pertemuan 2 ... 134

4.9 Data hasil belajar ranah afektif siklus I pertemuan 2 ... 136

4.10 Data hasil belajar ranah psikomotor siklus I pertemuan 2 ... 137

4.11 Data hasil observasi keterampilan guru siklus II pertemuan 1 ... 148

4.12 Data observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 1 ... 152

4.13 Data hasil belajar ranah kognitif siklus II pertemuan 1 ... 157

4.14 Data hasil belajar ranah afektif siklus II pertemuan 2 ... 158

4.15 Data hasil belajar ranah psikomotor siklus II pertemuan 1 ... 159

4.16 Data hasil observasi keterampilan guru siklus II pertemuan 2 ... 169

4.17 Data observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 2 ... 174

4.18 Data hasil belajar ranah kognitif siklus II pertemuan2 ... 179

4.19 Data hasil belajar ranah afektif siklus II pertemuan 2 ... 180

4.20 Data hasil belajar ranah psikomotor siklus II pertemuan 2 ... 181

4.21 Rekapitulasi Data Siklus 1 dan 2 ... 184

(12)
(13)

DAFTAR GAMBAR

Bagan 2.1 Perbandingan Taksonomi Bloom dan Revisi Taksonomi Bloom... 35

Bagan 2.2 Kerucut Pengalaman Edgar Dale... 49

Bagan 2.3 Kerangka Berpikir ... 72

(14)

DAFTAR DIAGRAM

4.1 Diagram Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 103

4.2 Diagram Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 109

4.3 Ketuntasan Klasikal Siklus I Pertemuan 1 ... 113

4.4 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus I Pertemuan 1 ... 114

4.5 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Psikomotor Siklus I Pertemuan 1 .... 115

4.6 Diagram Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus 1 Pertemuan 2 .. 126

4.7 Diagram Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 131

4.8 Ketuntasan Klasikal Siklus I Pertemuan 2 ... 135

4.9 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus I Pertemuan 2 ... 136

4.10 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Psikomotor Siklus I Pertemuan 2 .... 137

4.11 Diagram Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 1 .. 148

4.12 Diagram Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 153

4.13 Ketuntasan Klasikal Siklus II Pertemuan 1 ... 157

4.14 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus II Pertemuan 1 ... 158

4.15 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Psikomotor Siklus II Pertemuan 1 ... 159

4.16 Diagram Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 2 .. 170

4.17 Diagram Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 175

4.18 Ketuntasan Klasikal Siklus II Pertemuan 1 ... 179

4.19 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus II Pertemuan 2 ... 180

4.20 Diagram Hasil Pengamatan Ranah Psikomotor Siklus II Pertemuan 2 ... 181

4.21 Diagram Perolehan Skor Keterampilan Guru ... 184

4.22 Diagram Perolehan Skor Aktivitas Siswa ... 178

4.23 Diagram Perolehan Hasil Belajar Siswa ... 185

4.24 Diagram Hasil Belajar Ranah Afektif ... 188

4.25 Diagram Hasil Belajar Ranah Psikomotor ... 189

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi- kisi Instrumen... 221

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 239

Lampiran 3 Data Hasil Penelitian... 312

Lampiran 4 Hasil Belajar Siklus I dan II ... 355

Lampiran 5 Catatan Lapangan ... 358

(16)

1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah salah satunya memuat tentang mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi patokan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari

(17)

masyarakat; (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dalam pembelajaran IPA harus mengacu pada Standar Proses yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no.41 tahun 2007 pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti pembelajaran menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (BSNP, 2007: 6-7). Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya memotivasi siswa agar aktif dan interaktif selama pembelajaran, misalnya dengan belajar sambil bermain sehingga penting bagi guru untuk dapat menciptakan kondisi belajar yang menunjang siswa agar tetap antusias dalam belajar.

(18)

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Lampiran Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 menyatakan bahwa untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Dalam rangka meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah hendaknya menyediakan sarana bagi siswa, misalnya media pendidikan, buku, dan sumber lainnya serta menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Kualitas pembelajaran dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Depdiknas, 2004:7). Indikator kualitas pembelajaran menurut Depdiknas (2004:7) adalah perilaku pembelajaran guru (teacher educator’s behavior), perilaku dan dampak belajar siswa (student teacher’s behavior), iklim pembelajaran (learning climate),

(19)

Samatowa (2011: 3) menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala alam yang disusun secara sistematis yang berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Pembelajaran IPA ditujukan untuk dapat memberikan pengalaman belajar yang mengembangkan kemampuan bernalar, merencana- kan dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami gejala alam yang terjadi di sekitarnya.

Namun penjabaran di atas tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan, berdasarkan temuan Depdiknas (2007: 16) dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa siswa SD kelas 1 sampai dengan kelas 6, masih minim sekali diperkenalkan kerja ilmiah. Kerja ilmiah merupakan ciri penting dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada cara berpikir ilmiah dan kerja ilmiah. Akan tetapi, pada kenyataannya siswa masih kurang dalam berpikir ilmiah dan kerja ilmiah serta cenderung masih berorientasi pada penguasaan teori dengan hafalan. Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa kurikulum pembelajaran IPA di sekolah dasar masih sangat perlu untuk terus dikaji, dibenahi dan dikembangkan agar dapat memenuhi tuntutan zaman sehingga dapat dipahami oleh para pelaku pendidikan dan menerapkannya dalam proses pembelajaran.

(20)

pembelajaran IPA yaitu dari faktor guru, guru sudah menggunakan media pembelajaran tetapi belum memaksimalkannya, seperti penggunaan LCD dalam pembelajaran di kelas. Selain itu dalam proses pembelajarannya, guru kurang menekankan kerja siswa individu dalam suatu kelompok belajar. Guru juga kurang mengemas materi pembelajaran menjadi pengalaman belajar yang bermakna agar siswa tidak mudah lupa. Sedangkan dari faktor siswa, siswa belum berani bertanya mapunpun berlomba-lomba menjawab pertanyaan, siswa juga belum dapat bekerja sama dalam kelompok dan hanya mengandalkan teman dalam kelompoknya saja. Terdapat juga beberapa siswa yang gaduh dan menggangu temannya selama pembelajaran berlangsung,

Peneliti bersama dengan tim kolaborator melakukan refleksi dan masih banyak menemui kekurangan pada diri peneliti sehingga ditemukan masalah mengenai kualitas pembelajaran IPA yang masih rendah di SDN Pakintelan 03 Kota Semarang. Permasalahan tersebut juga didukung dengan hasil perolehan belajar siswa. Siswa kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang pada semester 1, hasil tes formatif IPA belum optimal. Siswa kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang yang berjumlah 30 siswa, ada 19 (62%) siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu 70 sedangkan sisanya siswa yaitu 11 (38%) yang nilainya diatas KKM.

(21)

masalahnya agar dapat segera diperbaiki dan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SDN Pakintelan 03 Kota Semarang.

Peneliti bersama dengan tim kolaborator menerencanakan akan menerapkan model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. Selain itu, selama proses pembelajaran diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan bertanya atau diskusi. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran Scramble dalam pembelajaran IPA. Dengan menerapkan model pembelajaran Scramble dalam pembelajaran IPA maka guru dapat dengan mudah menyampaikan materi pelajaran karena dalam pembelajaran ini siswa tidak hanya berpikir untuk memecahkan masalah tetapi juga bermain untuk mengasah otak kanan dan otak kiri, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model ini meningkat serta siswa dapat belajar dengan mandiri, aktif dan kreatif.

(22)

Beberapa kelebihan ketika menerapkan model pembelajaran Scramble, antara lain: (1) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. Setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota mempunyai tujuan yang sama; (2) Setiap kelompok membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dan nantinya akan dimintai pertanggungjawaban secara individual tentang materi yang ditangani dalam dalam kelompok kooperatif; (3) Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk untuk saling belajar sambil bermain. Mereka dapat berkreasi sekaligus berpikir, mempelajari sesuatu dengan santai dan tidak membuat stress atau tertekan; (4) Selain membangkitkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu model Scramble juga memumupuk rasa solidaritas dalam kelompok; (5) Materi yang diberikan melalui salah satu permainan biasanya sulit untuk dilupakan; (6) Sifat kompetitif mendorong siswa berlomba-lomba untuk maju (Shoimin, 2013:168).

(23)

secara langsung belajar dan memahami materi peng-ajaran yang disediakan. Dengan menerapkan model pembelajaran Scramble berbantuan media CD Interaktif dalam kegiatan pembelajaran, maka akan menjadi lebih optimal dan lebih efektif pada hasil pembelajaran IPA lainnya. Melalui media tersebut, kegiatan pembelajaran lebih menarik, materi pembelajaran dapat dirancang, baik dari sisi pengorganisasian materi maupun cara penyajiannya sehingga siswa menjadi lebih aktif di kelas dan kualitas pembelajaran IPA dapat meningkat.

Hal tersebut didukung dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang telah dilaksanakan oleh Ni Nym. Widiantari pada tahun

2013 dengan hasil penelitian menunjukkan hasil belajar IPA yang dikumpulkan dengan tes objektif dengan jumlah 30 soal. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan uji t independent dengan sampel tidak berkorelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Scramble berbantuan media video dan model pembelajaran Konvensional (thitung =7,90; ttabel = 2,00) di mana rata-rata skor hasil belajar IPA kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Scramble

(24)

media video lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

Selain itu juga di perkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Haruyati pada Tahun 2013, penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus tersebut membuktikan bahwa dengan menggunakan media CD Interaktif dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Wonorejo. Hal ini dibuktikan dengan aktivitas guru mengalami peningkatan, pada siklus 1 yaitu 66,78 % dan pada siklus II 85%. Aktivitas siswa mengalami peningkatan, pada siklus 1 yaitu 68,22% dan pada siklus II 87,5%. Hasil belajar siswa aspek kognitif mengalami peningkatan, pada temuan awal 31,22%, siklus I 71,87% dan pada siklus II yaitu 87,50%.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Scramble Berbantuan Media CD Interaktif Pada Siswa Kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang.

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah umum penelitian ini adalah: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang?

(25)

1) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Scramble berbantuan media CD Interaktif dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang?

2) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Scramble berbantuan media CD Interaktif dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang?

3) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Scramble berbantuan media CD Interaktif dapat meningkatkan hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang?

1.2.2 Pemecahan Masalah

(26)

No Langkah-langkah Model Scramble*

Langkah-langkah Penggunaan

media CD Interaktif

Langkah-Langkah Model Scramble

berbantuan media CD Interaktif Aktivitas Siswa Aktivitas Guru

1. Meneliti kelengkapan media CD interaktif 2. Memeriksa

peralatan penyajian, bahan ajar dan sarana

penunjang 3. Mempelajari isi

program 4. Mengatur

ruangan, tempat duduk siswa dan peralatan penyajian 5. Menjelaskan

tujuan pembelajaran, topik yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan dilakukan di kelas.

1. Siswa

mempersiapkan diri seperti mempersiapkan buku pelajaran dan alat tulis

1. Guru melakukan kegiatan pra pembelajaran

(salam, berdo’a,

presensi).

2. Siswa merespon apersepsi yang diberikan guru

2. Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyan pada siswa terkait materi yang akan dipelajari.

6. Guru berdiri di dekat peralatan pemanfaatan media dan tidak berjalan kesana kemari yang dapat mengganggu perhatian siswa.

3. Guru

menyampaikan tujuan

pembelajaran

4. Guru memberikan motivasi 5. Guru

(27)

No Langkah-langkah Model Scramble*

Langkah-langkah Penggunaan

media CD Interaktif

Langkah-Langkah Model Scramble

berbantuan media CD Interaktif Aktivitas Siswa Aktivitas Guru

1.

Guru menyajikan materi sesuai dengan topik

7. Memutar CD Interaktif dan mengatur volumenya

3. Siswa

memperhatikan penjelasan dari guru.

6. Guru menyajikan materi sesuai topik

8. Memutar ulang CD interaktif pada bagian yang kurang jelas bagi siswa

4. Siswa

memperhatikan apa yang ditampikan guru lewat tayangan LCD.

7. Guru

menampilkan CD Interaktf melalui tayangan LCD

2. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

5. Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing.

8. Guru membentuk kelompok diskusi yang

beranggotakan 6 orang siswa

3. Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban yang telah diacak susunannya pada masing-masing kelompok

6. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengerjakan tugas apabila pada media tersebut

terdapat tugas yang harus dikerjakan

6. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mengerjakan soal

9. Guru membagikan laptop pada masing-masing kelompok yang di dalamnya sudah terdapat CD Interaktif untuk dipakai siswa.

4. Guru memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok untuk berdiskusi.

7. Memperhatikan aktivitas siswa dan mengelola kelas sesuai rancangan pembelajaran yang telah ditentukan.

7. Siswa mengerjakan soal dengan jawaban acak tersebut pada masing-masing laptop yang telah

disediakan.

10. Guru memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok untuk berdiskusi mengerjakan soal yang terdapat dalam CD Interaktif.

5. Guru memberikan durasi waktu tertentu untuk pengerjaan

8. Siswa beradu cepat untuk menjawab soal

(28)

No Langkah-langkah Model Scramble*

Langkah-langkah Penggunaan

media CD Interaktif

Langkah-Langkah Model Scramble

berbantuan media CD Interaktif Aktivitas Siswa Aktivitas Guru

setiap soal setiap pengerjaan

soal

6. Kelompok yang sudah selesai langsung

mempresentasikan hasil diskusinya begitu seterusnya untuk setiap soal.

9. Kelompok yang sudah selesai memberikan tanda yaitu mengangkat bendera yang telah disediakan pada masing-masing

kelompok.

12. Guru menunjuk kelompok yang paling cepat untuk

mempresentasika n hasil diskusinya dengan melihat kelompok mana yang terlebih dahulu

mengangkat bendera.

7. Bagi kelompok yang menjawab dengan benar akan memperoleh point.

13.Guru memberikan point pada setiap kelompok yang menjawab dengan benar.

10. Siswa berdiskusi bersama teman sekelompoknya untuk

mengerjakan Lembar Kerja Siswa yang terdapat dalam CD Interaktif Siswa

mempresentasik an hasil diskusinya di depan kelas.

14. Guru membagikan lembar jawaban LKS pada masing-masing kelompok.

8. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang paling cepat menjawab dengan jawaban yang benar.

15. Guru memberikan reward pada kelompok yang paling banyak memperoleh point dan menjawab dengan benar.

11. Siswa dibantu dengan guru menyimpulkan apa saja yang

(29)

No Langkah-langkah Model Scramble*

Langkah-langkah Penggunaan

media CD Interaktif

Langkah-Langkah Model Scramble

berbantuan media CD Interaktif Aktivitas Siswa Aktivitas Guru

sudah dipelajari hari ini.

sudah dipelajari hari ini.

12. Siswa mengerjakan soal evaluasi

17. Guru

memberikan soal evaluasi

18. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR

19. Guru menutup pelajaran dengan salam.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang melalui model Scramble berbantuan media CD Interaktif.

1.3.1 Tujuan Khusus

1. Meningkatkan keterampilan guru kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model

(30)

2. Meningkatkan aktivitas siswa kelas V dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model Scramble berbantuan media CD Interaktif di SDN Pakintelan 03 Kota Semarang.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model

Scramble berbantuan media CD Interaktif.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pembelajaran IPA baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan dalam ilmu pengetahuan dan inovasi pembelajaran ataupun sebagai bahan referensi/pendukung penelitian selanjutya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Guru

1) Melalui penerapan model Scramble berbantuan media CD Interaktif dapat menumbuhkan kreativitas, inovasi dan motivasi guru kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang dalam melaksanakan pembelajaran IPA. 2) Sebagai sarana bagi guru untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah

(31)

3) Meningkatkan motivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berguna untuk memperbaiki masalah-masalah yang muncul selama pembelajaran.

1.4.2.2. Bagi Siswa

1) Meningkatkan keaktifan siswa kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang melalui penerapan model Scramble berbantuan media CD Interaktif. 2) Meningkatkan kecepatan berpikir siswa dalam pembelajaran IPA.

3) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Pakintelan 03 Kota Semarang.

1.4.2.3.Bagi Sekolah

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

KAJIAN TEORI

2.1.1. Hakikat Belajar

Belajar ialah suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya (Daryanto, 2013: 2). Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Sardiman (2011:20) yaitu perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya (Usman, 2013: 5). Sejalan pendapat Usman, belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun psikomotor (Sanjaya, 2011: 229). Sedangkan menurut Arsyad (2013 : 1) belajar adalah suatu proses rumit yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.

(33)

memperoleh perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi dengan lingkungannya melalui serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya dan berlangsung sepanjang hidup.

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Hamdani (2011: 139-145) dapat di golongkan menjadi dua macam, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor (ekstern). Faktor Intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut: (1) kecerdasan

(intelegensi);(2) faktor jasmaniah atau faktor fisiologis; (3)sikap; (4) minat; (5) bakat; dan (6) motivasi. Salah satu upaya untuk membangkitkan motivasi siswa adalah memperjelas tujuan yang akan dicapai. Sanjaya (2011: 261) menyebutkan bahwa tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa, karena semakin kuat tujuan yang ingin dicapai maka semakin kuat pula minat dan motivasi siswa untuk belajar

a. Faktor Eksternal

(34)

sebagai berikut: (1) keadaan keluarga; (2) keadaan sekolah; (3) lingkungan masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi belajar antara lain: kecerdasan (intelegensi), faktor jasmaniah, sikap, bakat, motivasi. Sedangkan faktor eksternalantara lain: keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.

2.1.3. Hakikat Pembelajaran

2.1.3.1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut aliran humanistik adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus (Hamdani 2011:23). Menurut Sanjaya (2008: 216) mengartikan pembelajaran merupakan usaha siswa untuk mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat tindakan guru selama proses belajar. Sedangkan menurut Briggs (dalam Rifa’i, 2011: 191) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan.

(35)

pembelajaran adalah proses berpikir; (2) proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi anak; (3) pembelajaran berlangsung sepanjang hayat.

2.1.3.2. Pembelajaran Interaktif

Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Seorang guru dibutuhkan untuk membimbing dan memberi bekal yang berguna dan dapat memberikan sesuatu yang didaktis dengan tugasnya menciptakan situasi interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah proses interaksi yang disengaja, sadar tujuan, yakni untuk mengantarkan anak didik ke tingkat kedewasaannya. Ciri-ciri interaksi dalam belajar mengajar antara lain: 1) memiliki tujuan; 2) ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; 3) interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus; 4) ditandai dengan adanya aktivitas siswa; 5) dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing; 6) di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin; 7) ada batas waktu (Sardiman, 2011: 13-18).

Pembelajaran akan lebih bermakna apabila ada interaksi antara guru dan siswa. Jika dalam sebuah proses pembelajaran sudah terjadi interaksi anatara guru dan siswa hal tersebut dapat menjadikan pembelajaran tersebut menjadi interaktif.

(36)

“Traditionally, students sit and absorb knowledge from teacher lecture and notes on the board. Interactive learning means that students are active participants in the learning process. In a learning environment that integrates the interactive board, students are focused on stimulus presented by the teacher on the interactive board and the student, either verbally or physically, interacts with the interactive board. In the definitions of Interactive Teaching,

an example was given about students “dragging” words to compose a sentence

that described a digital image. This is a form of interactive learning because students interact with the content through a combination of the abstract and the concrete. This type of student-centered learning follows the principles of constructivist learning, a building block of an interactive learning environment. Students are encouraged to control their learning and to construct meaning.”

Berarti secara tradisional, siswa duduk dan menyerap ilmu dari pengajaran guru dan catatan padapapan. Pembelajaran interaktif berarti bahwa siswa peserta aktif dalam proses pembelajaran. Dalam lingkungan belajar yang mengintegrasikan papan interaktif, siswaterfokus pada stimulus yang disampaikan oleh guru di papan interaktif, baik lisan maupun fisik, berinteraksi dengan papan interaktif. Dalam definisipengajaran interaktif, contoh yang diberikan tentang siswa "menyeret" kata-kata untuk menulis kalimat yang menggambarkan sebuah gambar digital. Ini adalah bentuk pembelajaran interaktif karena siswa berinteraksi dengan konten melalui kombinasi abstrak dan konkret. Jenis pembelajaran yang berpusat pada siswa mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivis, bangunan dari lingkungan belajar interaktif. Siswa didorong untuk mengontrol belajar mereka dan membangun makna.

(37)

guru untuk menciptakan suasana belajar agar siswa dapat berperan aktif di dalamnya sehingga terciptalah pembelajaran interaktif.

2.1.4. Kualitas Pembelajaran

UNESCO (1996) menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh dunia pendidikan yaitu: belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know), belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do), belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together), belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning to be). Empat pilar tersebut harus diterapkan dalam kegiatan pembelajaran agar kualitas pembelajaran dapat tercapai dengan baik (Hamdani, 2011: 195).

(38)

seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

Dengan pemahaman tersebut, dapat dikemukakan tentang aspek-aspek efektivitas belajar diantaranya sebagai berikut: (1) peningkatan pengetahuan; (2) peningkatan keterampilan; (3) perubahan sikap; (4) perilaku; (5) kemampuan adaptasi; (6) peningkatan integrasi; (7) peningkatan partisipasi; dan (8) peningkatan interaksi kultural. Hal ini penting untuk dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar.

Menurut Depdiknas (2004) Indikator kualitas pembelajaran adalah perilaku pembelajaran guru (teacher educator’s behavior), perilaku dan dampak belajar siswa (studentteacher’s behavior), iklim pembelajaran (learning climate), materi pembelajaranyang berkualitas, kualitas media pembelajaran, dan sistem pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dikatakan berkualitas jika selama proses pembelajaran tersebut memberikan pengaruh terhadap perubahan tingkah laku baik dari segi sikap, pengetahuan dan keterampilan bagi siswa.

(39)

diteliti oleh peneliti karena keterampilan guru merupakan sentral/pusat dalam pembelajaran itu sendiri. Keterampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran, menentukan materi pembelajaranyang berkualitas, mengendalikan ilkim pembelajaran, menggunakan model pembelajaran pembelajaran dapat digunakan untuk mengendalikan aktivitas siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Hal ini juga berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan di SDN Pakintelan 03 Kota Semarang yaitu hasil belajar siswa rendah disebabkan kurangnya keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran masih belum terlihat.

Berikut ini uraian komponen kualitas pembelajaran yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar.

2.1.4.1. Keterampilan guru

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru karena profesi ini menuntut penguasaan disiplin ilmu tertentu terutama mengenai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Dengan pemahaman mengenai keterampilan dasar mengajar diharapkan guru dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

(40)

1. Keterampilan bertanya

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting bagi siswa karena pertanyaan yang baik dan terstruktur dapat memberikan dampak positif bagi siswa, antara lain:

a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar; b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu

masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan;

c. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dihadapi; d. Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik dapat

menuntun siswa untuk dapat menemukan jawaban yang baik pula (Usman, 2011: 74).

Adapun komponen-komponen dalam keterampilan bertanya antara lain: (1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat; (2) pemberian acuan; (3) pemusatan; (4) pemindahan giliran; (5) penyebaran; (6) pemberian waktu berpikir (Anitah, 2008: 7.8-7.10).

2. Keterampilan memberi penguatan

(41)

laku dan penampilan siswa. Sedangkan penguatan non verbal dapat ditunjukkan dengan menggunakan mimik dan gerakan badan, gerak mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan dan pemberian simbol atau benda (Anitah, 2011: 7.34).

3. Keterampilan mengadakan variasi

Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajarmengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga, dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antuasiasisme, serta penuh partisipasi(Usman, 2013: 85).

Pada dasarnya, variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yakni;

a. Variasi dalam gaya mengajar guru yang meliputi: (1) variasi suara; (2) pemusatan perhatian; (3) kesenyapan; (4) mengadakan kontak pandang; (5) gerakan badan dan mimik; (6) perubahan dalam posisi guru.

b. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa yang meliputi: (1) kegiatan klasikal; (2) kegiatan kelompok kecil; (3) kegiatan berpasangan dan; (4) kegiatan perorangan.

(42)

4. Keterampilan menjelaskan

Usman (2013: 88-89)berpendapat bahwa keterampilan menjelaskan dalam pengajaran dapat diartikan sebagai penyajian informasi secara lisan untuk adanya hubungan sebab akibat atau sesuatu yang belum diketahui. Pemberian penjelasan merupakan aspek penting dalam kegiatan pembelajaran karena melibatkan interaksi guru dan siswa akan tetapi guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan di dalam kelas sehingga hal ini perlu untuk dibenahi.

Keterampilan memberikan penjelasan dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan menyajikan penjelasan. Keterampilan merencanakan penjelasan mencakup 2 sub komponen yaitu merencanakan isi pesan (materi) dan menganalisis karakteristik penerimaan pesan. Sedangkan keterampilan menyajikan penjelasan memegang peranan penting dalam pelaksanaan rencana penjelasan yang sudah baik. Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: (1) kejelasan; (2)penggunaan contoh dan ilustrasi; (3) pemberian tekanan dan; (4) balikan (Anitah,2008: 7.55-7.58).

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

(43)

mengakhiri pelajaran. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar (Usman, 2013: 91).

Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran sebagai berikut:

a. Keterampilan membuka pelajaran yang meliputi: (1) menyampaikan langkah-langkah pembelajaran; (2) menimbulkan motivasi; (3) memberi acuan dan (4) membuat kaitan.

b. Keterampilan menutup pelajaran meliputi: (1) meninjau kembali (mereview); (2) menilai (mengevaluasi); (3) memberi tindak lanjut. 6. Keterampilan membimbing kelompok kecil

Pengelolaan kelas pada dasarnya pengaturan orang dan barang yang memungkinkan terciptanya dan terpeliharanya kondisi belajar yang optimal. Agar guru dapat membimbing diskusi kelompok secara efektif ada komponen keterampilan yang perlu dikuasi guru. Keenam komponen keterampilan tersebut adalah antara lain: (1) memusatkan perhatian; (2) memperjelas masalah dan uraian pendapat; (3) menganalilis pandangan; (4) meningkatkan urunan; (5) menyebar kesempatan berpartisipasi; (6) menutup diskusi.

7. Keterampilan mengelola kelas

(44)

belajar menjadi lebih optimal. Kondisi belajar yang optimal sangat menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran. Keterampilan ini menekan guru untuk dapat mencegah ataupun mengembalikan terjadinya gangguan yang muncul ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

Adapun komponen keterampilan mengelola kelas terdiri dari keterampilan yang bersifat preventif dan keterampilan yang bersifat represif. Keterampilan yang bersifat represif, berkaitan dengan usaha mengatasi gangguan yang muncul. Keterampilan yang bersifat preventif berkaitan dengan usaha mencegah terjadinya gangguan yang dapat ditunjukkan dengan:(1) sikap tanggap; (2) membagi perhatian; (3) memusatkan perhatian kelompok;(4) memberikan petunjuk yang jelas menegur dan; (5) memberi penguatan.

8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

Usman (2013: 98) berpendapat bahwa mengajar kelompok kecil dan perseorangan dapat diartikan sebagai kegiatan guru dalam mengajar banyak siswa, baik itu perseorangan maupun kelompok kecil yang berkisar antara 3-8 orang dengan cara bertatap muka selama pembelajaran. Agar dapat mengelola kegiatan kelompok kecil dan perseorangan, guru harus menguasai 4 kelompok komponen keterampilan sebagai berikut:

a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi b. Keterampilan mengorganisasikan

(45)

d. Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran (Anitah, 2008: 8.56-8.62).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa keterampilan mengajar adalah kerampilan guru dalam membelajarkan siswanya dengan menggunakan bahan ajar yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa dengan menggunakan model pembelajaran tertentu agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan guru yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran

Scramble berbantuan media CD Interaktif adalah keterampilan membuka, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi kelompk kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dan keterampilan menutup pelajaran.

Teori-teori keterampilan belajar yang telah diuraikan diatas digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrumen penelitian setelah dipadukan dengan model Scramble berbantuan media CD Interaktif untuk mengamati kekurangan dan kelebihan keterampilan guru dalam pembelajaran.

(46)

mengelola kelas agar tetap kondusif; (7) membimbing menyusun kata acak tentang proses pembentukan tanahpada kartu jawaban; (8) membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok; (9) menutup kegiatan pembelajaran.

2.1.4.2. Aktivitas Siswa

Menurut Sardiman (2011: 99-100) dalam kegiatan pembelajaran seorang guru dapat diibaratkan sebagai umpan yang bertugas menumbuhkan rasa ingin tahu siswa akan suatu hal. Hal ini menunjukkan bahwa yang seharusnya mendominasi adalah aktivitas siswa.Dalam belajar diperlukan adanya aktivitas baik yang bersifat fisik maupun mental. Kedua aktivitas tersebut haruslah saling terkait karena dapat mempengaruhi keoptimalan dalam belajar.

Diedrich(dalam Sardiman, 2011: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

(47)

8. Emosional activites, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa sangat menentukan pola aktivitas belajar. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses belajar baik fisik maupun mental yang merupakan satu kesatuan tidak dapat terpisahkan. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, berpendapat, mengerjakan tugas tugas yang relevan, menjawab pertanyaan guru atau siswa dan bisa dengan bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Siswa melakukan aktivitas dengan tujuan memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman. Aktivitas siswa yang dilaksanakan dalam penerapan model Scrambleberbantuan media CD Interaktif diantaranya visual activities, oral activities, listening activities,

writing activities, motor activities, mental activities, emosional activites.

Berdasarkan pendapat yang dikemukan Diedrich di atas, telah digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrumen penelitian setelah dipadukan dengan model Scramble berbantuan media CD Interaktif untuk mengamati kekurangan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Adapun Indikator aktivitas siswa yang dibahas dalam penelitian tindakan kelas dengan model

(48)

secara berkelompok; (7) mempresentasikan hasil diskusi kelompok; (8) melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran.

2.1.4.3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i dan Anni, 2011: 85). Sedangkan menurut Usman (2007: 34) hasil belajar siswa yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Benjamin Bloom (dalam Poerwanti, 2013:1.23-1.30) mengelompokkan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif dan non kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ranah afektif dan ranah psikomotor.

Hasil belajar Taksonomi Bloom 2001 (Rochmat, 2012: 4) dapat diklasifikasikan menjadi 3 ranah domain yaitu :

(49)
[image:49.595.144.482.108.269.2]

Gambar 2.1 Perbandingan Taksonomi Bloom dan Revisi Taksonomi Bloom

a. Mengingat (remembering) meliputi: menegaskan (define), meniru

(duplicate), mendaftar (list), mengingat (memorize),menyebutkan

(recall), mengulang (repeat), and meniru pernyataan (reproduce state). b. Memahami (Understanding) meliputi: mengklasifikasikan (classify),

mendiskripsikan (describe), mendiskusikan (discuss), menjelaskan

(explain), mengidentifikasi (identify), menunjukan (locate),mengenal

(recognize), melaporkan (report), memilih (select), menterjemahkan

(translate), and memparafrasekan (paraphrase).

c. Mengaplikasikan (Applying) meliputi: memilih (choose),

mendemostrasikan (demonstrate), bermain peran (dramatize),(employ),

mengilustrasikan (illustrate), menginterpretasikan (interpret), mengoperasikan (operate), menjadwal (schedule), mendesain (sketch),

memecahkan (solve), menggunakan (use), and menulis (write).

(50)

(criticize), membedakan (differentiate), membedakan (discriminate),

membedakan (distinguish), mencontohkan (examine), melakukan percobaan (experiment), menanyakan (question), menguji coba (test assemble), mengkonstruksi (construct), membuat (create), mendesain

(design), mengembangkan (develop), memformulasikan (formulate).

e. Penilaian (Evaluating) meliputi: mengapresiasi (appraise), berpendapat

(argue), mempertahankan (defend), memutuskan (judge), memilih

(select), mendukung (support), menilai (value), and mengevaluasi

(evaluate).

f. Mencipta (Creating) meliputi: mengkombinasikan (assemble), mengkonstruksi (construct), membuat (create), mendesain (design), mengembangkan (develop), memformulasikan (formulate), and menulis (write).

2. Ranah afektif berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan emosi. Aspek yang meliputi ranah afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian

(organization) dan karakterisasi (caracteristic).

(51)

Guna mengukur ketercapaian hasil belajar, maka perlu di buat standar nilai yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat di lihat dari nilai ketuntasan yang telah ditetapkan. Nilai ketuntasan adalah nilai yang menggambarkan proporsi dan kualifikasi penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah dikontrakkan dalam pembelajaran (Poerwanti, dkk, 2008:6.16).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa setelah ia mengalami kegiatan belajar, perubahan perilaku tersebut meliputi pengetahan, sikap dan keterampilan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji tiga ranah hasil belajar yaitu hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah hasil belajar kognitf dapat berupa data nilai hasil evaluasi yang diberikan pada siswa untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran. Ranah afektif adalah sikap yang ditunjukkan siswa saat mengikuri proses pembelajaran. Sedangkan ranah psikomotorik dapat terlihat dari aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung.

2.1.5. Hakikat IPA

2.1.5.1. Pengertian IPA

(52)

disusun secara sistematis yang berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen, Carin dan Sund dalam (Trianto, 2007: 100). IPA adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah (Haryono, 2013: 42). Sedangkan menurut Depdiknas (2006) Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan. Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap.

(53)

Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam, karena IPA merupakan kumpulan fakta, dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasikan oleh ilmuan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains (science process skills) adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan, seperti mengamati, mengukur, mengklarifikasikan, dan menyimpulkan.Dalam penelitian ini IPA sebagai proses adalah siswa diajak mengamati jenis-jenis batuan yang ada dikerak bumi, proses pelapukan dan jenis-jenis tanah melalui CD Interaktif.

Ketiga, ilmu pengetahuan alam sebagai sikap. Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki seorang ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan penelitian. Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa pembelajaran IPA pada saat melakuan kegiatan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek dilapangan (Susanto, 2013: 167-169). Dari ketiga komponen tersebut Sutrisno (2007) menabahkan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan dari komponen di atas, pengembangan dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk.

(54)

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh melalui proses penemuan dengan cara melakukan eksperimen yang tersusun secara teratur dan sistematis yang telah diuji dengan metode ilmiah sehingga nantinya dapat diperoleh data hasil observasi yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.5.2. Karakteristik IPA

Berdasarkan karakteristik IPA, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan proses belajar IPA disekolah memiliki karakteristik tersendiri.

Uraian karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.

2. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya, observasi,eksplorasi dan eksperimentasi.

3. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA memerlukan obyektivitas.

(55)

2.1.5.3. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Tugas utama guru IPA adalah melaksanakan proses pembelajaran IPA. Proses pembelajaran IPA terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Proses pembelajaran IPA harus memperhaikan karakteristik IPA sebagai proses dan IPA sebagai produk. IPA sebagai integrative science atau IPA terpadu telah diberikan di SD/MI dan SMP/MTs sebagai mata pelajaran IPA Terpadu dan terpisah di SMA/MA sebagai mata pelajaran ilmu Biologi, Fisika, IPA, serta Bumi dan Antariksa (Widi, 2013: 26).

(56)

berbagai gejala dan kemampuan IPA dalam menjawab berbagai masalah (Trianto, 2007: 104).

Secara lengkap disebutkan dalam standar isi (2006) bahwa mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkankeberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya;(2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;(3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi danmasyarakat;(4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan;(5) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam;(6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;(7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.6. Model PembelajaranScramble

Suprijono (2012: 45-46) berpendapat model pembelajaran merupakan pola/kerangka yang digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas yang berdasarkan pada teori belajar yang disesuaikan dengan kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional kelas. Sejalan dengan itu model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merangcang dan melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2007: 3).

(57)

kanan dan otak kiri. Dalam model ini siswa tidak hanya diminta menjawab soal tetapi juga menerka dengan cepat jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam kondisi acak. Ketepatan dan kecepatan berpikir dalam menjawab soal menjadi salah satu kunci dalam permainan model Scramble ini (Huda, 2011: 336).

Model pembelajaran Scramble tampak seperti model pembelajaran

Word Square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun dengan susunan yang acak, siswa nanti bertugas mengkoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/benar. Menurut Kokom Komalasari (dalam Iryanti 2012: 2) berpendapat bahwa model pembelajaran

Scrambleyaitu model pembelajaran yang mengajak siswamencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga membentuk suatu jawaban atau pasangan konsep”. Sedangkan menurut

Suyatno (dalam Iryanti 2012:2) berpendapat bahwa model pembelajaran

Scramble adalah suatu metode belajar yang menggunakan kartu soal dan kartu jawaban yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Sehingga siswadituntut berpikir kreatif dalam pembelajaran di dalam kelas, untuk dapat mengurutkan kata-kata dalam kunci jawaban menjadi kata yang logis”(Widiantari, 2013: vol 1 no 1).

(58)

Model ini menekankan pada latihan soal berupa permainan yang dikerjakan secara berkelompok. Dalam model ini perlu adanya kerja sama antar anggota kelompok untuk saling membantu teman sekelompok dapat berfikir kritis sehingga lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal.

Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa model Scramble

merupakan model pembelajaran yang berbentuk permainan acak kata, kalimat, atau paragraf yang menggunakan kartu soal dan kartu jawaban dan siswa dituntut berpikir kritis yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa.

2.1.6.1. Langkah-langkah model Scramble.

Langkah-langkah model pembelajaran Scramble menurut Shoimin (2013: 167-168) adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan bahan dan media yang akan digunakan media pembelajaran. Media yang digunakan berupa kartu soal dan kartu jawaban yang sebelumnya jawaban telah diacak sedemikian rupa.

2) Guru menyajikan materi sesuai dengan topik. 3) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

4) Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban pada masing-masing kelompok.

5) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi mengerjakan soal tersebut untuk mencari jawaban yang cocok dengan soal.

(59)

7) Guru memberikan point bagi siswa yang menjawab benar dan bagi siswa yang menjawab salah guru memberi motivasi agar tidak putus asa.

Terdapat juga langkah-langkah model Scrambleyang dikemukakan oleh Huda (2013: 304-305) sebagai berikut :

1. Guru menyajikan materi sesuai dengan topik

2. Setelah selesai menjelaskan tentang materi, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.

3. Guru memberikan durasi tertentu untuk pengerjaan soal

4. Siswa mengerjakan soal berdasarkan waktu yang telah ditentukan guru. 5. Guru mengecek durasi waktu sambil memeriksa pekerjaan siswa.

6. Jika waktu pengerjaan soal sudah habis, siswa wajib mengumpulkan lembar jawaban pada guru. Dalam hal ini, baik siswa yang selesai maupun yang tidak selesai harus mengumpulkan jawaban itu.

7. Guru melakukan penilaian, baik dikelas

Gambar

Gambar 2.1 Perbandingan Taksonomi Bloom dan Revisi Taksonomi
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2010:16)
+7

Referensi

Dokumen terkait

While this is ideal for several use cases, it does not support the exchange of datasets containing multivariate time series (i.e. multiple variables recorded for each data

bahwa pendidikan sebagai berikut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR BOYOLALI..

68 TT 29 SDN BERANGAS TIMUR 1 Desa Berangas Timur Rt.03 73 B 30 SDN DWIPASARI Desa Dwipasari Kecamatan 73 B 31 SDN HANDIL BARABAI Desa Handil Barabai 61 C 32 SDN JEJANGKIT BARAT

 PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan, sepanjang tidak bertentangan dengan syariah..  Accounting, Auditing for Islamic Financial Institutions (AAOIFI –

Ilmu Tafsir Ulumul Qur’an Dan Cabang-Cabangnya, Sejarah Ilmu Tafsir, Metodologi Penelitian Tafsir, Madzahib Tafsir, Hermeneutika Al-Qur’an, Penguasaan Terhadap

Berdasarkan kesepakatan ini, dan dengan semangat "Iny Ngarso Sung Tulodha, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayanl" serta motto "dari guru, pleh guru, dan

Bila pada model berskala panjang sayapnya 12 cm, maka panjang badan pesawat terbang pada model adalah