• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kuesioner

BAB II Penelaahan Pustaka

A.Kuesioner 1. Pengertian

Kuesioner merupakan instrumen penelitian penelitian untuk mengumpulkan data dengan cara memberikan suatu pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Instrumen ini dikatakan efisien apabila variabel yang akan diukur sudah diketahui dan dirumuskan secara pasti karena peneliti sudah mengetahui tanggapan yang diinginkan dari responden. Kuesioner merupakan instrumen yang tepat digunakan untuk sasaran responden dalam jumlah besar di suatu wilayah yang luas. Pertanyaan atau pernyataan yang disertakan dalam kuesioner dapat bersifat terbuka ataupun tertutup. Pada cakupan wilayah yang tidak begitu luas, kuesioner dapat langsung diantar kepada responden. Kontak yang terjadi antara peneliti dan responden dapat mendukung terkumpulnya data obyektif dengan cepat (Sugiyono, 2010).

2. Rancangan Kuesioner

Kuesioner sebagai suatu instrumen tes psikologis harus dirancang melalui tahapan-tahapan tertentu untuk dapat digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. Penyusunan instrumen diawali dengan mengembangkan suatu konsep (konseptualisasi) yang teliti mengenai domain yang akan diteliti atau

diukur. Konseptualisasi ini biasanya didapatkan dari suatu studi kualitatif atau dengan mengacu pada literatur (Profetto-McGrath dkk., 2010).

Sebelum menghasilkan suatu instrumen yang sesuai dengan tujuan tes, maka pembuat tes sebaiknya mengikuti langkah-langkah umum tes yang meliputi pendefinisian tes, persiapan spesifikasi tes, pemilihan metode penskalaan, penyusunan aitem, review dan revisi aitem, perakitan aitem-aitem, uji coba tes, analisis ciri-ciri psikometrik tes, hingga penyusunan panduan tes (Supratiknya, 2014).

Perancangan tes diawali dengan tahapan pendefinisian tes. Ketika mendefinisikan suatu tes, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh pembuat tes. Pertama, pembuat tes harus menetapkan khalayak tes karena suatu tes hanya valid pada kelompok tertentu saja sesuai sasaran tes. Langkah ini merupakan langkah pertama dalam penyusunan suatu tes. Kedua, pembuat tes menetapkan jenis skor yang akan digunakan. Penetapan jenis skor ini akan sangat membantu dalam pemilihan skala pengukuran. Ketiga, pembuat tes menentukan cakupan isi tes. Yang dimaksud cakupan isi tes adalah batasan-batasan dalam atribut pengukuran tes (Supratiknya, 2014).

Tahapan kedua dalam penyusunan tes adalah menyiapkan spesifikasi tes. Pembuat tes harus menetapkan konten domain yang ingin ditanggapai oleh peserta tes, dalam hal ini responden. Spesifikasi tes menentukan komponen-komponen domain yang akan dimaksudkan dalam tes (Supratiknya, 2014).

Selanjutnya, pembuat tes harus memilih metode penskalaan. Penskalaan menentukan bentuk aitem yang akan digunakan dalam tes.

Penskalaan ini berguna pada pengukuran yang akan dilakukan melalui tes (Supratiknya, 2014). Dalam penelitian ini, jenis penskalaan yang digunakan adalah skala kategorisasi berupa rating skala pilihan pada aspek pengetahuan dan skala Likert pada aspek sikap dan tindakan.

Setelah dilakukan pemilihan metode penskalaan, langkah berikutnya adalah penyusunan aitem-aitem pernyataan. Setelah menentukan spesifikasi tes dan jenis penskalaan, maka pembuat tes dapat mulai menuliskan aitem pertanyaan. Penulisan aitem dimulai dengan memperhatikan jumlah aitem tes dan pilihan skala untuk kemudian menentukan format tes yang akan dibuat (Supratiknya, 2014).

Aitem-aitem yang telah disusun ini perlu dimintakan penilaian dari ahli maupun awam. Ahli mengacu pada orang yang memiliki spesialis dalam bidang studi maupun bidang penelitian sedangkan awam mengacu pada sekelompok orang yang memiliki atau mengenal karakter seperti yang dimiliki kelompok responden yang akan dikenai tes (Supratiknya, 2014).

Tahapan selanjutnya dalam penyusunan tes adalah perakitan aitem. Perakitan aitem meliputi tahapan pemberian petunjuk mengenai cara mengerjakan tes dan pengaturan letak susunan aitem dalam format tes. Petunjuk pengerjaan meliputi cara mengerjakan aitem Benar-Salah atau memilih satu dari skala Likert yang disediakan. Pengaturan letak aitem bertujuan untuk mengurutkan aitem-aitem sesuai tujuan tes (Supratiknya, 2014).

Aitem-aitem yang telah dirakit sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan pada populasi yang akan dikenai pengukuran. Pengujian kuesioner merupakan suatu tahapan yang penting untuk mencari aitem pernyataan yang sulit dimengerti responden dan menyeleksi aitem yang tidah dibutuhkan. Peneliti dapat menemukan permasalahan yang mungkin muncul selama proses pengujian kuesioener seperti contohnya hambatan yang dialami responden saat menanggapi pertanyaan. Dalam proses ini, peneliti juga dapat mengidentifikasi pertanyaan yang harus diperbaiki guna mempermudah proses pengambilan data selanjutnya. Belum ada ketentuan khusus yang menyatakan jumlah responden minimal yang dilibatkan dalam pengujian suatu kuesioner. Hal ini dikarenakan setiap instrumen memiliki tingkat kesulitan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Yang dimaksud dengan tingkat kesulitan pertanyaan adalah homogenitas responden dan sensitivitas konten aitem kuesioner. Jumlah responden yang dikatakan cukup layak untuk dilibatkan dalam pengujian kuesioner adalah 30-40 orang. Responden yang dilibatkan dalam pengujian kuesioner ini diupayakan berasal dari luar daerah penelitian namun harus memiliki karakteristik yang mirip dengan karakteristik responden dari populasi yang akan diteliti selanjutnya (Effendi dan Tukiran, 2012).

Tahapan pengujian tes bertujuan untuk mandapatkan data untuk diuji dengan menggunakan metode statistik yang sesuai. Hasil pengolahan data akan memberikan informasi berupa karakteristik psikometrik tiap aitem maupun tes secara keseluruhan melalui analisis aitem sehingga diperoleh panjang minimum tes yang dapat memberikan hasil pengukuran dengan

validitas dan reliabilitas yang diinginkan. Adapun rekomendasi lainnya mengenai jumlah sampel minimal yang dilibatkan dalam tahapan ini adalah 50 orang (Supratiknya, 2014).

Hasil pengujian tes kemudian dianalisis untuk mengetahui karakteristik statistik aitem. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan aitem yang memenuhi syarat sebagai komponen final tes, aitem yang perlu direvisi untuk diujicobakan kembali atau aitem yang memang harus dihilangkan karena tidak memenuhi parameter aitem yang diinginkan (Supratiknya, 2014).

Setelah suatu tes diujicobakan, maka hasil pengukuran dengan tes ini lazimnya dipastikan sudah memberikan suatu penafsiran yang menggambarkan atribut psikologis responden. Hal ini dapat dibuktikan melalui karakterstik psikometrik tes yang meliputi validitas, reliabilitas dan daya diskriminasi keseluruhan aitem yang dimasukkan dalam bentuk akhir tes (Supratiknya, 2014).

Tahap terakhir dalam penyusunan suatu tes adalah menyusun panduan pengerjaan tes. Suatu tes yang dianggap sudah cukup memuaskan memerlukan suatu pedoman pengerjaan supaya dapat didistribusikan kepada sekelompok individu yang hendak dikenai tes. Pedoman atau petunjuk yang dapat menginformasikan petunjuk ataupun detail yang perlu diberitahukan kepada peserta tes (Supratiknya, 2014).

3. Syarat Kuesioner

Suatu alat ukur sebaiknya memiliki kriteria reliabel, valid, standar, ekonomis dan praktis untuk bisa dikatakan baik. Berdasarkan pernyataan

tersebut, beberapa kriteria yang bisa diukur adalah validitas dan reliabilitas. Apabila suatu tes tidak valid dan reliabel maka akan memberikan hasil yang tidak sesuai harapan untuk menginformasikan domain yang diukur dari tiap responden. Apabila hasil pengukuran menjauhi keadaan sebenarnya, atau dengan kata lain tidak akurat maka dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang keliru oleh peneliti dalam menindaklanjuti hasil pengukuran tersebut (Azwar, 2011).

Dari segi psikometrik tes, suatu instrumen dikatakan baik setelah melalui tahap empiris statistis. Adapun yang dimaksud segi psikometrik tes adalah kualitas performansi tes untuk mengukur suatu atribut psikologis tertentu. Tahap empiris statis meliputi proses uji coba tes dan pemeriksaan analisis butir. Pada tahap analisis butir, aitem kuesioner harus diuji satu per satu untuk kemudian diuji secara keseluruhan sebagai satu kesatuan tes. Terdapat empat aspek psikometrik yang menentukan menentukan kualitas suatu tes yaitu validitas, reliabilitas, statistik aitem tes dan daya diskriminasi tes (Supratiknya, 2014).

B. Validitas

Dokumen terkait